Dosen Pengampu
Disusun oleh :
KELAS 3D
PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah “Pendekatan Pembelajaran Kontekstual” ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran
Matematika. Kami juga ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Sudi Prayitno, M.Si. selaku
dosen pengampu yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini serta semua
pihak yang telah membantu sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya. Kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Wirausaha Produk Rekayasa
Sistem Teknik ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER MAKALAH.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual......................................................6
2.2 Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual di Kelas........................................6
2.3 Komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual.....................................................7
2.4 Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Kontekstual................................................10
2.5 Strategi Pembelajaran Kontekstual............................................................................10
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual................................................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Proses belajar-mengajar juga merupakan kegiatan utama sekolah. Dalam proses ini
siswa membangun makna dan pemahaman dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar-
mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal-hal
secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan
siswa secara aktif. Di sekolah, terutama guru diberikan kebebasan untuk mengelola kelas
yang meliputi strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang efektif,
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, guru, dan sumber
daya yang tersedia di sekolah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti
berhasil dalam memori jangka pendek tetapi siswa tidak mampu memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and
Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
4
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi
apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut
ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
1) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan menemukan (inquiry) untuk semua topik
6
2) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
3) Ciptakan masyarakat belajar
4) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5) Lakukan refleksi di akhir pertemuan
6) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
A. Konstruktivisme (Constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL. Konstruktivisme adalah
proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa.
Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi
dikonstruksi dari dalam diri seseorang (Sanjaya, 2006:264). Muslich (2009:44)
mengemukakan konstruktivisme adalah proses pembelajaran yang menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan
pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Konstruktivisme
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan
tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara
mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang
dimilikinya.
B. Menemukan (Inquiry)
Komponen kedua dalam CTL adalah inquiri. Inquiri, artinya proses pembelajaran
didasarkan pada pencairan dan penemuan melalui proses berpikir. Menemukan
(Inquiri) merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan.
Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh
siswa. Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari
hasil mengingat seperangkat fakta, akan tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta
yang dihadapinya Muslich (2009:45). Secara umum proses Inquiri dapat dilakukan
melalui beberapa langkah, yaitu: merumuskan masalah, mengajukan hipotesa,
7
mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan (Sanjaya,
2006:265).
C. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir (Sanjaya,
2006:266). Menurut Mulyasa (2009:70) menyebutkan ada 6 keterampilan bertanya
dalam kegiatan pembelajaran, yakni pertanyaan yang jelas dan singkat, memberi
acuan, memusatkan perhatian, memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan,
pemberian kesempatan berpikir, dan pemberian tuntunan. Bertanya merupakan
strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Dalam pembelajaran melalui CTL
guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa
dapat menemukan sendiri.
E. Pemodelan (Modeling)
8
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai
contoh yang dapat ditiru. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam
pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran
yang teoritis (abstrak) yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme (Sanjaya,
2006:267). Konsep pemodelan (modeling), dalam CTL menyarankan bahwa
pembelajaran ketrampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa
ditiru siswa. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model.
Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
Cara pembelajaran seperti ini, akan lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya
bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukan model atau
contohnya (Muslich, 2009:46).
F. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari
aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Dalam proses
pembelajaran dengan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah
dipelajarinya (Sanjaya, 2006:268).
9
2.4 Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Program pembelajaran ini lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang
guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
10
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin
tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmentnya. Dalam konteks itu,
program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan
dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. yang membedakannya hanya
pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada
deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk
pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut :
11
mencapai tujuan pembelajaran tersebut, maka tertuang dalam skenario sebagai
proses pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran merupakan strategi
pembelajaran.
Misalnya:
Secara umum, tidak ada perbedaan yang mendasar antara format RPP pada
pembelajaran konvensional dengan format RPP pada pembelajaran kontekstual.
Namun demikian, terdapat perbedaan pada komponen skenario dan tujuan
pembelajaran. RPP pada pembelajaran konvensional, tujuan pembelajaran
dirumuskan secara lebih rinci dan operasional, sedangkan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran diuraikan secara umum.
Misalnya:
Suatu RPP yang ideal adalah RPP yang memenuhi kriteria baku. Kriteria
baku tersebut, di antaranya adalah memenuhi komponen-komponen yang harus
tercantum dalam RPP. Terdapat 14 komponen RPP yaitu sebagai berikut:
12
5) Siswa yang menjadi subjek pembelajaran;
6) Standar kompetensi;
7) Kompetensi dasar;
8) Indikator pencapaian tujuan pembelajaran;
9) Tujuan pembelajaran;
10) Garis besar materi pembelajaran
11) Media dan sumber belajar;
12) Langkah-langkah kegiatan (skenario) pembelajaran;
13) Penilaian (authentic asesment); dan
14) Identitas guru.
RPP sebagai pedoman guru merupakan hal yang semestinya. Untuk itu, guru
yang melaksanakan pembelajaran harus membawa RPP yang telah dibuatnya.
Fungsi RPP tidak hanya untuk memenuhi kewajiban administrasi bagi guru,
melainkan lebih utama adalah sebagai pedoman melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Apabila guru memandang RPP hanya berfungsi administrasi,
13
maka keberadaan RPP tersebut dari waktu ke waktu tidak mengalami perubahan
(hanya tahun yang diganti).
Guru profesional, ketika masuk kelas selalu membawa RPP dan tidak
ditabukan bila guru acap kali melihat RPP tersebut. RPP yang dibuat guru sudah
semestinya mengalami perubahan berdasarkan perkembangan, baik
perkembangan IPTEK maupun perkembangan di masyarakat. Selain itu, RPP
bukan untuk dihafal oleh guru, melainkan untuk diimplementasikan. Merupakan
kegiatan yang tidak berguna apabila guru menghafal RPP. Tetapi sangat berguna
apabila kegiatan tersebut digunakan untuk memperluas wawasan kaitan dengan
materi pembelajaran, sehingga guru memiliki kapabilitas secara substansial.
Dengan demikian, guru dapat berperan sebagai demonstrator secara optimal
dalam kegiatan pembelajaran.
Efektifitas RPP dapat diketahui dari dua aspek, yaitu: aspek proses
pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran. Pertama, RPP dikatakan
efektif manakala proses kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan skenario
14
yang telah disusun. Demikian juga jika mengalami hambatan/kendala yang
mengakibatkan terganggunya langkah-langkah kegiatan pembelajaran tetapi guru
dapat segera mengatasinya dan mengembalikannya pada kondisi yang sesuai
skenario. Tetapi apabila hambatan tersebut tidak segera teratasi sehingga
kegiatan pembelajaran terganggu, maka RPP tersebut harus direvisi. Demikian
juga jika skenario pembelajaran tidak berjalan, maka RPP tersebut harus direvisi.
Untuk itu, maka diperlukan suatu penilaian terhadap proses pembelajaran.
Penilaian tersebut dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: observasi dan
meminta pendapat kepada siswa.
Cara kedua, meminta pendapat siswa pada akhir proses pembelajaran tentang
kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Cara ini dapat dilakukan kepada
beberapa siswa atau secara keseluruhan. Keunggulan menggunakan cara ini
adalah siswa dapat mengungkapkan rasa senang atau kurang senang dan saran
untuk perbaikan berikutnya. Kedua, RPP dapat dikatakan efektif manakala tujuan
pembelajaran tercapai. Artinya, siswa mendapatkan kemampuan yang diharapkan
dan mendapatkan hasil belajar secara optimal. Hal ini dapat diketahui dari hasil
test atau tugas yang dibuat oleh siswa. Dalam pembelajaran kontekstual, tugas
tersebut harus dinilai sebagai suatu proses bukan hanya produk. Artinya, setiap
langkah menyelesaikan tugas harus dinilai.
15
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi
itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya
akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran berbasis kontekstual memiliki berbagai keunggulan di antaranya:
1) siswa terlatih untuk bernalar dan berpikir secara kritis terhadap materi
pramenulis laporan dan menulis laporan.
2) siswa penuh dengan aktivitas dan antusias untuk menemukan tema
3) siswa berani mengajukan pertanyaan dan informasi atau hal-hal yang tidak
sesuai dengan pendapat mereka,
4) siswa terlatih untuk belajar sharing ideas saling berbagi pengetahuan dan
berkomunikasi,
5) siswa dapat memberikan contoh melakukan pengamatan terhadap suatu objek
di lingkungan sekolah secara giat, serius, dan antusias untuk memperoleh
data seoptimal mungkin,
6) refleksi yang dilakukan, baik selama pembelajaran berlangsung maupun
dalam setiap akhir pembelajaran berlangsung,
7) penilaian menekankan pada proses dan hasil pembelajaran, seperti: presentasi
atau penampilan siswa selama: berdiskusi, melakukan observasi,
mendemonstrasikan, dan hasil menulis laporan; selain itu, setiap siswa
melakukan penilaian terhadap laporan yang yang ditulis oleh temannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Made Yuda. 2019. Teori Belajar Kontekstual. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Tadulako.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
18