PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya Kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul Teori-Teori Belajar Konstruktivis .
Adapun penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami menghanturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam
makalah ini. Kami pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada kami agar dikemudian hari kami bisa membuat
makalah yang lebih baik lagi.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstruktivis
1
Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm.34
2
suatu proses pengaturan dalam diri seseorang yang berjuang dengan konflik
antara model pribadi yang telah ada dan hasil pemahaman yang baru tentang
dunia ini sebagai hasil konstruksinya, manusia adalah makhluk yang membuat
makna melalui aktivitas sosial, dialog, dan debat).
Menurut Eggen dan Kauchak (1997), ada empat ciri teori konstruktivis,
yaitu :
3
4. Belajar yang bermakna (meaningful learning) timbul dalam tugas-tugas
belajar yang autentik.2
2
Prof. Dr.Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si., Psikologi Pendidikan, (Depok : PT RajaGrafindo Persada,
2019), hlm. 80-81
3
Dr.Halim Purnomo, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : LP3M UMY, 2019), hlm. 60-61
4
1. Teori Individual Cognitive Constructivist
Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget (1977). Teori ini berfokus
pada konstruksi internal individu terhadap pengetahuan (Fowler,
Moshman, dalam Eggen & Kauchak, 1997). Pengetahuan tidak berasal
dari lingkungan sosial, akan tetapi interaksi sosial penting sebagai stimulus
terjadinya konflik kognitif internal pada individu (Eggen & Kauchak,
1997). Cognitive Constructivist menekankan pada aktivitas belajar yang
ditentukan oleh pembelajar dan berorientasi penemuan sendiri. Misalnya,
guru matematika yang menggunakan perspektif ini akan berpandangan
bahwa anak akan belajar fakta matematika lebih efektif jika mereka
menemukan fakta tersebut sendiri atas dasar apa yang telah mereka
ketahui, dibandingkan jika fakta tersebut disajikan oleh guru. Dengan
demikian, belajar merupakan proses reorganisasi kognitif secara aktif
(Duffy dan Cunningham, 1996).
5
1) Tahap sensori motoris (0-2 tahun), dimana anak belum
mempunyai konsepsi tentang objek secara tetap. Ia hanya dapat
mengetahui hal-hal yang ditangkap melalui indranya ;
2) Tahap preoperasional (2-7 tahun), dimana anak mulai timbul
perkembangan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal
yang dapat dijumpai ;
3) Tahap operasional konkret (7-11 tahun), di mana anak telah
dapat berpikir konkret ;
4) Tahap operasional formal (11-15 tahun), dimana anak telah
mempunyai pemikiran abstrak pada bentuk-bentuk yang
kompleks.
4
Prof. Dr.Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si., Psikologi Pendidikan, (Depok : PT RajaGrafindo
Persada, 2019), hlm. 81-83
6
2. Teori Sociocultural Constructivist
7
yang berkemampuan lebih. Selain memilih tugas, guru harus menentukan
bagaimana menyajikannya pada siswa. Tujuannya adalah pemahaman
Bersama. Pemahaman Bersama timbul bila guru dan siswa mempunyai
pemahaman umum tentang tugas.
5
Prof. Dr.Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si., Psikologi Pendidikan, (Depok : PT RajaGrafindo Persada,
2019), hlm. 83-86
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
memohon saran kepada seluruh pembaca khususnya kepada dosen pengampu
agar kami untuk kedepannya mampu menyusun dan menyadari dalam
penyusunan makalah yang lebih baik.
9
DAFTAR PUSTAKA
10