Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS APLIKASI PENDEKATAN REALISTIK

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


(Strategi Pembelajaran Matematika)

Disusun oleh:
Kelompok 9
1. Fifi Jauharatul Fardila 2113021020
2. Elsya Salsabilla Dasaad 2113021066
3. Selvia Andani Hidayah 2113021036
4. Thesa Amelia Br Sitepu 2113021008

Dosen Pengampu:

Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd.


Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat, karunia serta kasih sayang-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Analisis
Aplikasi Pendekatan Realistik Dalam Pembelajaran Matematika” dengan sebaik
mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir,
penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad
SAW. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Pentatito
Gunowibowo, M.Pd. dan Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. selaku dosen mata
Kuliah Startegi Pembelajaran Matematika.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
serta kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan
teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami dalam
membuat tugas makalah.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Bandarlampung, 28 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 3

2.1 Teori Belajar Realistik.............................................................................. 3

BAB III HASIL ANALISIS ............................................................................... 11

3.1. Narasi Video Pembelajaran .................................................................... 11

3.2. Hasil Analisi Berdasarkan Teori Belajar Realistik ................................. 12

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 14

4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14

4.2 Saran ....................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan tentunya akan ada perasalahannya. Masalah yang


sering dihadapi dalam dunia pendidikan adalah lemahnya proses
pembelajaran seperti siswa kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berfikir. Sering kali dalam pembelajarannya di kelas siswa
lebih banyak diarahkan hanya untuk menghafal informasi tanpa
memahami informasi yang diingatnya itu dan mengkonstruknya menjadi
pengalaman belajar yang bermakna. Jika dalam proses pembelajaran
bersifat kreatif, inovatif, menyenangkan dan memberi kesempatan siswa
untuk ikut aktif dalam pembelajaran, tentunya pengalaman belajar
bermakna ini akan diperoleh oleh siswa. Siswa yang hanya memiliki
kemampuan menghafal infromasi dapat berakibat hanya pintar secara
teoritis namun miskin dalam pengaplikasiannya.

Penerapan realistik ini lebih suatu pendekatan proses pembelajaran


matematika yang bermula dari dunia nyata untuk mengembangkan
konsep-konsep, ide-ide matematika serta menyatukan matematika dalam
kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan ini akan menjadi lebih bermakna dan tentunya akan lama
diingat oleh siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menganalisis


aplikasi pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika yang dapat
diakses di channel YouTube Aizul Kholilah yang berjudul “Praktek
Mengajar Materi Himpunan Matematika Kelas VII”

1
1.2 Rumusan Masalah

Apakah kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan oleh guru


matematika materi himpunan dalam channel YouTube mengaplikasikan
pendekatan realistik pada pembelajaran di kelas?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui apakah kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan


oleh guru matematika materi himpunan dalam channel YouTube
mengaplikasikan pendekatan realistik pada pembelajaran di kelas?

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Teori Belajar Realistik

2.1.1 Pengertian Teori Belajar Realistik

Pendekatan realistic mathematics education adalah suatu pendekatan


proses pembelajaran matematika yang bermula dari dunia nyata untuk
mengembangkan konsep-konsep, ide-ide matematika serta menyatukan
matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan ini akan menjadi lebih bermakna dan tentunya
akan lama diingat oleh siswa. Sesuai dengan pendapat Saleh (2012: 51)
pembelajaran matematika realistik adalah suatu pembelajaran berfokus
pada masalah yang dapat dibayangkan siswa sebagai masalah dalam
kehidupan nyata atau masalah dalam dunia mereka. Pendekatan RME
memeberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali ide
dan konsep matematika, dengan bimbingan guru yang ada disekolah.
Banyak peneliti yang sudah menerapkan pendekatan realistic mathematics
education berpengaruh dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara pendekatan RME dengan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.

2.1.2 Prinsip dan Krekteristik Pendekatan Realistik

Beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik menurut Suryanto


(2007) adalah sebagai berikut:

1. Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems)


digunakan untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada
siswa.

3
2. Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip, atau model
matematika melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik
dengan bantuan guru atau temannya.
3. Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah
yang mereka temukan (yang biasanya ada yang berbeda, baik cara
menemukannya maupun hasilnya).
4. Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan
dan apa yang telah dihasilkan; baik hasil kerja mandiri maupun hasil
diskusi.
5. Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran matematika
yang memang ada hubungannya.
6. Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasil-
hasil dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip
matematika yang lebih rumit.
7. Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau
hasil yang siap pakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan paling
cocok dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan
mengerjakan).

Menurut Gravemeijer (1994:90-91) dalam pembelajaran matematika yang


menggunakan pendekatan RME terdapat tiga prinsip utama yaitu:
1) Penemuan kembali terbimbing (guided reinvention) dan matematisasi
progresif (progressive mathematization)
Menurut prinsip reinvention bahwa dalam pembelajaran matematika
perlu diupayakan agar siswa mempunyai pengalaman dalam
menemukan sendiri berbagai konsep, prinsip atau prosedur, dengan
bimbingan guru. Seperti yang 4 dikemukakan oleh Hans Freudenthal
bahwa matematika merupakan aktivitas insani dan harus dikaitkan
dengan realitas. Dengan demikian, ketika siswa melakukan kegiatan
belajar matematika maka dalam dirinya terjadi proses matematisasi.
Terdapat dua macam proses matematisasi, yaitu matematisasi
horizontal dan matematisasi vertikal. Matematisasi horizontal

5
merupakan proses penalaran dari dunia nyata ke dalam simbol-simbol
matematika. Sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses
penalaran yang terjadi di dalam sistem matematika itu sendiri,
misalnya: penemuan cara penyelesaian soal, mengkaitkan antar
konsep-konsep matematis atau menerapkan rumusrumus matematika.
2) Fenomenologi didaktis (didactical phenomenology)
Yang dimaksud fenomenologi didaktis adalah para siswa dalam
mempelajari konsep-konsep, prinsip-prinsip atau materi lain yang
terkait dengan matematika bertolak dari masalah-masalah kontekstual
yang mempunyai berbagai kemungkinan solusi, atau setidaknya dari
masalahmasalah yang dapat dibayangkan siswa sebagai masalah
nyata.
3) Mengembangkan model-model sendiri (self-developed model)
Yang dimaksud mengembangkan model adalah dalam mempelajari
konsep-konsep, prinsip-prinsip atau materi lain yang terkait dengan
matematika, dengan melalui masalah-masalah konteksual, siswa perlu
mengembangkan sendiri model-model atau cara-cara menyelesaikan
masalah tersebut. Model-model atau cara-cara tersebut dimaksudkan
sebagai wahana untuk mengembangkan proses berpikir siswa, dari
proses berpikir yang paling dikenal siswa, ke arah proses berpikir
yang lebih formal. Jadi dalam pembelajaran guru tidak memberikan
informasi atau menjelaskan tentang cara penyelesaian masalah, tetapi
siswa sendiri yang menemukan penyelesaian tersebut dengan cara
mereka sendiri.

Frans Moerland (2003) memvisualisasikan proses matematisasi dalam


pembelajaran matematika realistik sebagai proses pembentukan gunung es
(iceberg). Proses pembentukan gunung es di laut selalu dimulai dari bagian
dasar di bawah permukaan laut dan setrusnya akhirnya terbentuk puncak
gunung es yang muncul di atas permukaan laut. Bagian dasar gunung es
lebih luas dari pada puncaknya, dengan demikian konstruksi gunung es
tersebut menjadi kokoh dan stabil. Proses ini diadopsi pada proses
matematisasi dalam matematika realistik, yaitu dalam pembelajaran selalu

6
diawali dengan matematisasi horizontal kemudian meningkat sampai
matematisasi vertikal. Matematisasi horizontal lebih ditekankan 6 untuk
membentuk konstruksi matematika yang kokoh sehingga matematisasi
vertical lebih bermakna bagi siswa. Dalam prinsip-prinsip pembelajaran
matematika realistik, matematisasi horizontal terdiri tiga tingkatan, yaitu :

(1) mathematical world orientation;


(2) model material;
(3) building stone number relation.

Sedangkan matematisasi vertikal adalah kegiatan yang menggunakan


notasi matematika formal.

Ketiga prinsip di atas oleh de Lang (1987:75) dijabarkan dalam 5


karakteristik, yakni:

1) Digunakannya konteks nyata untuk dieksplorasi


Maksudnya dalam kegiatan pembelajaran matematika dimulai dari
masalahmasalah yang nyata (real) yang dekat dengan siswa atau
sering dijumpai siswa sehari-hari.
2) Digunakannya instrument-instrumen vertikal, seperti misalnya
model-model, skema-skema, diagram-diagram, simbol-simbol, dsb.
Yang dimaksud model dalam hal ini berkaitan dengan model
situasi dan model matematik yang dikembangkan oleh siswa
sendiri.
3) Digunakannya proses konstruktif dalam pembelajaran, dalam hal
ini siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, proses
penyelesaian soal atau masalah kontekstual yang dihadapi, yang
menjadi awal dari proses matematisasi berikutnya.
4) Adanya interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa yang satu
dengan siswa yang lain serta antara siswa dengan guru.
5) Terdapat keterkaitan (intertwining) di antara berbagai materi
pelajaran untuk mendapatkan struktur materi secara matematis.

7
2.1.3 Langkah-langkah Dalam Pembelajaran Dengan Pendekatan
Realistik

Berdasarkan prinsip dan karakteristik pembelajaran matematika realistik,


maka langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kegiatan inti proses
pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Memahami masalah kontekstual

Pada langkah ini siswa diberi masalah kontekstual dan siswa diminta
untuk memahami masalah kontekstual yang diberikan.Langkah ini
tergolong dalam karakteristik-1 pembelajaran matematika realistik.

b. Menjelaskan masalah kontekstual

Pada langkah ini guru menjelaskan situasi dan kondisi masalah dengan
memberikan petunjuk atau saran seperlunya terhadap bagian tertentu
yang belum dipahami siswa. Langkah ini tergolong dalam
karakteristik-4 pembelajaran matematika realistik.

c. Menyelesaikan masalah kontekstual

Setelah memahami masalah, siswa menyelesaikan masalah kontekstual


secara individual dengan cara mereka sendiri, dan menggunakan
perlengkapan yang sudah mereka pilih sendiri. Sementara itu guru
memotivasi siswa agar siswa bersemangat untuk menyelesaikan
masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Langkah ini
tergolong dalam karakteristik-2 dalam pembelajaran matematika
realistik.

d. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk


membandingkan jawaban soal secara berkelompok, untuk selanjutnya

8
dibandingkan dan didiskusikan di kelas. Di sini siswa dilatih untuk
belajar mengemukakan pendapat. Langkah ini tergolong dalam
karakteristik-3 dan karakteristik-4 dari PMR, yaitu menggunakan
kontribusi siswa dan adanya interaksi antar siswa.

e. Menyimpulkan

Setelah selesai diskusi kelas, guru membimbing siswa untuk


mengambil kesimpulan suatu konsep atau prinsip. Langkah ini
tergolong dalam karakteristik-4 dari PMR, yaitu interaksi antara siswa
dan guru.

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Realistik

Menurut Suwarsono (dalam Romauli, 2013: 5) dan Fitrah (2016: 99)


dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kelebihan
pendekatan matematika realistik antara lain:

1) Pendekatan matematika realistik memberi pengertian yang jelas dan


operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan
kehidupan sehari-hari dan kegunaan matematika pada umumnya bagi
manusia.
2) Pendekatan matematika realistik memberikan pengertian kepada siswa
bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikontruksi dan
dikembangkan sendiri oleh siswa.
3) Pendekatan matematika realistik memberikan pengertian kepada siswa
bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal
dan tidak harus sama antara orang yang satu dan orang yang lain.
4) Mengutamakan proses pembelajaran untuk menemukan penyelesaian
problem matematika, sehingga siswa harus berusaha untuk
mendapatkan sendiri konsep-konsep matematika.

9
Kekurangan pendekatan matematika realistik menurut Suwarsono
(Romauli, 2013: 5) adalah sebagai berikut:

1) Upaya mengimplementasikan pendekatan matematika realistik


membutuhkan perubahan yang sangat mendasar mengenai beberapa hal
lain dan tidak mudah untuk mempraktekannya, misalnya mengenai
siswa, guru,dan peranan kontekstual.
2) Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi sayarat-syarat yang
dituntut PMR tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang
perlu dipelajari siswa, terlebih karena soal-soal tersebut harus bisa
diselesaikan dengan bemacam-macam cara.
3) Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan sebagai cara untuk
menyelesaikan soal juga merupakan hal yang tidak mudah dilakukan
oleh guru.
4) Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa, melalui soal-soal
kontekstual dan proses matematiasi bukan merupakan sesuatu yang
sederhana, kerena proses berpikir siswa harus cermat, agar guru bisa
membantu siswa dalam melakukan penemuan kembali terhadap
konsep-konsep matematika tertentu.

10
BAB III

HASIL ANALISIS

3.1. Narasi Video Pembelajaran

Video pembelajaran yang dianalisis adalah video pembelajaran


matematika SMP tentang Himpunan di MTS Darul Amanah, sampel video
pembelajaran berdurasi 15 menit 44 detik yang diambil dari sumber
YouTube berjudul “video pembelajaran matematika di kelas”. Yang
diunggah pada tanggal 30 November 2021 kronologi pada video
pembelajaran.

a. Pembuka pembelajaran

Sebelum memulai pembelajaran, guru mempersiapkan semua hal yang


akan digunakan untuk pembelajaran. Setelah itu guru memasuki kelas
dan menyapa siswa di dalam kelas dengan salam. Lalu sebelum
pembelajaran dimulai salah satu siswa memimpin doa menurut agama
dan keyakinan selanjutnya guru memeriksa kehadiran siswa serta
keadaan siswa di dalam kelas. Guru memberitahu bahwa hari itu akan
mempelajari tentang himpunan,guru mengingatkan kembali materi
pertemuan sebelumnya yaitu bilangan,guru meminta sisiwa
menyebutkan berbagai bilangan agar siswa konsentrasi.Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran agar proses belajar tercapai.Guru
bertanya kepada siswa manfaat dari himpunan dan guru memberikan
contoh himpunan yaitu belanja online,misal dalam menemukan barang
bisa di klik filter menentukan apa yang dicari nah filter dalam belanja
online ini merupakan himpunan,guru menjelaskan himpunan adalah
kumpulan benda atau objek yang terdefinisi dengan jelas.Disini guru
bertanya kepada siswa terdefinisi dengan jelas artinya apa ?karena
siswa belum mengerti maka siswa harus mencarinya sendiri dengan
berdiskusi.

11
b. Kegiatan inti

Guru mempersilahkan siswa untuk membentuk kelompok,guru


memberikan media belajar berupa (spidol, karton dan amplop) dan
perwakilan kelompok mengambil LKPD,sebelumnya guru
menjelaskan cara penggunaan media pembelajaran dan langkah
mengerjakan LKPD. Yang mana siswa pada kegiatan 1 mandiri
terlebih dahulu sebgai pengantar lalu kegiatan 2 & 3 LKPD dikerjakan
bersama dan setiap kelompok melakukan diskusi,guru berkeliling
melihat hasil diskusi siswa. setelah siswa mendiskusikan LKPD
kemudian guru meminta kelompo melakukan kegiatan karya kunjung
dan perwakilan kelompok mempresentasikan hasil karyanya kepada
kelompok pasangan,anggota kelompok pasangan memberikan
tanggapan kepada presentator.Guru membimbing sisiwa untuk
melakukan evaluasi dan perbaikan berdasarkan masukan dari
kelompok pasangan berkaitan dengan himpunan dan bukan himpunan
yang memiliki ciri-ciri tertentu.

c. Penutup

Siswa diminta untuk menyimpulkan aktivitas belajar pada hari itu yang
mana salah satu kelompok menjawab bahwa himpunan adalah
kumpulan benda atau objek yang terdefinisi dengan jelas. Lalu guru
menyimpulkan himpunan adalah kumpulan benda atau objek yang
terdefinisi dengan jela dan guru juga memperjelas contoh impunan dan
bukan himpunan.Setelah itu guru meminta kepada siswa mempelajari
materi selanjutnya yaitu operasi himpunan dan dilanjutkan dengan doa.

3.2. Hasil Analisi Berdasarkan Teori Belajar Realistik

Holisin (2016) menyatakan bahwa terdapat langkah-langkah yang harus


dilakukan dalam kegiatan inti proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

a) Memahami masalah kontekstual

12
Pada video pembelajaran, siswa diberi masalah kontekstual mengenai
materi himpunan dan siswa diminta untuk memahami masalah
kontekstual yang diberikan oleh guru.

b) Menjelaskan masalah kontekstual

Pada video pembelajaran, guru memberikan penjelasan mengenai


situasi dan kondisi masalah dengan memberikan petunjuk atau saran
seperlunya terhadap bagian tertentu yang belum dipahami siswa. Pada
tahap ini guru juga melakukan interaksi berupa tanya-jawab kepada
siswa agar siswa siswa lebih paham mengenai masalah kontekstual
tersebut.

c) Menyelesaikan masalah kontekstual

Pada video pembelajaran, guru memberikan kegiatan 1 mandiri kepada


siswa. Pada tahap ini terlihat bahwa siswa menyelesaikan masalah
kontekstual secara individual dengan cara atau metode mereka sendiri.
Sementara itu guru memotivasi siswa agar siswa bersemangat untuk
menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri.

d) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

Pada video pembelajaran terlihat bahwa guru memberikan kegiatan 2 &


3 yang berupa LKPD untuk dikerjakan siswa secara berkelompok. Pada
tahap ini guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk
membandingkan jawaban soal secara berkelompok, untuk selanjutnya
dibandingkan dan didiskusikan di kelas. Di sini siswa dilatih untuk
belajar mengemukakan pendapat.

e) Menyimpulkan

Pada akhir video pembelajaran, guru membimbing siswa untuk


mengambil kesimpulan suatu konsep atau prinsip berdasarkan materi
himpunan yang telah mereka pelajari pada hari itu.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pendekatan realistic mathematics education adalah suatu pendekatan


proses pembelajaran matematika yang bermula dari dunia nyata untuk
mengembangkan konsep-konsep, ide-ide matematika serta menyatukan
matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan ini akan menjadi lebih bermakna dan tentunya
akan lama diingat oleh siswa. Langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam kegiatan inti proses pembelajaran pendekatan realistic adalah: (1)
memahami masalah kontekstual, (2) menjelaskan masalah kontekstual, (3)
menyelesaikan masalah kontekstual, (4) membandingkan dan
mendiskusikan jawaban, dan (5) menyimpulkan.

Dari video pembelajaran matematika SMP tentang himpunan di MTS


Darul Amanah yang diambil dari sumber YouTube berjudul “video
pembelajaran matematika di kelas” maka dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran sudah menerapkan pendekatan realistik.

4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini tentang pendekatan realistik, penulis


mengaharapkan pembaca untuk dapat menggunakan dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam
pembelajaran matematika.

14
DAFTAR PUSTAKA

De Lange, J. (1987). Mathematics, Insight, and Meaning, Utrecht : OW & Co

Fitrah, M. (2016). Model pembelajaran matematika sekolah (Kajian prespektif


berdasarkan hasil teori dan penelitian). Jogyakarta: deepublish.

Gravemeijer, K.(1994). Developing Realistic Mathematics Education, :


onwikkelen van relistich reken/wiskundeonderwijs (met een samenvatting
in het nederlands). Nederland : Universiteit Utrechte

Holisin, I. (2016). Pembelajaran matematika realistik (PMR). Didaktis: Jurnal


Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, 7(3).

Romauli, mika. (2013). Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik dan


Berpikir Logis terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD Barlind
School Medan (Jurnal Tematik, volume: 003/No.12/DIKSAS)

Saleh, M. S. M. (2012). Pembelajaran kooperatif dengan pendekatan pendidikan


matematika realistic (PMR). Jurnal Serambi Ilmu, 13(2), 51-59.

Suryanto. 2007. ”Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)”. Majalah


PMRI Vol. V No. 1 Januari 2007, halaman 8 – 10.

15

Anda mungkin juga menyukai