Anda di halaman 1dari 5

KERAGAMAN SISWA DALAM PEMENUHAN TARGET KURIKULUM MELALUI

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
Monicka Sherlyna Sukmaningtum
Pendidikan Profesi Guru
Sekolah Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
e-mail: ppg.monickasukmaningrum07@program.belajar.id
Abstrak:
Pembelajaran berdiferensiasi adalah upaya yang dilakukan guru dalam memenuhi kebutuhan dan
harapan siswa. Pembelajaran berdiferensiasi mengkombinasikan antara metode pembelajaran
dengan profil siswa, gaya belajar, kesiapan belajar dan minatnya dalam pembelajaran. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui keragaman siswa dalam pemenuhan target kurikulum melalui
pembelajaran berdiferensiasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian literatur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan perbedaan perlakuan yang diberikan oleh guru adalah
untuk mengkoordinasikan pembelajaran dengan memperhatikan minat belajar, kesiapan siswa,
tujuan yang dapat dicapai, motivasi, hasil belajar dan menghargai keberagaman. Pembelajaran
dengan perlakuan yang berbeda dalam kelas memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat
belajar dengan lebih efektif dan efisien dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, gaya belajar,
minat belajar dan motivasi siswa sehingga guru dapat menentukan metode yang tepat untuk
pembelajaran.
Kata Kunci: Keragaman Siswa, Target Kurikulum, Pembelajaran Berdiferensiasi
PENDAHULUAN
Kurikulum mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Saat ini kurikulum
terbaru yang diterapkan di Indonesi adalah kurikulum Merdeka. Kurikulum ini dirancang untuk
mendukung penerapan pembelajaran paradigma baru yang berpusat pada materi dasar dan
pengembangan kemampuan siswa yang disesuaikan dengan tingkat kemampuannya. Adanya
kurikulum ini dapat membantu sekolah dalam menentukan sistem pendidikannya. Berdasarkan
UU No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana pembelajaran
yang berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar dan cara yang digunakan dan dijadikan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan
pendidikan nasional. Kurikulum menjadi hal yang sangat penting karena semua kegiatan
pembelajaran di dalam kelas mengacu kepada kurikulum yang berlaku. Dalam penyusunan
rancangan pembelajaran ini selain berpedoman pada kurikulum yang berlaku juga memperhatikan
dari kebutuhan siswa, profil siswa, kesiapan belajar, gaya belajar dan minatnya.
Guru perlu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dimulai dari proses penyusunan
rancangan pembelajaran pada perangkat pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan
salah satu cara dalam proses pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa pada abad 21.
Kebutuhan tersebut dapat dilihat dari profil siswa, minat, kesiapan, dan hasil belajar. Pada
pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti memberikan perlakuan tidak adil kepada siswa di kelas.
Melainkan lebih mengarah pada memperhatikan kebutuhan dan kekuatan siswa serta bagaimana
mereka belajar, mengakomodir perbedaan prefensi dalam belajar dan minat individu.
Pembelajaran berdiferensiasi memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pembelajaran yang
maksimal dengan berbagai macam gaya belajar. Gaya belajar siswa mengarah kepada cara yang
paling disukai siswa untuk memahami pelajaran dengan baik (Purba, Nina, & dkk, 2021).
Pada pembelajaran berdiferensiasi, proses pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga
siswa dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan bakat dan minatnya. Pendekatan
pembelajaran berdiferensiasi mengharuskan guru mendesain pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan belajar siswa. Sebagai seorang guru perlu mendalami dunia anak, potensi, minat, bakat
motivasi belajar dan permasalahan yang berhubungan dengan anak. Setiap siswa memiliki
karakteristik yang berbeda (Janawi, 2019). Menurut Faiz dkk (2022) mengatakan bahwa guru
harus memahami bahwa setiap anak itu unik, memiliki bakat, intelegensi, minat dan kemampuan
yang berbeda-beda.
Keterkaitan pembelajaran berdiferensiasi dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara
yang mengatakan bahwa pendidikan memberikan tuntunan kepada siswa terhadap segala kekuatan
atau kodrat yang dimiliki anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian,
pendidik harus menuntun tumbuh kembang kekuatan kodrat yang dimiliki siswa agar dapat
memperbaiki lakunya bukan dasarna serta dapat menumbuhkan kekuatan kodrat siswa. Pendidik
menuntun dengan memberi kebebasan siswa namun pendidik sebagai pamong yang bertugas
memberi arahan dan tuntunan agar anak tidak kehilangan arah dan melakukan sesuatu yang
membahayakan dirinya. Oleh karena itu pembelajaran berdiferensiasi memerlukan pendidik
sebagai pamong dalam memberikan arahan.
Pembelajaran berdiferensiasi sangat cocok diterapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar
siswa yang memiliki keberagaman berbeda-beda, sehingga siswa merasa disambut dan dihargai
dengan keadilan yang nyata dan kolaborasi antara guru dan siswa serta kebutuhan belajar siswa
dapat terpenuhi (Sopianti, 2022). Tomlinson (2001) mengungkapkan pembelajaran berdiferensiasi
dapat dilakukan dengan tiga hal yaitu 1) kesiapan belajar, 2) profil belajar, 3) minat. Selanjutnya
pembelajaran berdiferensiasi merupakan sebuah rencana proaktif guru dalam menyiapkan rencana
untuk mengetahaui kemampuan siswa dengan menggunakan berbagai strategi atau pendekatan
konten atau isi, proses dan produk. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis
berdiferensiasi berdasarkan gaya belajar dapat diterapkan dalam memenuhi keberagaman siswa
(Minasari&Susanti, 2023). Menurut Wahyuningsari dkk(2022) menyatakan bahwa merdeka
belajar siswa dapat diwujudkan dengan pembelajaran berdiferensiasi dengan aspek diferensiasi
konten, proses, produk dan lingkungan belajar berdsarkan profil siswa. Berdasarkan latar belakang
tersebut diperlukan pemahaman tentang keragaman siswa yang ada di dalam kelas. Pembelajaran
yang berpusat pada siswa dengan analisis kebutuhan, potensi, minat dan gaya belajar mereka. Hal
ini dapat dilakukan dengan pembelajaran berdiferensiasi dalam pemenuhan target kurikulum.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode literature review atau tinjauan pustaka. Metode ini
merupakan cara yang dipakai untuk mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan dengan
sebuah topik yang didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka lain.
Kriteria jurnal yang direview adalah jurnal penelitian berbahasa Indonesia dengan tema keragaman
siswa dalam pemenuhan target kurikulum melalui pembelajaran berdiferensiasi. Literature Review
ini menggunakan metode naratif dengan mengelompokkan data-data yang sejenis sesuai dengan
hasil yang diukur. Penulisan yang sesuai dengan tema kemudian dikumpulkan dan dibuat
ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, tahun terbit jurnal, negara penelitian, judul penelitian,
metode dan ringkasan hasil atau temuan. Buku, sumber internet dan pustaka lainnya juga
menggunakan metode yang sama dalam membuat ringkasan. Pengumpulan data ini diperkuat
dengan pengamatan dan informasi yang didapat dari pihak sekolah selama kegiatan praktik
pengalaman lapangan.
PEMBAHASAN
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan strategi guru dalam upaya memenuhi kebutuhan
belajar siswa. Pembelajaran berdiferensiasi adalah saha guru memenuhi kebutuhan dan
memaksimalkan kemampuan siswa (Anderson, 2007). Pembelajaran berdiferensiasi yaitu upaya
dalam menyesuaikan proses pembelajaran di kelas dengan tujuan dalam memenuhi kebutuhan
siswa (Tomlinson, 2001). Dalam hal ini bukan berarti guru harus memberi perlakuan berbeda
misalnya kepada 35 siswa di kelas. Bukan berarti juga mengelompokkan sesuai dengan Tingkat
kecerdasan siswa. Namun guru harus mampu dalam mengelola, memantau, membantu dan
mengarahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengkombinasikan model-model,
strategi maupun pendekatan kepada siswa dalam satu kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran
meskipun dengan proses yang berbeda.
Guru dapat mempersiapkan rencana pembelajaran dengan memasukkan diferensiasi dalam
konten atau isi, proses maupun produk. Pembelajaran berdiferensiasi konten berupa konten atau
isi pada apa yang diajarkan kepada siswa. Diferensiasi konten dapat diterapkan berdasarkan tingkat
kesiapan, minat, bakat dan profil siswa. Berdasarkan kesiapan siswa dalam memenuhi kebutuhan
belajar diperlukan jenis bahan belajar yang akan diberikan berupa bahan ajar mendasar atau
fondational yang hakikatnya berada pada level dasar. Kemudian memberikan bahan ajar
transformational yang berupa menumbuhkan ide-ide, tantangan, menuntut berfikir kritis, dan
pertanyaan pematik yang membuat pemahaman siswa berkembang. Diferensiasi proses
merupakan cara siswa mengolah informasi, berinteraksi dengan materi dan bagaimana interaksi
tersebut menjadi cara menentukan cara belajar peserta didik.
Kegiatan diferensiasi proses dapat berupa kegiatan berjenjang, menyediakan daftar tugas
yang diselesaikan peserta didik, menjadi fasilitator dengan menawarkan bantuan dukungan bagi
siswa yang membutuhkan dan menyediakan minat siswa yang mendorong eksplorasi diri serta
memberi variasi waktu untuk siswa menyelesaikan tugas yang diberikan. Diferensiasi produk
berfokus pada hasil kerja atau produk kerja yang berupa video presentasi, rekaman suara, visual
presentasi, dan tulisan tangan sesuai dengan pemahaman peserta didik. Dalam proses pembelajaran
setiap peserta didik mendapatkan materi yang sama walaupun konten berbeda, proses berbeda dan
produk yang dibuat berbeda namun tetap memiliki titik akhir pencapaian terget kurikulum yang
sama. Pembelajaran diferensiasi dapat dimulai dengan pembuatan profil pembelajaran setiap
peserta didik yang berisi informasi terkait preferensi belajar, latar belakang keluarga, budaya atau
etnik, hobi, minat dan gaya belajar. Profil seluruh peserta didik ini sangat penting bagi guru sebagai
acuan dalam merencanakan pembelajaran yang menarik dan berpusat pada peserta didik. Peran
guru dalam pembelajaran berdiferensiasi sebagai mentor atau pamong yang memberi peserta didik
tanggung jawab untuk melajar dan mengajari mereka menangani permasalahan.
Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Proses perubahan
kurikulum terjadi untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat sebagai lulusan dan
sekolah sebagai institusi. Menurut Masyakur (2019) Perubahan kurikulum bertujuan untuk
meningkatkan kualitas rencana pembelajaran dan proses pembelajaran di sekolah dalam upaya
mencari solusi dari berbagai kesulitan menuju pendidikan yang berkualitas dan melahirkan lulusan
yang kreatif, inovatif, kritis dan berkarakter tanggung jawab. Selain itu kebutuhan siswa dan
pengguna lulusan hampir belum bisa memenuhi target kebutuhan terutama dalam aspek sikap dan
keterampilan. Perbedaan potensi setiap peserta didik perlu diakomodasi dalam pembelajaran dan
kurikulum sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Upaya pemenuhan target
kurikulum merdeka dengan melalui pembelajaran diferensiasi kontan atau isi, proses, produk dan
lingkungan belajar berdasarkan kesiapan, minat, dan preferensi belajar peserta didik.
KESIMPULAN
Pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda dalam kelas memberikan kesempatan pada
siswa untuk dapat belajar dengan lebih efektif dan efisien dengan mempertimbangkan kebutuhan
siswa, gaya belajar, minat belajar dan motivasi siswa sehingga guru dapat menentukan metode
yang tepat untuk pembelajaran. Perbedaan potensi setiap siswa perlu diakomodasi dalam
kurikulum dan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Faiz, A., Pratama, A., & Kurniawaty, I. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Program Guru
Penggerak pada Modul 2.1. Jurnal Basicedu. 6(2): 2846–2853.
Janawi. (2019). Memahami Karakteristik dalam Proses Pembelajaran. Tarbawy : Jurnal
Pendidikan Islam, 68-79.
Masykur. (2019). Teori Dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar Lampung: AURA.
Minasari, U., & Susanti, R. (2023). Penerapan Model Problem Based Leaning Berbasis
Berdiferensiasi berdasarakan Gaya Belajar Siswa pada Pelajaran Biologi. Ideguru: Jurnal Karya
Ilmiah Guru. 8(2): 282–287.
Purba, M., Nina, P., & dkk. (2021). Naskah Akademik Prinsip Pengembangan Pembelajaran
Berdiferensiasi (Differentiated Instruction) Pada Kurikulum Fleksibel Sebagai Wujud Merdeka
Belajar. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Republik Indonesia.
Sopianti, D. (2022). Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Mata Pelajaran Seni Budaya
Kelas XI Di SMAN 5 Garut. KANAYAGAN–Journal of Music Education. 1(1): 1–8.
Tomlinson, C. A. (2001). How TO Differentiate instruction in mixed-ability classrooms. In
Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia USA: Association for
Supervision and Curriculum Development (ASCD).
Wahyuningsari, D., Mujiwati, Y., Hilmiyah, L., Kusumawardani, F., & Sari, I. P. (2022).
Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Rangka Mewujudkan Merdeka Belajar. Jurnal Jendela
Pendidikan. 2(04): 529–535.

Anda mungkin juga menyukai