Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


REALISTIK INDONESIA (PMRI)

Disusun Oleh
Alya Alkantina (2201032003)
Auliya Fitri (2201030011)
Nabila Enjelia Puspitasari (2201031019)
Teddy Irmansyah (2201030062)
Wulandari (2201032027)

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Dr. Siti Annisah, S.Si., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


(PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat
rahmat dan ridho-Nya kami dapat mengerjakan makalah kami ini di mata kuliah
“Pembelajaran Matematika MI/SD” dengan lancar. Sholawat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW juga kepada keluarga, sahabat
dan para pengikutnya semoga kelak di akhirat mendapatkan syafaatnya di yaumul kiamah
nanti.

Makalah ini kami sajikan dengan tujuan untuk memaparkan materi mengenai “Model
Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)” secara singkat
dan sederhana sehingga nantinya dapat memudahkan bagi para pembaca makalah ini untuk
mengetahui dan memahami isi, khususnya tentang topik yang dibahas.

Terima kasih kami sampaikan kepada Dosen pengampu kami yaitu Ibu Dr. Siti Annisah,
S.Si., M.Pd atas bimbingannya serta arahannya dalam tersusunnya makalah ini. Terima
kasih juga kepada semua pihak yang telah ikut berperan serta dalam penyusunan makalah
ini. Kami menyadari akan segala kekurangan yang melekat pada diri penulis diharapkan
untuk kritik dan sarannya demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Metro, 21 Februari 2024

Penyusun Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................1
BAB II MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK
INDONESIA (PMRI)...........................................................................................................2
A. Pengertian Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI)...................................................................................................................2
B. Prinsip-prinsip pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI)...................................................................................................................4
C. Karakteristik pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)5
D. Langkah-langkah pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI)...................................................................................................................7
E. Contoh penerapan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) pada pembelajaran matematika di SD/MI...............................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................................14
A. Kesimpulan...........................................................................................................14
B. Saran......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan matematika selalu berevolusi, termasuk Indonesia. Perubahan
perkembangan zaman di mempengaruhi segala ilmu. Ilmu pengetahuan yang
berkembang sangat cepat dan diiringan dengan perkembangan teknologi yang maju
mempengaruhi perubahan yang terjadi pada bidang pendidikan. Perubahan ini
melahirkan inovasi pendidikan. Inovasi ini termasuk pada proses pembelajaran
serta inovasi produk . Pendidikan Matematika Realistik (PMR) di Indonesia
dikenal sejak tahun 2001. PMR adalalah pendekatan yang berorintasi pada siswa
dalam peningkatan pemahaman pembelajaran matematika
PMRI merupakan pendekatan pembelajaran yang mudah untuk diterima
oleh semua orang karena menurut pemikiran Fruedhenthal bahwa matematika
dalam PMR adalah kegiatan yang dikaitkan dengan realitas keseharian. Artinya di
dalam PMR penggunaan permasalahan real menjadi starting point dalam
mengembangkan konsep ide matemtika. Menurut Lange, dunia nyata yang
dimaksud adalah permasalahan yang konkret yang disampaikan kepada peserta
didik dalam penerapan matematika. Menurut penelitian menyatakan tentang PMRI
bahwa penggunaan konteks real dapat membangun pemahaman peserta didik
dalam pembelajaran matematika. Berkaitan dengan pengembangan materi dalam
pembelajaran PMRI perlu diperhatikan bahwa konteks yang dipilih harus dikenal
oleh peserta didik, jangan sampai guru memberikan konteks yang anak belum
melihat atau belum pernah mengalami kejadian dengan konteks yang dipilih,
dikarenakan tidak semua konteks dapat digunakan atau diadopsi dikarenakan
perbeaan latar belakang budanya, alam dan pengalaman peserta didik, kemudian
bahasa yang digunakan harus jelas dan sederhana disesuaikan dengan peserta didik
di satuan pendidikan masing-masing, jika menggunakan gambar, gambar tersebut
harus mendukung konsep.
B. Tujuan
Tujuan dari materi model pembelajaran Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) adalah untuk menjelaskan tentang konsep, prinsip, karakteristik dan untuk
menganalisis seberapa efektivitasnya model pembelajaran PMRI dalam
meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari matematika.

1
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK
INDONESIA (PMRI)

A. Pengertian Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia


(PMRI)
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia adalah suatu pendekatan
pembelajaran matematika yang mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang dekat
dengan siswa sebagai sarana untuk memahamkan persoalan matematika. ( Depdiknas,
2010 :7).
Menurut Anwar (2010) menyatakan bahwa PMRI adalah satu pendekatan
pembelajaran matematika yang coba menggunakan pengalaman dan lingkungan siswa
sebagai alat bantu mengajar primer. Menurut Nalole (2008: 141) meskipun
pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik mempunyai beberapa
kelemahan, dapat dilakukan upaya-upaya untuk mengatasinya yaitu dengan
mengembangkan kemampuan awal siswa untuk terlibat aktif dalam merespon masalah
kontekstual yang diberikan dengan berbagai cara atau jawaban. Memberikan motivasi
kepada semua siswa misalnya dengan memberikan pujian jika siswa menjawab benar
dan teteap mnghargai jawaban siswa walaupun jawaban yang dikemukakan salah. Dan
memantau cara-cara yang dilakukan siswa dalam menjawab permasalahan kontekstual
agar proses dan mekanisme berpikir siswa dapat diikuti dengan cermat.
Supinah (2008 :15-16) menyatakan bahwa PMRI adalah suatu teori
pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep
matematika realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar. Dari pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa Pendekatan PMRI adalah suatu pendekatan
pembelajaran matematika yang dekat dengan kehidupan nyata siswa sebagai sarana
untuk meningkatkan pemahaman dan daya nalar. PMRI merupakan versi Indonesia
diadaptasi Realistic Mathematics Education (RME) yang dikembangkan oleh
Freudental Institute di Belanda (Sembiring, 2007). Menurut Zulkardi (2002), RME
adalah sebuah pendekatan dalam belajar mengajar matematika. Teori RME sejalan
dengan tren dikembangkannya materi kurikulum matematika pada negara- negara lain,
seperti Portugal, Inggris, Spanyol, Brasil, Denmark, Jepang, dan Malaysia (de Lange
dalam Hadi, 2005).
Pada (Zulkardi, 2022) Pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI
bertitik tolak dari konteks atau situasi "real" yang pernah dialami oleh siswa yang
merupakan jembatan untuk menghubungkan siswa dari tahap real ke arah formal
matematik. Hal ini sepaham dengan filsafat RME yang dikembangkan berdasarkan
gagasan atau pandangan Hans Freudenthal, yaitu: (1) mathematics must be connected

2
to reality; and (2) mathematics as human activity". Proses pembelajaran dengan
pendekatan PMRI ditekankan pada keterampilan proses, berdiskusi secara kelompok
kecil maupun klasikal dengan guru untuk ditemukannya suatu pemahaman siswa
sendiri terhadap materi yang dipelajari dan pada akhirnya mereka mampu
digunakannya matematika untuk penyelesaian suatu masalah baik secara individu
ataupun kelompok. Peran guru adalah sebagai fasilitator, moderator atau evaluator,
sedangkan siswa memiliki peran penting sebagai pembelajar aktif untuk
pengkonstuksian pemikirannya, pengkomunikasian suatu gagasan dalam kelompok
ataupun klasikal, menjustifikasi jawaban mereka, serta melatih nuansa demokrasi
dengan menghargai argumen dari yang lain.
PMRI matematika harus dekat dengan siswa dan kehidupan sehari-hari. Nyata
dalam PMRI ini tidak hanya bermakna bahwa pembelajaran harus berhubungan
dengan dunia nyata, tetapi juga situasi masalah harus nyata dalam pikiran siswa.
Pembelajaran matematika juga harus didesain sebagai sebuah proses menemukan
kembali, dengan menggunakan konsep matematika sebagai panduan. Soraya Faridah,
dkk (2018). Matematika tidak diberikan sebagai sesuatu yang sudah jadi tetapi melalui
aktivitas matematika yang disebut dengan matematisasi. Situasi yang dipakai dalam
pembelajaran matematika haruslah dimulai dari situasi nyata sebelum ke matematika
formal. Kemudian, adanya prinsip membangun model mandiri sebagai jembatan bagi
siswa dari hal yang nyata ke hal yang abstrak atau dari informal ke formal
matematika. Sejalan dengan itu hasil penelitian Jayanti dan Marhamah, (2021),
mendapatkan hasil bahwa pembelajaran Matematika yang dilakukan melaksanakan
suatu aktivitas dalam pembelajarannya.
Jadi Pendekatan PMRI adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika
yang dekat dengan kehidupan nyata sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman
dan daya nalar siswa. Konsep dari model pembelajaran PMRI diantaranya
mengajukan masalah (soal) yang 'rill' bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan
tingkat pengetahuannya sehingga siswa terlibat dalam pembelajaran secara bermakna,
permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran tersebut.

3
B. Prinsip-prinsip pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI)
Ada tiga prinsip yang dikemukakan oleh Gravemeijer (1994), antara lain
PMRI menggunakan prinsip-prinsip RME, untuk itu karakteristik RME ada dalam
PMRI. Ada tiga prinsip kunci RME menurut Gravemeijer (Supinah, 2008:16), yaitu :
a. Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang
Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan matematisasi dengan
masalah kontekstual yang realistik bagi siswa dengan bantuan dari guru. Siswa
didorong atau ditantang untuk aktif bekerja bahkan diharapkan dapat
mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya.
Pembelajaran tidak dimulai dari sifat-sifat atau definisi atau teorema dan
selanjutnya diikuti contoh-contoh, tetapi dimulai dengan masalah kontekstual
atau real/nyata yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat
ditemukan sifat atau definisi atau teorema atau aturan oleh siswa sendiri.
b. Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik.
Pembelajaran matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi
informasi atau memberitahu siswa dan memakai matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan masalah, diubah dengan menjadikan masalah sebagai
sarana utama untuk mengawali pembelajaran sehingga memungkinkan siswa
dengan caranya sendiri mencoba memecahkannya. Dalam memecahkan
masalah tersebut, siswa diharapkan dapat melangkah ke arah matematisasi
horisontal dan matematisasi vertikal.
Menurut Hartanto (2008: 4) Matematisasi horizontal adalah proses
penyelesaian soal-soal konstektual dari dunia nyata, sedangkan matematisasi
vertikal adalah proses formalisasi konsep matematika. Pencapaian matematisasi
horisontal ini, sangat mungkin dilakukan melalui langkah-langkah informal
sebelum sampai kepada matematika yang lebih formal. Dalam hal ini, siswa
diharapkan dalam memecahkan masalah dapat melangkah kearah pemikiran
matematika sehingga akan mereka temukan atau mereka bangun sendiri sifat-
sifat atau definisi atau teorema matematika tertentu (matematisasi horisontal),
kemudian ditingkatkan aspek matematisasinya (matematisasi vertikal).

4
c. Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Gravemeijer (Supinah, 2008:17) menyebutkan bahwa pada waktu siswa
mengerjakan masalah kontekstual, siswa mengembangkan suatu model. Model
ini diharapkan dibangun sendiri oleh siswa, baik dalam proses matematisasi
horisontal ataupun vertikal. Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk
memecahkan masalah secara mandiri atau kelompok, dengan sendirinya akan
memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah buatan siswa.

C. Karakteristik pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)


Lima karakteristik pembelajaran matematika realistik menurut Gravemeijer (1994)
adalah sebagai berikut.
 Menggunakan masalah kontekstual
Masalah kontekstual merupakan peluang bagi aplikasi dan sebagai titik tolak dari
mana suatu konsep matematika yang diperlukan dapat muncul. Konteks atau
permasalahan realistik dugunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika.
Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk
permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna
dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa. Melalui penggunaan konteks, siswa
dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Hasil
eksplorasi siswa tidak hanya bertujuan untuk menemukan jawaban akhir dari
permasalahan yang diberikan, tetapi juga diajarkan untuk mengembangkan strategi
penyelesaian masalah yang bisa digunakan.

 Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertical


Perhatian mengarahkan pada pengenalan model, skema, dan simbolisasi daripada
ditransfernya rumus atau matematika formal secara langsung. Istilah model
berkaitan dengan situasi dan model matematik yang dikembangkan oleh siswa
sendiri.

 Menggunakan kontribusi siswa


Kontribusi yang besar pada proses pembelajaran diharapkan datang dari
pengkonstruksian dari siswa itu sendiri dimana mereka diarahkan dari cara-cara
informal ke yang lebih formal. Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan
strategi pemecahan masalah sehingga diharapkan akan diperoleh startegi yang
bervariasi. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan
pengembangan konsep matematika.

 Terjadinya interaktivitas
Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara
bersamaaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar siswa akan menjadi

5
lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan
gagasan mereka.

 Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya


Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep
matematika yang memiliki keterkaitan. Oleh karena itu, konsep-konsep matematika
tidak diperkenalkan kepada siswa secara terpisah atau terisolasi satu sama lain.
PMRI menempatkan keterkaitan antar konsep matematika sebagai hal yang harus
dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Melalui keterkaitan ini, satu
pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari
satu konsep matematika secara bersamaan. (Treffers dalam Wijaya 2011: 21).
Pengaruh Pendekatan Realistik …, Sukmawati Rahayu, FKIP UMP, 2012 . h
10-17).

Beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik menurut Suryanto (2007)


adalah sebagai berikut:
a. Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual problems) digunakan
untuk memperkenalkan ide dan konsep matematika kepada siswa.
b. Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip, atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya.
c. Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah yang
mereka temukan (yang biasanya ada yang berbeda, baik cara menemukannya
maupun hasilnya).
d. Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan apa
yang telah dihasilkan; baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi.
e. Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran matematika yang
memang ada hubungannya.
f. Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasilhasil dari
pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang lebih
rumit.
g. Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan).
(Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar 7 -3 Yusuf Hartono, h. 7)

6
D. Langkah-langkah pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI)
a. Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-benar memahami
masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan
ditempuh siswa dalam menyelesaikannya.
b. Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang
dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata. Kemudian
siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka
sendiri.
c. Proses Pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai
dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara
kelompok. Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya di depan siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain
memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji. Guru
mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil
mengarahkan siswa atau kelompok penyaji. Guru mengamati jalannya
diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil mengarahkan siswa untuk
mendapatkan strategi terbaik serta menemukan aturan atau prinsip yang
bersifat lebih umum.
d. Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi kelas,
siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir
pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk
matematika formal (Zulkardi dalam Hartono 2008: 20).

E. Contoh penerapan model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik


Indonesia (PMRI) pada pembelajaran matematika di SD/MI
 Beberapa contoh penerapan model pembelajaran Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) pada pembelajaran matematika di SD adalah

7
1. Matematika dalam Bermain:
Menghitung Jumlah Pemain: Guru mengajak siswa untuk bermain sepak
bola. Sebelum bermain, guru meminta siswa untuk menghitung jumlah
pemain yang ada. Siswa kemudian menghitung jumlah pemain dalam tim
mereka dan tim lawan.
Membuat Peta Harta Karun: Guru mengajak siswa untuk bermain mencari
harta karun. Guru memberikan peta sederhana kepada siswa yang berisi
gambar dan simbol-simbol matematika. Siswa kemudian menggunakan peta
tersebut untuk menemukan harta karun.

2. Matematika dalam Berbelanja:


Menghitung Harga Belanjaan: Guru mengajak siswa untuk berbelanja di
pasar. Siswa diminta untuk memilih beberapa barang dan menghitung total
harga belanjaan.
Membuat Daftar Belanjaan: Guru meminta siswa untuk membuat daftar
belanjaan untuk kebutuhan sehari-hari. Siswa kemudian menghitung total
anggaran yang dibutuhkan untuk membeli semua barang dalam daftar.

3. Matematika dalam Memasak:


Mengukur Bahan-bahan Masak: Guru mengajak siswa untuk membuat kue.
Siswa diminta untuk mengukur bahan-bahan masak sesuai dengan resep.
Menghitung Waktu Memasak: Guru meminta siswa untuk menghitung waktu
yang dibutuhkan untuk memasak kue. Siswa kemudian menghitung waktu
yang dibutuhkan untuk setiap langkah dalam proses memasak.

4. Matematika dalam Berkebun:


Mengukur Luas Kebun: Guru mengajak siswa untuk mengukur luas kebun
sekolah. Siswa kemudian menghitung berapa banyak tanaman yang dapat
ditanam di kebun tersebut.
Menghitung Jumlah Pupuk: Guru meminta siswa untuk menghitung jumlah
pupuk yang dibutuhkan untuk tanaman di kebun. Siswa kemudian
menghitung berapa banyak pupuk yang harus diberikan untuk setiap
tanaman.

5. Matematika dalam Mengamati Alam:


Mengukur Tinggi Pohon: Guru mengajak siswa untuk mengukur tinggi
pohon di halaman sekolah. Siswa kemudian menghitung berapa banyak
pohon yang lebih tinggi dari rata-rata.
Menghitung Jumlah Burung: Guru meminta siswa untuk menghitung jumlah
burung yang ada di taman. Siswa kemudian menghitung berapa banyak jenis
burung yang berbeda yang mereka lihat.

8
 Contoh Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SD
Berikut adalah beberapa contoh penerapan PMRI pada pembelajaran matematika di
SD:

Kelas 1 : Menghitung Jumlah Benda


Topik : Penjumlahan dan pengurangan bilangan 1-10
Kegiatan :
Guru membawa beberapa benda, seperti buah-buahan, mainan, atau buku.
Guru meminta siswa untuk mengelompokkan benda-benda tersebut
berdasarkan jenisnya.
Guru kemudian meminta siswa untuk menghitung jumlah benda dalam setiap
kelompok.
Guru dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti:
"Berapa banyak apel yang ada di sini?"
"Jika kamu menambahkan 2 pisang ke dalam kelompok apel, berapa jumlahnya
sekarang?"
"Jika kamu mengambil 3 jeruk dari kelompok jeruk, berapa yang tersisa?"

Kelas 2 : Mengukur Panjang Benda


Topik : Pengukuran panjang
Kegiatan :
Guru membawa beberapa benda dengan panjang yang berbeda-beda, seperti
pensil, buku, tongkat, dan tali.
Guru meminta siswa untuk mengurutkan benda-benda tersebut berdasarkan
panjangnya.
Guru kemudian menunjukkan kepada siswa cara menggunakan penggaris untuk
mengukur panjang benda.
Guru dapat meminta siswa untuk melakukan kegiatan seperti:
"Ukurlah panjang pensilmu."
"Bandingkan panjang pensilmu dengan pensil temanmu."
"Temukan benda yang panjangnya lebih panjang dari tongkat."

Kelas 3 : Menentukan Waktu


Topik : Pengukuran waktu
Kegiatan :
Guru menunjukkan jam kepada siswa dan menjelaskan cara membaca waktu.
Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan seperti:
"Tunjukkan jam berapa sekarang."
"Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas ini?"
"Jika kamu berangkat sekolah jam 7 pagi, dan kamu sampai di sekolah jam
7.30 pagi, berapa lama kamu di perjalanan?"

9
Kelas 4 : Menggambar Bangun Ruang
Topik : Bangun ruang
Kegiatan :

Guru membawa beberapa contoh bangun ruang, seperti kubus, balok, bola, dan
kerucut.
Guru meminta siswa untuk mengamati dan menyebutkan ciri-ciri bangun ruang
tersebut.
Guru kemudian meminta siswa untuk menggambar bangun ruang tersebut di
atas kertas.
Guru dapat meminta siswa untuk melakukan kegiatan seperti:
"Buatlah kubus dari kertas."
"Hitunglah berapa banyak sisi yang dimiliki oleh balok."
"Temukan benda di sekitarmu yang berbentuk bola."

Kelas 5 : Menyelesaikan Masalah Matematika


Topik : Pemecahan masalah
Kegiatan :
Guru memberikan cerita kepada siswa yang berisi masalah matematika.
Guru meminta siswa untuk membaca cerita dan memahami masalahnya.
Guru kemudian meminta siswa untuk mendiskusikan cara penyelesaian
masalah tersebut.
Guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti:
"Apa yang ditanyakan dalam cerita ini?"
"Informasi apa yang kamu dapatkan dari cerita ini?"
"Bagaimana cara kamu menyelesaikan masalah ini?"

Kelas 6 : Mempelajari Matematika dalam Konteks Kehidupan Sehari-hari


Topik : Matematika dalam kehidupan sehari-hari
Kegiatan :
Guru memberikan contoh-contoh penerapan matematika dalam kehidupan
sehari-hari, seperti menghitung uang belanja, menghitung waktu tempuh
perjalanan, dan menghitung luas ruangan.
Guru meminta siswa untuk mencari contoh-contoh lain penerapan matematika
dalam kehidupan sehari-hari.
Guru kemudian meminta siswa untuk membuat presentasi tentang contoh-
contoh tersebut. (Pengaruh Pendekatan Realistik …, Sukmawati Rahayu,
FKIP UMP, 2012 . h 18-19)

10
Tabel. Hasil Review Artikel
Perangkat
Deskripsi
pembelajar
N Judul, Penulis, Tahun, Link Langkah- Temuan/Hasil
Metode an yang
o Alamat jurnal langkah model penelitian
digunakan
pembelajaran
1. PENGEMBANGAN Data, RPP dan Langkah- maka dapat
PERANGKAT Intrumen, LKS langkah analisis disimpulkan
PEMBELAJARAN DENGAN dan Teknik lembar bahwa
PENDEKATAN Pengumpul observasi penelitian ini
PMRI PADA MATERI an keterlaksanaan telah
BANGUN RUANG SISI Data pembelajaran menghasilkan
LENGKUNG UNTUK SMP adalah perangkat
KELAS IX,Rina Yuliana,2017 sebagai berikut. pembelajaran
https:// Pertama, pada
journal.student.uny.ac.id/ menghitung materi bangun
index.php/jpm/article/ banyaknya ruang sisi
download/5974/5709 observer lengkung
memilih pilihan dengan
“ya” pada aspek pendekatan
yang PMRI yang
diamati dalam memenuhi
lembar observasi kriteria valid,
keterlaksanaan praktis, dan efe
pembelajaran ktif.
untuk setiap
pertemuankemud
ian
dihitung
persentasenya.
Setelah itu,
persentase
tersebut
dibandingkan

11
dengan kriteria
penilaian
kualitas tertentu.
Kriteria yang
digunakan dalam
penelitian.
Langkah terakhir
adalah
menentukan rata-
rata persentase
untuk
keseluruhan
pertemuan dan
membandingkan
nya.
2. Penerapan Model Pendidikan Metode RPP dan Pelaksanaan Kesimpulan
Matematika Realistik penelitian LKS penelitian yang diperoleh
Indonesia Untuk yang tindakan kelas dari hasil
Meningkatkan Hasil Belajar digunakan ini pada setiap observasi
Siswa Kelas V.A SDN pada siklusnya aktivitas belajar
PERUMNAS BUMI penelitian melalui empat siswa antara
KELAPADUA KAB. ini adalah tahapan yaitu, lain:
Tangerang, Maulidya Noor Penelitian tahap Siswa semakin
Izzati, 2014, Tindakan perencanaan, bersemangat
https://repository.uinjkt.ac.id/d Kelas tahap mengikuti
space/bitstream/123456789/24 (PTK). pelaksanaan, kegiatan
901/1/Maulidya%20Noor tahap observasi, pembelajaran
%20Izzati.pdf dan tahap matematika
refleksi. dengan
Setelah melalui menggunakan
tahapan-tahapan model PMRI
tersebut maka karena siswa
diperoleh data- terlibat

12
data yang langsung dalam
berkaitan dengan menemukan
tujuan penelitian konsep suatu
ini yaitu untuk materi dengan
meningkatkan memanfaatkan
hasil media/alat
belajar belajar yang
matematika ada
siswa kelas VA disekitar merek
dengan a.
menerapkan
model PMRI
pada
pembelajaran
matematika

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) adalah adaptasi dari
RME dalam Konteks Indonesia: Budaya, Alam, Sistem Sosial, dll. PMRI bukan
suatu proyek tetapi suatu gerakan. PMRI mengembangkan suatu teori
pembelajaran matematika yang santun, terbuka dan komunikatif. RME adalah
teori pembelajaran matematika yang dikembangkan di Belanda sejak sekitar
35- 40 tahun yang lalu sampai sekarang RME singkatan dari Realistic
Mathematics Education, RME diadaptasisi di banyak negara: AS, Afrika
Selatan, Beberapa Negara Eropa, Asia dan Amerika Latin.

B. Saran
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa perlu dikembangkan pendekatan
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, mengkondisikan siswa sehingga
dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan menggunakan model-model
yang dikembangkan. sendiri oleh siswa. Salah satu pendekatan yang digunakan
adalah PMRI Namun demikian dalam implementasinya di sekolah tidaklah
mudah, sehingga perlu kerja keras para guru dan siswa. Keberhasilan
implementasi PMRI tergantung pada kemampuan guru untuk membuat suatu
iklim dimana siswa mau mencoba berpikir dengan. cara baru dan
mengkomunikasikannya dengan orang lain. Selain itu dukungan kepala sekolah
juga sangat dibutuhkan untuk kesuksessan implementasi PMRI di sekolah. Oleh
karena itu kerjasama yang baik antara kepala sekolah, guru dan siswa serta
komponen sekolah yang lain akan sangat membantu kelancaran impelementasi
PMRI di sekolah.

14
DAFTAR PUSTAKA

15

Anda mungkin juga menyukai