Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu tentang logika mengenal bentuk, besaran,


susunan, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya yang
terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Matematika
memiliki fungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur dan
menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar merupakan mata pelajaran yang wajib
diajarkan pada semua jenjang pendidikan, baik sekolah dasar, sekolah
menengah maupun perguruan tinggi. Matematika merupakan ilmu yang memiliki
beberapa unit yang saling berkesinambungan satu sama lain. Yang terpenting
dalam mempelajari ilmu ini adalah bagaimana cara seorang siswa menerapkan
konsep matematika dalam pemecahan masalah, namun pada realitanya, tak
sedikit siswa mengerjakan soal matematika dengan menghafalkan rumus
ataupun langkah-langkah penyelesaian soal yang sebelumnya. Bahkan dalam
menghadapi ujian, siswa terlalu percaya diri untuk menghafal rumus-rumus
tanpa memahami apa maksudnya.

Salah satu penyebab rendahnya pemahaman siswa di antaranya


disebabkan oleh siswa kurang memahami konsep matematika karena pelajaran
terlalu abstrak dan kurang menarik serta kurang contoh permasalahan yang
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Jadi untuk mempermudah
siswa dalam pembelajaran matematika harus dihubungkan dengan kehidupan
nyata yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti dengan Kegiatan outdoor yang merupakan kegiatan rutinitas


yang dilakukan oleh Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Muhammadiyah Bengkulu, Kegiatan outdoor tersebut berlangsung pada tanggal
27 Agustus - 01 september 2019 yang tujuannnya adalah agar
mahasiswa/mahasiswi mampu mengaplikasikan ilmu tentang matematika dan
pendidikan matematika yang dimilikinya ke dalam bentuk menemukan ide-ide

1
yang berkaitan dengan matematika untuk pengajaran, pembelajaran dan atau
pendidikan matematika disekolah menengah.

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa pembelajaran matematika akan


lebih bermakna bagi peserta didik jika dikaitkan dengan konsep matematika di
luar kelas yang dapat langsung mengembangkan penalaran, ide kreatif, dan
berfikir kritis peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.Salah satu model
pembelajaran yang bisa digunakan agar memudahkan memahami konsep
adalah problem based learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah.

Realitanya menunjukan bahwa materi bangun ruang Limas segitiga masih


membuat beberapa siswa kebingungan dalam menyelesaikan yang berkaitan
dengan materi tersebut. Tak sedikit siswa yang menyelesaikan permasalahan
hanya menghafal langkah-langkah penyelesaiannya saja tanpa memahami
konsep dari bangun ruang Prisma Segitiga. Hal inilah yang mengakibatkan siswa
bingung ketika dihadapkan dengan soal yang berbeda atau bahkan hanya diganti
angkanya saja sehingga kemampuan pemecahan masalah hanya sedikit.
Menurut) pemahaman terjadi ketika informasi baru dihubungkan melalui
hubungan yang tepat untuk pengetahuan yang ada. Hal ini sangat penting untuk
menghubungkan dua bersama-sama mampu mengembangkan pengetahuan
matematika yang kuat.

Berdasarkan masalah diatas penyusun tertarik membahas makalah yang


berjudul Menghitung volume Limas segitiga sama kaki pada kubah Masjid
yayasan mohamed noah dengan Pembelajaran Berbasis Masalah.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan dalam
makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana Deskripsi objek pengamatan ?
2. Bagaimana cara menghitung volume limas segitiga sama kaki pada
kubah masjid yayasan Mohamed noah ?

2
3. Bagaimana Penerapan Pembelajaran berbasis masalah pada kubah
Masjid yayasan Mohamed noah ?

C. TUJUAN

Adapun tujuan makalah seminar pendidikan matematika ini adalah


sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui gambaran objek pengamatan.


2. Untuk mengetahui volume limas segitiga sama kaki pada kubah
masjid yayasan Mohamed noah.
3. Untuk mengetahui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah pada
masjid yayasan Mohamed noah.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika
Menurut Hamalik (dalam Nasution,2008) pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, materi, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa belajar sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai sebelumnya. Adapun manusia yang terlibat
adalah siswa dan guru yang saling berinteraksi satu sama lain.
Halim (2012:18) berpendapat bahwa matematika adalah ilmu seni kreatif,
sehingga matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu
seni.Matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan
terorganisasi secara sistematik.Selain itu, matematika merupakan ilmu
pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan
dengan bilangan.
Pembelajaran matematika adalah interaksi belajar mengajar yang tidak
memandang siswa hanya sebagai subjek.Dengan demikian pengetahuan dan
bahan ajar tidak hanya berasal dari guru tapi siswa dilibatkan secara aktif untuk
membangun konsep atau pengetahuan sendiri.Pada pembelajaran matematika,
pengetahuan atau bahan ajar yang dimaksud ialah pengetahuan atau bahan ajar
yang berkaitan dengan konsep matematika.
Pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai proses, cara,
perbuatan yang dilakukan dalam membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. Proses pembelajaran matematika akan terjadi apabila terdapat
interaksi antara pendidik dan peserta didik, yang mengakibatkan adanya proses
belajar pada peserta didik.

B. Matematika di luar Kelas


Banyak siswa jenuh akan proses belajar yang dilakukan di dalam kelas,
sebab siswa beranggapan selalu sama dan bosan atas apa yang disampaikan
kadang cenderung tidak bermakna dari kegiatan belajar. Tiap tahun ketahun

4
pembelajaran yang dilakukan di ruang kelas selalu sama, siswa yang
menganggap matematika adalah momok yang sangat sulit dipahami untuk dapat
dimengerti.
Terkadang guru tidak mengaitkan proses mengajar dengan konsep
permainan atau praktek langsung ke lapangan. pembelajaran matematika untuk
siswa sharusnya dikaitkan dengan konsep nyata yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari dari siswa itu sendiri. Karena kemampuan pemahaman
siswa itu sangat cepat dimengerti dalam pembelajaran matematika khususnya
dengan konsep nyata dari sebuah objek yang dapat meningkatkan penalaran
siswa. Jadi sangat tepatlah guru yang membuat pelajaran semakin menarik agar
siswa dapat dengan mudah mengerti konsep matematika dengan belajar
matematika diluar kelas.
Outdoor Matematicsadalah pembelajaran matematika yang dilakukan di
luar kelas, dengan memanfaatkan lingkungan luar kelas sebagai sumber belajar.
Pembelajaran di luar kelas adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di
luar kelas atau alam terbuka. Metode pembelajaran di luar kelas juga dapat
dipahami sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana
di luar kelas sebagai media transformasi konsep-konsep yang disampaikan di luar
kelas, sebagian orang menyebutnya dengan outing class, yaitu suatu kegiatan
pembelajaran yang melibatkan alam secara langsng untuk dijadikan sumber
belajar (Adelia, 2012).
Pendidikan luar kelas tidak sekedar memindahkan pelajaran ke luar kelas,
tetapi dilakukan dengan mengajak siswa menyatu dengan alam dan melakukan
beberapa aktivitas yang mengarah pada terwujudnya perubahan perilaku siswa
terhadap lingkungan melalui tahap-tahap penyadaran, pengertian, perhatian,
tanggungjawab dan aksi atau tingkah laku.
Aktivitas luar kelas dapat berupa permainan, cerita, olahraga,
eksperimen, perlombaan, mengenal kasus-kasus lingkungan di sekitarnya dan
diskusi penggalian solusi, aksi lingkungan, dan jelajah lingkungan (Vincencia,
2006).
Elemen-elemen yang perlu diperhatikan dalam pendekatan Outdoor
learning (Pembelajaran diluar kelas)adalah :

5
1. Alam terbuka sebagai sarana kelas
2. Berkunjung ke objek langsung
3. Unsur bermain sebagai dasar pendekatan
4. Guru harus mempunyai komitmen
Melalui kegiatan pembelajaran matematika luar kelas siswa bisa belajar
dan melihat langsung objek pembelajaran yang ada dengan menerapkan
konsep belajar sambil bermain. Pada konsep ini siswa lebih bisa
mengembangkan kreatifitas dalam berfikir dan mengemukakan pendapatnya.
Jadi pembelajaran luar kelas mempunyai pengaruh terhadap peningkatan
kemampuan penguasaan konsep, meningkatkan kemampuan kooperatif siswa
serta memberikan respon yang positif pada siswa terhadap pembelajaran.

C. Model Probelm Based Learning


1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan
yang dibutuhkan pada era globalisasi saat ini. Problem Based Learning (PBL)
dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun
1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University Canada .Model
pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal
pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Prinsip model pembelajran
Problem Based Learning terkait dengan masalah kehidupan nyata, sehingga
siswa mempunyai kesempatan dalam memilih dan melakukan penyelidikan
apapun baik di dalam maupun di luar sekolah sejauh yang diperlukan dalam
memcahkan masalah.
Beberapa definisi tentang Problem based learning (PBL).
a. Menurut Duch (1995,h. 2001), Problem Based Learning (PBL)
merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar”
bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada
rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.

6
b. Menurut Arends (Trianto, 2006,h. 68), Problem Based Learning(PBL)
merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada
masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi
dari inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
c. Menurut Glazer (2001,h.89 ), mengemukakan Problem Based Learning
merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada
masalah kompleks dalam situasi yang nyata.

Dari beberapa uraian mengenai pengertian Problem Based Learning


dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan model
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata ( Real
World) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
Problem based learning adalah pengembangan kurikulum dan proses
pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut
siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan
berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan
yang sistematik untuk memecahkan masalah atau tantangan ynag dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari. Model Problem Based Learning berdirikan
penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari siswa.
Dengan model Problem Based Learning diharapkan siswa mendapatkan lebih
banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan
memecahkan masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam
kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian
dari pengolahan informasi (Amir,2007 h, 35).

Savery, Duffy, dan Thomas (1995) mengemukakan dua hal yang harus
dijadikan pedoman dalam menyajikan permasalahan. Pertama, permasalahan
harus sesuai dengan konsep dan prinsip yang akan dipelajari. Kedua,
permasalahan yang disajikan adalah permasalahan rill artinya masalah itu nyata
ada dalam kehidupan sehari-hari siswa.

7
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa dalam Problem Based Learning
pembelajarannya lebih mengutamakan proses belajar, dimana tugas guru harus
memfokuskan diri untuk membantu siswa, mencapai keterampilan mengarahkan
diri. Guru dalam model ini berperan sebagai penyaji masalah, penanya,
mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas
pembelajaran. Selain itu, guru memberikan dukungan yang dapat meningkatkan
pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Model ini hanya dapat terjadi jika guru
dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran
gagasan.

2. Karakteristik Model Problem Based Learning

Ciri yang paling utama dari model pembelajaran Problem Based


Learning yang dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya. Menurut
Arends (Trianto, 2007,h. 68), berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan
masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai
berikut :

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah


 Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa
dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
 Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak
menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan
penyelesaian siswa.
 Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah
dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
 Luas dan sesuai tujuan pembelaran. Luas artinya masalah tersebut harus
mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan
waktu, ruang, dan sumber yang tersedia.
 Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai
pemecah masalh dan guru sebagai pembuat masalah.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu masalah yang diajuhkan
hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu.

8
c. Penyelidikan autentik (nyata) dalam penyelidikan siswa menganalisis dan
merumuskan masalah , mengembangkan dan meramalkan hipotesis,
mengumpulkan dan menganlisis informasi, melakukan eksperimen,
membuat kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya siswa bertugas menyusun
hasil belajaranya dalam bentuk karya dan memaerkan hasil karyanya.
e. Kolaboratif pada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa
masalah diselesaikan maslaah bersama-sama antar siswa.

Adapun beberapa karakteristik proses Problem Based Learning menurut


Tan (Amir, 2007,h. 23) diantaranya :

 Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.


 Biasanya, masalah yang digunakn merupakan masalah dunia nyata yang
disajikan secara mengambang.
 Masalah biasanya menuntut persefektif majemuk. Solusinya menuntut
siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari berbagai ilmu yang
sebelumnya telah diajarkan atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
 Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di
ranah pembelajaran yang baru.
 Sangat mengutamakan belajar mandiri ( self directed learning).
 Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu
sumber saja.
 Pembelaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam
kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan
melakukan presentasi.
 Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses Problem Based
Learning dapat disimpulkan bahwa ada tiga unsur yang esensisal dalam
proses problem based learning yaitu adanya suatu permasalahn,
pembelajaran berpusat paa siswa, dan belajar dalam kelompok kecil.
3. Tahap-tahap dalam Problem Based Learning

Pelaksanaan model Problem Based Learning terdiri dari 5 tahap proses,


yaitu :

9
a. Proses orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap ini guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan,
memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah, dan mengajuhkan masalah.
b. Mengorganisasi peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik
kedalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
c. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini
guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil. Pada tahap ini guru membantu
peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan laporan,
dokumentasi, atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan
sesama temannya.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.
Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka
lakukan. (Trianto,2007 h.70)
4. Pembelajaran dengan menggunakan PBL dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis.
Duch et. al. (2001) menyatakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analisis,
memcahkan masalah yang kompleks ataupun masalah nyata dalam keseharian,
bekerja sama dalam kelompok, dan menunjukkan keterampilan komunikasi yang
efektif baik lisan maupun tulisan. Hal tersebut dikuatkan dengan hasil penelitian
Yuan, et.al. (2009) yang menunjukkan bahwa pembelajaran dengan PBL mampu
meningkatkan kemampuan critical thinking daripada pembelajaran dengan
menggunakan literatur. Orang dapat berpikir, tetapi berpikir tidak dapat diamati
secara langsung. Berfikir adlaah aktivitas psikis yang bertujuan untuk
memecahkan maslaah sehingga mampu menemukan hubungan antar konsep (Sri
Rumini,dkk,1998:83).

10
Langkah-langkah berpikir kritis meliputi:
a. Mengenal dan merumuskan suatu problem
b. Menerangkan problem dengan membuat definisi-definisi yang sesuai,
membedahkan antara fakta-fakta dan asumsi-asumsi, dan
mengumpulkan serta menyusun informasi-informasi yang relevan.
c. Merumuskan penjelasan-penjelasan dan pemecahan-pemecahan yang
mungkin
d. Memilih satu atau lebih hipotesa untuk testing dan verifikasi menyatakan
atau menarik kesimpulan-kesimpulan (yang berdasarkan eksperimen).
5. Manfaat Model Problem Based Learning
a. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari
guna memecahkan maslah dunia. (Sanjaya,2007 h.45)
b. Pengembangan keterampilan berpikir kritis (critical thinking skiils), dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
d. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memcahkan
masalah-masalah menurut cara-cara atau gaya belajar individu masing-
masing. Dengan cara mengetahui gaya belajar masing-masing individu,
kita diharapkan dapat membantu menyesuaikan dengan pendekatan
yang kita pakai dalam pembelajaran.
e. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa
f. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk
memahami maslah dunia nyata.

D. Limas Segitiga Sama Kaki

 Pengertian Limas Segitiga sama kaki

Limas merupakan bangun ruang yang memiliki alas berbentuk segi n


(segitiga, segi empat, atau segi lima) bidang sisi tegaknya memiliki bentuk
segitiga yang berpotongan pada satu titik. Titik potong dari sisi-sisi tegak limas di

11
sebut dengan titik puncak limas. Jadi limas segitiga sama kaki yaitu Limas yang
mempunyai alas berbentuk segitiga, dengan kedua kaki sama panjang.

 Jaring-jaring limas segitiga sama kaki

Jaring-jaring limas segitiga sama kaki diperoleh dengan cara mengiris


beberapa rusuk limas kemudian merebahkannya, maka akan diperoleh jaring-
jaring seperti contoh dibawah ini.

Gambar di atas tersebut merupakan proses pembentukan jaring-jaring


limas segitiga sama kaki.

 Ciri-Ciri Limas Segitiga Sama Kaki

1. Limas segitiga memiliki 4 buah titik sudut, 3 buah titik sudut terdapat
pada bagian alas lalu 1 titik sudut terdapat pada bagian atas
2. Limas segitiga memiliki 4 buah sisi, 1 sisi terletak pada alas dan 3 sisi
lainnya adalah sisi tegak
3. Limas segitiga ini memiliki 6 buah jumlah rusuk

12
4. Limas segitiga ini memiliki alas yang berbentuk segitiga, dimana Kakinya
Sama Panjang.

 Rumus limas segitiga

Rumus Luas Alas


 1/2 x a x t
Limas

Rumus Luas Permukaan Limas

Rumus Luas  Luas Alas + jumlah Luas Seluruh Sisi


Permukaan Limas Tegak

Rumus Volume Limas Segitiga

Rumus Volume  V= 1/3 x Luas alas x Tinggi


Limas Segitiga
atau V= (1/2 x alasx tinggi)x Tinggi

 Contoh Soal Volume Limas Segitiga Sama Kaki

sebuah limas yang memiliki bentuk segitiga sama kaki dengan panjang
dari sisi alasnya adalah 16 cm, dan juga memiliki panjang kaki 10 cm, berapa
volume limas tersebut apabila tinggi dari limas 9 cm ??

Jawab :
Alas dari limas tersebut memiliki bentuk segitiga sama kaki apabila digambarkan
maka akan menjadi seperti berikut

13
Anda bisa mulai mencari tinggi dari segitiga diatas dengan menggunakan
teorema phytagoras :

t² = 10² – 8²
t² = 100 – 64
t² = 36
t = √36 = 6

Selanjutnya kita akan mencari luas segitiga anda bisa menggunakan rumus:
LΔ = ½ × a × t
LΔ = ½ × 16 × 6
LΔ = 48 cm²

Jadi volume limas segitiga sama kaki itu adalah :


V = 1/3 × luas alas × tinggi
V = 1/3 × 48 cm² × 9 cm
V = 144 cm3

14
BAB III

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Pengamatan

Gambar 1 “Kubah Masjid Yayasan Mohamed Noah dari Luar”

Gambar 2 “Kubah Masjid Yayasan Mohamed Noah dari dalam”

15
Gambar 3 “Sejarah bangunan masjid yayasan Mohamed noah”

Masjid Yayasan Mohamed Noah merupakan sebuah masjid yang terletak


di Sri Layang 69000 Bentong Pahang Darul Makmur.Masjid Yayasan Mohamed
Noah merupakan satu-satunya masjid di Genting Highlands, Pahang, Malaysia.
Masjid ini dibuka pada 1981 bagi memudahkan pekerja dan
pengunjung Muslim menunaikan solat ketika berada di kawasan percutian
dan perjudian Genting Highlands.Tan Sri Mohamed Noah Omar merupakan bapa
kepada bapa mertua Perdana Menteri Malaysia, Tun Abdul Razak Hussein. Anak-
anaknya, Tun Hajjah Suhailah Mohamed Noah dan Tun Hajjah Rahah Mohamed
Noah. Antara cucu beliau ialah Dato' Seri Mohd Najib bin Abdul Razak dan Dato'
Seri Hishammuddin Hussein. Tan Sri Mohamed Noah merupakan antara
pengasas Genting Highlands.

B. Pembahasan

Berdasarkan objek pengamatan diatas dengan menggunakan


pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut :

1. Tahap ke-1 (Fase 1): orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap
ini, pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Hal ini sangat penting untuk
memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengetahui pembelajaran
yang akan dilakukan.

16
2. Tahap ke-2 (fase 2), mengorganisasi peserta didik dalam belajar. Pada
tahap ini aktivitas utama guru adalah membantu peserta didik untuk
belajar (mengorganisasikan peserta didik untuk belajar yang
berhubungan dengan masalah yang diberikan).
Misalnya permasalahannya, yaitu :Bagaimana menghitung volume limas
segitiga sama kaki pada Kubah Masjid Yayasan Mohamed Noah yang
terletak di genting highlands memiliki bentuk yang unik, yaitu 12 limas
segitiga sama kaki yang berukuran sama, salah satu limas segitiga sama
kaki memiliki panjang 3 m dan lebar 2,5 m, jika tinggilimas segitiga sama
kaki itu adalah 9 m, Maka berapa volume kubah tersebut ?
3. Tahap ke-3 (fase 3), membimbing penyelidikan secara individu maupun
kelompok. Pada tahap ini, guru membimbing peserta didik dalam
memecahkan masalah melalui penyelidikan individu atau kelompok.
Setelah itu guru memberikan waktu untuk siswa memecahkan sendiri
konsep bagaimana menghitung volume limas segitiga sama kaki itu.

Bila kita lihat pada gambar pada kubah masjid yayasan Mohamed saleh
terbentuklah 12 limas segitiga sama kaki seperti berikut

Alas dari salah satu limas tersebut memiliki bentuk segitiga sama kaki
apabila digambarkan maka akan menjadi seperti berikut

17
Dengan alas 3 m dan lebar 2,5 m.

Anda bisa mulai mencari tinggi dari segitiga diatas dengan menggunakan
teorema phytagoras :

t² = 2,5² – 1,5²
t² = 6,25 – 2,25
t² = 4
t = √4 = 2

Selanjutnya kita akan mencari luas segitiga anda bisa menggunakan rumus:
LΔ = ½ × a × t
LΔ = ½ × 3× 2
LΔ = 3m²

Volume salah satu limas segitiga sama kakiadalah :


V = 1/3 × luas alas × tinggi
V = 1/3 × 3 m2 × 9m
V = 9 m3

Jadi, Volume Kubah adalah

V = 9m3 × 12

=108 m3

18
4. Tahap ke-4 (fase 4), mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada
tahap ini guru dapat membimbing peserta didik untuk mengembangkan
hasil penyelidikannya dan meminta peserta didik mempresentasikan hasil
temuannya.

5. Tahap ke-5 (fase 5), menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan


masalah. Pada tahap ini guru memandu/memfasilitasi peserta didk untuk
menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang
diperolehnya.

19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

a) Masjid Yayasan Mohamed Noah merupakan sebuah masjid yang terletak


di Sri Layang 69000 Bentong Pahang Darul Makmur.Masjid Yayasan
Mohamed Noah merupakan satu-satunya masjid di Genting
Highlands, Pahang, Malaysia. Masjid ini dibuka pada 1981 bagi
memudahkan pekerja dan pengunjung Muslim menunaikan solat ketika
berada di kawasan percutian dan perjudian Genting Highlands.Tan
Sri Mohamed Noah Omar merupakan bapa kepada bapa mertua Perdana
Menteri Malaysia, Tun Abdul Razak Hussein. Anak-anaknya, Tun
Hajjah Suhailah Mohamed Noah dan Tun Hajjah Rahah Mohamed Noah.
Antara cucu beliau ialah Dato' Seri Mohd Najib bin Abdul Razak dan Dato'
Seri Hishammuddin Hussein. Tan Sri Mohamed Noah merupakan antara
pengasas Genting Highlands.
b) Dalam pembelajaran matematika untuk menghitung volume limas segitiga
sama kaki di genting highlands dengan menerapkan pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut :

 Siswa mencari objek permasalahan .


 Siswa memecahkan sendiri konsep bagaimana menghitung volume limas
segitiga sama kaki itu. Didapatkan volume kubah=22,2 m3 .

c. Pembelajaran matematika dapat bermakna, aktif, kreatif, kritis, logis, dan


menyenangkan bagi siswa dengan menerapkan pembelajaran berbasis
masalah diluar kelas sehingga membuat siswa menyukai Matematika.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adelia.2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (Ourdoor Study).


Divapress:Yogyakarta.

Amin. 2008. TeoridanKonsepPelayananPublik Serta Implementasinya . Bandung:


MandarMaju.

AS Novianti 2016. Model Pembelajaran problem Based Learning. Diambil pada


tanggal 3 oktober 2018 dari

https://repository.unpas.ac.id/12753/4/BAB%20II.Pdf

Depdiknas. 2006. Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi .


Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional

Halim. 2012. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah . Edisi 4.


Penerbit Salemba Empat. Jakarta

https://ms.wikipedia.org/wiki/Masjid_Yayasan_Mohamed_Noah
https://rumusrumus.com/rumus-volume-limas-segitiga/

https://contohsoal.co.id/limas-segitiga/

Nasution, 2008.Berbagai pendekatan dalam peroses belajar mengajar . Jakarta:


Bumi Aksara

Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Sudiarta, P. (2006). Pengembangan model pembelajaran berorientasi pemecahan


masalah open-ended berbantuan LKM untuk meningkatkan pemahaman konsep
dan hasil belajar mahasiswa matakuliah pengantar dasar matematika jurnal
pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA 39 Nomor 2, April 2006.

Vincencia.(2006). Permainan Kreatif untuk Outbound dan Training . Andy Offset:


Bandung.

21

Anda mungkin juga menyukai