Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK DI SD


Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar TIK

Dosen : Suprih Widodo, S.SI, MT

Disusun Oleh :

DEDE AWALUDIN SYARIF


0801650

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS PURWAKARTA
2010
ABSTRAKSI

Pendekatan konstruktivistik dapat digunakan oleh guru IPS dalam


mengembangkan materi ajar di kelas, tidak hanya menggunakan pendekatan
tradisional saja seperti ceramah, diskusi, dan lain-lain, serta lebih menekankan
pada aspek-aspek kognitif dan mengabaikan keterampilan-keterampilan social.

i
Kata Pengantar

Maha Suci Allah, segala puji bagi-Nya, tiada tuhan selain dia. Dia-lah

yang menabur hikmah benih-benih kehidupan, dia-lah yang memiliki nama-nama

yang indah, dan hanya dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Shalawat

serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,

yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan ini. Tidak lupa kepada keluarga, sahabat, serta umatnya sampai akhir

jaman.

Makalah ini merupakan suatu bukti rasa tanggung jawab dalam memenuhi

salah satu tugas dari mata kuliah Pendidikan IPS di Sekolah Dasar.

“Manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan”, untuk itu

penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, saran dan

kritik yang membangun sangat dinantikan guna meningkatkan kualitas

penyusunan makalah di masa yang akan datang.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini.

Purwakarta, September 2010

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar Isi .............................................................................................................................. iii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

C. Prosedur Pemecahan Masalah ............................................................................... 2

D. Sistematika Penulisan ............................................................................................. 2

II. Pendekatan Pembelajaran Konstruktivistik di SD ....................................................... 3

A. Karakteristik Pembelajaran Konstruktivistik ........................................................... 3

B. Mengembangkan Pembelajaran Konstruktivistik dalam Pendidikan IPS di SD ...... 7

C. Strategi Pembelajaran Keterampilan Sosial IPS di SD ............................................. 9

III. Penutup ..................................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 12

Daftar Pustaka................................................................................................................... 13

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendekatan Pembelajaran Konstruktivistik merupakan salah satu


pendekatan dalam pembelajaran IPS di SD yang dapat dikembangkan oleh
guru – guru IPS pada pendidikan IPS di SD.. Pendekatan tersebut
menekankan pada kegiatan siswa dalam menggali pengetahuan atau
pengalaman sehari – hari yang dibawa keluar. Dalam pendekatan ini siswa
dipandang memiliki potensi belajar sekaligus seabagi salah satu sumber
belajar yang dapat dikembangkan. Sedangkan guru hanya bertindak sebagai
fasilitator yang memungkinkan para siswa mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan pengalaman yang dimilikinya menjadi pengalaman bermakna
bagi dirinya. Pendekatan konstruktivitas sangat relevan untuk dikembangkan
dalam pendidikan IPS di SD mengingat objek kajian dalam pendidikan IPS
SD mengenai lingkungan siswa mulai dari lingkungan yang dekat hingga
yang luas. Dalam pendekatan konstruktivistik proses belajar mengajar
dilakukan bersama – sama antara murid dengan guru dengan produk kegiatan
yaitu membangun cara pandang mengenai materi yang akan dipelajari,
mengembangkan masalah – masalah baru dan membangun konsep baru.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Karakteristik Pembelajaran Konstruktivistik ?


2. Bagaimana Pengembangan Pembelajaran Konstruktivistik di SD ?
3. Bagaimana Ciri Guru Konstruktivistik ?
4. Apa saja Jenis – Jenis Keterampilan Sosia IPS di SD ?
5. Bagaimana Implementasi pembelajaran Konstruktivisme di SD ?

1
C. Prosedur Pemecahan Masalah

Dari beberapa rumusan yang telah dikemukakan di atas, dapat ditetapkan


beberapa prosedur pemecahan masalah melalui kajian-kajian teori yang
relevan dengan pembahasan yang akan diangkat.

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari 3 bab yang diawali oleh bab Pendahuluan
sampai dengan bab Penutup.

Bab I merupakan Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan


Masalah, Prosedur Pemecahan Masalah, dan Sistematika Penulisan.

Bab II merupakan Pembahasan yang berisi kajian tentang


Karakteristik Pembelajaran Konstruktivistik di SD, Pengembangan
Pembelajaran Konstruktivistik, dan Strategi Pembelajaran Keterampilan
Sosial di SD.

Bab III merupakan Penutup yang berisi kesimpulan.

2
II. Pendekatan Pembelajaran Konstruktivistik di SD

A. Karakteristik Pembelajaran Konstruktivistik

Permasalahan ketidakefektifan pembelajaran di kelas itu cukup banyak.


Dari sekian masalah tersebut adalah penerapan pembelajaran konvensional,
yang hanya menekankan otoritas guru tanpa melibatkan aktivitas murid.
Contoh yang paling banyak ditemui adalah penggunaan metode ceramah.
Tentu bukan berarti metode ini tidak baik, tetapi menempatkan ceramah
sebagai satu-satunya metode akan mengebiri potensi murid, sekaligus
menjadikan pembelajaran tidak memberdayakan.

Maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang menempatkan


murid sebagai pusat pembelajaran. Salah satunya dalah model pembelajaran
konstruktivistik. Dengan model ini kebiasaan guru yang otoriter menjadi
fasilitator, mengubah kegiatan pembelajaran ego-involvement, menjadi task-
involvement, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif serta dapat
(1) membangkitkan minat siswa untuk belajar menemukan sendiri, (2)
bekerja sama dan mengomunikasikan hasil belajarnya, dan (3) siswa semakin
aktif serta kooperatif.

Pembelajaran Konstruktivistik atau Constructivist Theories of Learning


adalah model pembelajaran yang mengutamakan siswa secara aktif
membangun pembelajaran mereka sendiri secara mandiri dan memindahkan
informasi yang kompleks. Mengacu pada pemikiran Aronson (1978) yang
mengatakan bahwa pada proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan
siswa dalam proses belajar dan sosialisasi yang berkesinambungan,
berorientasi pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan
bagaimana pengetahuan disusun dalam minda manusia. Unsur-unsur
konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan
pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti tetapi tidak begitu
ketara dan tidak ditekankan.
Menurut paham dari aliran konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah
tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswa/anak didik dalam bentuk
yang serba sempurna. Murid perlu diberi binaan tentang pengetahuan
menurut pengalaman masing – masing.
Pembelajaran dalam konteks Konstruktivisme merupakan hasil dari
usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid sesuai
dengan prinsip Student centered bukan teacher centered. Blok binaan asas
bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu suatu aktifitas mental
yang digunakan oleh murid sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan
pengabstrakan dalam proses pemikiran anak. Pikiran murid tidak akan
menghadapi suatu realitas yang berwujud secara terasing dalam lingkungan
sekitar.
Kenyataan yang diketahui murid adalah realitas yang dia bina sendiri.
Murid sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang
membentuk struktur kognitif terhadap kelanjutan pola pengetahuan dan
pemikiran mereka.
Untuk membantu murid membina konsep atau pengetahuan baru, guru
harus mengambil kira struktur kognitif yang sedia ada pada mereka. Apabila
istilah baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian dari
pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu
pengetahuan dapat dibina. Hal inilah yang biasa dinamakan dengan
konstruktivisme.

4
Karakteristik model pembelajaran konstruktivistik berarti ciri – ciri yang
membedakan pendekatan konstruktivistik dengan pendekatan yang lainnya.
Ciri – ciri tersebut diantaranya:

1. Mengutamakan ide dan permasalahan yang datang dari siswa dan


menggunakannya sebagai panduan untuk merancang pembelajaran.
2. Menggunakan inisiatif siswa untuk bertanya dan berdialog dengan guru.
3. Proses pembelajaran sama pentingnya dengan hasil pembelajaran
4. Mengutamakan pembelajaran kooperatif
5. Mengutamakan dan memelihara inisiatif, kreativitas, dan autonomi murid
6. Menumbuhkan kepercayaan dan sikap positif yang dibawa oleh murid
7. Mengutamakan proses inquiri melalui kajian dan eksperimen yang
dilakukan oleh siswa
8. Membekali siswa untuk mampu mengkaji cara mempelajari suatu ide
9. Memberi peluang kepada siswa untuk membangun pengetahuan baru
dengan memahaminya melalui pandangan siswa terhadap situasi dunia
nyata atau kehidupan sehari – hari.

Terdapat 3 prinsip pembelajaran dalam pandangan Bruner (1983), yang


dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPS di SD yaitu :

1. Pembelajaran harus berhubungan dengan pengalaman serta konteks


lingkungan siswa sehingga hal itu dapat mendorong mereka untuk
belajar.
2. Pembelajaran harus terstruktur sehingga siswa bisa belajar dari hal – hal
yang mudah kepada hal – hal yang lebih sulit.
3. Pembelajaran harus disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan
siswa dapat melakukan ekplorasi sendiri dalam rangka
mengkonstruksikan pengetahuannya.

Honebein memberi landasan penguatan dalam pembelajaran IPS yang


bersifat konstruktivistik (Supriatna, 2007) :

5
1. Mengembangkan pengalaman menjadi pengetahuan
2. Mengembangkan pengalaman dengan beragam perspektif
3. Mengembangkan pembelajaran dalam konteks nyata
4. Mendorong terbentuknya rasa memiliki terhadap apa yang dipelajarinya
5. Menempatkan proses belajar sebagai proses social
6. Mendorong penggunaan beragam cara dalam belajar sesuai dengan
kebiasaan masing-masing
7. Mendorong kesadaran diri dalam proses mengkonstruksi pengetahuan

Beberapa ahli konstruktivisme terkemuka berpendapat bahwa


pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan atau
pengalaman awal pada murid.
Rutherford dan Ahlgren berpendapat bahawa murid mempunyai ide
mereka sendiri tentang semua hal, di mana ada yang betul dan ada yang
salah. Jika pemahaman dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani
dengan baik, pemahaman atau kepercayaan asal mereka itu akan tetap kekal
walaupun dalam pemeriksaan mereka mungkin memberi jawapan seperti
yang dikehendaki oleh guru.
John Dewey menguatkan lagi teori konstruktivisme ini dengan
mengatakan bahawa pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran
dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman
secara lanjut/kontinyu. Beliau juga menekankan kepentingan penyertaan
murid di dalam setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran.
Dari perspektif epistemologi yang disarankan dalam konstruktivisme
fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran
dan pembelajaran, penilaian, penyelidikan dan cara melaksanakan
kurikulum. Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah kaedah pengajaran
dan pembelajaran yang menumpu kepada kejayaan murid meniur dengan
tepat apa saja yang disampaikan oleh guru kepada kaedah pengajaran dan
pembelajaran yang menumpu kepada kejayaan murid membina skema
pengkonsepan berdasarkan kepada pengalaman yang aktif. Ia juga akan

6
mengubah tumpuan penyelidikan daripada pembinaan model daripada kaca
mata guru kepada pembelajaran sesuatu konsep daripada kaca mata murid.
Menurut Degeng dalam Aqib (2001) terdapat komparasi mendasar antara
pembelajaran model Behavioristik dengan konstruktivistik. Belajar menurut
behavioristik adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
meningkat-kan pengetahuan kepada yang pembelajar. Adapun belajar
menurut konstruktivistik adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman
konkret, aktivitas kolaboratif dan refleksi serta interaksi. Sedangkan
’mengajar’ adalah menata lingkungan agar pembelajar termotivasi dalam
menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan.

B. Mengembangkan Pembelajaran Konstruktivistik dalam Pendidikan IPS

di SD

Dalam pembelajaran IPS di SD pendekatan konstruktivistik dapat


dilakukan pada semua topik dan pokok bahasan. Namun demikian, ketika
guru menggunakan pendekatan ini, mereka dapat membahas dan mengkaji
topic yang dimunculkan oleh guru dan siswa saat kegiatan belajar
berlangsung. Artinya, materi yang dibahas di kelas tidak harus selalu sama
dengan apa yang telah disusun sebelumnya.

Pendekatan konstruktivistik dapat digunakan oleh guru IPS dalam


mengembangkan materi ajar di kelas, tidak hanya menggunakan pendekatan
tradisional saja seperti ceramah, diskusi, dan lain-lain, serta lebih
menekankan pada aspek-aspek kognitif dan mengabaikan keterampilan-
keterampilan social. Konsekuensi dari metode tersebut adalah siswa merasa
bosan terhadap materi pelajaran IPS, dan dalam jangka panjang, akan terjadi
penurunan kualitas pembelajaran itu sendiri.

Dalam evaluasi, sering kali hanya dilakukan pada saat akhir kegiatan
dan tidak pernah dilaksanakan dalam proses. Model portofolio masih jarang
digunakan. Model ini merupakan salah satu alat yang efektif untuk menilai

7
keberhasilan belajar siswa secara komprehensif merekam hamper semua
aspek KBM.

Dalam pandangan Brook and Brook (1999) pendekatan konstruktivistik


mengharuskan guru-guru IPS untuk melakukan hal-hal berikut ini :

1. Mendorong dan menerima otonomi dan inisiatif siswa dalam


mengembangkan materi pembelajaran
2. Menggunakan data mentah dan sumber utama untuk dikembangkan dan
didiskusikan bersama-sama dengan siswa di kelas
3. Memberi tugas kepada siswa untuk mengembangkan klasifikasi,
analisis, melakukan prediksi terhadap peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan menciptakan konsep-konsep baru.
4. Bersifat fleksibelitas terhadap respon dan interpretasi siswa dalam
masalah-masalah social, bersedia mengubah strategi pembelajaran yang
tergantung pada minat siswa, serta mengubah isi pelajaran sesuai dengan
situasi dan kondisi siswa
5. Memfasilitasi siswa untuk memahami konsep sambil
mengembangkannya melalui dialog dengan siswa
6. Mengembangkan dialog antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan rekannya
7. Menghindari penggunaan alat tes untuk mengukur keberhasilan siswa
8. Mendorong siswa untuk membuat analisis dan elaborasi terhadap
masalah-masalah controversial yang dihadapinya
9. Memberi peluang kepada siswa untuk berpikir mengenai masalah yang
dihadapi siswa
10. Memberi peluang kepada siswa untuk membangun jaringan konsep serta
membentuk metafora.

Mengevaluasi keberhasilan belajar tidak hanya berdasarkan pada hasil tes.


Evaualsi dilakukan secara menyeluruh. Salah satu model evaluasi yang
digunakan adalah portofolio. Dalam mengevaluasi keberhasilan belajar model

8
konstruktivistik dalam pendidikan IPS di SD, proses belajar nampaknya lebih
penting dari pada hasil. Guru IPS yang melakukan evaluasi proses belajar
yang konstruktivistik dan dengan menggunakan portofolio, harus mampu
mencatat kemampuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam KBM.
Kemampuan dalam mengumpulkan informasi/data, mengolah informasi,
memanfaatkan informasi untuk dirinya serta mengkomunikasikan hasil untuk
berbagai keperluan harus dapat dikembangkan dan dievaluasi dalam
pengajaran IPS yang bersifat konstruktivistik.

C. Strategi Pembelajaran Keterampilan Sosial IPS di SD

Terdapat beberapa strategi dalam mengajarkan keterampilan social


kepada siswa melalui pendidikan di SD. Strategi konstruktivistik, inquiri, dan
kooperatif dapat dipilih dan dikembangkan sebagai alternatif. Seorang guru
IPS yang konstruktivistik harus dapat memfasilitasi para siswa dengan
kesempatan untuk berlatih dalam mengklasifikasi, menganalisis, dan
mengolah informasi berdasarkan sumber – sumber yang merka terima. Sikap
kritis siswa terhadap informasi harus dapat dikembangkan dalam proses
pembel;ajaran di kelas. Dalam memberikan tugas kepada siswa hendaknya
guru yang konstruktivistik menggunakan teknologi kognitif seperti prediksi,
klasifikasi dan analisis. Dengan demikian, aspek kognitif siswa yang
dikembangkan tidak hanya keterampilan dalam menghafal dan mengingat
melainkan juga menganalisis, memprediksi, mengkritisi, dan mengevaluasi
informasi yang mereka terima. Inquiri yang merupakan salah satu strategi
pengajaran dapat dipilih oleh guru IPS dalam mengembangkan keterampilan
social atau intelektual. Strategi ini menekankan peserta didik menggunakan
kemampuan intelektual dalam memperoleh pengalaman baru atau informasi
baru melalui investigasi yang sifatnya mandiri. Dengan demikian,
keterampilan memperoleh informasi baru berdasarkan pengetahuan mengenai
informasi atau pengalaman belajar sebelumnya merupakan kondisi baik untuk
mengembangkan keterampilan yang terkait dengan penguasaan informasi.

9
Beberapa keuntungan strategi ini yang terkait dengan penguasaan informasi
diantaranya :

a. Strategi yang memungkinkan peserta didik melihat isi pelajaran lebih


realities dan positif ketika menganalisis dan mengaplikasikan data dalam
memecahkan masalah
b. Memberi kesempatan kepada para siswa untuk merefleksikan isu – isu
tertentu, mencari data yang relevan, serta membuat keputusan bermakna
bagi mereka secara pribadi
c. Menempatkan guru sebagai fasilitator belajar sekaligus mengurangi
perannya sebagai pusat kegiatan belajar

Dengan menggunakan strategi inquiri, mengembangkan keterampilan


social atau intelektual dapat dimulai dengan mengajukan pertanyaan kritis
kepada peserta didik. Melalui strategi ini, bukan hanya kognitif, melainkan
juga psikomotor dan afektif dapat dikembangkan bersama – sama. Pemberian
pengetahuan berupa fakta, konsep, atau teori serta pelatihan dalam
menggunakan fakta, konsep dan teori yang merupakan informasi yang
dijadikan modal untuk membiasakan siswa SD dalam meggunakan informasi
yang telah dikuasai dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran.
Penguasaan informasi oleh siswa pada akhirnya dapat mereka gunakan untuk
mencari berbagai pemecahan dengan menggunakan sikap adaptif, kompetitif,
produktif, efisien sebagai modal dasar untuk beradaptasi dan
mempertahankan kelangsungan hidup diberbagai situasi. Keterampilan social
yang dikembangkan dalam proses pembelajaran hendaknya juga diimbangi
dengan sikap social positif melalui membiasakan mereka melakukan atau
mempraktekkan sikap – sikap positif tersebut.

Melalui strategi pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya dilatih


mengenai keunggulan individu yang tergantung pada keunggulan kelompok
melainkan juga semangat serta keterampilan kooperatif yang merupakan
bagian dari kemampuan relasi social di dalam kelompok yang menghimpun

10
individu. Guru – guru IPS SD perlu menjelaskan ranah kognitif terlebih
dahulu bahwa sikap kompromi, negoisasi, kooperasi, konsesus, persaman
derajat, pengakuan hak asasi, kekuasaan mayoritas merupakan aspek – aspek
penting dan bermakna menuju masyarakat yang demokratis yang menjadi
mainstream di era global. Keterampilan social dalam bekerja sama,
berpartisipasi, mengakui hak orang lain merupakan aspek yang diperlukan
oleh masyarakat global yang semakin demokratis. Strategi pembelajaran
kooperatif dapat dikembangkan lebih lanjut oleh guru – guru SD dalam
proses pembelajaran di kelas sehingga keterampialn social dalam bekerja
sama serta berdemokrasi tidak menjadi sesuatu yang dihafal atau diingat
melainkan dipraktekan dalam kehidupan sehari – hari.

Kegiatan diskusi di kelas dan diskusi kelompok dapat dikembangkan


melalui strategi pembelajaran kooperatif mengenai masalah yang ditemukan
siswa sebagai hasil penelitian. Keterampilan – keterampilan dalam bekerja
sama yang didukung oleh prilaku dan sikap dalam menghargai pendapat
orang lain, mendengar dengan aktif dan responsif, membagi dan menerima
gagasan dengan orang lain, aperesiatif terhadap perbedaan pendapat, terampil
berbicara dan lainnya dapat ditumbuhkan melalui strategi ini.

11
III. Penutup

A. Kesimpulan
Karakteristik Pembelajaran konstruktivisme diantaranya adalah :

1. Mengutamakan ide dan permasalahan yang datang dari siswa dan


menggunakannya sebagai panduan untuk merancang pembelajaran.
2. Menggunakan inisiatif siswa untuk bertanya dan berdialog dengan guru.
3. Proses pembelajaran sama pentingnya dengan hasil pembelajaran
4. Mengutamakan pembelajaran kooperatif
5. Mengutamakan dan memelihara inisiatif, kreativitas, dan autonomi murid
6. Menumbuhkan kepercayaan dan sikap positif yang dibawa oleh murid
7. Mengutamakan proses inquiri melalui kajian dan eksperimen yang dilakukan
oleh siswa
8. Membekali siswa untuk mampu mengkaji cara mempelajari suatu ide
9. Memberi peluang kepada siswa untuk membangun pengetahuan baru dengan
memahaminya melalui pandangan siswa terhadap situasi dunia nyata atau
kehidupan sehari – hari.

Pendekatan konstruktivistik dapat digunakan oleh guru IPS dalam


mengembangkan materi ajar di kelas, tidak hanya menggunakan pendekatan
tradisional saja seperti ceramah, diskusi, dan lain-lain, serta lebih
menekankan pada aspek-aspek kognitif dan mengabaikan keterampilan-
keterampilan social. Konsekuensi dari metode tersebut adalah siswa merasa
bosan terhadap materi pelajaran IPS, dan dalam jangka panjang, akan terjadi
penurunan kualitas pembelajaran itu sendiri.

12
Daftar Pustaka

Abin, S. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Effendi, U. (1995). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Hernawan, A. H. (2007). Belajar dan Pembelajaran di Sekolah. Bandung: UPI Press.

Hernawan, A. H. (2006). Inovasi Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Saduloh, U. (2003). Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Saefudin, U. (2006). Inovasi Pendidikan . Bandung : UPI Press.

Supriatna, N. (2007). Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI Press.

Sutandi, D. (2007). Pembaharuan dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar.


Bandung: UPI Press.

Uzer, U. (2003). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda Karya.

13

Anda mungkin juga menyukai