Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDEKATAN PEMBELAJARAN RME

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 12

SELVIA INDRIANTIKA (A1I121069)

SYAFITRI DIVA PERTIWI (A1I121075)

WA ODE FILDA (A1I121077)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah“Pendekatan Pembelajaran RME” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Dr. Drs.
Lambertus, M.Pd. selaku guru mata pelajaran Profesi Kepenidikan yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenaiPendekatan Pembelajaran RME.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan, demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Ibu dan teman-teman sekalian demi perbaikan
makalah ini diwaktu yang akan datang.

Kendari, 8 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Pengertian pendekatan pembelajarn RME.............................................................4
B. Karakteristik dan prinsip Model Pembelajaran Realistik atau RME.......................5
C. Langkah-langkah pendekatan pembelajaran RME.................................................7
D. Kekurangan dan kelebihan dari pendekatan pembelajaran RME...........................9
E. Matematisasi..........................................................................................................9
F. Berpikir siswa.......................................................................................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................................12
B. Saran....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejak tahun 1971, Institut Freudenthal mengembangkan suatu pendekatan


teoritis terhadap pembelajaran matematika yang dikenal dengan Realistic
Mathematics Education (RME). RME menggabungkan pandangan tentang apa itu
matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika
harus diajarkan. Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh dipandang
sebagai passive receivers of readymade mathematics (penerima pasif). Pendidikan
harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan
untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri. Banyak soal
yang dapat diangkat dariberbagai situasi (konteks), yang dirasakan bermakna
sehingga menjadi sumber belajar. Pandangan RME banyak ditentukan oleh
Freudenthal, dua diantaranya adalah mathematics must be connected to reality and
mathematics as human activity. Berdasarkan pemikiran tersebut, RME
mempunyai ciri antara lain, bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (to reinvent) matematika
melalui bimbingan guru (Gravemeijer, 1994), dan bahwa penemuan kembali
(reinvention) ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan
berbagai situasi dan persoalan dunia nyata.

Pada saat ini, RME mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik dariguru,
siswa, orangtua, dosen LPTK (teacher educators), dan juga pemerintah. Beberapa
wilayah di Indonesia telah melakukan ujicoba pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan RME dalam skala terbatas, khusus untuk pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar, diantaranya Yogyakarta, Bandung, Jakarta dan
Surabaya. Sebelum RME diimplementasikan secara luas di Indonesia, perlu
pemahaman yang memadai tentang teori tersebut, karena seringkali kegagalan
dalam inovasi pendidikan bukan disebabkan karena inovasi itu jelek, tapi karena
kita kurang memahaminya secara benar. Konsepkonsep RME menurut
Freudenthal yang berkaitan dengan pembelajaran matematika (Suryanto, 2017:8)
adalah:

a. Matematisasi, artinya bahwa ilmu tidak lagi hanya sekedar kumpulan


pengalaman, ilmu melibatkan kegiatan mengorganisasi pengalaman
dengan menggunakan matematika yang disebut mathematizing
(matematisasi atau mematematikakan). Ada dua macam matematisasi,
yaitu matematisasi vertikal dan matematisasi horizontal. Matematisasi
horisontal adalah matematisasi pengalaman matematis dari realitas,
sedangkan matematisasi matematika disebut matematika vertikal.
Matematisasi vertikal adalah proses menghasilkan konsep, prinsip, model
matematis baru dari pengetahuan matematika. Ada pun kedudukan
matematisasi horizontal dalam RME yaitu masalah diberikan sebagai titik
awal pembelajaran. Dengan mencoba memecahkan masalah itu diharapkan
murid menemukan konsep matematis, atau prinsip matematis atau model.
b. Matematika sebagai Produk Jadi dan Matematika sebagai kegiatan,
Pembelajaran yang berdasarkanpaham bahwa matematika harus diajarkan
sebagai barang jadi atau sebagai sistem deduktif, menghasilkan pandangan
bahwa matematika tidak berguna, kering, karena pembelajaran matematika
hanya berisi kegiatan menghafalkan aksioma, definisi, teorema, serta
penerapannya pada soal-soal. Pembelajaran matematika akan jauh lebih
bermanfaat apabila menekankan matematika sebagai kegiatan. c. Kegiatan
atau Aktivitas, Pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dengan cara
penemuan akan lebih dipahami dan lebih awet dalam ingatan daripada
pengetahuan atau kecakapan yang diperoleh dengan cara pasif. d. Re-
invention atau penemuan, artinya bahwa kegiatan pembelajaran
matematika harus berdasarkan pada penafsiran dan analisis matematika.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran RME?


2. Bagaimana karakteristik dan prinsip pada pendekatan pembelajaran RME?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam pembelajaran RME??
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran RME?
5. Apa yang dimaksud dengan matematisasi?
6. Bagaimana definisi berpikir yang terjadi pada siswa terutama pada
pemecahan masalah matematika?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan pembelajaran RME


2. Untuk mengetahui karakteristik dan prinsip pada pendekatan
pembelajaran RME
3. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam pendekatan pembelajaran
RME
4. Untuk mengetahui kekurangan serta kelebihan dalam pendekatan
pembelajaran RME
5. Untuk Mengetahui definisi dari matematisasi
6. Untuk mengetahui apa itu berpikir dalam menyelesaikan permasalahan
matematika
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pendekatan pembelajarn RME

Pembelajaran matematika realistik atau RealisticMathematicsEducation


(RME) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang
berorientasi pada pengalaman sehari-hari. Permasalahan yang masih menjadi
kendala dalam pembelajaran matematika di sekolah adalah fakta bahwa tingkat
literasi matematika siswa di Indonesia masih sangat rendah. Maka diperlukan
suatu upaya pembelajaran matematika yang bersifat realistik dan konstruktivistik.
Salah satu model yang memenuhi kedua sifat tersebut adalah Realistic
Mathematics Education atau disingkat RME Menurut Susilowati (2018: 47)
Proses pembelajaran matematika dengan RME menggunakan masalah kontekstual
(contextual problems) sebagai titik awal dalam belajar matematika. Dalam hal ini
siswa melakukan aktivitas matematisasi horisontal, yaitu siswa
mengorganisasikan masalah dan mencoba mengidentifikasi aspek matematika
yang ada pada masalah tersebut. Kemudian Zulkardi dan Putri (Siti Syadi’ah,
2018: 3) mengemukakan bahwa RME adalah teori pembelajaran yang bertitik
tolak dari hal-hal yang real atau pernah dialami siswa, menekankan keterampilan
proses ( doing of mathematics), berdiskusi danberkolaborasi, beragumentasi
dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (student
inventing) sebagai kebalikan dari guru memberi (teacher telling) dan pada
akhirnya siswa menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah-
masalah kontekstual baik secara individu maupun kelompok. Sejalan dengan
pendapat tersebut menurut Bunga (2016, hlm 443) Model RME sejalan dengan
teori konstruktivisme yang menekankan pada kegiatan siswa untuk mempraktekan
apa yang dipelajari dan membangun konsep bahan ajar yang dipelajarinya
tersebut. Proses pembelajaran dalam teori RME bersifat konkret serta erat
kaitannya dengan alam dan lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Puspita dan Rahman (2017: 203) yang menyatakan bahwa pada dasarnya siswa
yang belajar berkat interaksinya dengan lingkungan baik fisik maupun lingkungan
sosial. Maka dari itu pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) menitik
beratkan pada permasalahan yang nyata dan dekat dengan siswa. Berdasarkan
beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa RME adalah model
pembelajaran matematika dimana pembelajaran harus dihubungkan dengan
kenyataan, dekat dengan pengalaman anak-anak dan relevan dengan masyarakat,
model ini menggunakan masalah kontekstual , masalah yang pernah dialami oleh
siswa sebagai titik awal dalam belajar matematika.

B. Karakteristik dan prinsip Model Pembelajaran Realistik atau RME

Pembelajaran Matematika Realistis mencerminkan pandangan matematika


tertentu mengenai bagaimana anak belajar matematika dan bagiamana matematika
harus diajarkan. Pandangan ini tercermin dalam enam karakteristik yaitu :
kegiatan, nyata, bertahap, saling menjalin, interaksi, dan bimbingan.

1. Kegiatan

Peserta didik harus diperlakukansebagai partisipan aktif dalam proses


pengembangan seluruh perangkat perkakasdan wawasan matematis sendiri.
Dalam hal ini peserta didik dihadapkan dalamsituasi masalah yangmemungkinkan
ia membentuk bagian – bagian masalah tersebutdandikembangkan secara bertahan

2. Nyata (kontekstual)

Matematika realistis harusmemungkinkan peserta didik dapat menerapkan


pemahaman matematika dan perkakas/alat matematikannya untuk memecahkan
masalah. Hanya dalam pemecahan masalahpeserta didik dapat mengembangkan
alat matematis dan pemahaman matematis.

3. Bertahap

Belajar matematika artinya pesertadidik harus melalui berbagai tahapan


pemahaman, yaitu dari kemampuan menemukan pemecahan informal
yangberhubungan dengan konteks, menuju penciptaan berbagai tahap hubungan
langsungdan pembuatan bagan.

4. Saling menjalin (keterkaitan)

Hal ini ditemukan pada setiap jalurmatematika, misalnya antar topik –


topik seperti kesadaran akan bilangan, mentalaritmetika, perkiraan (estimasi) dan
algoritma.

5. Interaksi

Dalam matematika realistik belajarmatematika dipandang sebagai kegiatan


sosial. Pendidikan harus dapat memberikankesempatan bagi para peserta didik
untuk saling berbagi dan strategi dan penemuanmereka. Dengan mendengarkan
apa yang ditemukan orang lain dan mendiskusikantemuan ini, peserta didik
mendapat ide untuk memperbaiki strateginya.

6. Bimbingan

Pengajar maupun program pendidikanmempunyai peranan terpenting


dalam mengarahkan peserta didik untuk memperolehpengetahuan. Mereka
mengendalikan proses pembelajaran yang lentur untukmenunjukkan apa yang
harus dipelajari untuk menghindarkan pemahaman semumelalui proses hafalan.

Selain karakteristik, pada pendekatan pembelajaran RME terdapat juga


beberapa prinsip, yaitu sebagai berikut:

1. Penemuan kembali terbimbing/pematematikaan progresif

Prinsip ini menghendaki bahwa dalam Pembelajaran Matematika realistik,


dari masalah konstektual yang diberikan oleh guru diawal pembelajaran,
kemudian dalam menyelasaikan masalah siswa diarahkan dan diberi bimbingan
terbatas, sehingga siswa mengalami proses menemukan kembali konsep, prinsip,
sifat-sifat dan rumus-rumus matematika sebagaimana ketika konsep, prinsip, sifat-
sifat dan rumus-rumus itu ditemukan. Prinsip ini mengacupada pandangan
konstruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer atau
diajarkan melalui pemberitahuan dari guru, melainkan dari siswa sendiri.

2. Fenomena pembelajaran

Prinsip ini terkait dengan suatu gagasan fenomenpembelajaran, yang


menghendaki bahwa di dalam menentukan masalah konstektual untuk digunakan
dalam pembelajaran dengan pendekatan metode pembelajaran matematika
realistik didasarkan atas dua alasan, yaitu :

a) untuk mengungkap berbagai macam aplikasi suatu topik yang harus diantisipasi
dalam pembelajaran

b) untuk dipertimbangkan pantas tidaknya masalah konstektual itu digunakan


sebagai poin – poin untuk suatu prosespematematikaan progresif.

Dari penjabaran di atas menunjukan bahwa prinsip ke 2 Pembelajaran


matematika Realistik ini menekankan pada pentingnya masalah konstektual untuk
memperkenalkan topik – topik matematika kepada siswa.

3. Model-model dibangun sendiri

Menurut prinsip ketiga, model – model yang dibangun berfungsi sebagai


jembatan pengetahuan informal dan formal matematika. Dalam pemecahan
konstektual siswa diberi kebebasan untuk menemukan sendiri model matematika
terkait dengan masalah kontekstual yang dipecahkan. Sebagai konsekuensinya
sangat dimungkinkan mucul berbagai model matematika yang dibangun siswa.
Berbagai model tersebut pada mulanya mungkin masih mirip dengan masalah
kontekstualnya. Ini merupakan langkah lanjutan dari penemuan ulang dan
sekaligus menunjukan bahwa sifat bottomup( dari bawah ke atas) mulai terjadi.
Model – model tersebut diharapkan untuk mampu mengubah kepada bentuk
matematikayang formal.

C. Langkah-langkah pendekatan pembelajaran RME


Pendekatan realistik sangat cocok digunakan pada pembelajaran
matematika, pasalnya memiliki karakteristik dan prinsip yang memungkinkan
siswa dapat berkembang secara optimum dengan kebebasan berpikir dan
mengungkapkan pendapat penyelesaian masalah. Berikut langkag-langkahnya :

1. Memahami masalah dalam kehidupan sehari-hari

Pada tahap awal pembelajaran RME, peserta didik disajikan berbagai


permasalahan yang bersifat kontekstal dari peristiwa nyata dalam kehidupan
sekitar peserta didik. Kegiatan belajar pada tahap ini yakni memahami masalah
yang disajikan oleh guru dimana peserta didik menggunakan pengetahuan
awalnya untuk memahami masalah kontekstual yang dihadapinya. Dalam kegiatan
pembelajaran, peserta didik disajikan poster atau video cara membuat tahu dan
siswa mengamati kain untuk menyaring tahu berukuran berbeda yang dibawa
guru.

2. Mendorong siswa menyelesaikan masalah tersebut, baik individu maupun


kelompok

Peserta didik menyelesaikan permasalahan kontekstual dengan caranya


sendiri, dari hasil pemahamannya dan pengetahuan awal yang dimiliki. Dengan
penyelesaian yang berbeda-beda menjadikan peserta didik memiliki rasah ingin
tahu yang tinggi dan lebih sering mencoba. Dalam kegiatan ini salah satu peserta
didik dengan didampingi guru diminta untuk menutup kain penyaring tahu dengan
satuan tidak baku seperti lembaran kertas berbentuk persegi panjang, segitiga, dll.

3. Mendiskusikan jawabandan membandingkan

Kegiatan pada tahap ini dilakukan dengan cara diskusi kelompok untuk
membandingkan atau mengoreksi bersama hasil dari pemecahan masalah. Peran
guru sebagai fasilitator dan moderator dangat di butuhkam guna meluruskan dan
menjelaskan terkait cara penyelesaian yang telah siswa lakukan. Kemudian dalam
kegiatan ini peserta didik mencoba apa yang telah dilakukan dan membandingkan
hasilnya dengan teman yang lain.
4. Menyimpulkan

Di akhir pembelajaran, kegiatan diarahkan untuk dapat menyimpulkan


konsep dan cara penyelesaian masalah. Peran guru pada tahap ini sebagai
pembimbing peserta didik dalam menyimpulkan dan memperkuat hasil
kesimpulan peserta didik.

D. Kekurangan dan kelebihan dari pendekatan pembelajaran RME

Setiap pendekatan pembelajaran memliki kelebihan dan kekurangan


masing-masing, hal tersebut menjadi pertimbangan untuk pendekatan tersebut
layak digunakan.

Adapun kelebihan dari pendekatan RME menurut Latipah & Afriansyah (2018)
yaitu:

1. Siswa lebih aktif dan mandiri dalam mencari konsep pembelajaran, dimana
siswa mampu membayangkan dan mengkoneksikan sendiri ke dalam dunia
nyata
2. Siswa yang biasanya gaduh menjadi lebih semangat saat pembelajaran, hal itu
karena siswa tidak memiliki batasan dalam menemukan konsep sehingga
siswa lebih kreatif

Kekurangan dari pendekatan RME diantaranya adalah

1. Karena pembelajaran tidak diawali dengan penjelasan materi, guru harus


bekerja lebih ekstra untuk mendorong siswa menemukan konsep matematika
yang akan dipelajari
2. Karena berkaitan dengan masalah kontekstual maka diperlukan benda nyata
yang dapat mendukung karena membayangkan masalah nyata tidak semua
siswa mampu melakukan.

E. Matematisasi

Kemampuan penalaran matematisasi adalah kemampuan berpikir siswa


menurut alur kerangka berpikir tertentu berdasarkan konsep maupun pemahaman
yang telah didapat sebelumnya (Sa’adah, 2010). Matematisasi merupakan suatu
aktivitas mengorganisasikan dan menstrukturkan ide dan konsep matematika
berdasarkan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki untuk mendapatkan
keteraturan, hubungan, dan struktur-struktur yang belum diketahui (Amala &
Ekawati, 2016). Pendekatan RME merupakan pendekatan yang memiliki dua
konsep matematisasi yaitu horizontal dan vertikal.

a. Matematisasi Horizontal

Menurut Rahmawati (dalam Gravemeijer, 2013) matematisasi horizontal


adalah kegiatan mengubah masalah kontekstual menjadi masalah matematika.
Upaya tersebut dapat tercapai jika pengajaran dilakukan pada situasi yang
memakai konsep matematika nyata. Topik matematika disajikan atas dasar
aplikasi dan perkembangan, masalah dijadikan sasaran utama untuk mengawali
pembelajaran. Hal tersebut memungkinkan siswa dapat menyelesaikan dengan
caranya sendiri serta dapat melangkah ke arah matematisasi horizontal dan
vertikal (Simanulang, 2013). Penyelesaian masalah melalui proses matematisasi
memungkinkan siswa lebih mudah memahami matematika.

Proses horizontal siswa yaitu dengan menyelesaikan soal-soal dari dunia


nyata dengan cara mereka sendiri dan menggunakan bahasa dan simbol mereka
sendiri (Fatmawati, 2014). Matematisasi horizontal adalah proses yang dilakukan
siswa untuk menyelesaikan masalah dalam realitas kehidupan sehari-hari secara
informal berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya sendiri (Astuti, 2015).
Berdasaran pernyataan tersebut, matematisasi horizontal merupakan proses
penyelesaian masalah dengan kemampuan siswa dan menggunakan bahasa serta
simbol yang mudah dipahami oleh siswa sendiri.

b. Matematisasi Vertikal

Matematisasivertikal adalah proses generalisasi simbol atau model


matematika terhadap penyelesaian masalah yang diperoleh siswa melalui proses
matematisasi horizontal. Matematisasi horizontal dan vertikal yang dilakukan
siswa pada dasarnya situasi dimana siswa diarahkan untuk menemukan cara
penyelesaian dari masalah yang dihadapi.

Memahami konsep merupakan hal utama yang perlu dipahami oleh siswa
sebelum melakukan penyelesaian masalah. Hal tersebut yakni ketika siswa
mampu menerjemah, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematika
berdasarkan pengetahuannya bukan hanya sekedar mengahapal rumus.
Penyelesaian masalah sendiri merupakan proses pematematikaan bagi siswa, di
dalam RME hal itu disebut dengan proses matemamatisasi.

F. Berpikir siswa
a. Definisi Berpikir

Tujuan dari diadakannya pembelajaran matematika tidak lain adalah


melatih siswa berpikir kritis, logis serta mampu mengambil kesimpulan secara
dedukatif maupun induktif. Berpikir merupakan keterampilan kognitif untuk
mendapatkan suatu pengetahuan (Layyina, 2018). Kemampuan seseorang untuk
berhasil dalam kehidupannya antara lainnya ditentukan oleh keterampilan
berpikirnya, terutama upaya menyelesaikan masalah kehidupan yang dihadapi
(Zubaidah, 2010). Aktivitas berpikir yang dilakukan seseorang memuat beberapa
tahapan yang dimulai dari tahap operasional konkrit sampai tahap operasional
formal untuk mendapatkan suatu penyelesaian.

Terdapat empat tahap perkembangan kognitif seorang anak berdasarkan


usianya, yakni 0-1,15 tahun merupakan tahap sensori-motor, 1,5-6 tahun
merupakan tahap pra-operasional, 6-12 tahun merupakan tahap operasional
konkrit, dan usia 12 tahun ke atas merupakan tahap operasional formal (Ibda,
2015).

b. Indikator Berpikir Siswa dalam Melakukan

Matematisasi Dalam melakukan pemecahan masalah matematika, setiap


siswa melalui proses matemastisasi masing-masing, ini artinya terdapat perbedaan
cara atau fase berpikir siswa untuk memperoleh jawaban dari masalah yang
diselesaikan. Menurut Silva, dkk (2011) proses matematisasi dapat mengukur
kemampuan penalaran matematis siswa, hal tersebut dikarenakan proses
matematisasi adalah penerapan dari kemampuan penalaran matematis siswa. Silva
mengambil indikator penalaran matematis yaitu:

a) Mengidentifikasi pernyataan serta menentukan cara matematis yang sesuai


dengan masalah
b) Memberikan penjelasan dengan menggunakan model
c) Membuat pola hubungan antar pernyataan
d) Membuat pernyatan yang mampu mendukung atau menyangkal argumen
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

RME adalah model pembelajaran matematika dimana pembelajaran harus


dihubungkan dengan kenyataan, dekat dengan pengalaman anak-anak dan relevan
dengan masyarakat, model ini menggunakan masalah kontekstual , masalah yang
pernah dialami oleh siswa sebagai titik awal dalam belajar matematika Dari
penelitian yang telah dilakukan baik di dalam negeri maupun di negara luar,
menunjukkan dengan pendekatan RME, dapat mengembangkan sikap positif anak
dan pemahaman, serta aktivitas dalam pembelajaran matematika, dan dengan
RME soal yang abstrak dapat menjadi soal yang biasa bagi anak. Selain itu,
pembelajaran matematika dengan menggunakan RME banyak memfasilitasi
berbagai aspek, diantaranya: a. Matematika lebih menarik, relevan, dan bermakna,
tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak. b. Mempertimbangkan tingkat
kemampuan siswa. c. Menekankan belajar matematika pada learning by doing. d.
Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpamenggunakan
penyelesaian (algoritma) yang baku. e. Menggunakan konteks sebagai titik awal
pembelajaran matematika.

B. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan adalah gunakanlah makalah ini untuk
keperluan yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri atau orang banyak.
Demikian makalah ini penulis sampaikan, disini penulis menyadari sepenuh hati,
bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal itu
dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Saran dan kritik yang membangun
sangat penulis tunggu guna memperbaiki pembuatan makalah dikemudian hari.
Demikian dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Pagi, R., Soraya, F., & Cahyana, U. (2018). Penerapan Pendekatan Realistic
Matematics Education (Rme) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif Pokok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas Iv Sdn Rawajati 06 Pagi.
Jurnal JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 5(1), 87–94.

Angreni, D. (2021). Penerapan Pendekatan Realistics Mathematics Education


(Rme) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Smp Negeri 16
Bengkulu. Jurnal Math-UMB.EDU, 8(3), 10–20.
https://doi.org/10.36085/math-umb.edu.v8i3.1981

Anda mungkin juga menyukai