Anda di halaman 1dari 20

TEORI KONSTRUKTIVISTIK DALAM PRATEK DALAM

PEMBELAJARAN

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok pada Mata Kuliah
Teori Pembelajaran Program Magister Pendidikan Agama Islam
Semester III IAIN Bone
Oleh
Kelompok IV

NURALISAH
NIM. 861082022019

SUMIATI
NIM. 861082022017

Dosen Pengampu:
Dr. Sarifa Suhrah, S.Ag. M.Pd.I

PROGRAM MAGISTER
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. yang maha pencipta, menghidupkan dan

mematikan, serta yang telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi.

Alhamdulillah, segala syukur kami panjatkan kepada Allah swt. yang senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori kontruktivistik dalam praktek

pembelajaran”.

Shalawat senantiasa kita kirimkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai

sosok pembawa perubahan yang luar biasa dari zaman jahiliah ke zaman penuh ilmu

ini. Sosok pemimpin yang mengangkat derajat seorang perempuan dan seorang

pemimpin yang menjadi sosok teladan bagi seluruh umat.

Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Teori

Pembelajaran. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami banyak hambatan.

Namun, berkat bimbingan dan dorongan semangat dari berbagai pihak sehingga

makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, selain itu penulis juga menyadari

bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Makalah ini tidak akan

terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang tak terhingga.

Watampone, 5 Oktober 2023


Penyusun

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Karakteristik Teori Kontruktivistik 4
B. Ciri-Ciri Pembelajaran Kontruktivistik dan Penerapannya dalam
Pembelajaran 10
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Kontruktivistik 13

BAB II PENUTUP
A. Simpulan 14
B. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir,

merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk

menghasilkan kecakapan atau pengetahuan ,sebuah perilaku, pengetahuan, atau

teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut untuk menjadi

yang lebih baik ke depan. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan

diri individuagar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa

berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan

lingkungan tersebut.

Berpijak dari pandangan itu Kontruktivistik berkembang. Dasarnya

pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit

demi sedikit. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan

hasil konstruksi kita sendiri.1 Kontruktivistik sebagai aliran filsafat, banyak

mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan, teori belajar dan pembelajaran.

Kontruktivistik menawarkan paradigma baru dalam dunia pembelajaran. Sebagai

landasan paradigma pembelajaaran, kontruktivistik menyerukan perlunya partisipasi

aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembagan siswa belajar mandiri,

dan perlunya siswa memiliki kemampun untuk mengembangkan pengetahuannya

sendiri.

Akibatnya, oreintasi pembelajaran di kelas mengalami pergeseran. Orentasi

pembelajaran bergeser dari berpusat pada guru mengajar ke pembelajaran berpusat

1
Ndaru Kukuh Masgumelar & Pinton Setya Mustafa, “Teori Belajar Konstruktivisme dan
Implikasinya dalam Pendidikan dan Pembelajaran”, Ghaitsa, Vol. 2, No. 1, 20 21, h. 52.

1
2

pada siswa.Siswa tidak lagi diposisikan bagaikan bejana kosong yang siap diisi.

Dengan sikap pasrah siswa disiapkan untuk dijejali informasi oleh gurunya. Atau

siswa dikondisikan sedemikian rupa untuk menerima pengatahuan dari gurunya.

Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar guru. Guru bukan satu-satunya pusat

informasi dan yang paling tahu. Guru hanya salah satu sumber belajar atau sumber

informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain bisa teman sebaya, perpustakaan,

alam, laboratorium, televisi, koran dan internet.

Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di

kelas. Diantara tanggung jawab guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan

memotivasi siswa. Mendiagnosis dan mengatasi kesulitan siswa serta menyediakan

pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman siswa.

Oleh karena itu, guru harus menyediakan dan memberikan kesempatan

sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif. Sedemikian rupa sehingga

para siswa dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan, membandingkan,

bekerja sama, dan melakukan eksperimentasi dalam kegiatan belajarnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis

merumuskan sub masalah pokok yaitu:

1. Bagaimana pengertian dan karakteristik teori kontruktivistik?

2. Bagaiamana ciri-ciri pembelajaran kontruktivistik dan penerapannya dalam

pembelajaran?

3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan teori kontruktivistik?


3

C. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penulisan

makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik teori kontruktivistik.

2. Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran kontruktivistik dan penerapannya

dalam pembelajaran.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teori kontruktivistik.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan karakteristik Teori Kontruktivistik

Kontruktivistik berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktif berarti

bersifat membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme dalam kamus

Bahasa Inonesia berarti paham atau aliran. 2 Kontruktivistik merupakan aliran filsafat

pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi

kita sendiri.

Kontruktivistik adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap

manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk

menemukan keinginan atau kebutuhannya dengan bantuan fasilitasi orang lain. 3

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,

Kontruktivistik adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya

modern.

Kontruktivistik merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran

konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,

yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk

diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi

makna melalui pengalaman nyata.

2
Meli Febriani, “Ips dalam Pendekatan Konstruktivisme (Studi Kasus Budaya Melayu
Jambi)”, Aksara, Vol. 07, No. 01, Januari 2021, h. 64.
3
Nurfatimah Sugrah, “Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Sains”, Humanika, Vol. 19. No. 2, September 2019, h. 124.

4
5

Teori Kontruktivistik didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. 4

Kontruktivistik sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui

dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman

demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi

lebih dinamis.

Pendekatan kontruktivistik mempunyai beberapa konsep umum yakni

sebagai berikut:

1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.

2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri

pengetahuan mereka.

3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui

proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan

pembelajaran terbaru.

4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan

dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan

pemahamannya yang sudah ada.

5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama.

Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya

tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.

4
Nafis Nailil Hidayah , “Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Proses Pembelajaran
di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta Tahun Pelajaran 2017/2018”, Habitus, Vol. 2, No. 1,
Maret 2018, h. 19.
6

6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan

pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.5

Menurut Wheatley berpendapat dengan mengajukan dua prinsip utama

dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan

tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa.

Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui

pengalaman nyata yang dimiliki anak.6

Dari pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak

secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu

pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo mengatakan

bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari

kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu

materi yang baru, pengalamanbelajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi

terjadinya proses belajar tersebut.

Teori kontruktivistik juga merupakan landasan berfikir (filosofi)

pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit

demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan

bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan

diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui

pengalaman nyata.

5
Nurvia Urfany, dkk., “Teori Konstruktivistivisme dalam Pembelajaran”, Pandawa, Vol. 2,
No. 1, Januari 2020, h.111.
6
Eva Dwi Minarti & Puji Nurfauziah “Pendekatan Konsturktivisme dengan Model
Pembelajaran Generatif Guna Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematis Serta
Self Efficacy Mahasiswa Calon Guru di Kota Cimahi”, Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol.
3, No. 2, November 2016, h. 73.
7

Teori pembelajaran kontruktivistik ini sama halnya dengan model

pembelajaran experiental learning, yaitu suatu model dimana, proses belajar mengajar

yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan

melalui pengalamannya secara langsung. Experiental Learning adalah : proses

dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman. Hasil Pengetahuan

dari kombinasi menggenggam dan mentransformasikan pengalaman.

Teori Konstruktivistik memandang bahwa belajar adalah mengonstruksi

makna atas informasi dan masukan-masukan yang masuk ke dalam otak. 7 Belajar

yang bersifat konstruktif ini sering digunakan untuk menggambarkan jenis belajar

yang terjadi selama penemuan ilmiah dan pemecahan masalah kreatif di dalam

kehidupan sehari-hari. Pada teori ini juga memandang peserta didik sebagai individu

yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang

telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak dapat

digunakan lagi.8 Hal ini memberikan implikasi bahwa peserta didik harus terlibat

aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian, belajar menurut teori kontruktivistik bukanlah sekadar

menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.

Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi

hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil

dari ”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui

7
Ike Sylvia & Des Maria, “Implementasi PDS dalam Upaya Meningkatkan Minat Belajar
Peserta Didikmenggunakan Model Discovery Learningkelas XI IPS 4 SMA Pembangunan Labor UNP
Padang, (Prosiding Seminar Nasional Hibah Program Penugasan Dosen ke Sekolah (PDS) Universitas
Negeri Padang) 20 November 2018, h. 147.
8
Euis Nurhidayati, “Pedagogi Konstruktivisme dalam Praksispendidikanindonesia”, Donesian
Journal Of Educational Counseling, Vol. 1, No.1, Januari 2017, h. 2.
8

proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna

mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu.

Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:

1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu

sendiri.

2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan

mencari sendiri pertanyaannya.

3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep

secara lengkap.

4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.9

Menurut Kontruktivistik, belajar merupakan proses aktif siswa

mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik, dll. Belajar juga merupakan

proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang

dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa sehingga pengetahuannya

berkembang. Karakteristik kontruktivistik:

1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa

yang dilihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh

pengertian yang telah dimiliki.

2. Konstruksi arti merupakan proses yang terus menerus. Setiap kali

berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, siswa akan selalu

mengadakan rekonstruksi.

9
Mulyadi, “Teori Belajar Konstruktivisme dengan Model Pembelajaran (Inquiry)”, Al Yasini,
Vol.7, No.2, November 2022, h. 185.
9

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu proses

pengembangan pemikiran dengan membentuk suatu pengertian yang baru.

Belajar bukanlah suatu hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu

sendiri, yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran

seseorang.

4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam

kesenjangan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi

ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu

belajar.

5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan

lingkungannya.

6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui siswa, yaitu

konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan

bahan yang dipelajari.10

Pendekatan konstruktivisme dalam suatu proses belajar mengajar siswa aktif

secara mental membangun pengetahuan yang dilandasi oleh struktur kognitif yang

dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator dan penyedia pembelajaran.

Penekanan tentang belajar mengajar lebih berfokus pada suksesnya siswa

mengorganisasi pengalaman siswa. Kondisi seperti ini memang harus disikapi oleh

seorang guru dan sekolah bahwa memberikan pembelajaran yang berpengaruh itu

ketika semua sisi dalam proses pembelajaran itu aktif. Pendidik dan siswa secara

bersama-sama aktif dalam setiap proses pembelajaran.

10
Susi Martini, “Landasan Filsafat Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sains”, h. 10.
10

B. Ciri-ciri pembelajaran kontruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan

oleh teori kontruktivistik, yaitu:

1. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada

hasil sehingga menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar. Hal

ini mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.

2. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai

sehingga mengembangkan rasa ingin tahu siswa secara alami dan

mendorong untuk melakukan penyelidikan.

3. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa

sehingga menekankan bagaimana siswa belajar. Dengan demikian dapat

mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan

siswa lain dan guru.

4. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif serta memperhatikan

keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.

5. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar, sehingga melibatkan

siswa dalam situasi dunia nyata. Dengan demikian memberikan kesempatan

kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang

didasarkan pada pengalaman nyata.11

Pendekatan kontruktivistik menghendakai siswa harus membangun

pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini

dengan cara mengajar yang membuat informasi lebih bermakna dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

11
Siti Masyitah, “Teori Kontruktivisme Dalam Pembelajaran”, Jurnal Prodi PGMI al-Misbah,
Vol. 9, No.1, Juni 2023, h. 91-92.
11

sendiri ide-ide mereka. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat

membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun

harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut. Oleh

karena itu agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa dan pendidik maka

pendekatan kontruktivistik merupakan solusi yang baik untuk dapat

diterapkan.

Secara garis besar, prinsip-prinsip Kontruktivistik yang diterapkan

dalam belajar mengajar adalah:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya

dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.

3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi

perubahan konsep ilmiah.

4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses

kontruksi berjalan lancar.

5. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan,

lalu mencari dan menilai pendapat siswa.12

6. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah

guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa.

Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang

guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat

12
Evi Sarpika, dkk., Pengaruh Pembelajaran Konstruktivisme Terhadap Kemampuan Menulis
Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri Mangasa I kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa, Vol. 2, No.1 2017, h. 206-207.
12

informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan

strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga

kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu

mereka mencapai tingkat penemuan.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kontruktivistik

Setiap teori belajar tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, berikut ini

beberapa kelebihan teori belajar kontruktivistik:

1. Pembelajaran berdasarkan kontruktivistik memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan

bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong

siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.

2. Pembelajaran berdasarkan kontruktivistik memberi pengalaman yang

berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan

kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas

pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk

merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan

memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.

3. Pembelajaran kontruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berpikir

tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif,

imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan

gagasan-gagasanpada saat yang tepat.


13

4. Pembelajaran berdasarkan kontruktivistik memberi kesempatan kepada siswa

untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh

kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah

dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk

menggunakan berbagai strategi belajar.

5. Pembelajaran kontruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan perubahan

gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi

kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

6. Pembelajaran kontruktivistik memberikan lingkungan belajar yang kondusif

yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan

menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

Adapun beberapa yang menjadi kekurangan teori kontrutivistik yaitu sebagai

berikut:

1. Siswa membangun pengetahuan mereka sendiri, tidak jarang bahwa

konstruksi siswa tidak cocok dengan pembangunan ilmuwan yang

menyebabkan kesalahpahaman.

2. Kontruktivistik pengetahuan kita menanamkan bahwa siswa membangun

sendiri, hal ini pasti memakan waktu yang lama dan setiap siswa

memerlukan penanganan yang berbeda.

3. Situasi dan kondisi masing-masing sekolah tidak sama, karena tidak semua

sekolah memiliki infrastruktur yang dapat membantu keaktifan dan

kreativitas siswa.13

13
Hasrida Jabir, dkk., “Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Tentang Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN Keurea
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali”, Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol. 3, No. 1, h.180-
181.
14

Kekurangan tersebut di atas tidak menjadi alasan tidak digunakannya teori

belajar tersebut. Kekurangan bisa ditutupi oleh kelebihan yang banyak dan juga

penting untuk siswa.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kontruktivistik berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktif berarti

bersifat membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme dalam

kamus Bahasa Inonesia berarti paham atau aliran. Kontruktivistik merupakan

aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita


merupakan hasil konstruksi kita sendiri.

2. Pendekatan kontruktivistik menghendakai siswa harus membangun

pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini

dengan cara mengajar yang membuat informasi lebih bermakna dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

sendiri ide-ide mereka. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat

membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun

harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut. Oleh

karena itu agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa dan pendidik maka

pendekatan kontruktivistik merupakan solusi yang baik untuk dapat

diterapkan.

3. Kelebihan Pembelajaran berdasarkan kontruktivistik memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit

dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan

temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang

gagasannya. Sedangkan kekurangan kontruktivistik pengetahuan kita

15
16

menanamkan bahwa siswa membangun sendiri, hal ini pasti memakan waktu

yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda.


B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentu masih banyak kekurangan, maka dari itu

jika ada kesalahan kata atau kalimat yang kurang tepat serta sistematika penulisan

yang kurang baik, kritik akdan saran kami perlukan agar penulisan atau penyusunan

makalah selanjutnya akan lebih baik lagi.


17

DAFTAR PUSTAKA

Eva Dwi Minarti & Puji Nurfauziah “Pendekatan Konsturktivisme dengan Model
Pembelajaran Generatif Guna Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan
Koneksi Matematis Serta Self Efficacy Mahasiswa Calon Guru di Kota
Cimahi”, Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol. 3, No. 2, November
2016.
Evi Sarpika, dkk., Pengaruh Pembelajaran Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Menulis Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri
Mangasa I kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, Vol. 2, No.1 2017.
Febriani. Meli, “Ips dalam Pendekatan Konstruktivisme (Studi Kasus Budaya Melayu
Jambi)”, Aksara, Vol. 07, No. 01, Januari 2021.
Hasrida Jabir, dkk., “Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Tentang Sumber Daya Alam di
Kelas IV SDN Keurea Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali”, Jurnal
Kreatif Tadulako Online, Vol. 3, No. 1.
Ike Sylvia & Des Maria, “Implementasi PDS dalam Upaya Meningkatkan Minat
Belajar Peserta Didikmenggunakan Model Discovery Learningkelas XI IPS 4
SMA Pembangunan Labor UNP Padang, (Prosiding Seminar Nasional Hibah
Program Penugasan Dosen ke Sekolah (PDS) Universitas Negeri Padang) 20
November 2018.
Martini. Susi, “Landasan Filsafat Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Sains”.
Masyitah. Siti, “Teori Kontruktivisme Dalam Pembelajaran”, Jurnal Prodi PGMI al-
Misbah, Vol. 9, No.1, Juni 2023.
Mulyadi, “Teori Belajar Konstruktivisme dengan Model Pembelajaran (Inquiry)”, Al
Yasini, Vol.7, No.2, November 2022.
Nailil Hidayah. Nafis , “Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Proses
Pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta Tahun Pelajaran
2017/2018”, Habitus, Vol. 2, No. 1, Maret 2018.
Ndaru Kukuh Masgumelar & Pinton Setya Mustafa, “Teori Belajar Konstruktivisme
dan Implikasinya dalam Pendidikan dan Pembelajaran”, Ghaitsa, Vol. 2, No.
1, 20 21, h. 52.
Nurhidayati. Euis, “Pedagogik Konstruktivisme dalam Praksispendidikanindonesia”,
Donesian Journal Of Educational Counseling, Vol. 1, No.1, Januari 2017
Nurvia Urfany, dkk., “Teori Konstruktivistivisme dalam Pembelajaran”, Pandawa,
Vol. 2, No. 1, Januari 2020.
Sugrah. Nurfatimah, “Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam
Pembelajaran Sains”, Humanika, Vol. 19. No. 2, September 2019.

Anda mungkin juga menyukai