Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“TEORI SOSIAL DAN KONTRUKTIVISME”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar & Pembelajaran

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

1. KESI MAYANI NPM : 5021054


2. WARDAH AMALIAH NPM : 5021120
3. EDWARD WIDODO R.Y NPM : 5021302
4. DINDA JULITA UTAMI NPM : 5021305
5. AFIFAH AGUSTIN P.P NPM : 5021311

DOSEN PENGAMPU: SEPRIYANINGSIH, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan semua limpahan nikmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul teori sosial dan
konstruktivisme ini tepat pada waktunya. Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat
untuk menambah pengetahuan rekan-rekan mahasiswa sekalian.

Adapun tujuan kami untuk menyusun makalah ini, yaitu untuk memenuhi tugas ibu
SEPRIYANINGSIH, M.Pd mata kuliah belajar dan pembelajaran. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya
mengucapkan terima kasih kepada ibu SEPRIYANINGSIH, M. Pd, selaku dosen yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuanya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Mudah – mudahan makalah ini bisa dengan mudah dipahami oleh siapapun yang
membacanya. Kami dapat menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Lubuk Linggau, Oktober 2022

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAn ............................................................................... 1


A. LATAR BELAKANG.......................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................... 2
C. TUJUAN............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Teori Konstruktivisme Sosial...............................................................
B. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme........................................... 4
C. Tujuan Teori Konstruktivisme.............................................................. 5
D. Keunggulan Teori Belajar Konstruktivisme.........................................
E. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar
konstruktivisme..................................................................................... 7
F. Asumsi-Asumsi Konstruktivisme......................................................... 7
G. Perspektif-Perspektif Dalam Konstruktivisme..................................... 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................


A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan konstruktivisme sosial menekankan bahwa peserta didik
membangun pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain. Isi dari
pengetahuan ini dipengaruhi oleh kultur tempat dimana peserta didik itu tinggal, yang
berhubungan dengan bahsa, keyakinan, dan keterampilan.
Meningkatkan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang harus
dilaksanakan secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar dan berbagai faktor yang berkaitan dengan itu, dengan arah agar tujuan
pendidikan dapat dicapai secara efektif dan lebih efisien. Muara dari peningkatan
mutu tidak lain adalah pencapaian tujuan pendidikan, yang diujudkan kemampuan
yang utuh pada diri peserta didik. Proses belajar mengajar menempati posisi yang
amat penting dan menentukan. Namun, perlu dicatat bahwa proses belajar mengajar
merupakan suatu interaksi yang bersifat manusiawi antara pendidik dan peserta didik
yang penuh mengandung ketidakpastian.
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas
manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional
setiap guru. Pengembangan kualitas manusia ini menjadi suatu keharusan, terutama
dalam memasuki era globalisasi dewasa ini, agar generasi muda kita menjadi korban
dari globalisasi itu sendiri. Pendidikan yang berorientasi pada kualitas ini menghadapi
berbagai tantangan yang tidak bisa ditanggulangi dengan paradigma yang lama. Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang cepat tidak dapat dikejar dengan cara-
cara lama yang dipakai dalam sekolah-sekolah kita.
Teori merupakan hal yang sangat peting dalam kemajuan dunia, baik di dunia
militer maupun di dunia pendidikan. Dalam hal pendidikan teori menempati sangat
strategis, sebab dengan mengembangkan teori maka pengetahuan dan pengalaman
semakin berkembang. Berbicara tentang teori, dalam dunia pendidikan banyak sekali
teori-teori yang cocok untuk mengembangkan dunia pendidikan, salah satunya yaitu
teori sosial dan konstruktivisme.
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran
kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia secara sedikit demi sedikit dan

1
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Individu menghubungkan dan
mengasimilasikan pengetahuan, kecakapan, pengalaman yang telah dimilikinya
dengan pengetahuan, kecakapan, pengalaman baru sehingga terjadi
perubahan/perkembangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang yang dimaksud dengan teori konstruktivisme sosial ?
2. Apa Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme ?
3. Apa saja Tujuan Teori Konstruktivisme ?
4. Keunggulan Teori Belajar Konstruktivisme ?
5. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar
konstruktivisme ?
6. Apa saja Asumsi-Asumsi Konstruktivisme ?
7. Apa saja Perspektif-Perspektif Dalam Konstruktivisme ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori konstruktivisme sosial dan teori belajar konstruktivisme.
2. Untuk mengetahui tujuan dari teori konstruktivisme.
3. Untuk mengetahu kelebihan dan kekurangan dalam teori belajar konstruktivisme.
4. Untuk mengetahu apa saja Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
menerapkan teori belajar konstruktivisme.
5. Untuk mengetahui asumsi-asumsi konstruktivisme.
6. Untuk menegtahui perspektif-perspektif dalam konstruktivisme.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Konstruktivisme Sosial


Konstruktivisme sosial dikembangkan oleh Lev Semenovich Vygotsky, yang
menyatakan bahwa pembentukan pengetahuan dan perkembangan kognitif terbentuk
melalui internalisasi/penguasaan proses sosial. Teori ini merupakan teori sosiogenesis,
yang membahas tentang faktor primer (kesadaran sosial) dan faktor sekunder
(individu), serta pertumbuhan kemampuan. Peserta didik berpartisipasi dalam
kegiatan sosial tanpa makna, kemudian terjadi internalisasi atau pengendapan dan
pemaknaan atau konstruksi pengetahuan baru, serta perubahan (transformasi)
pengetahuan.
Tingkat perkembangan kemampuan aktual terjadi secara mandiri dan
kemampuan potensial melalui bimbingan orang dewasa. Proses konstruksi
pengetahuan dilakukan secara bersama-sama dengan bantuan yang diistilahkan
scaffolding, misalnya dengan memberikan petunjuk, pedoman, bagan/gambar,
prosedur, atau balikan. Oleh sebab itu, dibutuhkan contoh, demonstrasi, atau praktik
dari orang lebih dewasa. Teori ini melandasi munculnya pembelajaran
kolaboratif/kooperatif, pembelajaran berbasis masalah (PBL), dan pembelajaran
kontekstual.
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran
kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia secara sedikit demi sedikit dan
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Individu menghubungkan dan
mengasimilasikan pengetahuan, kecakapan, pengalaman yang telah dimilikinya
dengan pengetahuan, kecakapan, pengalaman baru sehingga terjadi
perubahan/perkembangan. Menurut konstruktivisme, belajar adalah: 1) proses aktif
dan konstruktif yang terjadi di lingkungan luar kelas; 2) mengubah informasi menjadi
proses mental; 3) membangun pengetahuan dan pengertian dari pengalaman pribadi;
4) mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman lama (asimilasi); 5) membangun
pengetahuan baru dari fenomena lama (akomodasi); 6) proses kognitif untuk
memecahkan masalah dunia nyata, menggunakan alat yang tersedia dalam situasi
pemecahan masalah; 7) bersifat situasional, interaktif; 8) bekerja dengan teman dalam
konstruksi sosial yang berarti bagi dirinya; 9) proses pribadi yang terus-menerus
untuk memonitor kemajuan belajar.

3
5

Menurut teori ini, pengetahuan ada dalam pikiran manusia dan merupakan
interpretasi manusia terhadap pengalamannya tentang dunia, bersifat perspektif,
konvensional, tentatif, dan evolusioner. Pengetahuan/konsep baru dibangun secara
bertahap dari waktu ke waktu dalam konteks sosial. Peserta didik berinteraksi dengan
materi pengetahuan dan mengintegrasikan info lama dengan info baru dan kesadaran
tentang apa yang dipelajari (metakognitif). Prinsip teori ini adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran sosial: peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang dewasa
atau teman sebaya yang lebih mampu
2. Zona perkembangan terdekat: peserta didik lebih mudah belajar konsep jika konsep
itu berada pada zona perkembangan terdekat mereka
3. Pemagangan kognitif: peserta didik secara bertahap memperoleh keahlian melalui
interaksinya dengan orang lain yang telah menguasai bidangnya
4. Scaffolding: peserta didik diberikan tugas-tugas kompleks, sulit dan realistis untuk
kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut.

Pembelajaran konstruktivisme menekankan pada proses belajar, bukan


mengajar. Peserta didik diberi kesempatan pada siswa untuk membangun pengetahuan
dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman yang nyata. Teori ini
berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekankan hasil. Peserta
didik didorong untuk melakukan penyelidikan dalam upaya mengembangkan rasa
ingin tahu secara alami. Penilaian hasil belajar ditekankan pada kinerja dan
pemahaman peserta didik. Implikasi teori konstruktivisme sosial dalam pembelajaran
dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Dasar pembelajaran adalah bahwa dalam diri siswa sudah ada pengetahuan,
pemahaman, kecakapan, pengalaman tertentu

2. Peserta didik belajar mengonstruksi (menambah, merevisi, atau memodifikasi)


pengetahuan, pemahaman, kecakapan, pengalaman lama menjadi pengetahuan,
pemahaman, kecakapan, dan pengalaman baru
3. Guru berperan memfasilitasi terjadi terjadinya proses konstruksi pengetahuan

Menurut konstruktivisme sosial, pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri dan tidak
dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri
untuk menalar. Peserta didik aktif mengonstruksi secara terus-menerus sehingga
5

selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. Peran guru hanya sekedar membantu
menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar.
Ciri tahapan pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut
1. Orientasi: mengembangkan motivasi dan mengadakan observasi
2. Elisitasi: mengungkapkan ide secara jelas serta mewujudkan hasil observasi
3. Restrukturisasi ide: klarifikasi ide, membangun ide baru, dan mengevaluasi ide
baru.
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi
5. Review atau kaji ulang: merevisi dan mengubah ide

B. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi dunia
pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori konstruktivisme alangkah
lebih baiknya di ketahui dulu konetruktivisme itu sendiri. Konstruktivisme berarti
bersifat membangun. teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang
mengedepankan kegiatan mencipta serta membangun dari sesuatu yang telah
dipelajari. Kegiatan membangun (konstruktif) dapat memacu siswa untuk selalu aktif,
sehingga kecerdasannya akan turut meningkat. Dalam konteks filsafat pendidikan,
konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern.Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa konstruktivisme merupakan sebuah
teori yang sifatnya membangun, membangun dari segi kemampuan, pemahaman,
dalam proses pembelajaran. Sebab dengan memiliki sifat membangun maka dapat
diharapkan keaktifan dari pada siswa akan meningkat kecerdasannya.

Merasa kurang lengkap untuk mengetahui dari pada teori konstruktivisme


sebelum mengetahui pendapat-pendapat dari pada pakar ahli, diantaranya yaitu :

Hill, mengatakan, sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan


menciptasesuatu makna dari apa yang di pelajari.Menurut hill konstruktivisme
merupakan bagaimana menghasilkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya, dengan kata
lain bahwa bagaimana memadukan sebuah pembelajaran dengan melakukan atau
mempraktikkan dalam kehidupannya supaya berguna untuk kemaslahatan.
5

Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, di mana peserta


didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari,
dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka
berfikir yang telah ada dimilikinya. Berdasarkan pendapatnya di atas, maka dapat di
pahami bahwa konsturktivisme merupakan bagaimana mengaktifkan siswa dengan
cara memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memahami apa yang mereka telah
pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep yang di ketahuinya kemudian
mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan pendapat para
ahli di atas, maka dapat dibuat sebuah kesimpulan yaitu konstruktivisme merupakan
sebuah teori yang memberikan keluasan berfikir kepada siswa dan memberikan siswa
di tuntut untuk bagaimana mempraktikkan teori yang sudah di ketahuinya dalam
kehidupannya.

C. Tujuan Teori Konstruktivisme

Dalam teori belajar konstruktivisme, Piaget menekankan bahwa kecerdasan


berasal dari proses mengorganisasikan (organizing) dan mengadaptasi (adaption).
Pengorganisasian diartikan sebagai  kecenderungan setiap anak untuk
mengintegrasikan proses menjadi sebuah sistem yang saling berhubungan (Simatwa,
2010). Sedangkan Bodner(1986) mengartikan adaptasi (adaption) sebagai 
kecenderungan bawaan dari seorang anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Dan interaksi-interaksi tersebut akan menumbuhkan perkembangan dari organisasi
mental yang kompleks secara progresif.

Menurut Baharuddin (2008), proses adaptasi merupakan proses yang berisi


dua kegiatan yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang
membuat seseorang mampu mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman
baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Proses asimilasi
dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan
mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam skema yang telah ada.
Proses asimilasi ini berjalan terus menerus sehingga setiap orang selalu
mengembangkan proses ini (Suparno, 2012).

Dalam kenyataannya terkadang terjadi Ketika seseorang menghadapi


rangsangan atau pengalaman yang baru, orang tersebut tidak dapat mengasimilasikan
5

pengalaman yang baru itu dengan skema yang telah ia miliki. Pengalaman yang baru
itu bisa jadi tidak cocok sama sekali dengan skema yang telah ada. Berkaitan dengan
hal ini Baharuddin (2008) mendefinisikan akomodasi sebagai suatu proses struktur
kognitif yang berlangsung sesuai dengan pengalaman baru. Proses ini dapat
menghasilkan terbentuknya skema baru dan berubahnya skema lama.

Dari uraian di atas tujuan dari penerapan teori ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk membantu siswa dalam memahami isi dari materi pembelajaran.

2. Untuk mengasah kemampuan siswa untuk selalu bertanya dan mencari solusi atas
pertanyaannya.

3. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep secara


komprehensif.

4. Untuk mendorong siswa untuk menjadi pemikir aktif.

D. Keunggulan Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

1. Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme

a. Melatih siswa supaya menjadi pribadi yang mandiri dan mampu memecahkan
masalah.
b. Menciptakan kreativitas dalam belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih
nyaman dan kreatif.
c. Melatih siswa untuk bekerja sama dan terlibat langsung dalam melakukan
kegiatan.
d. Menciptakan  pembelajaran yang lebih bermakna dan menumbuhkan kepercayaan
diri pada siswa karena memiliki kebanggaan dapat menemukan sendiri konsep
yang sedang dipelajari dan siswa juga merasa bangga dengan hasil temuannya.
e. Melatih siswa berpikir kritis dan kreatif.
5

2. Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme

a. Sulitnya mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur menggunakan


pendekatan tradisional selama bertahun-tahun.
b. Dalam penerapan teori belajar konstruktivisme, Guru harus memiliki
kreativitas dalam merencakan pelajaran dan memilih atau menggunakan
media. Guru yang malas dan tidak mau berkembang akan sulit menerapkan
teori belajar Konstruktivisme.
c. Siswa dan orang tua memerlukan waktu beradaptasi dengan proses belajar dan
mengajar yang baru.

D. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar


konstruktivisme

1. Guru Pintar harus mampu membentuk pemikiran siswa bahwa bekerja secara
mandiri akan menghasilkan kegiatan belajar yang lebih bermakna.
2. Mengembangkan kegiatan inkuiri di semua topik pembelajaran.
3. Memunculkan rasa keingintahuan siswa terhadap suatu permasalahan melalui
bertanya.
4. Membentuk masyarakat belajar atau belajar dengan kelompok-kelompok tertentu.

E. Asumsi-Asumsi Konstruktivisme

Kosntruksivisme menyoroti interaksi orang-orang dan situasi-situasi dalam


penguasaan dan penyempurnaan keterampilan-keterampilan dan pengetahuan.
Konstuktivisme memiliki asumsi yang sama dengan teori kognitif sosial yang
mengarahkan bahwa orang, prilaku, dan lingkungan berinteraksi secara timbal balik.

Adapun asumsi-asumsi dari konstruktivisme adalah :

Pertama, manusia merupakan siswa aktif yang mengembangkan pengetahuan bagi diri
mereka sendiri.Di mana siswa diberikan keluasan untuk mengembangkan ilmu yang
sudah didapatkan tersebut, baik dengan melakukan latihan, melakukan eksperimen
maupun berdiskusi sesama siswa. Dengan hal seperti itu maka ilmu-ilmunya tersebut
akan berkembang dan bertambah.
5

Kedua Guru sebaiknya tidak mengajar dalam artian menyampaikan pelajaran dengan
cara tradisional kepada sejumlah siswa. Guru seharusnya membangun situasi- situasi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dengan materi pelajaran
melalui pengolahan materi-materi dan interaksi sosial.Maksudnya seorang pendidik
atau guru dituntut untuk lebih aktif dan menarik dalam menjelaskan, selain itu juga
guru harus bisa menggunakan media dalam proses pembelajaran. Jangan hanya
menggunakan metode-metode yang sudah lama atau jaman dulu, seperti ceramah,
mencatat sampai habis, akan tetapi guru harus mengajar dengan cara bagaimana
supaya siswa harus di buat aktif dan masuk dalam pembelajaran tersebut.

Adapun aktivitas-aktivitas pembelajaran meliputi mengamati fenomena-


fenomena, mengumpulkan data-data, merumuskan dan menguji hipotesis-hipotesis,
dan bekerja sama dengan orang lain. Kegiatan lainnya adalah mengajak siswa
mengunjungi lokasi-lokasi di luar ruangan kelas. Guru-guru dari berbagai disiplin
ilmu diperlukan untuk merencanakan kurikulum bersama-sama. Siswa perlu
diarahkan untuk dapat mengatur diri sendiri dan berperan aktif dalam pembelajaran
mereka dengan menentukan tujuan-tujuan, memantau dan mengevaluasi kemajuan
mereka, dan bertindak melampaui standar-standar yang disyaratkan bagi mereka
dengan menelusuri hal-hal yang menjadi minat mereka.

F. Perspektif-Perspektif Dalam Konstruktivisme

Pertama, konstruktivisme eksogeneus mengacu pada pemikiran bahwa penguasaan


pengetahuan merepresentasikan sebuah kosntruksi ulang dari struktur- struktur yang
berbeda dalam dunia eksternal. Pandangan ini mendasarkan pengaruh kuat dari dunia
luar pada konstruksi pengetahuan, seperti pengalaman-pengalaman, pengajaran dan
pengamatan terhadap model-model.

Kedua, konstruktivisme endogenus menekankan pada koordinasi tindakan- tindakan


yang sebelumnya, bukan secara langsung dari informasi lingkungan; karena itu,
pengetahuan bukanlah cerminan dari dunia luar yang diperoleh melalui pengalaman-
pengalaman, pengajaran, atau interaksi sosial. Pengetahuan berkembangmelalui
aktifitas kognitif dari abstraksi dan mengikuti sebuah rangkaian yang dapat
diprediksikan secara umum.
5

Ketiga, konstruktivisme dialektikal. berpendapat bahwa pengetahuan tidak hanya


dapat diperoleh melalui sekolah akan tetapi bisa juga di dapatkan melalui saling
berinteraksi sesama teman, guru, tetangga dan bahkan lingkungan sekitar kita. Selain
itu juga interpretasinya tidak terikat dengan dunia luar. Bahkan pengetahuan atau
pemahaman timbul akibat saling berlawanan mental dari interaksi antara lingkungan
sekitar dengan seseorang.

Dari ketiga pandang tersebut memiliki kelebihan masing-masing, seperti


konstruktivisme eksogeneus yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
seorang siswa terhadap ilmu tertentu secara akurat dan terperinci. Kemudian
konstruktivisme endogenus yaitu untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi
secara terstruktur mulai dari yang paling bawah sampai dengan yang paling tinggi.
Sedangkan konstruktivisme dialektikal digunakan ketika guru atau pendidik ingin
merencanakan intervensi-intervensi untuk mendorong pemikiran siswa dan untuk
mengarahkan penelitian untuk menemukan efektifitas dari pengaruh-pengaruh sosial
seperti paparan terhadap model-model dan kerja sama dengan teman sebaya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori sosial dan konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi
bagi dunia pendidikan. Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks
filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern. Kontruktivsme adalah aktivitas yang aktif , dimana
peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka
pelajarin, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan
kerangka yang berfikir yang telah dimilikinya.

Pembelajaran kontruktivisme menekankan pada proses belajar, bukan


mengajar. Peserta didik diberi kesempatan pada siswa untuk membangun pengetahuan
dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata. Teori ini berpendapat
bahwa belajar merupakan suatu prosesbukan menekankan hasil. Dimana peserta didik
didorong untuk melakukan penyelidikan dalam upaya membangun rasa ingin tahu
secara alami. Penilaian hasil belajar ditekankan pada kinerja dan pemahaman peserta
didik.

Menurut konstruktivisme sosial, pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri dan


tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid
sendiri untuk menalar. Peserta didik aktif mengonstruksi secara terus-menerus
sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. Peran guru hanya sekedar membantu
menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar.

B. Saran

Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami lebih lanjut


lagi mengenai makalah ini. Dalam penyusunan makalah kami menyadari bahwa
makalah ini kurang dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/islamika/article/download/208/170/

https://akupintar.id/info-pintar/-blogs/teori-belajar-konstruktivisme

https://www.sosiologi79.com/2018/11/teori-konstruktivisme-sosial.html?m=1

23

Anda mungkin juga menyukai