Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 1 :

1. Ismi Lailatul Rokhmah (230211105716)


2. Ayunda Putri Purwitasari (230211105720)
3. Arei Laxmie (230211105723)
4. Fida Qoriatun Nur K (230211105714)
5. Rinda Dwi Lestari (230211105707)
Mata Kuliah : Literasi Lintas Mata Pelajaran
Dosen Pengampu : Erlia Narulita S.Pd., M.Si., Ph.D
Topik 4 : Lingkungan Kaya Literasi
(Koneksi Antar Materi)

Diskusikan tentang bagaimana lingkungan kaya literasi diperlukan untuk


mengembangkan kompetensi numerasi dan penumbuhan budi pekerti peserta didik.

Lingkungan kaya literasi merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya literasi
sekolah. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah menyebutkan ada tiga lingkungan kaya literasi
yang perlu dikembangkan oleh tiap sekolah. Ketiga lingkungan tersebut adalah lingkungan
fisik, lingkungan sosial-afektif, dan lingkungan akademik. Lingkungan kaya literasi juga
diperlukan untuk mengembangkan kompetensi numerasi dan penumbuhan budi pekerti peserta
didik.
Untuk mengembangkan kompetensi numerasi guru sebagai ujung tombak pengajaran
di sekolah sudah seharusnya dibekali dengan pelatihan literasi numerasi, baik itu bagi guru
matematika maupun guru non-matematika untuk menjadi fasilitator bagi pengembangan dan
penguatan kegiatan literasi di sekolah.
Sekolah bisa menjadi tempat atau sarana bagi peserta didik untuk mengenal dan
meningkatkan keterampilan numerasi. Secara eksplisit, keterampilan literasi numerasi ini
diajarkan melalui mata pelajaran matematika, tetapi peserta didik juga dapat diberikan berbagai
kesempatan untuk menggunakan konsep matematika di luar pelajaran matematika untuk
berbagai situasi. Pasalnya menggunakan keterampilan konsep matematika lintas kurikulum
dapat memperkaya pembelajaran pada bidang studi lain, serta memberikan kontribusi untuk
memperluas dan memperdalam pemahaman numerasi siswa.
Selain didapatkan melalui kurikulum, kemampuan literasi numerasi juga dapat
dikenalkan dan ditingkatkan dalam lingkungan sekolah oleh staf dan guru atau melalui kegiatan
rutin yang dilakukan di sekolah, yang melibatkan peserta didik untuk mempraktikkan
keterampilan literasi numerasi mereka misalnya dengan membuat anggaran berbagai kegiatan
sekolah, menganalisis data siswa dan lainnya.
Adapun untuk peningkatan keterampilan literasi numerasi saat pembelajaran di kelas,
diperlukan kekreatifitasan guru. Di mana guru harus pintar dan kreatif untuk menghubungkan
konsep literasi numerasi dengan literasi yang lain. Guru juga dituntut untuk dapat membaca,
memilah, serta membawa materi ke bentuk aplikasi yang sesuai. Jika hal ini dapat diterapkan
dengan baik, tentu nilai kompetensi dasar numerasi akan maksimal, siswa memiliki
kemampuan numerasi yang baik serta memahami konsep dan penerapan matematika dalam
muatan pelajaran lain dan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun berikut ini merupakan
beberapa tips meningkatkan kemampuan literasi siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas,
yaitu:

1. Analisis Informasi
Salah satu cara meningkatkan kecakapan numerasi dalam pembelajaran di kelas yakni dengan
menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik, bagan
dan lainnya lalu interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi sesuatu, mengambil
keputusan atau memecahkan masalah. Menganalisis informasi ini bukan hanya diaplikasikan
pada mata pelajaran matematika saja, tetapi juga bisa untuk berbagai muatan pelajaran di
sekolah yang bermuara pada matematika.

2. Mengaitkannya dalam Kehidupan Nyata


Agar siswa bisa memahami pengetahuan atau konsep numerasi dengan mudah, guru dapat
menghubungkannya dengan kehidupan nyata. Dengan begitu, siswa akan mengetahui betapa
pentingnya mempelajari literasi numerasi dan mereka mengetahui bagaimana konsep ini bisa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Semakin banyak pemahaman yang diketahui siswa,
maka semakin mudah untuk mereka dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Guru juga dapat memberitahu beberapa hal yang membutuhkan kemampuan numerasi,
misalnya dalam berbelanja terdapat hitung-hitungan, dalam membangun rumah, membuka
usaha dan lainnya.

3. Memotivasi Siswa untuk Bertanya


Keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas sangat diperlukan untuk memastikan siswa
paham dan mengerti materi pelajaran. Guru harus bisa mendorong atau memotivasi siswa untuk
aktif bertanya ketika belajar, serta memberikan reaksi positif bagi siswa yang berani bertanya.
Sebagai guru, Anda bisa memberitahu siswa untuk tidak takut bertanya dan diam saja jika tidak
mengerti. Namun, jika ada pertanyaan sulit dan belum bisa menjawab pertanyaan tersebut, guru
bisa memberitahu bahwa pertanyaan tersebut akan dijawab nanti pada pembahasan berikutnya.
Sehingga siswa juga termotivasi untuk mencari jawabannya mandiri.

4. Pemahaman Konsep, Bukan Menghafal


Dalam menghitung atau memecahkan masalah, alangkah baiknya jika siswa diajarkan
pemahaman konsep dibandingkan menghafal. Guru bisa mengajarkan siswa menggunakan
metode pemecahan masalah yang sering ada pada pembelajaran matematika dan numerasi.
Dengan begitu, siswa akan lebih mudah dan cepat menyelesaikan masalah.
Berbeda dengan sistem hafal rumus, siswa akan sulit memecahkan masalah persoalan yang
berbeda, dan ketika ada 1 rumus yang terlupa maka jawabannya tidak tepat. Oleh sebab itu,
pemahaman konsep lebih baik dari menghafal.

5. Sering Berlatih Soal Numerasi


Agar kemampuan numerasi siswa meningkat dan bisa mengerjakan soal numerasi dengan baik,
guru harus sering memberikan latihan soal numerasi beserta pembahasannya pada siswa.
Dengan begitu, siswa dapat memahami berbagai soalnya numerasi dan cara menjawabnya.
Dalam hal konten numerasi, soal yang dibuat bertujuan untuk menguji geometri dan suatu
pengukuran, bilangan, aljabar serta data dan ketidakpastian. Soal numerasi juga melibatkan
proses pemahaman suatu konsep, kemampuan bernalar, menyelesaikan masalah serta
kemampuan dalam menerapkan konsep untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sedangkan
dalam konteks asesmen literasi membaca dan numerasi akan mengangkat kontak secara
personal, sosial budaya serta saintifik.
Pendidikan sebagai suatu sistem memperoleh masukan dari suprasistem (masyarakat
dan lingkungan) serta akan memberikan hasil bagi sistem tersebut. Salah satu masukan yang
diperoleh dari suprasistem tersebut yaitu tata nilai, cita-cita, dan norma-norma yang terdapat
dalam masyarakat, anak didik, pendidik, ataupun yang lainnya berhubungan dalam pendidikan.
Salah satu cara yang dapat digunakan dalam penumbuhan budi pekerti peserta didik yaitu
dengan melalui buku cerita. Karena dalam buku cerita pastinya terdapat beberapa nilai atau
pesan moral yang meliputi sopan santun, sikap, maupun tingkah laku dalam melakukan
sosialisasi dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjukkan oleh tokoh yang ada pada buku
tersebut. Nilai yang terdapat dalam buku cerita tersebut akan digunakan sebagai pembelajaran
untuk peserta didik dalam menumbuhkan budi pekerti. Dengan membaca buku cerita tersebut
juga akan mendukung adanya budaya literasi sekolah demi terlaksananya lingkungan kaya
literasi.
Keterampilan membaca dan menulis harus dikembangkan dan diintegrasikan ke dalam
kegiatan kelas. Pengembangan literasi melalui pendekatan Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) dilaksanakan melalui pengembangan metode pembelajaran dan manajemen kelas
(manajemen siswa dan penciptaan lingkungan kelas fisik kaya teks). Keterampilan membaca
berkembang dengan baik apabila guru memiliki pemahaman yang luas tentang membaca.
Dimensi literasi ini harus diintegrasikan sepenuhnya ke dalam semua kegiatan pembelajaran
untuk membuat pembelajaran menjadi pengalaman yang menyenangkan dan menantang
pemikiran kritis dan kreatif guru dan siswa. Pendekatan literasi lainnya dapat dilakukan oleh
satuan pendidikan melalui literasi berbasis budaya sekolah.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menciptakan suasana sekolah yang mendukung
pengembangan budaya literasi sekolah. Melibatkan semua warga sekolah menciptakan
lingkungan sekolah yang mempromosikan budaya literasi. Budaya literasi dapat dibangun
dengan menciptakan lingkungan sekolah yang mendorong literasi dengan membangun budaya
membaca kritis dan menulis kreatif serta festival literasi. Salah satu langkah yang dapat
dilakukan adalah pengembangan satuan pendidikan yang mendukung literasi, antara lain pojok
baca, pelabelan tanaman di sekitar sekolah, atau kegiatan lainnya. Melalui lingkungan sekolah
yang ramah literasi, dapat dimanfaatkan untuk menciptakan ekosistem literasi. Ekosistem
pendidikan yang dimaksud adalah lingkungan yang menyenangkan dan bersahabat bagi anak
sekolah, mendorong semangat belajar, menunjukkan empati, peduli dan menghargai orang lain,
mendorong semangat keingintahuan dan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, memungkinkan
kemampuan berkomunikasi, menumbuhkan lingkungan sosial, dan memungkinkan peran serta
seluruh warga sekolah dan lingkungan luar.
Melalui penerapan pelajaran literasi yang komprehensif dan terstruktur, target profil
siswa Pancasila tentunya akan semakin realistis. Oleh karena itu, satuan pendidikan secara
bertahap mengembangkan model kepemimpinan implementasi profil siswa Pancasila. Pada
gilirannya, “Peserta didik Pancasila” adalah pembentukan peserta didik Indonesia sebagai
pembelajar sepanjang hayat yang berkompeten global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila dengan enam ciri utama: keimanan, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
akhlak mulia, kebhinekaan global, gotong royong, kemandirian, berpikir kritis dan kreativitas
dapat terwujud.

Anda mungkin juga menyukai