Anda di halaman 1dari 13

TEORI BELAJAR MENURUT

KONSTRUKTIVISME DAN LANDASAN


FILOSOFINYA
TUGAS KELOMPOK

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

“TEORI BELAJAR MENURUT KONSTRUKTIVISME DAN LANDASAN FILOSOFINYA”

Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas

mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang diampu oleh Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok III Fisika A

Nama NPM

1. Ade Ariza 10330597

2. Fitri Rohmawati 10330609


3. Ratna Wulan Sari 10330622

4. Uchie Dwie Septiana 10330633

5. Wahyu Nur Bangsa 10330636

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2011

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah kelompok ini yang
berjudul “Teori Belajar Menurut Konstruktivisme dan Landasan Filosofisnya“ untuk memenuhi tugas
mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.

Makalah ini terwujud berkat rahmat dan karunia Allah SWT serta bantuan berbagai pihak. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya
makalah ini.

1. Kepada Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan kemudahan dalam penyusunan
makalah ini.
2. Kepada Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.
3. Kedua orang tua yang telah mendukung dan memberi semangat kepada kami untuk
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga dengan
segala kerendahan hati kami mengharapakan saran dan kritik yang bersifat membangun demi lebih
baiknya kinerja kami yang akan mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Wasalamu’alaikum wr.wb

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.............................................. 1

1.2 Rumusan Masalah....................................................... 1

1.3 Tujuan Makalah........................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Belajar menurut teori konstruktivisme....................... 3

2.2 Tokoh-tokoh dalam teori belajar

Konstruktivisme....................................................... 4
2.3 Prinsip-Prinsip belajar menurut

teori konstruktivisme............................................... 7

2.4 Kelemahan dan kelebihan dari

teori belajar konstruktivisme..................................... 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................. 10

3.2 Kritik dan Saran........................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA................................................................. 11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri,


bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu berkolaborasi dalam
memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri
manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.
Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna
oleh siswa kepada pengalamnnya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan
struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran
diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal
pada diri siswa.

Dalam konteks filsafat pendidikan Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)


pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Teori Konstruktivisme
adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari
kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga
bantuan fasilitasi orang lain.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah maka yang menjadi masalah dalam pembahsan makalah ini yaitu:

1. Belajar menurut teori konstruktivisme

2. Tokoh-tokoh dalam teori belajar konstruktivisme

3. Prinsip-Prinsip belajar menurut teori konstruktivisme

4. Kelemahan dan kelebihan dari teori belajar konstruktivisme

1.3 Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan pembahasan pada makalah ini adalah:

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan wawasan baik penulis maupun pembaca mengenai
salah satu teuri belajar yakni teori belajar konstruktivisme. Memahami serta mampu untuk menghayati
teori belajar konstruktivisme. Serta dapat mengetahui mengenai Belajar menurut teori konstruktivisme,
Tokoh-tokoh dalam teori belajar konstruktivisme, Prinsip belajar menurut teori konstruktivisme,
Kelemahan dan kelebihan dari teori belajar konstruktivisme.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Belajar Menurut Teori Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme ini pada dasarnya lahir dari kolaborasi dua pendekatan aliran
psikologi yaitu psikologi perkembangan yang dikembangkan oleh Piaget dan aliran psikologi sosial yang
dikembangkan oleh Vigosky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa perubahan kognitig ke arah
perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada
sebuah informasi baru yang diterima melalui proses ketidakseimbangan (disequilibriurn).

Konstruktivisme memandang belajar sebagai proses di mana pembelajar secara aktif


mengkonstruksi atau membangun gagasan-gagasan atau konsep-konsep baru didasarkan atas
pengetahuan yang telah dimiliki di masa lalu atau ada pada saat itu. Dengan kata lain, ”belajar
melibatkan konstruksi pengetahuan seseorang dari pengalamannya sendiri oleh dirinya sendiri”. Dengan
demikian,belajar menurut konstruktivis merupakan upaya keras yang sangat personal, sedangkan
internalisasi konsep, hukum, dan prinsip-prinsip umum sebagai konsekuensinya seharusnya diaplikasikan
dalam konteks dunia nyata. Guru bertindak sebagai fasilitator yang meyakinkan siswa untuk
menemukan sendiri prinsip-prinsip dan mengkonstruksi pengetahuan dengan memecahkan problem-
problem yang realstis.

Konstruktivisme (yang merupakan perkembangan kognitif) merupakan suatu aliran yang "yang
didasarkan pada gagasan bahwa proses dialektika atau interaksi dari perkembangan dan pembelajaran
melalui konstruksi aktif dari siswa sendiri yang difasilitasi dan dipromosikan oleh orang dewasa.

Teori belajar konstruktivistik pada intinya adalah bahwa pengetahuan yang didapat oleh siswa
tidak diberikan begitu saja secara mentah-mentah, tetapi siswa sendirilah yang membangun atau
mengonstruksi pengetahuan itu dari semua informasi yang masuk atau ada dilingkuangan belajarnya,
menjadi sebuah informasi yang tersusun dan utuh. Banyak peserta didik yang salah menangkap apa ang
diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan
melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik. Peran guru dalam pembelajaran bukan
pemindah pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator yang menyediakan stimulus baik berupa
strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik kesulitan belajarsehingga
pembelajran menjadi bermakna dan akhirnya peserta didik tersebut mampu mengonstruksi sendiri
pengetahuannya.

2.2 Tokoh-tokoh dalam Teori Belajar Konstruktivisme

1. Jean Piaget

Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget dikenal dengan nama konstruktivistik
kognitif (personal constructivism). Teorinya berisi konsep-konsep utama di bidang psikologi
perkembangan dan berkenaan dengan pertumbuhan intelegensi, yang untuk Piaget, berarti kemampuan
untuk secara lebih akurat merepresentasikan dunia, dan dan mengerjakan operasi-operasi logis dari
representasi-representasi konsep realitas dunia. Teori ini memiliki fokus perhatian pada bangkitnya dan
dimilikinya schemata—skema bagaimana seseorang mengenal dunia—dalam saat "tingkatan-tingkatan
perkembangan", ketika anak-anak menerima cara baru bagaimana secara mental merepresentasikan
informasi.

Teori ini dianggap "konstruktivis", yang berarti bahwa, tidak seperti teorinativis (yang
berpendapat bahwa perkembangan kognitif sebagai perkembangan dari pengetahuan dan kemampuan
bawaan) ataupun teori empiris (yang berpendapat bahwa perkembangan kognitif sebagai perolehan
gradual dari pengetahuan melalui pengalaman), teori ini berpendapat baha kita mengkonstruksi
kemampuan kognitif kita melalui kegiatan motivasi-diri dalam dunia nyata.

Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh
seseorang, melainkan melalui tindakan. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif
anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu
berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Pada teori ini konsekuensinya dalah siswa
harus memiliki ketrampilan unutk menyesuaikan diri atau adaptasi secara tepat.

ada empat konsep dasar yang diperkenalkan oleh Piaget, yaitu:

1. Schemata adalah kumpulan konsep atau kategori yang digunakan individu ketika beradaptasi dengan
lingkungan baru, konsep ini sendiri terbentuk dalam struktur pekiran (Intellectual Scheme) sehingga
dengan intelektualnya itu manusia dapat menata lingkungan barunya. jadi shemata adalah suatu
struktur kognitif yang slalu berkembang dan berubah, karena proses asimiliasi dan proses akomodasi
aktif serta dinamis.
2. Asimilasi adalah proses penyesuian informasi yang akan diterima sehingga menjadi sesuatu yang dikenal
oleh siswa, proses penyesuian yang dilakukan dalam asimilasi adalah mengolah informasi yanga kan
diterima, sehingga memilki kesamaan dengan apa yang sudah ada dalam skema.

3. Akomodasi adalah penempatan informasi yang sudah di ubah dalam schemata ynag sudah ada, untuk
penempatan tersebut scema perlu menyesuiakan diri.

4. Equilibrium (keseimbangan) adalah sebuah proses adaptasi oleh individu terhadap lingkungan individu,
agar berusaha untuk mencapai struktural mental atau svhemata yang stabil atau seimbang antara
asimilasi dan akomodasi.

2. Teori Vigosky

Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan pembelajaran. Siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap,
pemikiran, tata nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi. konsep penting dalam
teori Vygosky yaitu Zone Of Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding. Zone Of Proximal
Development adalah jarak antara perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial
dimana siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dibawah bimbingan orang dewasa.
Sedangkan Scaffolding merupakan pemberian kepada peserta didik selama tahap-tahap awal
pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan mmemberikan kesempatan untuk mengambil alih
tanggung jawb yang makin besar setelah dapat melakukannya sendiri.

Kostrukstivisme sosial Vygosky meyakini bahwa interaksi sosial, unsur budaya, dan aktivitas yang
membentuk pengembangan dan pembelajaran individu. Vygosky menekankan bahwa semua mental
tingkat tinggi seperti berpikir dan pemecahan masalah dimediasi dengan alat-alat psikologis seperti
bahasa, lambang dan simbol. Vigosky dalam penelitiannya membedakan dua macam konsep yaitu
konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan diperoleh dari pengetahuan sehari-hari, sedangkan
konsep ilmiah diperoleh dari pengetahuan dan pembelajaran yang diperoleh dari sekolah. konsep ini
saling berhungan antara satu dengan yang lain.

Menurut teori Vygosky untuk dapat menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk, maka
dirangkum dalam dua penjelasan yang bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran dari dunia luar
mengarahkan dan menentukan pengetahuan. Kedua, faktor eksternal dan internal mengarahkan
pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui interaksi faktor-faktor esternal (kognitif) dan internal
(lingkungan dan sosial).
Dalam teori Vygosky dalam belajar berarti terjadi proses perkembangan internal untuk membentuk
pengetahuan barunya denngan bantuan orang lain yang kompeten , dan hal itu terjadi ketika individu
berinteraksi dengan lingkungan dengan lingkungan sosialnya. jadi kesiapan individu untuk belajar sangat
bergantung pada stimulus lingkungan yang sesuai serta bentuk bimbingan dari orang lain yang
berkompeten secara tepat, sehingga pembelajran menjadi lebih bermakna dan terwujud perkembangan
petensinya secara tepat.

3. Teori Jhon Dewey dan Von Graselfeld

Selain Piaget dan Vygosky tokoh lain teori belajar kontruktivisme adalah Jhon Dewey dan Von
Graselfeld. Dalam hal ini seperti dikemukakan oleh Robert B. Innes (2004:1) bahwa “Constructivist views
of learning include a range of theories that share the general perspective that knowledge is constructed
by learners rather than transmitted to learners. Most of these theories trace their philosophical roots to
John Dewey”. Maksudnya adalah bahwa pandangan penganut konstruktivisme mengenai belajar
meliputi serangkaian teori yang membagi perespektif umum bahwa pengetahuan dikonstruksi oleh
pembelajar bukan ditransfer ke pembelajar. Kebanyakan dari teori seperti ini berakar dari filsafat Jhon
Dewey. Dewey menjelaskan bahwa manusia tidak selayaknya dibagi ke dalam dua bagian, satunya
emotional dan yang lainnya intelektual—yang satunya materi nyata, lainnya imajinatif.

3.3 Prinsip-prinsip dalam Teori Belajar Konstruktivisme

Berkaitan dengan teori konstruktivisme dalam, Vygotsky mengemukakan empat prinsip seperti yang
dikutip oleh (Slavin, 2000: 256) yaitu:

1. Pembelajaran Sosial (social leaning).

Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky


menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman myang
lebih cakap.

2. ZPD (Zone of Proximal Development)

Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD (zona
perkembangan maksimal). Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri,
tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau
temannya. Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau
soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak.
3. Masa Magang Kognitif (Cognitif Apprenticeship)

Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui
interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai.

4. Pembelajaran Termediasi (mediated learning)

Pada prinsip ini Vygostky menekankan pada scaffolding yaitu siswa diberi masalah yang kompleks,
sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa.

3.4 Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme

a. Kelebihan
Teori belajar konstuktivisme memilikin kelebihan atau keunggulan yakni:

 Dalam Aspek Berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk
menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat keputusan;

 Dalam aspek kefahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru,
mereka akan lebih faham dan mampu mengapliksikannya dalam semua situasi;

 Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan mengingat lebih
lama konsep. melalui pendekatan ini murid dapat meningkatkan kefahaman mereka;

 Dalam aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh apabila seorang murid berinteraksi
dengan teman, kelompok kerja maupun dengan guru dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan
maupun wawasan baru;.

b. Kelemahan
Teori belajar konstuktivisme memilikin kekurangan atau kelemahan yakni:

(1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok
dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi;
(2) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti
membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda;

(3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang
dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa;

(4) meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses belajar, tetapi guru disamping
memiliki kompetensi dibidang itu harus memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak
sehingga dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan;

(5) Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung;
siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya;.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Belajar menurut teori konstruktivisme adalah merupakan suatu upaya keras yang sangat personal,
sedangkan internalisasi konsep, hukum, dan prinsip-prinsip umum sebagai konsekuensinya seharusnya
diaplikasikan dalam konteks dunia nyata. Tokoh-tokoh dalam teori belajar konstruktivisme antara
lain Jean Piaget, Vygosky, Jhon Dewey dan Von Graselfeld.

Prinsip-Prinsip belajar menurut teori konstruktivisme Pembelajaran Sosial (social leaning), ZPD (Zone of
Proximal Development), Masa Magang Kognitif (Cognitif Apprenticeship), Pembelajaran Termediasi
(mediated learning). Seperti halnya teori lainnya teori belajar konstruktivisme juga terdapat beberapa
kelebihan maupun kelemahan.

3.2 Kritik dan Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, menurut kelompok kami dalam penerapan pada proses
belajar, teori ini harus di eksplorasi lebih mendalam serta di kombinasikan dengan teori teori belajar
yang lain agar dalam penerapanya mampu lebih baik dan melengkapi teori teori tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus.2009.(on-line).MODEL BELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK.


http://209.85.175.104/search?q=cache:7gu3mjv7a8J:www.gerejatoraja.com/downloads/MODEL_BELAJ
ARAN_KONSTRUKTIVISTIK.doc+Vygotsky&hl=id&ct=clnk&cd=5&gl=id. Diakses pada tanggal 27
Oktober 2011 pukul 20.50 WIB

IFZA.2010.(on-line). Teori belajar konstruktivistik.ifzanul.blogspot.com /2010/05/teori-belajar-


konstruktivistik.html . Diakses pada tanggal 27 Oktober 2011 pukul 20.00 WIB

Karwono, Mularsih. 2010. Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar. Jakarta: Cerdas Jaya.

Walker.2009.(on-line). CONSTRUCTIVISTTHEORY .http://web.syr.edu/


~walker/constructivisttheory.html . Diakses pada tanggal 27 Oktober 2011 pukul 20.26 WIB

Anda mungkin juga menyukai