Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BELAJAR & PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

KELOMPOK III

1. ANINDA PUTRI FERRAWATI (1951800013)

2. TINEZIA AGENG CENDANI (1951800048)

3. AYU KUSUMANING PRAMESWARI (1951800023)

4. PRAMADHEVI SHEANNY N. (1951800028)

5. MUHAMMAD ROFIQ (1951800036)

2A

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


ABSTRAK

Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. Artinya adalah pengetahuan


yang dimiliki oleh setiap individu dapat dibentuk oleh individu sendiri melalui interaksi dengan
lingkungan yang terus-menerus dan selalu berubah. Dalam berinteraksi dengan lingkungan,
individu mampu beradaptasi dan mengorganisasikan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
dalam struktur kognitifnya, pengetahuan, wawasannya dan pemahamannya semakin
berkembang. Individu juga mampu memodivikasi pengalaman yang diperoleh melalui
lingkungan, sehingga melahirkan pengetahuan atau temuan-temuan baru. Oleh karena itu, proses
pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge, tetapi juga bagaimana merangsang
struktur kognitif inadividu mampu melahirkan pengetahuan dan temuan-temuan baru. Kedua,
perlu adanya individualisasi dalam pembelajaran. Artinya, dalam proses pembelajaran, perlakuan
terhadap individu harus didasarkan pada perkembangan kognitifnya. kunci keberhasilan dalam
belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa.
Dalam proses pembelajaran guru harus mampun memberikan sesuatu yang bermakna
bagi siswa. Belajar dengan menghafal dan ceramah dapat menemukan sesuatu yang bermakna,
asal dilakukan secara sistematis, menjelaskan dan menghubungkan antara konsep yang satu
dengan konsep lainnya, menguhubungkan konsep yang baru dengan konsep yang telah dimiliki
oleh siswa. Sebaliknya, belajar penemuan akan menjadi kurang bermakna, apa bila dilakukan
dengan coba-coba dan tidak sistematis. Kedua, belajar bermakna akan berhasil apabila ada
motivasi intrinsik dari dalam diri siswa. Dengan adanya motivasi intrinsik ini akan
menumbuhkan minat dalam diri individu, dan menggerakkan individu untuk mempersiapkan diri
untuk belajar, baik mempersiapkan diri secara fisik maupun psikis.

2
DAFTAR ISI

ABSTRAK……………………………………………………………..………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………….………….….....3
KATA PENGANTAR………………………………………………..………….…….4

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….….....5
A. LATAR BELAKANG MASALAH……………………………………….…..5
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………...5
C. TUJUAN PEMBAHASAN…………………………………………………....5

BAB II PEMBAHASAN…………..………………………………………………….6
A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK………..……….6
B. KONSEP TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK ……………………....6
C. TOKOH PENGEMBANG TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK ….…6
D. IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK ……………..8
E. KELEBIHAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK ………………….9
F. KEKURANGAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK……………...10
G. RISIKO PENERAPAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK ……....10
H. APLIKASI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK ………………..…..11

BAB III PENUTUP……………….……………………………………………….…13


A. KESIMPULAN………………………………………………………………13
B. SARAN……………………………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 14

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Teori Belajar dan
Pembelajaran Teori Konstruktivistik ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan
menambah wawasan tentang teori yang digunakan dalam belajar dan pembelajaran bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Sukoharjo, 9 Mei 2020

Penulis

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap individu pasti memiliki cara sendiri yang digunakan dalam mempermudah proses
belajarnya. Dengan adanya teori belajar maka diharapkan setiap individu dapat
melakukan proses belajarnya dengan mudah dan efektif, maksimal hingga mendapatkan
hasil yang terbaik. Setiap individu tentunya menerapkan cara belajar yang berbeda-beda
sehingga membutuhkan teori-teori belajar yang dapat mempermudah pendidik maupun
peserta didik dalam melangsungkan proses belajar dan pembelajaran. Salah satu teori
yang dapat digunakan adalah teori Konstruktivistik.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana konsep dasar teori belajar Konstruktivistik?
b. Siapa tokoh-tokoh teori belajar Konstruktivistik?
c. Bagaimana implementasi teori belajar Konstruktivistik?
d. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar Konstruktivistik?
e. Bagaimana resiko penerapan teori belajar Konstruktivistik?

C. TUJUAN
a. Memahami konsep dasar teori belajar Konstruktivistik.
b. Mengetahui siapa saja tokoh-tokoh dalam teori belajar Konstruktivistik.
c. Memahami implementasi teori belajar Konstruktivistik dalam pembelajaran.
d. Mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan teori belajar Konstruktivistik.
e. Mengetahui beberapa resiko penerapan teori belajar Konstruktivistik.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,


yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme
sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita
selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini
menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Dari uraian
tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas
yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa
yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru
dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya.

B. KONSEP TEORI KONSTRUKTIVISTIK


Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivistik, yaitu pengetahuan baru
dikonstruksi sendiri oleh siswa secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya. Teori konstruktivistik ini dalam pembelajaran didasari oleh kenyataan
bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman
atau pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran konstruktivistik ini merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk membina pengetahuan sendiri secara aktif dengan menggunakan
pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing masing. Dalam konsep teori ini,
guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang
memungkinkan peserta didik secara aktif mencari sendiri informasi, dan
mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah
dimiliki masing-masing.

C. TOKOH-TOKOH KONSTRUKTIVISME

1. Dewey dan Pembelajaran Demokratis

6
Pembelajaran berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada penelitian
John Dewey (Ibrahim & Nur, 2004). Dalam demokrasi dan pendidikan Dewey
menyampaikan pandangan bahwa sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang
lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan
nyata. Ilmu mendidik Dewey menganjurkan pembelajar untuk mendorong pebelajar
terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki
masalah-masalah intelektual dan sosial.

Dewey juga menyatakan bahwa pembelajaran disekolah seharusnya lebih


memiliki manfaat dari pada abstrak dan pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik
dapat dilakukan oleh pebelajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan
proyek yang  menarik dan pilihan mereka sendiri.

2. Konstrukivisme Piaget dan Vygotsky

Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan diatas pandangan konstruktivis


kognitif (Ibrahim dan Nur, 2004). Pandangan ini banyak didasarkan teori Piaget. Piaget
mengemukakan bahwa pebelajar dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses
perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Bagi Piaget
pengetahuan adalah konstruksi (bentukan) dari kegiatan/tindakan seseorang (Suparno,
1997). Pengetahuan tidak bersifat statis tetapi terus berevolusi.
 

7
Seperti halnya Piaget, Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan intelektual
terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang dan ketika
mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini
(Ibrahim & Nur, 2004). Untuk memperoleh pemahaman individu mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki.

Piaget memandang bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual individu dilalui


tanpa memandang latar konteks sosial dan budaya individu. Sementara itu, Vygotsky
memberi tempat lebih pada aspek sosial pembelajaran. Ia percaya bahwa interaksi sosial
dengan orang lain mendorong terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual pembelajar. Implikasi dari pandangan Vygotsky dalam pendidikan adalah
bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial dengan pembelajar dan teman
sejawat. Melalui tantangan dan bantuan dari pembelajar atau teman sejawat yang lebih
mampu, pebelajar bergerak ke dalam zona perkembangan terdekat mereka dimana
pembelajaran baru terjadi.

3. Bruner dan Belajar Penemuan

Bruner adalah adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar
kognitif. Ia telah mengembangkan suatu model instruksional kognitif yang sangat
berpengaruh yang disebut dengan belajar penemuan. Bruner menganggap bahwa belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan
sendirinya memberikan  hasil yang lebih baik. Berusaha sendiri untuk pemecahan masalah
dan pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna (Dahar, 1998).

Bruner menyarankan agar pebelajar hendaknya belajar melalui partisipasi secara


aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk
memperopleh pengetahuan. Perlunya pembelajar penemuan didasarkan pada keyakinan
bahwa pembelajaran sebenarnya melalui penemuan pribadi.

D. PENERAPAN ATAU IMPLEMENTASI TEORI KONTRUKTIVISME


Adapun penerapan atau impementasi teori kontruktivisme, yaitu sebagai berikut
(Mohammad Asrori, 2008: 29).

8
1.) Mendorong kemandirian dan inisiatif peserta didik dalam belajar
Pada kegiatan ini, guru menghargai gagasan atau pemikiran peserta didik serta
mendorong peserta didik berpikir mandiri.
2.) Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu
kepada peserta didik untuk merespon
Pertanyaan yang diajukan oleh guru dan cara peserta didik menjawabnya akan
mendorong mereka mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.
3.) Mendorong peserta didik berpikir tingkat tinggi
Guru akan memberikan tantangan kepada peserta didik untuk berpikir dan mampu
menjangkau hal-hal yang berada dibalik respon-respon faktual yang sederhana.
4.) Peserta didik terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan peserta
didik lainnya
Guru mendorong peserta didik untuk terlibat aktif dalam diskusi. Melalui kegiatan
diskusi peserta didik mampu membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas
pemahaman mereka sendiri.
5.) Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi interaktif
Peserta didik menanalisis dan mengamati fenomena alam dalam dunia nyata, kemudian
guru membantu peserta didik untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran tentang
fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.

E. KELEBIHAN TEORI KONSTRUKTIVISTIK

1. Teori ini dalam proses berfikir membina pengetahuan baru, membantu siswa untuk
mencari ide, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan.
2. Teori ini dalam proses pemahaman murid terlibat secara langsung dalam membina
pengetahuan baru.
3. Teori ini dalam proses pengingatan siswa terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
4. Teori ini dalam kemahiran sosial siswa dapat dengan mudah berinteraksi dengan
teman dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5. Oleh karena siswa terlibat secara terus-menerus makan mereka akan paham, ingat,
yakin, dan berinteraksi maka akan timbul semangat dalam belajar dan membina
pengetahuan baru.
6. Berpikir: Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk
menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan.
7. Paham: Oleh karena murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru,
mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
8. Ingat: Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat
lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri

9
kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan
masalah dalam situasi baru.
9. Kecerdasan sosial: Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rekan dan
guru dalam membina pengetahuan baru.
10. Senang: Oleh karena mereka terlibat secara terus, mereka paham, ingat, yakin dan
berinteraksi dengan sehat, maka mereka akan terasa senang belajar dalam membina
pengetahuan baru.

F. KEKURANGAN TEORI KONSTRUKTIVISTIK

1. Siswa membuat pengetahuan dengan ide mereka masing-masing, oleh karena itu
pendapat siswa berbeda dengan pendapat para ahli.
2. Teori ini menanamkan supaya siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini
pasti membutuhkan waktu yang lama. Apalagi untuk siswa yang malas.
3. Kondisi di setiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam membangun
pengetahuan yang baru dan keaktifan siswa.
4. Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit dan realistik dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini guru harus memiliki kreatifitas yang tinggi dalam
menyampaikan materi. Apalagi dalam hal ini guru sejarah kurang bisa membawa
nilai-nilai masa lalu untuk diterapkan dalam masa sekarang.
5. Guru tidak ingin berubah dalam menggunakan model pembelajaran. Guru merasa
nyaman dengan model pembelajaran tradisional, yaitu model ceramah. Pandangan
guru terhadap siswa diibaratkan siswa seperti bejana yang masih kosong perlu diisi
oleh ilmu pengetahuan yang dimiliki guru. Guru merasa dengan menggunakan model
tradisional saja bisa mendapatkann nilai yanng tinggi, sehingga tidak perlu
menggunakan model pembelajaran lainnya.
6. Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan lebih banyak waktu.
Proses pembelajaran konstruktivisme ingin membuat siswa menjadi aktif, hal in
terkadang juga terkendala dengan kemampuan kognitif siswa. Beban mengajar guru
sudah terlalu banyak.
7. Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah siswa yang
besar. Kebanyakan sekolahan masih terbatas dalam menyediakan fasilitas guna
mendukung pembelajaran konstruktivisme. Sarana dan prasarana kurang mendukug
pembelajaran model konstruktivisme.
8. Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum. Masih ada
banyak guru yang mengajar diluar bidang studi sesuai kualifikasinya. Sehingga
penguasaan materi oleh guru kurang memadai.
G. RISIKO PENERAPAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

10
1. Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya
namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang
diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi
kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali.
Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada
siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-
betul memahami suatu materi yang diajarkan.
2. Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang
dibangun atau dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para siswa
harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam
kerangka kognitifnya
3. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan
para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang dibuat
para sisiwa untuk mendukung model-model itu.
4. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing konsep
materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya-
upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi
siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang
diperlukan.
5. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
6. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
7. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan
dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif
untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didik.

H. APLIKASI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

Aplikasi Konstruktivistik :
Peranan Siswa (Si-Belajar). Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan
suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa
belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi
makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil
prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar.
Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar
siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar
sepenuhnya ada pada siswa.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki
kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi
dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun

11
kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat
guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.

 Peranan Guru. Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu


agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru hanya
membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih
memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat
mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan
kemauannya.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teori konstruktivistik kesimpulannya pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang


berasaskan Konstruktivisme akan memberi peluang kepada guru untuk memilih kaidah
pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dan murid dapat menentukan sendiri masa yang
diperlukan untuk memperoleh suatu konsep atau pengetahuan.

B. SARAN

Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
kritik dan saran yang ingin disampaikan, silakan disampaikan kepada kami. Apabila
terdapat kesalahan kami mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena sejatinya
manusia tidak luput dari kesalahan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/06/kekurangan-
dan-kelebihan-teori-kognitif-dan-konstruktivistik/amp/

http://magister-pendidikan.blogspot.com/p/teori-konstruktivistik.html

http://fatkhan.web.id/teori-konstruktivisme-dan-tokoh-tokoh-konstruktivisme/

http://riaarumsari.blogspot.com/2012/06/teori-konstruktivistik-konstruktivisme.html

http://digilib.unila.ac.id/12763/16/BAB%20II.pdf

https://kunjugi.wordpress.com/2012/07/02/teori-belajar-aliran-konstruktivistik-oleh-abdul-karim/

https://www.slideshare.net/fitriyusmaniah/teori-belajar-konstruktivistik-dan-
penerapannya-dalam-pembelajaran

http://fuone23hw.blogspot.com/2015/04/teori-belajar-konstruktivistik-dan.html?m=1

14

Anda mungkin juga menyukai