PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Artinya : dan tidak sepatutnya orang orang mukmin itu semuanya pergi
(kemedan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat
menjaga dirinya.
bahwa menuntut ilmu itu sangat penting, agar kita tidak bisa dipermainkan oleh
1
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: Sygma Examedia
Arkanleema, 2009, h. 206
1
2
tangantangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik. Jadi kita harus
menuntut ilmu kemana saja terutama ilmu yang mengajarkan atau mendalami
tentang keagamaan, karena belajar itu adalah cara yang digunakan untuk berjuang
menyeru kepada Allah SWT. Jika kita sudah mempunyai ilmu yang banyak maka
kita tidak akan dapat dibodohi oleh siapapun.baik itu dalam ilmu keagamaan
matematika sangat penting untuk dipelajari. Hal itu terlihat dalam pelaksanaan
begitu luas, maka dibutuhkan penguasaan matematika yang baik dan benar oleh
siswa, baik sekolah dasar maupun siswa sekolah menengah yang merupakan dasar
pendidikan.
masalah. Namun itu semua tidak terlepas dari bagaimana cara guru mengelola
menambah pengetahuan yang akan bernilai ibadah bagi guru dan siswa sehingga
3
menjadi pribadi yang lebih baik untuk masa depan. Sebagaimana firman Allah
yang dilakukan maka akan mendapat balasan. Sama halnya dengan seorang guru
hal ini guru diberikan gaji dalam menjalankan tugasnya. Selain itu Guru sebagai
tenaga pendidik juga memiliki peranan sangat penting dalam peningkatan mutu
dengan tersedianya bahan ajar yang berkualitas.Pada satu sisi, tersedianya bahan
ajar yang berkualitas masih sangat kurang. Hal ini tampak dari bahan-bahan ajar
yang dibacanya.
Penyajian dan penyampaian materi merupakan salah satu hal yang sangat
utama dan penting . untuk meningkatkan mutu pendidikan maka perlu adanya
2
Ibid., h. 599
4
inovasi mengenai bahan ajar. Oleh karena itu , bahan ajar harus dirancang dengan
Menurut noviarni, bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan untuk
mengenai bahan ajar, dapat kita pahami bahwa bahan ajar merupakan segala
bahan (baik informasi, alat, bahan, maupun teks) yang disusun secara sistematis,
yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan
menyusun bahan ajar inovatif, variatif, menarik, kontekstual dan sesuai dengan
Bahan ajar tersebut dapat berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), sehingga
siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajarinya. LKS yaitu bahan ajar
mempelajari materi dengan mudah. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi,
ringkasan dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, siswa juga dapat
Selain itu LKS dikemas secara ringkas dan terstruktur, LKS juga mudah diperoleh
dengan sendirinya dan mampu menyelesaikan persoalan yang ada pada LKS.
Menurut fakta yang ada terlihat bahwa siswa lebih tertarik menggunakan LKS
dari pada buku paket. Karena siswa akan lebih mudah memahami materi apabila
dijelaskan secara ringkas dan lengkap dibandingkan dengan siswa yang disuruh
memahami materi setiap sub bab. Siswa juga akan merasa bosan apabila membaca
sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berfikir yang kreatif.
3
Tua haloman harahap, "penerapan contextual teaching and learning untuk meningkatkan
kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa kelas VII-2 SMP nurhasanah medan tahun
pelajaran 2012/2013", jurnal edutech, 1:1, (Medan 30 mei 2017), h5
6
digunakan ketika siswa mempelajari matematis. Hal ini terlihat dari 70% ciri khas
dalam suatu cara. Contohnya suatu kata dapat menggambarkan suatu objek
kehidupan nyata atau suatu angka dapat mewakili suatu posisi dalam garis
4
Ibid
5
Noviarni, Perencanaan Pembelajaran Matematika dan Aplikasinya, (Pekanbaru:
Benteng Media, 2014), h. 20
7
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
matematis yang dihadapinya sehingga siswa secara khusus telah mempunyai alat
matematis yaitu :
melibatkan representasi.
maupun tulisan baik dalam bentuk gambar, tabel, grafik atau diagram.
sumber belajar atau bahan ajar yang masih kurang maksimal, yang mana guru
hanya menggunakan buku paket yang teorinya kurang lengkap dan isi dari
buku tersebut hanya teori yang tidak ada kesimpulannya. Seperti yang telah
mengembangkan suatu bahan ajar berupa LKS. Karena LKS akan mampu
tersebut secara mandiri. yang lebih menekankan pada tujuan siswa mampu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kajian Teoritis
istilah yaitu :
6
Sugiyono, metode penelitian pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2013),hlm.297
7
Andi Prastowo,panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif,(Yogyakarta : Diva Press), hlm.204
11
pembelajaran.
telah ada pada diri siswa agar dapat digunakan untuk memahami
dan ide matematika dapat dilihat dari representasi yang ditampilkan, guru
8
Miftahul Huda , model-model pengajaran dan pembelajaran,jakarta : Gramedia
Perkasa,2013.hlm.78
9
Ibid,. Hlm .79
10
Silya Maryanti, Hubungan Antara Keterampilan Representasi Dengan Aktifitas Belajar
Siswa,Bandung : Rosda ,2010,hlm 65.
12
gambar, diagram, grafik, tabel, notasi matematika, simbol aljabar dan kata
E. Spesifikasi Produk
2. LKS yang telah dibuat sesuai dengan materi yang siswa pelajari
5. LKS yang dibuat berisi soal-soal atau masalah matematika yang memiliki
mengerjakannya
7. LKS yang dibuat menggunakan bahasa yang sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)
13
F. Pentingnya Pengembangan
satu bahan ajar. Selama ini, LKS yang diberikan dalam pembelajaran
kemampuan representasi matematis siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses
hasil belajar yang baik dan memuaskan akan tercapai. Penggunaan model
1. Asumsi
Salah satu bahan ajar adalah LKS. Mengingat telah banyak LKS
yang telah ada hingga hari ini yang semuanya bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. LKS yang ada belum bisa dikatakan
14
pembelajaran.
siswa. Melalui model ini siswa lebih banyak didorong untuk melakukan
situasi pembelajaran.
2. Keterbatasan Pengembangan
hal, yaitu:
lainnya.
H. Definisi Operasional
produk tersebut.11
11
Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung:Alfabeta,2013),h.407
12
Andi Prastowo, Op. Cit., h. 204
16
13
Istarani dan muhammad ridwan, 50 tipe pembelajaran kooperatif , (medan : CV. Media
Persada,2014),hlm.73.
14
Yuniawatika, penerapan pembelajaran matematika dengan strategi react untuk meningkatkan
kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa sekolah dasar, jurnal edisi khusus No.2
agustua, 2011, h.117
15
Rochmad, Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika, jurnal FMIPA
UNNES,1 Juni 2012. h. 69
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teoritis
proses maupun hasil dalam kata lain, pada tindakan menangkap suatu
16
Wahyudin, pembelajaran & model-model pembelajaran, (Bandung.2008), h.593-540
17
Alhadad, syarifah fadillah, meningkatkan kemampuan representasi multipel matematika,
pemecahan masalah matematika, dan self esteem siswa SMP melalui pembelajaran dengan
pendekatan open ended, disertai UPI (Bandung:2010),h.34 diakses melalui situs
http://repository.upi.edu tanggal 09 meil 2017 pukul 10.30 WIB
18
Hudiono, Bambang, peran pembelajaran diskursus multi representasi terhadap pengembangan
kemampuan matematika dan daya representasi pada siswa SLTP, Disertai UPI ( Bandung : 2005),
h.19 diakses melalui situs hppp://repository.upi.edu tanggal 09 mei 2017 pukul 12.00 WIB
18
berkesinambungan.
19
Mudzakir, Hera Sri, strategi pembelajaran think talk write untuk meningkatkan kemampuan
representasi matematika beragam siswa SMP, ( Bandung : 2006), h.21 diakses melalui situs
http://repository.upi.edu tanggal 09 mei 2017 pukul 01.00 WIB
19
itu representasi juga digunakan oleh guru dan siswa sebagai alat
20
Ahmad Nizar Rangkuti, " Representasi Matematis" jurnal matematika IAIN (forum pedagogik),
6: 1(padang sidempuan: IAIN, 2014),h.; 112
20
TABEL II.1
menyelesaikan masalah
penyelesaian
diberikan
bilangan
2. menuliskan langkah-langkah
21
dengan kata-kata
representasi
TABEL II.2
masuk akal namun hanya gambar yang sesuai dengan matematika yang
dalam memperoleh
solusi
masuk akal dan hampir gambar yang sesuai dengan matematika yang
semua aspek pertanyaan benar dan hampir semua sesuai dengan benar
lengkap benar/memperoleh
lengkap
lengkap
a. Model Pembelajaran
kelas.21
landasan atau pola yng digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam
21
Trianto. 2012. Model Pembelajaran terpadu konsep,Strategi dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Bumi aksara)
24
tidak diberitahukan.22
22
Istarani & Muhammad Ridwan.2014.50 tipe pembelajaran kooperatif.Medan : CV. Media
Persada. h,73
25
mengandung permasalahan.
siswa.
23
Aris Shoimin.2014.68 pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media. h,126
24
Ibid, 50 tipe pembelajaran kooperatif h 111
26
kembali.
diarahkan.
lampau.
25
Ibid, 68 pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.h,128
27
salah.26
26
Ibid, h 129
28
c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih;
Tujuan LKS:29
27
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva
Press, 2013), h. 204
28
Ibid, h. 205-206
29
Ibid, h. 206
29
pembelajaran;
30
Prida Purwoko, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis LKS, diakses pada tanggal 29
April 2017 dari situs http://pridapurwoko.blogspot.com/2013/04/pengembangan-bahan-ajar-
berbasis-LKS-30.html
31
Hamdani, Pengembangan Pembelajaran dengan Mathematical Discourse dalam
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik pada Siswa Sekolah Menengah Pertama,
(dalam seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY, 5 Desember 2009), h. 75
30
LKS yang harus ditulis serta melihat urutan LKS nya.Urutan LKS
belajar.
32
Andi Prastowo, Op.Cit, h. 212-215
31
d. Penulisan LKS
33
Ibid, h. 216
32
1 Rokan IV Koto.
34
Marlina Usman, " Pengembangan lks berbasis probing-prompting untuk memfasilitasi
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP Negeri 14 Pekanbaru", dalam Jurnal Uin
Suska, 2013,hlm 25
33
C. Kerangka Berpikir
akan diketahui valid dan praktis atau tidaknya LKS yang dihasilkan.
penyelesaian
perlunya pengembangan LKS matematika berbasis model
masalah
probing prompting yang valid, praktis dan mampu
memfasilitasi kemampuan representasi matematis siswa.
hasil yang
diharapkan tersedianya pengembangan LKS pembelajaran yang
valid, praktis dan mampu memfasilitasi kemampuan
representasi amtematis siwa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
TABEL III.1
JADWAL PENELITIAN
Waktu Keterangan
B. Jenis Penelitian
C. Desain Penelitian
35
Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), h. 9
36
yang baik. ADDIE merupakan desain sistem instruksional yang sudah sering
dipakai untuk menyusun berbagai sistem, baik sistem yang formal seperti
Model ini sesuai dengan namanya, terdiri dari lima fase atau tahap
(E)valuation. Kelima fase atau tahap dalam model ADDIE perlu dilakukan
secara sistemik dan sistematik. Oleh sebab itu, model ini dapat digunakan
D. Prosedur Pengembangan
dipelajari adalah model ADDIE. Model ini, sesuai dengan namanya, terdiri
dari lima fase atau tahap utama, yaitu (A)nalysis, (D)esign, (D)evelopment,
36
I Made Tegeh Dan I Made Kirna, " Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian Pendidikan
Dengan ADDIE Model", jurnal IKA, 11:1, (Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha, 2013),
h.16.
37
Analysis
Development
akan tetapi peneliti membatasi proses evaluasi dilakukan hanya pada tahap
1. Analysis (Analisis)
Langkah analisis terdiri atas dua tahap, yaitu analisis kinerja (performance
a. Analisis kinerja
b. Analisis kebutuhan
2. Design (Perancangan)
Pelaksanaan Pembelajaran).
a. Mendesain LKS
39
berikut:
b. Mendesain RPP
37
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 109
40
3. Development (Pengembangan)
tahap ini juga diikuti dengan revisi yang berguna memperoleh penilaian
dikembangkan.
4. Implementation (Implementasi)
Produk yang telah dinyatakan layak uji oleh pakar. Yaitu dosen
dan guru yang berpengalaman dan ahli materi. Para validator adalah
38
Endang Mulyatiningsih, Op.Cit, h. 163
39
Ibid, h. 164
41
pembelajaran.
5. Evaluation (Evaluasi)
dan arti.40
yaitu evaluasi tingkat validitas LKS oleh para ahli. Akan tetapi, evaluasi
pada tahap ini lebih kepada evaluasi untuk mengetahui tingkat kepraktisan
Koto. Pengambilan subjek uji coba untuk uji kelompok kecil dan uji
40
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 5-6
42
kelompok besar diambil secara acak dari populasi yang ditentukan. Pada
2. Jenis Data
diperoleh langsung dari angket uji coba validitas dan angket uji coba
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
a. Angket
ini, angket yang digunakan adalah angket uji validitas yang diberikan
TABEL III.1
SKALA ANGKET
Jawaban Item Instrumen Skor
Sangat Baik 5
Baik 4
Cukup Baik 3
Kurang Baik 2
Tidak Baik 1
b. Tes
Prompting.
kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review ahli materi
a. Angket
Analisis data yang diperoleh dari angket dengan rating scale diperoleh
dengan cara:41
skor maksimal
41
Sugiyono, Op.Cit, h. 143
45
masing-masing validator
= 100%
TABEL III.2
KRITERIA PENILAIAN IDEAL LKS
No. Interval Kriteria
criteria baik.
= 100%
TABEL 3.3
KRITERIA PENILAIAN VALIDITAS LKS
No. Interval Kriteria
= 100%
kriteria:
42
Ngulim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 82
47
TABEL III.4
KRITERIA PENILAIAN PRAKTIKALITAS LKS
No. Interval Kriteria
b. Tes
dari tes yang dilakukan. Hasil pekerjaan siswa pada tes tersebut
43
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010,
Ed. Revisi, cet.11), h. 236