Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah

yang memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan representasi

siswa. Ajaran islam juga sangat mengutamakan pentingnya meningkatkan

kemampuan, bahkan orang yang memperdalam ilmu pengetahuannya akan bisa

menjaga dirinya dalam menghadapi situasi apapun , sebagaimana firmanNya

dalam Al-Quran surah At-Taubah ayat 122 :1

Artinya : dan tidak sepatutnya orang orang mukmin itu semuanya pergi

(kemedan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak

pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi

peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat

menjaga dirinya.

Berdasarkan penjelasan dalam surat At-Taubah ayat 122 dapat disimpulkan

bahwa menuntut ilmu itu sangat penting, agar kita tidak bisa dipermainkan oleh

1
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: Sygma Examedia
Arkanleema, 2009, h. 206

1
2

tangantangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Jadi kita harus

menuntut ilmu kemana saja terutama ilmu yang mengajarkan atau mendalami

tentang keagamaan, karena belajar itu adalah cara yang digunakan untuk berjuang

menyeru kepada Allah SWT. Jika kita sudah mempunyai ilmu yang banyak maka

kita tidak akan dapat dibodohi oleh siapapun.baik itu dalam ilmu keagamaan

maupun ilmu dibidang pendidikan.

Begitu pula halnya dengan pembelajaran matematika, matematika

digunakan secara luas dalam segala bidang kehidupan. Dengan demikian

matematika sangat penting untuk dipelajari. Hal itu terlihat dalam pelaksanaan

pendidikan, dimana pelajaran matematika dipelajari mulai dari jenjang pendidikan

sekolah dasar, sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Peranan matematika

begitu luas, maka dibutuhkan penguasaan matematika yang baik dan benar oleh

siswa, baik sekolah dasar maupun siswa sekolah menengah yang merupakan dasar

pendidikan.

Selain itu pembelajaran matematika juga dapat dikembangkan melalui

pemikiran-pemikiran yang kritis, logis dan sistematis dalam memecahkan

masalah. Namun itu semua tidak terlepas dari bagaimana cara guru mengelola

pembelajaran agar dapat tercapai sesuai dengan tujuannya. Kegiatan pembelajaran

bukan hanya sebatas menyampaikan informasi, melainkan suatu kegiatan untuk

menambah pengetahuan yang akan bernilai ibadah bagi guru dan siswa sehingga
3

menjadi pribadi yang lebih baik untuk masa depan. Sebagaimana firman Allah

SWT dalam surah Al-Zalzalah ayat 7 sebagai berikut:2

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya

Dia akan melihat (balasan)nya.

Dalam surah Al-Zalzalah ayat 7 ini menjelaskan bahwa setiap kebaikan

yang dilakukan maka akan mendapat balasan. Sama halnya dengan seorang guru

yang dituntut untuk mampu menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Dalam

hal ini guru diberikan gaji dalam menjalankan tugasnya. Selain itu Guru sebagai

tenaga pendidik juga memiliki peranan sangat penting dalam peningkatan mutu

pendidikan. Salah satu faktor peningkatann mutu pendidikan adalah peningkatan

kualitas pembelajaran yang biasa dilakukan dalam berbagai aspek diantaranya

dengan tersedianya bahan ajar yang berkualitas.Pada satu sisi, tersedianya bahan

ajar yang berkualitas masih sangat kurang. Hal ini tampak dari bahan-bahan ajar

yang digunakan di sekolah-sekolah, dirancang hanya lebih ditekankan pada misi

penyampaian pengetahuan/fakta belaka.Akibatnya, siswa sulit memahami materi

yang dibacanya.

Penyajian dan penyampaian materi merupakan salah satu hal yang sangat

utama dan penting . untuk meningkatkan mutu pendidikan maka perlu adanya

2
Ibid., h. 599
4

inovasi mengenai bahan ajar. Oleh karena itu , bahan ajar harus dirancang dengan

praktis agar mempermudah siswa dalam menerima informasi dan materi

pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Menurut noviarni, bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan untuk

membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dari pandangan

mengenai bahan ajar, dapat kita pahami bahwa bahan ajar merupakan segala

bahan (baik informasi, alat, bahan, maupun teks) yang disusun secara sistematis,

yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan

digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan

implementasi pembelajaran. Seorang guru dituntut kreatifitasnya untuk mampu

menyusun bahan ajar inovatif, variatif, menarik, kontekstual dan sesuai dengan

tingkat kebutuhan siswa.

Bahan ajar tersebut dapat berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), sehingga

siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajarinya. LKS yaitu bahan ajar

yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat

mempelajari materi dengan mudah. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi,

ringkasan dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, siswa juga dapat

menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.

Selain itu LKS dikemas secara ringkas dan terstruktur, LKS juga mudah diperoleh

oleh siswa untuk dijadikan sebagai media pembelajaran.

siswa biasanya lebih menyukai belajar dengan di arahkan. Sama halnya

pembelajaran menggunbakan LKS. Secara spontan siswa akan mampu belajar


5

dengan sendirinya dan mampu menyelesaikan persoalan yang ada pada LKS.

Menurut fakta yang ada terlihat bahwa siswa lebih tertarik menggunakan LKS

dari pada buku paket. Karena siswa akan lebih mudah memahami materi apabila

dijelaskan secara ringkas dan lengkap dibandingkan dengan siswa yang disuruh

memahami materi setiap sub bab. Siswa juga akan merasa bosan apabila membaca

sebagian dari bahan ajar berbentuk teks.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pengembangan

LKS matematika adalah model pembelajaran berbasis probing -prompting. Model

pembelajaran probing-prompting adalah mengasumsikan bahwa pembelajaran

dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan

memanggil gagasan siswa sehingga dapat melanjutkan proses berpikir yang

mampu mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru

yang sedang dipelajari. Cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang

sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berfikir yang kreatif.

Dengan menggunakan pendekatan probing prompting dalam pengembangan LKS,

guru dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa.

Menurut NCTM representasi merupakan salah satu kunci keterampilan

komunikasi matematis.3 Secara tidak langsung hal ini mengindikasikan bahwa

proses pembelajaran yang menekankan pada Kemampuan representasi akan

melatih siswa dalam komunikasi matematis. Secara umum representasi selalu

3
Tua haloman harahap, "penerapan contextual teaching and learning untuk meningkatkan
kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa kelas VII-2 SMP nurhasanah medan tahun
pelajaran 2012/2013", jurnal edutech, 1:1, (Medan 30 mei 2017), h5
6

digunakan ketika siswa mempelajari matematis. Hal ini terlihat dari 70% ciri khas

komunikasi matematis berkaitan dengan berkaitan representasi.4

Menurut Goldin, representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau

susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili, atau melambangkan sesuatu

dalam suatu cara. Contohnya suatu kata dapat menggambarkan suatu objek

kehidupan nyata atau suatu angka dapat mewakili suatu posisi dalam garis

bilangan. Hal ini berarti representasi memberi manfaat untuk memudahkan

pemahaman terhadap suatu konsep. National Council Teachers of Mathematics

(NCTM) menyatakan, tujuan pembelajaran matematika diantaranya:5

1. Memahami konsep matematika, konsep atau algoritma secara luwes,

akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

4
Ibid
5
Noviarni, Perencanaan Pembelajaran Matematika dan Aplikasinya, (Pekanbaru:
Benteng Media, 2014), h. 20
7

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari

matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

Dengan demikian, siswa yang memiliki kemampuan representasi dapat

membantu siswa tersebut untuk mengorganisasikan pikirannya, memudahkan

pemahamannya, serta menfokuskannya pada hal-hal yang esensial dari masalah

matematis yang dihadapinya sehingga siswa secara khusus telah mempunyai alat

dalam meningkatkan keterampilan komunikasi amtematisnya dan secara umum

dapat meningkatkan kemampuan matematisnya.

Kemampuan representasi memiliki manfaat dalam tujuan pembelajaran

matematis yaitu :

1) dapat mengembangkan kemampuan guru dalam pengajaran yang

melibatkan representasi.

2). Meningkatkan pemahaman siswa, penganalisian cara penyelesaian

dengan menggunakan konsep-konsep matematika.

3) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menghubungkan representasi

matematis dengan koneksi sebagai alat penyelesaian masalah.

4). Menghindarkan atau meminimalisir terjadinya kesalahan konsep.maka

peneliti ingin mencoba menerapkan pengembangan lks matematika

dalam model pembelajaran berbasis probing-prompting .

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru

matematika SMA N 1 Rokan IV Koto, peneliti memperoleh data bahwa siswa

di SMA N 1 Rokan IV Koto masih rendah kemampuan representasi


8

matematisnya. Hal ini terlihat dari kurangnya kemampuan siswa dalam

menyatakan dan menafsirkan gagasan atau ide-ide matematika secara lisan

maupun tulisan baik dalam bentuk gambar, tabel, grafik atau diagram.

Rendahnya kemampuan representasi matematis siswa tidak

sepenuhnya kesalahan dari siswa.Hal ini bisa terjadi karena penggunaan

sumber belajar atau bahan ajar yang masih kurang maksimal, yang mana guru

hanya menggunakan buku paket yang teorinya kurang lengkap dan isi dari

buku tersebut hanya teori yang tidak ada kesimpulannya. Seperti yang telah

beredar di pasaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

mengembangkan suatu bahan ajar berupa LKS. Karena LKS akan mampu

memberikan materi kepada siswa sehingga siswa dapat mempelajari materi

tersebut secara mandiri. yang lebih menekankan pada tujuan siswa mampu

memecahkan masalah matematis sebagaimana yang telah dipaparkan

sebelumnya.LKS disesuaikan dengan KTSP 2006 dan mempunyai

penampilan yang menarik serta mudah dipahami.

Oleh karena itu, LKS hendaknya dirancang dengan menggunakan

pendekatan probing prompting untuk memfasilitasi kemampuan representasi

matematis siswa yang sesuai dengan pengetahuan, pengalaman dan

keterampilan siswa sehingga siswa bisa terlibat secara aktif dalam

pembelajaran matematika. Dengan adanya LKS berbasis model probing

prompting ini diharapkan mampu memberikan solusi dalam memfasilitasi

kemampuan representasi matematis siswa.


9

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti

masalah dalam suatu penelitian yang berjudul Pengembangan Lembar Kerja

Siswa (LKS) Berbasis Model Probing-Prompting untuk Memfasilitasi

Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka perlu

pengembangan LKS menggunakan pendekatan probing-prompting untuk

memfasilitasi kemampuan representasi matematis siswa. Oleh karena itu,

rumusan masalah penelitiannya adalah:

1. Bagaimana mengembangkan dan menghasilkan LKS dengan

menggunakan pendekatan probingprompting yang valid?

2. Bagaimana mengembangkan dan menghasilkan LKS dengan

menggunakan pendekatan probing prompting yang praktis?

3. Bagaimana kemampuan representasi matematis siswa setelah

menggunakan LKS dengan pendekatan probing prompting ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan,

maka perlu pengembangan LKS dengan pendekatan probing-prompting untuk

memfasilitasi kemampuan representasi matematis siswa. Oleh karena itu,

tujuan penelitiannya adalah:

1. Mengembangkan dan menghasilkan LKS dengan menggunakan

pendekatan probingprompting yang valid.


10

2. mengembangkan dan menghasilkan LKS dengan menggunakan

pendekatan probingprompting yang praktis.

3. Mengetahui sejauh mana kemampuan representasi matematis siswa

setelah menggunakan LKS dengan pendekatan probing-prompting.

D. Kajian Teoritis

Untuk menghindari pemaknaan yang berbeda terhadap istilah-istilah yang

terdapat dalam penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan beberapa

istilah yaitu :

1. Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.6

Penelitian pengembangan di bidang pendidikan ini merupakan suatu jenis

penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk - produk untuk

kepentingan pendidikan/pembelajaran yang diawali dengan analisis

kebutuhan dilanjutkan dengan pengembangan produk, kemudian produk

di evaluasi dan diakhiri dengan revisi dan penyebaran produk.

2. LKS (Lembar Kerja Siswa) merupakan materi ajar yang dikemas

sedemikian rupa agar siswa dapat mempelajarai materi tersebut secara

mandiri.7 LKS yang digunakan sebagai bahan untuk memfasilitasi

kemampuan representasi matematis siswa maka peneliti berasumsi LKS

berbasis model probing prompting yang dikembangkan ini akan

membantu menumbuhkembangkan kemampuan representasi matematis

6
Sugiyono, metode penelitian pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2013),hlm.297
7
Andi Prastowo,panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif,(Yogyakarta : Diva Press), hlm.204
11

siswa. Melalui pendekatan ini siswa lebih banyak didorong untuk

melakukan kegiatan berpikir matematis, melakukan proses representasi

terhadap teman kelompok. Sementara guru berperan untuk memfasilitasi

siswa serta melakukan pengawasan secara wajar dengan situasi

pembelajaran.

3. Menurut arti katanya probing adalah penyelidikan,pemeriksaan dan

prompting adalah mendorong atau menuntun. Penyelidikan atau

pemeriksaan disini bertujuan untuk memperoleh sejumlah informasi yang

telah ada pada diri siswa agar dapat digunakan untuk memahami

pengetahuan atau konsep baru.8 Model pembelajaran probing-prompting

adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian

pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses

berfikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya

dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa

mengkonstruksikan konsep menjadi pengetahuan baru, dengan demikian

pengetahuan baru tidak diberitahukan.9

4. Kemampuan representasi dapat diartikan sebagai salah satu keterampilan

proses yang berkaitan dengan kemampuan siswa menyampaikan laporan,


10
gagasan, dan ide. Kemampuan siswa menyampaikan laporan, gagasan,

dan ide matematika dapat dilihat dari representasi yang ditampilkan, guru

bisa mengentahui sejauh mana siswa memahami materi yang

8
Miftahul Huda , model-model pengajaran dan pembelajaran,jakarta : Gramedia
Perkasa,2013.hlm.78
9
Ibid,. Hlm .79
10
Silya Maryanti, Hubungan Antara Keterampilan Representasi Dengan Aktifitas Belajar
Siswa,Bandung : Rosda ,2010,hlm 65.
12

dipelajarinya. Proses pembelajaran matematika melibatkan kemampuan

mengungkapkan ide-ide matematika ke dalam berbagai bentuk, seperti

gambar, diagram, grafik, tabel, notasi matematika, simbol aljabar dan kata

- kata untuk menganalisa suatu masalah sehingga maknanya menjadi jelas

sebagai interpretasi dari pikiran siswa.

E. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang diharapkan dari pengembangan LKS dengan

pendekatan probingprompting untuk memfasilitasi kemampuan represntasi

matematis siswa yaitu:

1. LKS yang dibuat sesuai dengan tujuan pembelajaran

2. LKS yang telah dibuat sesuai dengan materi yang siswa pelajari

3. LKS yang dibuat sesuai level matematika siswa

4. LKS yang dibuat sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang dipilih

yaitu pendekatan probing - prompting

5. LKS yang dibuat berisi soal-soal atau masalah matematika yang memiliki

kemungkinan banyak cara mengerjakan ataupun banyak jawaban dalam

mengerjakannya

6. LKS yang dibuat menggunakan kata-kata yang mudah dipahami

7. LKS yang dibuat menggunakan bahasa yang sesuai dengan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD)
13

F. Pentingnya Pengembangan

Pembelajaran matematika biasanya menggunakan LKS sebagai salah

satu bahan ajar. Selama ini, LKS yang diberikan dalam pembelajaran

matematika belum mengutamakan tujuan menumbuhkembangkan

kemampuan representasi matematis siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses

pembelajaran yang berlangsung dengan LKS yang mereka gunakan.

Pengembangan ini dilakukan dengan harapan agar diperoleh LKS

menggunakan model probing prompting yang valid dan praktis.

Peneliti ingin memfasilitasi kemampuan representasi siswa dalam

pembelajaran matematika. Dalam pengembangan ini, siswa akan

berpartisipasi secara aktif, kreatif dan mandiri serta siswa dapat

meningkatkan kemampuan matematisnya yaitu representasi dalam

pembelajaran. Dengan demikian, tujuan pembelajaran yang diinginkan yaitu

hasil belajar yang baik dan memuaskan akan tercapai. Penggunaan model

pendekatan probing prompting dapat memfasilitasi kemampuan

representasi matematis siswa ke arah yang lebih baik.

G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1. Asumsi

Asumsi dari penelitian pengembangan ini yaitu:

Salah satu bahan ajar adalah LKS. Mengingat telah banyak LKS

yang telah ada hingga hari ini yang semuanya bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. LKS yang ada belum bisa dikatakan
14

sempurna maka dari itu tidak menutup kemungkinan adanya

pengembangan LKS. Maka disini peneliti mengembangkan LKS dengan

berbasis pendekatan probing prompting untuk memfasilitasi kemampuan

representasi matematis siswa yang dapat berguna dalam proses

pembelajaran.

LKS yang dikembangkan ini memiliki kelebihan yaitu dengan

menampilkan ilustrasi, gambar yang menarik serta berwarna, contoh yang

dekat dengan kehidupan siswa serta tidak terlalu didominasi dengan

tulisan. Disini diutamakan adalah proses siswa bukan hasil akhir.

Sehingga akan menciptakan kepercayaan diri siswa.

LKS yang digunakan sebagai bahan untuk memfasilitasi

kemampuan representasi matematis siswa maka peneliti berasumsi LKS

berbasis model probing prompting yang dikembangkan ini akan

membantu menumbuhkembangkan kemampuan representasi matematis

siswa. Melalui model ini siswa lebih banyak didorong untuk melakukan

kegiatan berpikir matematis, melakukan proses pemecahan masalah

matematis bersama teman kelompok. Sementara guru berperan untuk

memfasilitasi siswa serta melakukan pengawasan secara wajar dengan

situasi pembelajaran.

Dengan demikian, diharapkan pembelajaran dengan model

probing-prompting yang dapat membantu memfasilitasi kemampuan

representasi matematis siswa dapat tercapai.


15

2. Keterbatasan Pengembangan

Mengingat kekurangan peneliti dalam penelitian pengembangan

ini, maka peneliti memiliki keterbatasan pengembangan dalam beberapa

hal, yaitu:

a. Pengembangan yang dilakukan berupa LKS

b. Pengembangan LKS untuk siswa SMA

c. Pengembangan LKS hanya dengan model pembelajaran probing

prompting, tidak menggabungkan pendekatan,model dan strategi

lainnya.

H. Definisi Operasional

Untuk lebih memperjelas dan menghindari kesalahpahaman maka perlu

di jelaskan istilah-istilah dalam proposal ini.

1. Penelitian pengembangan adalah metode penelitian untuk

mengembangkan suatu produk yang telah ada dan menguji keefektifan

produk tersebut.11

2. LKS merupakan media pembelajaran yang digunakan sebagi sumber

belajar siswa yang dapat membantu dalam proses pembelajaran, yang

berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas

pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu

pada kompetensi dasar yang harus di capai.12

11
Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung:Alfabeta,2013),h.407
12
Andi Prastowo, Op. Cit., h. 204
16

3. Model pembelajaran probing-prompting adalah pembelajaran dengan

cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun

dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan

pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan

baru yang sedang dipelajari.13

4. Kemampuan representasi dapat diartikan sebagai salah satu

keterampilan proses yang berkaitan dengan kemampuan siswa

menyampaikan laporan, gagasan, dan ide.14 kemampuan siswa

menyampaikan laporan, gagasan, dan ide matematika dapat dilihat

dari representasi yang ditampilkan, guru bisa mengentahui sejauh

mana siswa memahami materi yang dipelajarinya.

5. Model pembelajaran dapat dikatakan valid jika bahan ajar yang

dikembangkan mengacu kepada tingkat desain intervensi yang didasarkan

pada pengetahuan yang saling berkaitan.15

6. Model pembelajaran dikatakan praktis jika bahan ajar yang

dikembangkan mengacu kepada tingkat bahwa penggunaan (atau pakar-

pakar lainnya) mempertimbangkan intervensi dapat digunakan dan

disukai dalam kondisi normal.

13
Istarani dan muhammad ridwan, 50 tipe pembelajaran kooperatif , (medan : CV. Media
Persada,2014),hlm.73.
14
Yuniawatika, penerapan pembelajaran matematika dengan strategi react untuk meningkatkan
kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa sekolah dasar, jurnal edisi khusus No.2
agustua, 2011, h.117
15
Rochmad, Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika, jurnal FMIPA
UNNES,1 Juni 2012. h. 69
17

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teoritis

1. Kemampuan Representasi Matematis

a. Pengertian Representasi Matematis

Istilah representasi dalam bahasa inggris representation

memiliki arti gambaran atau perwakilan. Representasi menunjuk pada

proses maupun hasil dalam kata lain, pada tindakan menangkap suatu

konsep atau hubungan matematika di dalam suatu bentuk dan pada

bentuk itu sendiri. 16

Secara sederhana Alhadad menyatakan bahwa representasi

adalah ungkapan dari ide matematika sebagai model yang digunakan

untuk menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya sebagai hasil


17
interpretasi pikirannya. Menurut Hudiono, kemampuan representasi

mendukung siswa memahami konsep matematika yang dipelajarinya

dan kaitannya, mengkomunikasikan ide-ide matematika, mengenal

koneksi diantara konsep matematika dan menerapkan matematika

pada permasalahan matematika realistik melalui pemodelan.18

16
Wahyudin, pembelajaran & model-model pembelajaran, (Bandung.2008), h.593-540
17
Alhadad, syarifah fadillah, meningkatkan kemampuan representasi multipel matematika,
pemecahan masalah matematika, dan self esteem siswa SMP melalui pembelajaran dengan
pendekatan open ended, disertai UPI (Bandung:2010),h.34 diakses melalui situs
http://repository.upi.edu tanggal 09 meil 2017 pukul 10.30 WIB
18
Hudiono, Bambang, peran pembelajaran diskursus multi representasi terhadap pengembangan
kemampuan matematika dan daya representasi pada siswa SLTP, Disertai UPI ( Bandung : 2005),
h.19 diakses melalui situs hppp://repository.upi.edu tanggal 09 mei 2017 pukul 12.00 WIB
18

Dalam standar kurikulum NCTM dijelaskan bahwa representasi

adalah proses proses memodelkan dan menginterpretasikan fenomena

fisik,sosial, dan matematika dengan penuh arti untuk meningkatkan

pemahaman . sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran

matematika yang baik melibatkan penggunaan representasi secara

berkesinambungan.

Menurut Hiebert dan carpenter dalam mudzakir, proses

representasi terjadi dalam dua tahapan yaitu : representasi internal dan


19
representasi eksternal. Representasi internal adalah proses berpikir

tentang ide-ide matematika yang memungkinkan pikiran seseorang

bekerja atas dasar ide tersebut. Sedangkan representasi eksternal

adalah penyajian dari representasi internal ke dalam model model

matematika . Dengan kata lain, suatu representasi diawali dengan

proses abstraksi ide-ide matematika dalam pikiran siswa sehingga

terbentuk suatu skema kognitif, kemudian ide-ide tersebut

diungkapkan baik berupa grafik,tabel,diagram,dan lain- lain.

Jadi, representasi dalam pembelajaran matematika adalah

penting. Representasi dalam matematika berguna untuk memberikan

informasi kepada guru mengenai proses mereka berpikir berkaitan

dengan suatu konteks matematika. Hal ini memberikan kesempatan

kepada guru untuk mengetahui bagaimana proses berpikir dari

masing-masing siswa, representasi juga berguna untuk memberikan

19
Mudzakir, Hera Sri, strategi pembelajaran think talk write untuk meningkatkan kemampuan
representasi matematika beragam siswa SMP, ( Bandung : 2006), h.21 diakses melalui situs
http://repository.upi.edu tanggal 09 mei 2017 pukul 01.00 WIB
19

informasi mengenai pola dan kecenderungan diantara siswa. Selain

itu representasi juga digunakan oleh guru dan siswa sebagai alat

bantupembelajaran di kelas. bagi siswa, representasi dapat membantu

mengembangkan berbagai kemampuan matematikanya, dan bagi guru

dapat melihat kecendrungan proses berpikir masing-masing siswa.

Dalam penelitian ini, untuk mengukur kemampuan

representasi matematika siswa dalam pembelajaran ini terdiri dari

beberapa aspek antara lain :

a. Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah

b. Membuat persamaan atau ekspresi matematika dari representasi

lain yang diberikan

c. Penyelesaian masalah dari suatu ekspresi matematika.

b. Indikator Representasi Matematis

dalam pengembangan representasi matematis, perlu diperhatikan

indikator untuk tercapainya peningkatan representasi matematis.

berikut ini beberapa indikator dari representasi matematis.20

20
Ahmad Nizar Rangkuti, " Representasi Matematis" jurnal matematika IAIN (forum pedagogik),
6: 1(padang sidempuan: IAIN, 2014),h.; 112
20

TABEL II.1

RUBRIK SKALA PENILAIAN REPRESENTASI MATEMATIS

No Representasi Bentuk-bentuk operasional

1 Visual 1. menyajikan kembali data atau

a. Diagram, tabel, informasi dari suatu representasi ke

atau grafik representasi diagram, grafik, atau tabel

2. menggunakan representasi visual untuk

menyelesaikan masalah

b. gambar 1. membuat gambar pola-pola

2. membuat gambar untuk memperjelas

masalah dan memfasilitasi

penyelesaian

2 Persamaan atau ekspresi 1. membuat persamaam atau model

matematika matematika dari representasi lain yang

diberikan

2. membuat konjektur dari suatu pola

bilangan

3. menyelesaikan masalah dengan

melibatkan ekspresi matematis

3 Kata-kata/teks tertulis 1. membuat situasi masalah berdasarkan

data atau representasi yang diberikan

2. menuliskan langkah-langkah
21

penyelesaian masalah matematika

dengan kata-kata

3. menuliskan interpretasi darisuatu

representasi

4. menyusun cerita yang sesuai dengan

suatu representasi yang disajikan

5. menjawab soal dengan menggunakan

kata-kata atau teks tertulis.

Sumber : Dimodifikasi Dari Ahmad Nizar

c. Rubrik Skala Penilaian Komunikasi Matematis

Rubrik penskoran kemampuan representasi matematis adalah

pedoman penilaian hasil kerja siswa terhadap kemampuan representasi

matematis berdasarkan kriteria tertentu. berikut ini disajikan rubrik

penskoran kemampuan representasi matematis yang dimodifikasi dari

Ahmad Nizar Rangkuti :

TABEL II.2

RUBRIK SKALA PENILAIAN REPRESENTASI MATEMATIS

Menjelaskan/menulis Menggambar Ekspresi matematika Skor

Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman tentang 0

konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa.


22

Penjelasan secara matematis Melukiskan diagram atau Membuat model 1

masuk akal namun hanya gambar yang sesuai dengan matematika yang

sebagai aspek pertanyaan benar namun hanya sesuai dengan benar

dijawab dengan benar sebagian aspek pertanyaan namun hanya

yang dijawab dengan sebagian aspek

benar/salah dalam pertanyaan dijawab

memperoleh solusi dengan benar/salah

dalam memperoleh

solusi

Penjelasan secara nmatematis Melukiskan diagram atau Membuat model 2

masuk akal dan hampir gambar yang sesuai dengan matematika yang

semua aspek pertanyaan benar dan hampir semua sesuai dengan benar

dijawab dengan benar aspek pertanyaan dijawab dan hampir semua

dengan benar/memperoleh aspek pertanyaan

solusi namun kurang dijawab dengan

lengkap benar/memperoleh

solusi namun kurang

lengkap

Penjelasan secara matematis Melukiskan diagram atau Membuat model 3

masuk akal,benar,jelas dan gambar yang matematis yang

tersusun sistematis sesuai,memperoleh solusi sesuai,memperoleh


23

yang benar,jelas dan solusi yang

lengkap benar,jelas dan

lengkap

Skor ideal = 1 Skor ideal=1 Skor ideal = 2

Sumber : Dimodifikasi Dari Ahmad Nizar

2. Model Pembelajaran Probing-Prompting

a. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,

termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaraan, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan

kelas.21

Menurut saya, Model pembelajaran adalah suatu pendekatan,

landasan atau pola yng digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam

merencankan proses pembelajaran dikelas berupa gambaran kecil dari

konsep pembelajaran secara keseluruhan. Termasuk dalam hal ini

adalah tujuan, sintaksis, lingkungan, dan sistem pengelolaan. Atas

dasar ini, model pembelajaran mempunyai makna lebih luas dari

istilah lain, seperti pendekatan, strategi, dan metode.

21
Trianto. 2012. Model Pembelajaran terpadu konsep,Strategi dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Bumi aksara)
24

Contoh implementasi Model pembelajaran dapat digunakan

jigsaw dengan membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk membahas

submateri, yaitu definisi matriks, penjumlahan da penguranagn

matriks, perkalian matriks dan determinan matriks. Dengan demikian,

model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran.

Pembelajaran yang dimaksud disini termasuk penggunaan media

pembelajaran secara umum, seperti buku-buku, film, komputer,

kurikulum, dan lain-lain.

b. Model Pembelajaran Probing-Prompting

Menurut Suyatno dalam buku Istarani & ridwan muhammad

Probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan

serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntut dan menggali,

sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan sikap

siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baruyang sedang

dipelajari, selanjutnya siswa mengonstruksikan konsep prinsi

aturan menjadi pengetahuan baru , dengan demikian pengetahuan baru

tidak diberitahukan.22

Teknik probing prompting adalah pembelajaran dengan cara

guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan

menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan

pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang

22
Istarani & Muhammad Ridwan.2014.50 tipe pembelajaran kooperatif.Medan : CV. Media
Persada. h,73
25

sedang dipelajari. Selanjutnya, siswa mengonstruksikan konsep, dan

aturan menjadi pengetahuan baru. Dengan demikian, pengetahuan

baru tidak diberitahukan.23

Dalam pembelajaran ini terdapat beberapa langkah dalam

tahapan pembelajarannya,yaitu sebagai berikut :24

1. Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan

memerhatikan gambar,rumus, atau situasi lainnya yang

mengandung permasalahan.

2. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan

kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakikan

diskusi kecil dalam merumuskannya.

3. Guru mengajukan persoalan kepada siswa sesuai dengan

tujuan pembelajaran khusus atau indikator kepada seluruh

siswa.

4. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan

kepada siswa untuk merumuskan jawaban .

5. Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan

6. Jika jawaban tepat, guru meminta tanggapan kepada siswa lain

tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh

siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

23
Aris Shoimin.2014.68 pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media. h,126
24
Ibid, 50 tipe pembelajaran kooperatif h 111
26

7. Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda

untuk lebih menekankan bahwa indikator tersebut benar-benar

telah dipahami oleh seluruh siswa.

c. Kelebihan Model Pembelajaran Probing-Prompting

Adapun kelebihan dari model pembelajaran probing-prompting

adalah sebagai berikut :25

a. Mendorong siswa aktif berpikir.

b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal

hal yang kurang jelas sehungga guru dapat menjelaskan

kembali.

c. Perbedaan pendapat antara siswa dapat dikompromikan atau

diarahkan.

d. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa,

sekalipun ketika itu siswa sedang ribut atau ketika sedang

mengantuk hilang rasa kantuknya.

e. Sebagai cara meninjau kembali (review) bahkan pelajaran yang

lampau.

f. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam

menjawab dan mengemukakan pendapat.

g. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.

25
Ibid, 68 pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.h,128
27

d. Kelemahan Model Pembelajaran Probing-Prompting

a. Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu

untuk memberikan pertanyaan kepada tiap siswa.

b. Siswa meras takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong

siswa untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak

tegang, melainkan akrab.

c. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat

berpikir dan mudah dipahami siswa.

d. Waktu sering banyak terbuang apabila siswa tidak dapat

menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.

e. Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu

untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.

f. Dapat mengahambat cara berpikir anak bila tidak/kurang

pandai membawakan diri, misalnya guru meminta siswanya

menjawab persis seperti yang dia kehendaki, kalau tidak dinilai

salah.26

26
Ibid, h 129
28

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar

kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan

tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang

mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.27

Fungsi LKS yaitu:28

a. Sebagai bahan ajar yang meminimalkan peran pendidik, namun lebih

mengaktifkan peserta didik;

b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk

memahami materi yang diberikan;

c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih;

d. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

Tujuan LKS:29

a. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk

berinteraksi dengan materi yang diberikan;

b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik

terhadap materi yang diberikan;

c. Melatih kemandirian belajar peserta didik;

d. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.

27
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva
Press, 2013), h. 204
28
Ibid, h. 205-206
29
Ibid, h. 206
29

Menurut Wandhiro yang dikutip oleh Prida Purwoko, manfaat

penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah:30

a. Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran;

b. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep;

c. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses

pembelajaran;

d. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari

melalui kegiatan belajar;

e. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang

dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Kelebihan dari penggunaan LKS:31

a. Meningkatkan aktivitas belajar;

b. Mendorong siswa mampu bekerja sendiri;

c. Membimbing siswa secara baik kearah pengembangan konsep.

Kekurangan LKS yaitu:

a. Bagi siswa yang malas akan terasa membosankan;

b. Bagi siswa yang malas akan mencontoh jawaban dari temannya;

30
Prida Purwoko, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis LKS, diakses pada tanggal 29
April 2017 dari situs http://pridapurwoko.blogspot.com/2013/04/pengembangan-bahan-ajar-
berbasis-LKS-30.html
31
Hamdani, Pengembangan Pembelajaran dengan Mathematical Discourse dalam
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik pada Siswa Sekolah Menengah Pertama,
(dalam seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY, 5 Desember 2009), h. 75
30

c. Bagi siswa yang memiliki kemampuan yang rendah akan mengalami

kesulitan dan tertinggal dari temannya.

LKS yang inovatif dan kreatif akan menciptakan proses

pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Langkah-langkah penyusunan

LKS menurut Diknas (2004) adalah sebagai berikut:32

a. Melakukan Analisis Kurikulum

Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana

yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam

menentukan materi, langkah analisisnya dilakukan dengan cara

melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan

diajarkan. Selanjutnya, kita juga harus mencermati kompetensi yang

harus dimiliki oleh siswa.

b. Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Pada kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah

LKS yang harus ditulis serta melihat urutan LKS nya.Urutan LKS

sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan.Langkah ini

biasanya diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber

belajar.

c. Menentukan Judul-Judul LKS

LKS ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi-

materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam

32
Andi Prastowo, Op.Cit, h. 212-215
31

kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dideteksi, antara lain dengan

cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan

maksimal 4 MP, maka kompetensi tersebut dapat dijadikan sebagai

satu judul LKS.

d. Penulisan LKS

Langkah-langkah dalam menulis LKS, yaitu merumuskan kompetensi

dasar, menentukan alat penilaian, menyusun materi, dan

memperhatikan struktur LKS.

Dalam mengembangkan LKS, peneliti perlu memperhatikan desain

pengembangan dan langkah-langkah pengembangannya.Faktor-faktor

yang perlu diperhatikan pada saat mendesain LKS adalah tingkat

kemampuan membaca siswa dan pengetahuan siswa.33

Dengan demikian, LKS dapat mengembangkan kemampuan siswa

untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip

umum dan abstrak dengan menggunakan kemampuan siswa dalam

komunikasi matematis dalam proses pembelajaran.

33
Ibid, h. 216
32

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Marlina Usman dengan judul Pengembangan lks berbasis probing-

prompting untuk memfasilitasi kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa SMP Negeri 14 Pekanbaru.34 Pada penelitian tersebut menghasilkan

kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep antara

siswa yang belajar melalui model pembelajaran kooperatif lebih baik

daripada siswa yang belajar secara konvensional berdasarkan: 1)

keseluruhan siswa dan 2) pengelompokan siswa. Terdapat interaksi antara

model pembelajaran dan pengelompokan siswa terhadap peningkatan

kemampuan pemahaman konsep matematis.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

penelitian ini mengembangkan LKS berbasis model probing-prompting

untuk memfasilitasi kemampuan representasi matematis siswa Sma Negeri

1 Rokan IV Koto.

34
Marlina Usman, " Pengembangan lks berbasis probing-prompting untuk memfasilitasi
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP Negeri 14 Pekanbaru", dalam Jurnal Uin
Suska, 2013,hlm 25
33

C. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan LKS berbasis model

pembelajaran probing-prompting. Peneliti akan menguji kelayakan LKS

dapat memfasilitasi kemampuan Representasi matematis siswa, sehingga

akan diketahui valid dan praktis atau tidaknya LKS yang dihasilkan.

masalah LKS belum ada yang menggunakan model pembelajaran


probing-prompting untuk memfasilitasi kemampuan
representasi matematis

penyelesaian
perlunya pengembangan LKS matematika berbasis model
masalah
probing prompting yang valid, praktis dan mampu
memfasilitasi kemampuan representasi matematis siswa.

hasil yang
diharapkan tersedianya pengembangan LKS pembelajaran yang
valid, praktis dan mampu memfasilitasi kemampuan
representasi amtematis siwa.

matematis siswa LKS pembelajaran berbasis model


probing prompting untuk memfasilitasi kemampuan
representasi.

GAMBAR II. 1 SKEMA KERANGKA BERPIKIR


34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA N 1 Rokan IV Koto,

karena dari wawancara yang dilakukan tingkat kemampuan representasi

matematika siswa disekolah ini masih relatif rendah.

2. Waktu Penelitian

TABEL III.1

JADWAL PENELITIAN

Waktu Keterangan

desember 2017 Desain LKS Dan Instrumen

02 januari 2017-04 januari 2017 Validasi Dan Revisi Instrumen

05 januari 2017-20 januari 2017 Validasi Lks

23 januari 2017-03 fwbruari 2017 Revisi LKS

06 februari 2017-11 februari 2017 Uji Coba Kelompok Kecil

13 februari 2017 25 februari 2017 Uji Coba Kelompok Terbatas

27 februari 2017 Tes Kemampuan Representasi Matematis

Februari 2017 Pengolahan Data Dan Analisis Data

Maret 2017 Penulisan Dan Revisi Laporan Penelitian


35

B. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and

Development (R & D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk

mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam

pendidikan dan pembelajaran.menghasilkan produk tertentu dan menguji

keefektifan produk tersebut.35Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

suatu produk dan memvalidasi produk yang dihasilkan. Produk yang

dihasilkan adalah bahan ajar berupa LKS berbasis pendekatan probing-

prompting untuk memfasilitasi kemampuan representasi matematis siswa

SMA N 1 Rokan IV Koto.

C. Desain Penelitian

Pada penelitian ini, LKS yang dikembangkan oleh peneliti diuji

tingkat validitas dan kepraktisannya. Uji validitas dilakukan untuk

mengetahui apakah LKS yang dikembangkan telah sesuai dengan kriteria

LKS. Uji kepraktisan dilakukan untuk mengetahui apakah LKS yang

dikembangkan praktis digunakan oleh siswa.

Prosedur pengembangan LKS matematika ini menggunakan model

ADDIE. ADDIE adalah singkatan dari analyze, design, development,

implementation, dan evaluation. ADDIE sudah diakui di dunia Internasional

didalam teknologi pendidikan sebagai sebuah kerangka berpikir sistemik

35
Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), h. 9
36

yang baik. ADDIE merupakan desain sistem instruksional yang sudah sering

dipakai untuk menyusun berbagai sistem, baik sistem yang formal seperti

didalam sistem pendidikan maupun non formal seperti penyelenggaraan

pelatihan untuk mencapai tujuan tertentu.

Model ini sesuai dengan namanya, terdiri dari lima fase atau tahap

utama, yaitu (A)nalysis, (D)esign, (D)evelopment, (I)mplementation, dan

(E)valuation. Kelima fase atau tahap dalam model ADDIE perlu dilakukan

secara sistemik dan sistematik. Oleh sebab itu, model ini dapat digunakan

untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti model, strategi

pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar.

Model desain sistem pembelajaran ADDIE dengan komponen-komponennya

dapat diperlihatkan pada gambar berikut:

D. Prosedur Pengembangan

Salah satu model desain pengembangan yang memperlihatkan

tahapan-tahapan dasar desain sistem pembelajaran yang sederhana dan mudah

dipelajari adalah model ADDIE. Model ini, sesuai dengan namanya, terdiri

dari lima fase atau tahap utama, yaitu (A)nalysis, (D)esign, (D)evelopment,

(I)mplementation, (E)valuation. Desain pengembangan ADDIE secara visual

siklus tahapan-tahapan nya sesuai dengan gambar III.1.36

36
I Made Tegeh Dan I Made Kirna, " Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian Pendidikan
Dengan ADDIE Model", jurnal IKA, 11:1, (Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha, 2013),
h.16.
37

Analysis

Implementation Evaluation Design

Development

peneliti melakukan semua tahapan pada model pengembangan ADDIE,

akan tetapi peneliti membatasi proses evaluasi dilakukan hanya pada tahap

development dan taham implementation. Berikut adalah uraian prosedur

pengembangan dalam penelitian ini, yakni :

1. Analysis (Analisis)

Dalam pengembangan LKS ini, sesuai dengan model ADDIE

prosedur pengembangan yang dilakukan terdiri atas lima tahap, yaitu:

Langkah analisis terdiri atas dua tahap, yaitu analisis kinerja (performance

analysis) dan analisis kebutuhan (need analysis). Tahapan ini dijelaskan

secara rinci yaitu:

a. Analisis kinerja

Analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan

mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan

solusi berupa penyelenggaraan program atau perbaikan

manajemen. Analisis kinerja dalam penelitian ini bertujuan untuk


38

mengetahui dan mengklarifikasi masalah dasar yang dihadapi

dalam pembelajaran materi pokok.

Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah

masih terbatas dan jarang digunakannya bahan ajar LKS

matematika dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga

dibutuhkan solusi berupa perbaikan kualitas manajemen dalam

proses pembelajaran. Solusi dari permasalahan tersebut bisa

dilakukan dengan cara penyediaan fasilitas pembelajaran yang

memadai, misalnya tersedia bahan ajar LKS matematika yang

mengutamakan aktivitas belajar siswa.

b. Analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan

untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi

yang perlu dipelajari oleh siswa untuk memfasilitasi kemampuan

komunikasi matematis siswa. Hal ini dapat dilakukan apabila

program pembelajaran dianggap sebagai solusi dari masalah

pembelajaran yang sedang dihadapi.

2. Design (Perancangan)

Pada langkah perancangan disusun LKS dan RPP (Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran).

a. Mendesain LKS
39

Penyusunan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Menetapkan judul LKS yang akan disusun. Judul LKS ditentukan

berdasarkan kompetensi dasar, indikator-indikator, materi

pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum.

2) Menyiapkan buku-buku sumber untuk pengumpulan materi pokok.

Pengumpulan materi pokok ini dilakukan dengan menggunakan

buku-buku mata pelajaran matematika.

3) Merancang format penulisan LKS. Kegiatan dalam merancang

format penulisan LKS antara lain merancang bentuk LKS, bentuk

penggunaannya, menentukan unsur-unsur yang harus ada dalam

LKS, dan urutan dari unsur-unsur tersebut.

b. Mendesain RPP

Adapun langah-langkah atau cara pengembangan RPP

pembelajaran adalah sebagai berikut:37

1) Mengisi kolom identitas;


2) Menentukan alokasi waktu pertemuan;
3) Menentukan SK/KD serta indikator;
4) Merumuskan tujuan sesuai SK/KD dan indikator;
5) Mengidentifikasi materi standar;
6) Menentukan pendekatan, model, dan metode pembelajaran;
7) Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari
kegiatan awal, inti dan akhir;
8) Menentukan sumber belajar;
9) Menyusun kriteria penilaian.

37
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 109
40

3. Development (Pengembangan)

Pada tahap development (pengembangan), LKS yang telah disusun

dikembangkan berdasarkan validasi ahli materi pembelajaran. Dalam

tahap ini juga diikuti dengan revisi yang berguna memperoleh penilaian

dan masukan berupa saran-saran dalam perbaikan LKS yang

dikembangkan.

4. Implementation (Implementasi)

Produk yang telah dinyatakan layak uji oleh pakar. Yaitu dosen

dan guru yang berpengalaman dan ahli materi. Para validator adalah

mereka yang mengerti dan ahlinya dalam menyusun perangkat

pembelajaran dengan menggunakan LKS matematika berbasis

pendekatan kooperatif tipe TPS dan mampu memberikan saran guna

menyempurnakan perangkat yang telah disusun. Kemudian diuji cobakan

kepada para siswa.

Uji coba pertama dilakukan untuk kelompok kecil, sesuai dengan

pendapat Multiyaningsih bahwa uji coba kelompok kecil ini melibatkan

sekitar 6-12 orang responden terlebih dahulu.38 Maka peneliti menentukan

untuk memilih 10 siswa saja. Selanjutnya diuji cobakan kelapangan lebih

luas yang disarankan oleh Mulyatiningsih bahwa sampel yang diambil

lebih banyak yaitu antara 30-100 orang responden.39 Maka peneliti

memilih dengan jumlah 30 siswa.

38
Endang Mulyatiningsih, Op.Cit, h. 163
39
Ibid, h. 164
41

Perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada tahap

ini berupa lembar angket respon siswa, pedoman wawancara dan

kuesioner. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan masukan-

masukan atau koreksi terhadap produk yang telah dikembangkan. Selain

angket respon, siswa juga mendapatkan tes setelah menggunakan LKS

tersebut guna untuk mengetahui kelayakan LKS dalam proses

pembelajaran.

5. Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk

memberikan nilai terhadap program pembelajaran. Evaluasi ini bertujuan

untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang berkenaan dengan nilai

dan arti.40

Pada dasarnya, evaluasi telah dilakukan sejak tahap development

yaitu evaluasi tingkat validitas LKS oleh para ahli. Akan tetapi, evaluasi

pada tahap ini lebih kepada evaluasi untuk mengetahui tingkat kepraktisan

yang dikembangkan pada saat implementasi di kelas.

E. Uji Coba Produk

1. Subjek dan Objek Uji Coba

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA N 1 Rokan IV

Koto. Pengambilan subjek uji coba untuk uji kelompok kecil dan uji

40
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 5-6
42

kelompok besar diambil secara acak dari populasi yang ditentukan. Pada

awalnya dikembangkan LKS dan kemudian LKS tersebut diuji. Objek

penelitian ini adalah pengembangan LKS berbasis Model Pembelajaran

Probing-Prompting untuk memfasilitasi kemampuan matematis siswa.

2. Jenis Data

Jenis data yang diambil dari pengembangan LKS berbasis Model

Pembelajaran Probing-Prompting adalah data primer, yaitu data yang

diperoleh langsung dari angket uji coba validitas dan angket uji coba

praktikalitas LKS yang berbasis Model Pembelajaran Probing-Prompting.

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan adalah berupa angket dan tes.

a. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian pengembangan

ini, angket yang digunakan adalah angket uji validitas yang diberikan

kepada validator dan angket uji kepraktikalitas yang diberikan kepada

siswa. Angket yang digunakan menggunakan format skala

perhitungan rating scale.Rating scale atau skala bertingkat adalah

suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala.


43

Angket uji validitas ini bertujuan untuk mengukur kevalidan

LKS yang akan dikembangkan. Angket uji praktikalitas bertujuan

untuk mengukur kepraktisan LKS yang digunakan untuk siswa.

Angket uji validitas dan angket uji praktikalitas disusun menurut

skala perhitungan rating scale.

TABEL III.1
SKALA ANGKET
Jawaban Item Instrumen Skor

Sangat Baik 5

Baik 4

Cukup Baik 3

Kurang Baik 2

Tidak Baik 1

Sumber : Dimodifikasi dari Sugiyono

b. Tes

Tes yang digunakan adalah tes tertulis yang diberikan kepada

siswa pada akhir pembelajaran. Tes tertulis bertujuan untuk

mengetahui tingkat representasi matematika siswa yaitu post test.

Hasil pekerjaan siswa pada post test tersebuut masing-masing diberi

skor sesuai dengan pedoman atau rubrik kemampuan representasi.


44

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif

kualitatif dan teknik analisis deskriptif kuantitatif yang mendeskripsikan hasil

uji validitas dan praktikalitas LKS berbasis Model Pembelajaran Probing-

Prompting.

1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan cara mengelompokkan

informasi-informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, kritik, dan

saran perbaikan yang terdapat pada angket. Teknik analisis deskriptif

kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review ahli materi

pembelajaran dan ahli teknologi pendidikan berupa saran dan komentar

mengenai perbaikan LKS berbasis Model Pembelajaran Probing-

Prompting.Analisis Deskriptif Kuantitatif

Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dngan cara menganalisis data

kuantitatif berupa angka. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk

menganalisis data yang diperoleh dari angket dan tes tertulis.

a. Angket

Analisis data yang diperoleh dari angket dengan rating scale diperoleh

dengan cara:41

1) Menentukan skor maksimal ideal

Skor maksimal ideal = banyak validator jumlah butir komponen

skor maksimal

41
Sugiyono, Op.Cit, h. 143
45

2) Menentukan skor yang diperoleh dengan menjumlahkan skor dari

masing-masing validator

3) Menentukan persentase keidealan


= 100%

4) Hasil persentase keidealan kemudian ditafsirkan dalam pengertian

kualitatif berdasarkan pada tabel berikut ini.

TABEL III.2
KRITERIA PENILAIAN IDEAL LKS
No. Interval Kriteria

1. 90% 100% Sangat Baik

2. 70% 89% Baik

3. 50% 69% Cukup Baik

4. 30% 49% Kurang Baik

5. 20% 29% Tidak Baik

Sumber: Diadaptasi dari Sugiyono (2013:99)

LKS berbasis pendekatan kooperatif tipe TPS dikatakan

valid dan praktis jika persentase keidealan minimal berada pada

criteria baik.

5) Menentukan skor yang diperoleh dengan menjumlahkan skor dari

masing-masing validator dan guru mata pelajaran. Ada dua analisis

dalam menentukan skor, yaitu:


46

a) Penentuan validitas dengan cara berikut:42


= 100%

Memberikan penilaian validitas dengan kriteria sebagai berikut:

TABEL 3.3
KRITERIA PENILAIAN VALIDITAS LKS
No. Interval Kriteria

1. 90% 100% Sangat Valid

2. 70% 89% Valid

3. 50% 69% Cukup Valid

4. 30% 49% Kurang Valid

5. 20% 29% Tidak Valid

Sumber: Diadaptasi dari Sugiyono (2013:99)

b) Analisis uji kepraktisan


= 100%

Setelah presentase diperoleh, dilakukan pengelompokkan sesuai

kriteria:

42
Ngulim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 82
47

TABEL III.4
KRITERIA PENILAIAN PRAKTIKALITAS LKS
No. Interval Kriteria

1. 90% 100% Sangat Praktis

2. 70% 89% Praktis

3. 50% 69% Cukup Praktis

4. 30% 49% Kurang Praktis

5. 20% 29% Tidak Praktis

Sumber: Diadaptasi dari Sugiyono (2013:99)

b. Tes

Keberhasilan LKS dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh

dari tes yang dilakukan. Hasil pekerjaan siswa pada tes tersebut

masing-masing diberi skor sesuai dengan pedoman kemampuan

komunikasi matematis. Kemudian skor yang diperoleh oleh siswa

diubah menjadi nilai menggunakan rumus berikut ini:43



= 100%

43
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010,
Ed. Revisi, cet.11), h. 236

Anda mungkin juga menyukai