Di Susun Oleh :
Fajar Nurrahman. : 1811010151
Idella Saputri. : 1811010212
Jessica Nur Annisa. : 1811010209
Lailatul Mukaromah : 1811010211
Lia April Listia : 1811010180
M.Abu Rizal. : 1811010055
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori Kontruksvisme…………………………… ……………….. 2
2.2 Teori Humanisme…………………………………. …………….. 5
2.3 Teori Sibernetik………………………………….. 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan
bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan
kecakapan atau pengetahuan ,sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang
berupa karya dan karsa manusia tersebut untuk menjadi yang lebih baik ke depan. Belajar
berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individuagar kehidupannya bisa
lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan
interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori kontruktivisme dan apasaja kelebihan dan
kekurangan dari teori kosntruktivisme serta implementasinya?
2. Apa yang dimaksud dengan teori humanisme dan apasaja kelebihan dan kekurangan
dari teori humanism serta implementasinya?
3. Apa yang dimaksud dengan teori sibernetik dan apasaja kelebihan dan kekurangan
dari teori sibernetik serta implementasinya?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian dari teori Kontruksvisme ,humanistik dan
sibernetik. Dapat memahami apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing
teori belajar. Dan dapat mengetahui implementasi pada setiap teori belajar
4
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Teori Konstruktivisme Sosial
Konstruktivisme sosial dikembangkan oleh Lev Semenovich Vygotsky yang
menyatakan bahwa pembentukan pengetahuan dan perkembangan kognitif
berbentuk melalui internalisasi/ penguasaan proses sosial. Teori ini merupakan
teori Sosiogenesis, yang membahasa tentang faktor primer (kesadaran sosial), dan
faktor sekunder (individu), serta pertumbuhan kemampuan. Teori ini melandasi
munculnya pembelajaran kolaboratif/kooperatif, pembelajaran berbasis masalah
(PBL), dan pembelajaran kontekstual. Konstruktivisme merupakan landasan
berfikir (filosofis) pembelajaran konstektual, yaitu pengetahuan yang dibangun
oleh manusia secara dikit demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas. 1
Berdasarkan pendapatnya di atas, maka dapat di pahami bahwa
konsturktivisme merupakan bagaimana mengaktifkan siswa dengan cara
memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memahami apa yang mereka telah
pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep yang di ketahuinya kemudian
mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya.2
Menurut konstruktivisme belajar adalah : 1) proses aktif dan konstruktif yang
terjadi di lingkungan luar kelas, 2) mengubah informasi menjadi proses mental, 3)
membangun pengetahuan dan pengertian dari pengalaman pribadi, 4) mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengalaman lama (asimilasi), 5) membangun
pengetahuan baru dari fenomena lama (akomodasi), 6) proses kognitif untuk
memecahkan masalah dunia nyata, menggunakan alat yang tersedia dalam situasi
pemecahan masalah, 7) bersifat situasional, interaktif, 8) bekerja dengan teman
dalam konstruksi sosial yang berarti bagi dirinya, 9) proses pribadi terus menerus
memonitor kemajuan belajar. .
.Menurut teori ini, pengetahuan ada dalam pikiran manusia merupakan
interpretasi manusia terhadap pengalamannya tentang dunia, bersifat perspektif,
konvensional, tentatif, dan Evaluisioner. Prinsip teori ini adalah :
1) Pembelajaran sosial : peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
1
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran. (Jakarta: PT. Bumi Aksara). Hal. 19
2
Suparlan, Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Islamika : Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan,
Volume 1, Nomor 2, Juli 2019. Hal. 83
5
2) Zona perkembangan terdekat : peserta didik lebih mudah belajar konsep jika
konsep itu berada pada zona perkembangan terdekat mereka.
3) Pemagangan kognitif : peserta didik secara bertahap memperoleh keahlian
melalui interaksi nya dengan orang lain yang telah menguasai bidangnya.
4) Scaffolding : peserta didik diberikan tugas-tugas kompleks, sulit dan realitis
untuk kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-
tugas tersebut.
6
Pembelajaran konstruktivisme mempunyai beberapa strategi penerapan
yaitu, pertama top-down processing. Dalam pembelajaran kontruktivisme, peserta
didik belajar mulai dari masalah yang utuh kemudian harus dipecahkan sehingga
mampu menghasilkan atau menemukan keterampilan yang dibutuhkan.
Contohnya, peserta didik dianjurkan untuk membaca, kemudian ia akan belajar
untuk mengeja kalimat yang akan dibaca tersebut. Kedua, cooperative learning.
Strategi yang diterapkan dalam proses belajar, yang mana peserta didik akan
menyelesaikan pemecahan masalah setelah ia berdiskusi dengan teman atau
kelompok. Strategi ini lebih menekankan lingkungan belajar dan dari lingkungan
itulah peserta didik mampu mengeksplorasi, mengutarkan serta menantang
pengetahuan yang telah ia miliki di depan kelompok belajar yang telah ditentukan
oleh Guru. Ketiga, generative learning. Strategi ini membantu peserta didik untuk
mengintegrasikan materi dan pengetahuan baru secara aktif dalam proses
pembelajaran. Dengan teori ini mampu mengajarkan peserta dalam membuat
pertanyaan serta kesimpulan dengan baik. 4.
B. Teori Humanisme
Humanisme adalah aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an
sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Artur Combs berpendapat
bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa peserta didik
mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya. Menurut Combs, yang penting adalah bagaimana membawa peserta
didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
mengubungkannya dengan kehidupannya.
4
Aida arini dan Halida Umami, Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Pembelajaran
Konstruktivistik Dan Sosiokultural. Indonesian Journal of Islamic Education Studies (IJIES), Volume 2, Nomor 1,
Juni 2019. Hal. 108
7
5. Menusia bersifat intensional. Mereka mencari makna, nilai, dan kreativitas
Teori belajar Humanistik menganggap bahwa keberhasilan belajar terjadi jika peserta
didik memahami lingkungannya dan dirinya terjadi jika peserta didik memahami
lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar inni berusaha memahami prilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
5
Ridwan Abdul Sani, Inovasi Pembelajara, (Jakarta,PT Bumi Aksara:2015) hlm. 24-15
8
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
Dari bukunya Freedom To Learn, terdapat prinsip - prinsip humanistik yang penting,
yaitu :
9
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
10
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa, membrikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Siswa berperan
sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya
sendiri. Ketika siswa memahami potensi diri, diharapkan siswa dapat
mengembangkan potensi dirinya secara positif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Proses
belajar yang umumnya dilalui ialah:
11
1. Guru sebagai fasilitator
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses
belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.
Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi
mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar,
7
https://nanopdf.com/download/kelompok-5teori-belajar-humanistik_pdf
12
dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses
belajar yang berbeda.
a. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan
informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan waktu tertentu.
c. Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas (Budiningsih, 2005:
82)8
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari
luar. Didalam SR informasi ditangkap dalam bentuk asli, informasi hanya dapat
8
Baharuddin (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Ar Ruzz Media.
13
bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu
atau berganti.
2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
Long Term Memory (LTM) diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah
dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali
informasi disimpan dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Persoalan “lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Ini berarti, jika informasi ditata
dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan
kembali informasi jika diperlukan. Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa
informasi disimpan didalam LTM dalam dalam bentuk prototipe, yaitu suatu
struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai
kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan baru. Dengan ungkapan lain,
Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses penyimpanan informasi
merupakan proses mengasimilasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang
dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan (Budiningsih,
2005: 84).9
9
Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran .Jakarta : Erlangga.
14
Pada teori ini, komponen pemrosesan informasi dibagi menjadi tiga berdasarkan
perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya. Ketiga
komponen itu adalah:
1) Memiliki kapasitas yang terbatas, kurang dari 7 slot. Informasi yang didapat
hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa adanya upaya
pengulangan (rehearsal).
2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya baik
dalam bentuk verbal, visua, ataupun semantic, yang dipengaruhi oleh peran proses
kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.
LTM diasumsikan :
3) Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau
hilang. Persoalan “lupa” hanya disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali informasi yang diperlukan.
15
bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian
diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang
terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1)
motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan
kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.
Dalam teori ini Landa membedakan ada dua macam proses berpikir, yaitu:
Yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus,
menuju ke satu target tujuan tertentu.
Yaitu cara berpikir devergen yang menuju ke beberapa target tujuan sekaligus.
Menurut Landa proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran
yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui cirri-
cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang
teratur, sedangkan materi pelajaran lainnya akanlebih tepat bila disajikan dalam
bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan
berpikir.
Menurut Pask dan Scott ada dua macam cara berpikir, yaitu:
16
Cara berpikir ini hampir sama dengan cara berpikir algoritmik. Yaitu berpikir
menggunakan cara setahap demi setahap atau linier.
a. Kapabilitas belajar
b. Peristiwa pembelajaran
c. Pengorganisasian atau urutan pembelajaran
Tahap sebernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena lebih
menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sementara itu bagaimana
proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem
informasi yang dipelajari. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah
informasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan itu, maka diasumsikan bahwa
manusia merupakan makhluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan
mengorganisasikan informasi.10
BAB 3 PENUTUP
A. kesimpulan
10
Sani, Ridwan Abdullah. (2013). Inovasi Pembelajaran .Jakarta : Bumi Aksara
17
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dimana
siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh
struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan
mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus
terhadap suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka. Sedangkan Teori
belajar Humanistik menganggap bahwa keberhasilan belajar terjadi jika peserta didik
memahami lingkungannya dan dirinya terjadi jika peserta didik memahami
lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar inni berusaha memahami prilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Hakekat
manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk
membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara
memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami
stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, kami menyadari dalam penulisan
makalah ini banyak sekali kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami
semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan
pemakalah khususnya.
18
.
DAFTAR PUSTAKA
Aida arini dan Halida Umami, Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Melalui Pembelajaran Konstruktivistik Dan Sosiokultural. Indonesian Journal of Islamic
Education
19