Oleh :
FINKHAN MAYASARI
NIM . 836298807
BAB I
PENDAHULUAN
Semua guru atau siswa harus selalu berharap untuk mencapai hasil belajar yang
terbaik dalam setiap proses belajar mengajar. Guru berharap siswa dapat memahami
setiap topik. Siswa juga berharap agar guru dapat mengkomunikasikan atau
menjelaskan pelajaran dengan baik agar tercapai hasil belajar yang memuaskan.
Namun, harapan tersebut tidak selalu terwujud. Masih banyak siswa yang kurang
memahami penjelasan guru. Ada siswa yang nilainya selalu jelek, bahkan ada siswa
yang gagal menjawab atau tidak menjawab soal dengan serius. Semua ini
menunjukkan bahwa guru perlu terus meningkatkan kemampuan belajarnya agar
dapat mengatasi masalah hambatan belajar siswa dan agar hasil belajar siswa
mencapai tujuan yang diharapkan.
Masalah belajar siswa tidak hanya terjadi, tetapi juga faktor penyebab
terjadinya masalah tersebut. Jika guru dapat menemukan sumber masalah siswa, ia
dapat memberikan pengobatan yang tepat untuk memecahkan masalah pembelajaran.
Contoh Masalah umum dalam pembelajaran adalah siswa tidak memahami penjelasan
guru, dan siswa tidak memahami kata, kalimat, pola kalimat, bahasa lisan atau tulisan.
Ini mungkin karena pernyataan guru tidak memiliki alat peraga, atau bahan ajar tidak
ada atau tidak mencukupi.
Sebetulnya, kalaupun ada alat peraga, guru SD jarang atau hampir tidak
pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika di SD. Pada
akhirnya, alat peraga ini hanya pajangan kantor atau disembunyikan rapi di lemari.
Alat peraga matematika tidak harus mahal, kita bisa menemukannya di sekitar kita,
seperti taman sekolah, sawah, sungai dan segala sesuatu yang kita lihat di alam
semesta ini.
Oleh karena itu, tugas PTK yang kami lakukan mencoba “menggunakan
media permainan ular tangga untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang bilangan
romawi di SDIT IV ALQur`aniyyah tahun pelajaran 2021/2022”. Tentunya bahan ajar
yang baik harus didukung dengan metode yang profesional.
1.2 Rumusan Masalah
KAJIAN PUSTAKA
4. Konsep Pemahaman
a. Definisi Pemahaman Secara Umum
Pemahaman mendefinisikan proses berpikir dan belajar. Alasan untuk
mengatakan ini adalah bahwa untuk memahaminya, seseorang harus belajar dan
berpikir. Pengertian dalam belajar mengacu pada kemampuan seseorang untuk
memahami arti atau konsep, situasi, dan fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini, dia
tidak hanya melafalkan secara lisan, tetapi juga memahami konsep masalah atau
fakta yang sedang dibahas, sehingga operasinya dapat membedakan, mengubah,
mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menjelaskan, menjelaskan, menunjukkan,
memberi contoh, dan memperkirakan. , Konfirmasi, dan buat keputusan. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah proses berpikir untuk memahami
makna bukan sekedar menghafalnya.
b. Definisi Pemahaman Menurut Para Ahli
Pengertian pemahaman menurut Anas Sudijono, adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang
kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan.
Sedangkan menurut Yusuf Anas, yang dimaksud dengan pemahaman adalah
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang sudah diingat lebih-kurang
sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan maksud penggunaannya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa dengan memahami sesuatu berarti seseorang dapat
mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, menafsirkan,
memerkirakan, menentukan, memperluas, menyimpulkan, menganalisis, memberi
contoh, menuliskan kembali, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan.
5. Pengertian dan Manfaat Alat Peraga dalam Matematika
Alat ini digunakan untuk operasi (menghitung atau mengukur). Yang dimaksud
dengan alat peraga matematika adalah alat untuk penjelasan konkrit atau realisasi
konsep-konsep abstrak.
7. Bilangan Romawi
Bilangan Romawi adalah sistem penomoran yang berasal dari Roma kuno.
Sistem penomoran ini menggunakan huruf latin untuk merepresentasikan angka.
Simbol Hasil
I 1 (satu) (unus)
V 5 (lima) (quinque)
X 10 (sepuluh) (decem)
Untuk angka yang lebih besar (≥5.000), sebuah garis ditempatkan diatas simbol indikator
perkalian dengan 1.000
Simbol Hasil
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: Jika media berbentuk ular dan trapesium digunakan pada
saat pembelajaran angka romawi maka hasil belajar siswa akan meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam bulan November 2021 .
2. Deskripsi persiklus
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut.
Tabel kegiatan persiklus.
SDIT AL-
1 Senin, 8 November 2021 08.05- 09.45
Qur’aniyyah
I
SDIT AL-
2 Selasa, 9 November 2021 08.05- 09.45
Qur’aniyyah
SDIT AL-
1 Rabu, 10 November 2021 08.05- 09.45
Qur’aniyyah
II
SDIT AL-
2 Kamis, 11 November 2021 08.05- 09.45
Qur’aniyyah
3.3.1 Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini penulis membuat Rencana Pembelajaran dan Pelaksanaan
(RPP) pada bilangan romawi dengan topik dengan indikator:
- Siswa dapat mengenal lambang bilangan romawi
- Siswa dapat menjumlahkan, mengurangkan dan menggabungkan aturan
penjumlahan pengurangan bilangan romawi
b. Pelaksanaan
Pada pembelajaran putaran pertama, peneliti menggunakan angka
romawi untuk memperjelas mata pelajaran dan mengatasi kebosanan siswa.
Putaran pertama penelitian tindakan kelas dibagi menjadi dua bagian berikut:
d. Refleksi
Lakukan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan proses dan hasil
dari tindakan yang dilakukan. Melalui analisis kendala, kekurangan dan
kelemahan pelaksanaan siklus I, hasil survei tersebut dijadikan sebagai
masukan untuk siklus II.
3.3.2 Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap ini, penulis membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pada topik Bilangan Romawi dengan Indikator :
- Siswa dapat membaca dan menulis bilangan Romawi dengan
benar.
- Siswa dapat menggunakan simbol angka romawi dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Pelaksanaan
Saat melaksanakan pembelajaran siklus II, peneliti menggunakan metode
kontekstual untuk belajar melalui berbagai metode pembelajaran dan
menggunakan alat peraga ular tangga. Penelitian tindakan kelas tahap kedua
dibagi menjadi 2 bagian, sebagai berikut:
I. Pertemuan 1 (dilaksanakan pada tanggal 10 November 2021 )
Kegiatan yang dilakukan pada Bagian 1 meliputi:
c. Pengamatan
Dalam proses pembelajaran, peneliti mengamati siswa, dan pengamat (staf)
mengamati peneliti dan belajar siswa, proses pembelajaran dan hasil belajar.
d. Refleksi
3. Panduan Wawancara
3. Validasi Data
Verifikasi data dilakukan dalam bentuk proses pembelajaran, dengan
menggunakan berbagai alat untuk mengamati dan menanyai siswa dan pengamat
(karyawan). Oleh karena itu, proses verifikasi pembelajaran diperoleh melalui
triangulasi sumber dan triangulasi metode.
4. Analisis Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah analisis data hasil belajar, dan
hasil belajar menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu perbandingan antara
hasil penilaian keterampilan awal dengan hasil penilaian keterampilan setelah tes
tahap pertama dan kedua.
Analisis didasarkan pada observasi dan refleksi hasil belajar, analisis kualitatif
data dan hasil wawancara, serta penilaian klasik terhadap tingkat aktivitas siswa.
4. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pembelajaran di kelas adalah jumlah siswa yang lulus
standar KKM sebanyak 80 orang.
BAB IV
1. Pra Siklus
a. Proses Pembelajaran
Pada penelitian pertama ini dikatakan bahwa siswa telah memiliki pemahaman terhadap
pembelajaran matematika tentang bilangan romawi di kelas VI. Kelas masih sangat minim,
karena pembelajaran di kelas hanya transfer ilmu dan biasanya dilakukan dengan melewatkan
sarana dan prasarana yang kurang optimal. Selain itu, peneliti tidak melakukan penelitian
b. Hasil Belajar
Prestasi akademik siswa tingkat pertama matematika bilangan romawi di kelas empat masih
sangat rendah, yang belum memenuhi harapan peneliti. Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Nilai Pra Siklus
No Nama siswa Jenis Nilai Keterangan
Kelamin Prasiklus
1. Ahmad Indra L 70 T
2. Agia Andini P 40 BT
3. Alia Nur Cahya P 50 BT
4. Bobi Maulana L 40 BT
5. Duwi Rahwati P 50 BT
6. Dylani Meiputri P 60 BT
7. Elsa Dwi Cahya P 65 T
8. Lita Nurlita P 65 T
9. Maya Diningsih P 40 BT
10. Rina Wigunawan P 50 BT
Jumlah 530
KKM 65
Rata-rata Kelas 53
Persentase Ketuntasan 30%
Persentase Belum tuntas 70%
Keterangan
T : Tuntas
BT : Belum Tuntas
Pra Siklus
80
70
60
50
40
30 Pra Siklus
20
10
0
a i ya tri
dr in h ana ati u ya rli
ta
gs
ih
wa
n
In nd
Ca ul h w ip Cah u in a
ad A r a a e i N n n
ia Nu iM iR iM Dw ita Di igu
h m Ag a b u w
lan a L ya W
A Al
i Bo D
Dy Els M
a na
Ri
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dapat diperoleh informasi dari 10 siswa kelas IV yang
mengalami ketuntasan belajar sebanyak 7 siswa yaitu standar keutuhan belajar (KKM) minimal
mata pelajaran matematika kelas IV SDIT AlQur `aniyyah adalah 65 (70%) di bawah KKM. ,
Sisanya 3 siswa telah menempuh studi tuntas lebih dari 30% atau setara dengan KKM,
berdasarkan batas kelulusan yang diharapkan guru, yaitu 95%. Siswa memiliki skor minimal 40
poin dan skor maksimum 70 poin, rata-rata kelas adalah 53 poin. Nilainya lebih rendah dari
rata-rata kelas 6 siswa, dan nilai lebih tinggi dari kelas 4 siswa.
Dari paparan informasi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada studi awal atau
presiklus masih sangat rendah, maka dari itu sebagai tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas
a. Proses Pembelajaran
Karena tindak lanjut proses pembelajaran dan hasil belajar baseline study sedikit, maka peneliti
melakukan PTK dengan melakukan proses pembelajaran siklus I. Sesuai jadwal yang telah
ditentukan, proses pembelajaran tahap pertama akan berlangsung dari tanggal 6 hingga 13 April
2016.
Peneliti memberikan soal-soal pretest yang disampaikan secara lisan dan peneliti
menuliskannya dipapan tulis kemudian siswa secara bergantain menjawab pertanyaan dari
peneliti. Dilanjutkan dengan peneliti meminta siswa secara berpasangan dengan teman
sebangkunya untuk mempelajari Materi yang ada di Buku BSE Matematika tentang Aturan
angka romawi disertai contoh dan menggunakan media visual bilangan romawi.
Selama proses pembelajaran, peneliti melakukan patroli terhadap siswa yang mengalami
kesulitan dan memberikan bimbingan atau bimbingan. Siswa bertanya dan menjawab
pertanyaan bersama dengan teman sekelasnya, ada yang antusias dan aktif, dan ada juga yang
Di akhir pembelajaran, guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa dan meminta mereka
untuk berdiskusi dengan teman satu kelompok yang baru, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa,
Pertemuan kedua merupakan lanjutan dari pertemuan pertama, dan siswa menyelesaikan
pekerjaannya di meja diskusi. Dalam kegiatan pembelajaran ini, siswa diminta untuk
kelas, namun dengan bimbingan dan bimbingan peneliti akhirnya siswa menjadi lebih percaya
diri dan lebih baik dalam mendemonstrasikan hasil diskusi kelompoknya. Setelah
menyelesaikan presentasi hasil diskusi, peneliti memperdalam konsep membaca dan menulis
Pada siklus I siswa meningkatkan pemahamannya tentang angka romawi di kelas IV, yang
Keterangan
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa 4 siswa (40%) bermotivasi tinggi, 4 siswa (40%) bermotivasi
b. Hasil Belajar
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data nilai rating berikut ini:
Tabel 4.3 Daftar Nilai Evaluasi Siklus I
No Nama siswa Jenis Nilai Keterangan
Kelamin Siklus I
1. Ahmad Indra L 85 T
2. Agia Andini P 60 BT
3. Alia Nur Cahya P 70 T
4. Bobi Maulana L 60 BT
5. Duwi Rahwati P 60 BT
6. Dylani Meiputri P 75 T
7. Elsa Dwi Cahya P 80 T
8. Lita Nurlita P 80 T
9. Maya Diningsih P 75 T
10. Rina Wigunawan P 60 BT
Jumlah 705
KKM 65
Rata-rata Kelas 70.5
Persentase Ketuntasan 60%
Persentase Belum tuntas 40%
Keterangan
T : Tuntas
SIKLUS 1
90
80
70
60
50
40
SIKLUS 1
30
20
10
0
dr
a ni hy
a a ati ut
ri
hy
a
lit
a sih an
In n di a ul an
h w ip a u r ng aw
A C a a e C N i n
ad ia r
iM
R
iM
i a Di
n
igu
h m Ag a Nu b u wi n a Dw Lit y a W
A i o la
Al B D
Dy Els M
a na
Ri
Informasi berikut dapat diperoleh dari tabel dan grafik di atas:
2) Jumlah mahasiswa yang telah mencapai studi penuh adalah 6 mahasiswa atau 60.000
mahasiswa.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi mengalami peningkatan, jika
bukan yang terbaik, yaitu 6 dari 10 siswa (60%) telah memperoleh kemahiran belajar.
a. Proses Pembelajaran
Siklus II dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran, dan hasil belajar siklus I
Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang. Peneliti
mengajak siswa untuk membuat media permainan ular tangga, kemudian memberikan petunjuk
permainan. Selama 50 menit kegiatan inti pembelajaran, peneliti memantau dan mengamati,
serta memberikan dukungan dan semangat kepada kelompok yang mengalami kesulitan.
Siswa berdiskusi bersama dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan soal kuis yang terdapat
dalam permainan. Pada siklus II ini, mereka antusias dan aktif. Saat mengamati proses, peneliti
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 27 April 2016. Merupakan lanjutan dari pertemuan
pertama, siswa dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran ini, mendiskusikan kegiatan yang dilakukan siswa, dan mengamati
secara langsung penggunaan angka romawi dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah,
Pada siklus II siswa tampil sangat percaya diri. Siswa mungkin sudah memahami beberapa
pertanyaan peneliti dan terbiasa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Setelah
matematika bilangan romawi dengan media pembelajaran ular tangga cukup memuaskan. Hal
Keterangan
(80%) siswa yang sangat giat, 2 siswa yang cukup giat (20%), dan tidak ada siswa yang
berjiwa rendah (0%). Hal ini dikarenakan siswa sangat antusias menggunakan media game
b. Hasil Belajar
Setelah pelaksanaan siklus II, prestasi akademik siswa meningkat sangat baik, dan tidak ada
siswa yang tidak lulus atau berada di bawah KKM. Hal ini terlihat dari data nilai evaluasi
Jumlah 860
KKM 65
Rata-rata Kelas 86
Persentase Ketuntasan 100%
Persentase Belum tuntas 0%
Keterangan
T : Tuntas
BT : Belum Tuntas
Dari tabel dan grafik di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
2) Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar ada 10 siswa atau 100% dari jumlah
siswa.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi mengalami peningkatan
dibandingkan dengan sebelumnya. Pada siklus II tingkat ketuntasan belajar klasikal mencapai
100% yang berarti tingkat ketuntasan belajar melebihi standar yang diharapkan yaitu 85%
ketuntasan belajar klasikal, sehingga peneliti tidak menyelesaikan pembelajaran siklus III.
1. Siklus I
a. Proses Pembelajaran
peningkatan. Proses pembelajaran pada studi pendahuluan aktivitas dan motivasi siswa belum
terjalin karena pembelajaran masih bersifat tradisional. Informasi diberikan hanya melalui
perkuliahan, tanpa pengelolaan kelas, yaitu melalui diskusi kelompok, aktivitas mahasiswa
Proses pembelajaran putaran pertama aktivitas siswa terlihat jelas, dan semangat belajar siswa
juga meningkat. Hal ini disebabkan adanya perubahan metode pembelajaran, penggunaan
media pembelajaran dan pengelolaan kelas yang baik. Selain mengajar, peneliti juga
menggunakan metode kontekstual, tanya jawab, dan diskusi kelompok, kelompok besar 5 siswa
peneliti juga mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan dalam diskusi kelompok.
Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi siswa
( Departemen Pendidikan AS). , 2001). Dengan keadaan ini, siswa akan menyadari bahwa ilmu
yang telah dipelajari berguna untuk kehidupan masa depan, dan memposisikan diri sebagai
kebutuhan untuk menyediakan barang-barang yang berguna untuk kehidupan masa depan,
siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan menggunakan metode ini,
kegiatan belajar menjadi lebih bermakna dan bermakna, siswa lebih aktif, lebih kreatif, dan
peningkatan tersebut belum optimal, sehingga PT 4.444 peneliti dilanjutkan pada siklus II.
b. Hasil Belajar
Dibandingkan dengan penelitian pembelajaran awal, hasil belajar siswa pada siklus I
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.
Dapat dilihat dari Tabel 4.6 dan Gambar 4.6 bahwa hasil belajar siswa pada siklus I mengalami
peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran awal. Jika pada siswa
klasikal derajat pertama hanya 30% yang menyelesaikan studinya atau jumlah siswa yang telah
menyelesaikan sarjana paling banyak 3 dari 10 siswa, maka 7 siswa lainnya belum
menyelesaikan gelar atau 70%, dan pada siklus pertama Bahkan 6 dari 10 siswa telah
menyelesaikan gelar atau 60,n siswa belum menyelesaikan gelar, 4 siswa atau 40%.
Peningkatan hasil belajar pada siklus I dipicu oleh perubahan model pembelajaran yang
awalnya hanya tradisional atau transfer pengetahuan, dan bergeser ke pendekatan situasional
yang juga memasukkan aktivitas siswa menjadi proses pembelajaran yang lebih bermakna,
yaitu melalui pembelajaran kecil. kelompok. Bekerja sama dengan kelompok, ada 5 siswa di
setiap kelompok. Peneliti berpendapat bahwa hasil pada siklus I belum ideal, sehingga peneliti
2. Siklus II
a. Proses Pembelajaran
Pada proses pembelajaran awal, analisis data yang dilakukan peneliti pada Siklus I dan Siklus II
berangsur-angsur membaik. Hal ini dapat kita lihat pada tabel dan grafik di bawah ini.Tabel 4.7
Terlihat dari data pada tabel di atas bahwa antusiasme siswa pada siklus II mengalami
peningkatan, hanya 40% siswa yang bermotivasi tinggi pada siklus I atau 4 dari 10 siswa
mencapai 80% atau sebanyak 10 siswa 8. Pada siklus I terdapat 4 siswa atau 40% siswa
bermotivasi sedang, dan pada siklus II hanya 2 siswa atau hanya 20%. Pada saat yang sama,
jika ada 2 siswa, maka 0% orang dengan motivasi rendah pada siklus kedua, atau 20% sebelum
siklus pertama. Hal ini dikarenakan tingkat perkembangan siswa juga dipengaruhi oleh
lingkungan yaitu penggunaan teman lain dan media permainan bilangan romawi.
Menurut Winataputra (2005:2.7) motivasi ada dua macam yaitu, motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik
berasal dari luar misalnya pujian, nasehat dari guru atau orang tua, bisa juga dari suasana
Menggunakan metode situasional yang digunakan peneliti pasti akan meningkatkan motivasi
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa untuk
Kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Demikian pula munculnya
motivasi ekstrinsik siswa juga sangat didukung oleh suasana belajar siswa yang menyenangkan,
dalam hal ini diskusi kelompok, tanya jawab, dan penggunaan media permainan sangat
bermanfaat bagi siswa untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan menarik
lebih bermakna.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami
aktivitas belajar. Oleh karena itu pebelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep. Maka
perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Tujuan pembelajaran
merupakan deskripsi tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan atau deskripsi produk
yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi. ( gerlach dan Ely, 1980 dalam Ani 2007 : 5 - 6).
Penguasaan konsep dalam proses pembelajaran tercermin dalam evaluasi siswa. Penggunaan
media juga berpengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan pemahaman siswa dalam proses
peningkatan. Peningkatan tersebut dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.8 Perbandingan Nilai Evaluasi Studi Awal, Siklus I, dan Siklus II
NO Nama siswa Jenis Nilai Nilai Nilai
Kelamin Prasiklus Siklus I Siklus
II
1. Ahmad Indra L 70 85 95
2. Agia Andini P 40 60 80
3. Alia Nur Cahya P 50 70 85
4. Bobi Maulana L 40 60 75
5. Duwi Rahwati P 50 60 85
6. Dylani Meiputri P 60 75 90
Elsa Dwi Cahya
7. Lita Nurlita P 65 80 95
8. Maya Diningsih P 65 80 95
9. Rina Wigunawan P 40 75 80
10. Ahmad Indra P 50 60 80
100
90
80
70
60
50
40
30 PRA SIKLUS
20 SIKLUS I
10 SIKLUS II
0
dr
a ni hy
a a ti tri a a
hy urlit ngsi awa
h n
In ndi a ulan hwa ipu a
ad gia A ur
C a Ra e iC N ni n
m N i M wi i M Dw Lita a Di igu
h A b n
A Al
ia Bo Du la
Els
a ay na W
Dy M Ri
Gambar 4.8 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pembelajaran
klasikal meningkat dari 30%, 60% menjadi 100% pada pembelajaran awal, periode I dan
periode II, siswa yang belum tuntas atau belum tuntas pembelajaran klasikal menurun dari 70%,
Peningkatan hasil belajar pada siklus II dipicu oleh penggunaan permainan ular tangga yang
membuat siswa lebih termotivasi dan termotivasi dalam belajar.Pengelola kelas melakukan
diskusi kelompok berdasarkan kedekatan pertemanan siswa, melibatkan aktivitas dan
kreativitas siswa yang lebih tinggi. dan generalitas Instruksikan peneliti kepada siswa.
BAB V
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data pada pembahasan sebelumnya dan hasil penelitian kelas,
angka romawi SDIT. Siswa kelas empat Al-Qur'aniyyah dalam matematika. Daftar
pantauan motivasi siswa membuktikannya. Pada siklus I motivasi tinggi sebesar 40%,
motivasi sedang 40% dan motivasi rendah 20%, pada siklus II motivasi tinggi 80n dan
angka romawi siswa kelas IV SDIT AlQur`aniyyah. Peningkatan hasil belajar dapat
ditunjukkan dengan integritas hasil belajar siswa. Jika pada pembelajaran awal
ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 30% maka pada siklus I meningkat menjadi
Oleh karena itu, penggunaan media permainan angka romawi ular tangga dapat
meningkatkan pemahaman dan hasil belajar matematika pada angka romawi siswa kelas
IV SDIT AlQur`aniyyah.
Untuk Guru
dilakukan guru untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa pada khususnya dan
a. Guru harus menggunakan pendekatan, media, dan metodologi yang tepat agar
pembelajaran.
Untuk Siswa
b. Siswa dapat menguasai materi yang diajarkan oleh guru untuk membuat
Bagi sekolah
matematika