Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Strategi Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu

Dr. Sudi Prayitno, M.Si.

Disusun oleh :

Syifa Sabriyani E1R021109

Rizka Amriyani CH E1R021098

Dewina Haryani E1R021127

Citra Ayu Afriana E1R021126

KELAS 3D

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah “Pendekatan Pembelajaran Kontekstual” ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran
Matematika. Kami juga ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Sudi Prayitno, M.Si. selaku
dosen pengampu yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini serta semua
pihak yang telah membantu sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya. Kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Wirausaha Produk Rekayasa
Sistem Teknik ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 10 April 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI
COVER MAKALAH.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual......................................................6
2.2 Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual di Kelas........................................6
2.3 Komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual.....................................................7
2.4 Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Kontekstual................................................10
2.5 Strategi Pembelajaran Kontekstual............................................................................10
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual................................................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara.

Dewasa ini pembelajaran kontekstual telah berkembang dinegara-negara maju


denagn berbagai nama. Di negeri Belanda berkembang realistic mathematics educations
(RME) yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan
kehidupan nyata siswa. Di amerika berkembang contextual teaching and learning (CTL)
yang intinya membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata
siswa dan memotivasi iswa untuk mengaitkan pengetahuan yang di pelajari dengan
kehidupan mereka. Sementara gitu di Michigan juga berkembang connected mathematic
project (CPM) yang bertujuan untuk mengintegerasikan ide matematika ke dalam
konteks kehidupan nyata dengan harapan siswa dapat memahami apa yang dipelajari
dengan mudah.

Proses belajar-mengajar juga merupakan kegiatan utama sekolah. Dalam proses ini
siswa membangun makna dan pemahaman dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar-
mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal-hal
secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan
siswa secara aktif. Di sekolah, terutama guru diberikan kebebasan untuk mengelola kelas
yang meliputi strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang efektif,
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, guru, dan sumber
daya yang tersedia di sekolah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti
berhasil dalam memori jangka pendek tetapi siswa tidak mampu memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and
Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

4
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran kontekstual?


2. Bagaimana penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual di kelas?
3. Apa komponen-komponen pendekatan pembelajaran kontekstual?
4. Apa karakteristik-karakteristik pendekatan pembelajaran kontekstual?
5. Bagaimana menyusun rencana pembelajaran berbasis kontekstual?
6. Apa kelebihan dan kekurangan pendekatan pembelajaran kontekstual?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran kontekstual.


2. Untuk mengetahui penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual di kelas.
3. Untuk mengetahui komponen-komponen pendekatan pembelajaran kontekstual.
4. Untuk mengetahui karakteristik-karakteristik pendekatan pembelajaran kontekstual.
5. Untuk mengetahui menyusun rencana pembelajaran berbasis kontekstual.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan pembelajaran kontekstual.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar


yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar
(Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment). Adapun definisi pendekatan pembelajaran kontekstual menurut para ahli,
diantaranya:
1) Menurut Wina sanjaya (2005: 109) pembelajaran kontekstual adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya pada kehidupan mereka.
2) Menurut Johnson (2002: 67) Pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses
pendidikan yang menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik
yang mereka pelajari dengan cara menghubungi subjek-subjek akademik yang
mereka pelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari mereka, yakni konteks
pribadi, sosial, dan budaya.

2.2 Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual di Kelas

Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi
apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut
ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
1) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan menemukan (inquiry) untuk semua topik

6
2) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
3) Ciptakan masyarakat belajar
4) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5) Lakukan refleksi di akhir pertemuan
6) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

2.3 Komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

A. Konstruktivisme (Constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL. Konstruktivisme adalah
proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa.
Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi
dikonstruksi dari dalam diri seseorang (Sanjaya, 2006:264). Muslich (2009:44)
mengemukakan konstruktivisme adalah proses pembelajaran yang menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan
pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Konstruktivisme
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan
tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara
mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang
dimilikinya.

B. Menemukan (Inquiry)
Komponen kedua dalam CTL adalah inquiri. Inquiri, artinya proses pembelajaran
didasarkan pada pencairan dan penemuan melalui proses berpikir. Menemukan
(Inquiri) merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan.
Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh
siswa. Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari
hasil mengingat seperangkat fakta, akan tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta
yang dihadapinya Muslich (2009:45). Secara umum proses Inquiri dapat dilakukan
melalui beberapa langkah, yaitu: merumuskan masalah, mengajukan hipotesa,

7
mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan (Sanjaya,
2006:265).

C. Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir (Sanjaya,
2006:266). Menurut Mulyasa (2009:70) menyebutkan ada 6 keterampilan bertanya
dalam kegiatan pembelajaran, yakni pertanyaan yang jelas dan singkat, memberi
acuan, memusatkan perhatian, memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan,
pemberian kesempatan berpikir, dan pemberian tuntunan. Bertanya merupakan
strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Dalam pembelajaran melalui CTL
guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa
dapat menemukan sendiri.

Kegiatan bertanya berguna untuk: 1) menggali informasi, 2) menggali


pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh
mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6)
memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan
lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan
siswa.

D. Masyarakat Belajar (Learning Community)


Didasarkan pada pendapat Vygotsky, bahwa pengetahuan dan pemahaman anak
banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. Permasalahan tidak mungkin
dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Konsep masyarakat
belajar (Learning Comunity) dalam CTL hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja
sama dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru
(Sanjaya, 2006:267). Muslich (2009:46) mengemukakan konsep masyarakat belajar
dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama
dengan orang.

E. Pemodelan (Modeling)

8
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai
contoh yang dapat ditiru. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam
pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran
yang teoritis (abstrak) yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme (Sanjaya,
2006:267). Konsep pemodelan (modeling), dalam CTL menyarankan bahwa
pembelajaran ketrampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa
ditiru siswa. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model.
Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
Cara pembelajaran seperti ini, akan lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya
bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukan model atau
contohnya (Muslich, 2009:46).

F. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari
aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Dalam proses
pembelajaran dengan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah
dipelajarinya (Sanjaya, 2006:268).

G. Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assessment)


Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) merupakan proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang
perkembangan pengalaman belajar siswa. Penilaian dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan. Penilaian
ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah
pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan
baik intelektual ataupun mental siswa. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada
proses belajar bukan sekedar pada hasil belajar (Sanjaya, 2006:268). Muslich
(2009:47)

9
2.4 Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Karakteristik-karakteristik pada pendekatan pembelajaran kontekstual, diantaranya:

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang


diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau
pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in
real life setting).
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas
tugas yang bermakna (meaningful learning).
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa (learning by doing).
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antar teman (learning in a group).
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan,
kerjasama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam
(learning to know each other deeply).
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan
kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an
enjoy activity).

2.5 Strategi Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki orientasi pada proses, yakni proses kegiatan


pembelajaran dan kemampuan proses yang dicapai siswa sebagai hasil belajar. jadi
Pembelajaran dikatakan kontekstual apabila pembelajaran tersebut menerapkan tujuh
komponen CTL, yaitu: konstruktivisme, selalu ada unsur bertanya, inkuiri, terbentuk
masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian yang otentik. Untuk itu, sebelum
pembelajaran kontekstual dilaksanakan, guru terlebih dahulu harus menyusun rencana
pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual.

Program pembelajaran ini lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang
guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama

10
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin
tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmentnya. Dalam konteks itu,
program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan
dikerjakannya bersama siswanya.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. yang membedakannya hanya
pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada
deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk
pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut :

1) Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan


siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar,
Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.
2) Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
3) Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4) Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
5) Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati
partisipasinya dalam pembelajaran

A. Mengembangkan rencana pembelajaran berbasis kontekstual

Kita ketahui bahwa pembelajaran meliputi tiga langkah kegiatan, yaitu:


kegiatan merumuskan RPP, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan penilaian
pembelajaran. RPP dalam pembelajaran kontekstual berisikan skenario langkah-
langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan guru bersama siswa
sehubungan dengan materi yang akan dipelajari. Terdapat dua hal yang
merupakan karakteristik RPP berbasis kontekstual, yaitu skenario dan tujuan
pembelajaran. Skenario pembelajaran tersusun secara jelas dan rinci dalam
langkah-langkah atau tahapan kegiatan pembelajaran. Sedangkan, Tujuan
pembelajaran dirumuskan secara mendalam yang mencerminkan tercapainya
hasil belajar siswa, yakni pada kompetensi atau kemampuan proses. Untuk

11
mencapai tujuan pembelajaran tersebut, maka tertuang dalam skenario sebagai
proses pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran merupakan strategi
pembelajaran.

Misalnya:

 Tujuan pembelajaran (Indikator Pencapaian hasil Belajar/IPHB): Siswa


dapat membuat peta persebaran penduduk di kelurahan/desa masing-
masing sesuai dengan persyaratan peta.
 Kegiatan utama pembelajarannya: Latihan membuat peta persebaran
penduduk kelurahan/desa masing- masing berdasarkan persyaratan peta.
 Skenario pembelajaran: tersusun sesuai dengan langkah-langkah
membuat peta.

Secara umum, tidak ada perbedaan yang mendasar antara format RPP pada
pembelajaran konvensional dengan format RPP pada pembelajaran kontekstual.
Namun demikian, terdapat perbedaan pada komponen skenario dan tujuan
pembelajaran. RPP pada pembelajaran konvensional, tujuan pembelajaran
dirumuskan secara lebih rinci dan operasional, sedangkan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran diuraikan secara umum.

Misalnya:

 Tujuan pembelajaran: Siswa dapat menjelaskan pengertian peta, dll.


 Langkah-langkah kegiatan pembelajaran: pendahuluan, kegiatan inti,
penutup. RPP pada pembelajaran kontekstual, tujuan dan skenario
pembelajaran telah diuraikan di atas.

Suatu RPP yang ideal adalah RPP yang memenuhi kriteria baku. Kriteria
baku tersebut, di antaranya adalah memenuhi komponen-komponen yang harus
tercantum dalam RPP. Terdapat 14 komponen RPP yaitu sebagai berikut:

1) Identitas bidang studi/mata pelajaran;


2) Pokok bahasan/sub pokok bahasan yang menjadi topik
utama pembahasan dalam kegiatan pembelajaran;
3) waktu yang tercantum dalam kurikulum/silabus (bersifat fleksibel);
4) Alokasi waktu yang diperuntukan bagi pembelajaran;

12
5) Siswa yang menjadi subjek pembelajaran;
6) Standar kompetensi;
7) Kompetensi dasar;
8) Indikator pencapaian tujuan pembelajaran;
9) Tujuan pembelajaran;
10) Garis besar materi pembelajaran
11) Media dan sumber belajar;
12) Langkah-langkah kegiatan (skenario) pembelajaran;
13) Penilaian (authentic asesment); dan
14) Identitas guru.

Keempat belas komponen tersebut harus terdapat dalam RPP, termasuk


dalam RPP pada pembelajaran kontekstual. Sebelum merumuskan RPP, guru
terlebih dahulu harus menganalisis silabus untuk menentukan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang akan dicapai melalui pembelajaran kontekstual.
Artinya, pembelajaran kontekstual akan efektif apabila memiliki konteksitas
dengan SK dan KD.

B. Posisi RPP dalam kegiatan pembelajaran

Setelah RPP berbasis kontekstual terumuskan, maka langkah selanjutnya


adalah mengimplementasikan RPP tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Kita
ketahui bahwa kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui tiga tahapan
kegiatan, yakni: pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Setiap kegiatan
pembelajaran berlangsung, guru dan siswa berpedoman pada RPP. Keberadaan
RPP tersebut memiliki peran strategis bagi kelancaran proses dan pencapaian
tujuan pembelajaran. Untuk itu, efektivitas dan efisiensi pembelajaran
bergantung pada RPP dan ketaatan guru dalam mengimplementasikannya.

RPP sebagai pedoman guru merupakan hal yang semestinya. Untuk itu, guru
yang melaksanakan pembelajaran harus membawa RPP yang telah dibuatnya.
Fungsi RPP tidak hanya untuk memenuhi kewajiban administrasi bagi guru,
melainkan lebih utama adalah sebagai pedoman melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Apabila guru memandang RPP hanya berfungsi administrasi,

13
maka keberadaan RPP tersebut dari waktu ke waktu tidak mengalami perubahan
(hanya tahun yang diganti).

Guru profesional, ketika masuk kelas selalu membawa RPP dan tidak
ditabukan bila guru acap kali melihat RPP tersebut. RPP yang dibuat guru sudah
semestinya mengalami perubahan berdasarkan perkembangan, baik
perkembangan IPTEK maupun perkembangan di masyarakat. Selain itu, RPP
bukan untuk dihafal oleh guru, melainkan untuk diimplementasikan. Merupakan
kegiatan yang tidak berguna apabila guru menghafal RPP. Tetapi sangat berguna
apabila kegiatan tersebut digunakan untuk memperluas wawasan kaitan dengan
materi pembelajaran, sehingga guru memiliki kapabilitas secara substansial.
Dengan demikian, guru dapat berperan sebagai demonstrator secara optimal
dalam kegiatan pembelajaran.

C. Menjadikan RPP menjadi pedoman bagi siswa

Langkah pertama proses pembelajaran adalah kegiatan pendahuluan atau


disebut juga apersepsi. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kesiapan untuk
aktivitas belajar. Salah satu kegiatan apersepsi yang semestinya dilakukan oleh
guru adalah menyampaikan secara garis besar proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan, diantaranya adalah: menyampaikan tujuan pembelajaran, materi
yang akan dibahas, dan strategi pembelajaran. Dengan demikian, siswa
mengetahui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakannya. Mereka memiliki
orientasi dan berpartisipasi sesuai dengan skenario pembelajaran. Kita dapat
bayangkan jika guru tidak menyampaikan RPP, maka mereka akan merasa
bingung dan tidak siap untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Artinya,
siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan pada RPP.

D. Mengukur efektivitas RPP

Efektifitas RPP dapat diketahui dari dua aspek, yaitu: aspek proses
pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran. Pertama, RPP dikatakan
efektif manakala proses kegiatan pembelajaran berjalan sesuai dengan skenario

14
yang telah disusun. Demikian juga jika mengalami hambatan/kendala yang
mengakibatkan terganggunya langkah-langkah kegiatan pembelajaran tetapi guru
dapat segera mengatasinya dan mengembalikannya pada kondisi yang sesuai
skenario. Tetapi apabila hambatan tersebut tidak segera teratasi sehingga
kegiatan pembelajaran terganggu, maka RPP tersebut harus direvisi. Demikian
juga jika skenario pembelajaran tidak berjalan, maka RPP tersebut harus direvisi.
Untuk itu, maka diperlukan suatu penilaian terhadap proses pembelajaran.
Penilaian tersebut dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: observasi dan
meminta pendapat kepada siswa.

Cara pertama, menggunakan lembar observasi yang berisi skenario


pembelajaran lengkap dengan alokasi waktu untuk setiap langkah kegiatan.
Siapakah yang melakukan observasi? Observasi dilakukan oleh guru dengan
membubuhi tanda centang (V), pada setiap poin yang terdapat pada lembar
observasi tersebut. Untuk pertama kali akan terasa merepotkan, tetapi penilaian
terhadap proses pembelajaran harus dilakukan. Kita berpegang pada peribahasa:
bisa karena biasa. Dengan demikian, agar guru bisa mengobservasi proses
pembelajaran maka harus dibiasakan.

Cara kedua, meminta pendapat siswa pada akhir proses pembelajaran tentang
kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Cara ini dapat dilakukan kepada
beberapa siswa atau secara keseluruhan. Keunggulan menggunakan cara ini
adalah siswa dapat mengungkapkan rasa senang atau kurang senang dan saran
untuk perbaikan berikutnya. Kedua, RPP dapat dikatakan efektif manakala tujuan
pembelajaran tercapai. Artinya, siswa mendapatkan kemampuan yang diharapkan
dan mendapatkan hasil belajar secara optimal. Hal ini dapat diketahui dari hasil
test atau tugas yang dibuat oleh siswa. Dalam pembelajaran kontekstual, tugas
tersebut harus dinilai sebagai suatu proses bukan hanya produk. Artinya, setiap
langkah menyelesaikan tugas harus dinilai.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual

A. Kelebihan pendekatan kontekstual

15
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi
itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya
akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

B. Kelemahan pendekatan kontekstual


1. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai
individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”
penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing
siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan
dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan
yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang
diterapkan semula.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran berbasis kontekstual memiliki berbagai keunggulan di antaranya:

1) siswa terlatih untuk bernalar dan berpikir secara kritis terhadap materi
pramenulis laporan dan menulis laporan.
2) siswa penuh dengan aktivitas dan antusias untuk menemukan tema
3) siswa berani mengajukan pertanyaan dan informasi atau hal-hal yang tidak
sesuai dengan pendapat mereka,
4) siswa terlatih untuk belajar sharing ideas saling berbagi pengetahuan dan
berkomunikasi,
5) siswa dapat memberikan contoh melakukan pengamatan terhadap suatu objek
di lingkungan sekolah secara giat, serius, dan antusias untuk memperoleh
data seoptimal mungkin,
6) refleksi yang dilakukan, baik selama pembelajaran berlangsung maupun
dalam setiap akhir pembelajaran berlangsung,
7) penilaian menekankan pada proses dan hasil pembelajaran, seperti: presentasi
atau penampilan siswa selama: berdiskusi, melakukan observasi,
mendemonstrasikan, dan hasil menulis laporan; selain itu, setiap siswa
melakukan penilaian terhadap laporan yang yang ditulis oleh temannya.

Pembelajaran berbasis pendekatan kontekstual merupakan upaya yang ditempuh


guru untuk memberikan motivasi pada siswa agar siswa lebih aktif, kreatif, dan dapat
memberdayakan kemampuan dirinya dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

17
DAFTAR PUSTAKA
Made Yuda. 2019. Teori Belajar Kontekstual. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Tadulako.

Mulyasa, Enco. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Muslich, Mansur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Sheva Abraham. 2011. Pendekatan Kontekstual Learning (CTL).


https://www.academia.edu/36391522/MAKALAH_PENDEKATAN_KONTEKSTUAL_
LEARNING_CT.

18

Anda mungkin juga menyukai