Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses
pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.
Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu
dengan lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan (Oemar
Hamalik, 2013). Meskipun belum ada istilah pendidikan formal maupun
informal, substansi pendidikan sudah dibutuhkan manusia sesuai dengan
tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan merupakan tujuan yang sifatnya umum dan sering
kali disebut dengan tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional
(Indonesia) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, 2011).
Dari undang-undang di atas dapat dimaknai bahwa pendidikan
berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa membentuk manusia yang aktif,
kreatif dan mandiri, serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Untuk
mewujudkan fungsi pendidikan ini, dibutuhkan berbagai macam bidang ilmu
diantaranya Matematika.
Dalam pendidikan, pelajaran matematika telah diterapkan sejak SD/
sederajat sampai SMA/sederajat, dan pelajaran matematika jugaditerapkan di
Perguruan Tinggi. Ini menandakan konsep berhitung sangat penting dan
berperan besar dalam kehidupan. Matematika adalah salah satu cabang ilmu

1
pengetahuan yang rasional. Dalam Islam, matematika bukanlah sebuah
disiplin ilmu yang berdiri sendiri secara terpisah, melainkan induk dari
beberapa disiplin ilmu lain (Ade Armando, 2003). Kline mengatakan bahwa
matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna
karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk
membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,
ekonomi, dan alam (Erman Suherman, 2003).
Belajar matematika merupakan belajar konsep. Hal yang paling
penting adalah bagaimana siswa dapat memahami konsep-konsep dasar dalam
matematika. Dalam proses belajar mengajar siswa diharapkan tidak hanya
mendengarkan, mencatat dan menghafalkan materi maupun rumus-rumus
yang diberikan guru, melainkan siswa dituntut aktif berperan dalam kegiatan
pembelajaran, siswa harus mampu berpikir kritis dan berargumen dalam
memecahkan berbagai persoalan dalam matematika. Memahami konsep
matematika tentu dari dasar, dimana kita mempelajari matematika dimulai dari
Sekolah Dasar (SD).
Pembelajaran matematika SD diharapkan terjadi reinvention
(penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara
penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Dalam
pembelajaran matematika di SD harus terdapat keterkaitan antara pengalaman
belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang diajarkan. Sehingga diharapkan
pembelajaran yang terjadi merupakan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Menurut Piaget dalam Heruman, siswa SD berada pada fase operasional
konkret dimana kemampuan yang dimiliki adalah kemampuan dalam proses
berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat
dengan objek yang bersifat konkret (Heruman, 2013).
Kurangnya keterkaitan antara pembelajaran matematika di sekolah
dengan dunia nyata (real) dan kehidupan sehari-hari siswa sehingga mata
pelajaran matematika dianggap mata pelajaran yang sulit dan sangat ditakuti
siswa. Hal ini tentu saja berpengaruh pada hasil belajar siswa. Untuk
itudiperlukanpengembanganmateripembelajaran yang berkualitas.Salah

2
satunya adalah pembelajaran menggunakan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME). Pertama kali dikembangkan di Belanda oleh Hans
Freudenthal. Realistic Mathematics Education (RME)menggabungkan
pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika
dan bagaimana matematika harus diajarkan. Menurut Ariyadi Wijaya dalam
bukunya Pendidikan Matematika Realistik menjelaskan bahwa Siswa tidak
boleh dipandang sebagai objek belajar, melainkan sebagai subyek belajar
(Ariyadi Wijaya, 2012). Realistic Mathematics Education (RME)
menggunakan fenomena dana plikasi yang real terhadap siswa dalam memulai
pembelajaran. Dengan sekumpulan soal kontekstual, siswa dibimbing oleh
guru secara konstruktif sampai mereka mengerti konsep matematika yang
dipelajari. Sehingga dari penguasaan konsep ini, siswa diharapkan
memperoleh prestasi belajar yang baik pula. Dimana proses pembelajaran
Realistic Mathematics Education (RME) ini, siswa lebih dituntut
menggambarkan materi secara nyata, sehingga materi dikembangkan dan
ditemukan sendiri oleh siswa.
Terlebih di dalam pembelajaran matematika kelas V , terdapat materi
bangun ruang yang membutuhkan daya imajinasi kuat pada siswa, karena guru
menyajikan sifat kubus dan balok hanya dengan menggunakan gambar dua
dimensi di papan tulis padahal balok dan kubus merupakan tiga dimensi,
sehingga siswa memahami bangun ruang seperti memahami bangun datar.
Pada dasarnya geometri mempunya peluang lebih besar dibandingkan dengan
cabang matematika lain. Hal ini karena ide-ide geometri sudah dikenal oleh
siswa sejak sebelum masuk sekolah, namun bukti-bukti di lapangan
menunjukkan bahwa hasil belajar geometri masih rendah dan perlu
ditingkatkan (Abdussakir, 2010).
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di awal, pembelajaran
matematika di kelas V SD No. 015/XI Lawang Agung hanya bersifat
mekanistik dan prosedural. Siswa cenderung untuk menghafal rumus dan tidak
dilatih untuk memahami konsep dan memecahkan masalah dengan kritis,
logis, cermat dan tepat. Guru mestinya mampu menciptakan proses

3
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan membantu
mengaitkan materi dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi,
bukan menyajikan rumus yang menyebabkan pembelajaran kurang bermakna.
Agar terbentuknya siswa yang berpikir matematis sesuai dengan tujuan
pembelajaran matematika. Bukan hanya itu saja, pembelajaran matematika
kurang bermakna, karena guru menggunakan pendekatan konvensional tanpa
adanya variasi dalam pembelajaran dan siswa kurang menyimak penjelasan
guru, terdapat siswa yang ribut selama guru menjelaskan dan lebih suka
menyontek pada saat diberi latihan oleh guru. Berdasarkan hasil wawancara
sebagian besar siswa tidak menyukai pembelajaran matematika.
Berdasarkan hal tersebut peneliti akan mengembangkan materi
pembelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME). Dengan judul “Pendesainan Pembelajaran
pada Materi Kubus dan Balok Menggunakan Pendekatan Pembelajaran
Realistik Matematika di Kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) 015/XI
Lawang Agung Tahun Pelajaran 2020/2021”.

B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan penelitian dapat
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana desain pembelajaran matematika hipotetik pada materi bangun
datar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME) di kelas Kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) 015/XI Lawang
Agung?
2. Bagaimana implementasi desain pembelajaran matematika hipotetik dan
empirik pada materi balok dan kubus yang menggunakan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) Kelas V Sekolah Dasar Negeri
(SDN) 015/XI Lawang Agung?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah
yang telah dijabarkan di atas, yaitu :

4
1. Untuk mengetahui Bagaimana desain pembelajaran matematika hipotetik
pada materi bangun datar yang menggunakan pendekatan Realistic
Mathematics Education (RME) di Kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN)
015/XI Lawang Agung
2. Untuk mengetahui Bagaimana implementasi desain pembelajaran
matematika hipotetik dan empirik pada materi balok dan kubus yang
menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) di
Kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) 015/XI Lawang Agung.

Anda mungkin juga menyukai