Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 2

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME, HUMANISME, DAN SIBERNETIK


Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Era Octafiona, M.Pd.

Di Susun Oleh :
Fajar Nurrahman. : 1811010151
Idella Saputri. : 1811010212
Jessica Nur Annisa. : 1811010209
Lailatul Mukaromah : 1811010211
Lia April Listia : 1811010180
M.Abu Rizal. : 1811010055

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/J/SEMESTER 6

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan rahmat


hidayahnya dalam keadaan sehat walafiat baik secara jasmani maupun rohani,
sehingga kami kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah
“Inovasi Pembelajaran” dengan judul ” Teori Belajar” insyaallah telah
diselesaikan dengan baik.

Kemudian Shalawat berserta salam senantiasa tetep tercurahkan kepada


junjungan kita nabi besar kita nabi Muhammad SAW yang telah yang kita nanti
nanti kan syafaatnya hingga akhir zaman nanti atas tersusunnya makalih ini
kami ucapkan terimakasih kepada selaku dosen kami Era Octafiona M.Pd.

Kami menyadari bahwa dalam penyusuna makalah ini masih banyak


kekurangan. Oleh karna itu, kami harap kritik dan saran yang membangun agar
sekiranya penyusunan makalah ini kurang baik akan bisa menjadi lebih baik
lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca, memahami dan
mengamalkan.

Bandar Lampung, Maret 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori Kontruksvisme…………………………… ……………….. 2
2.2 Teori Humanisme…………………………………. …………….. 5
2.3 Teori Sibernetik………………………………….. 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 17
3.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan
bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan
kecakapan  atau pengetahuan ,sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang
berupa karya dan karsa manusia tersebut untuk menjadi yang lebih baik ke depan. Belajar
berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individuagar kehidupannya bisa
lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan
interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori kontruktivisme dan apasaja kelebihan dan
kekurangan dari teori kosntruktivisme serta implementasinya?
2. Apa yang dimaksud dengan teori humanisme dan apasaja kelebihan dan kekurangan
dari teori humanism serta implementasinya?
3. Apa yang dimaksud dengan teori sibernetik dan apasaja kelebihan dan kekurangan
dari teori sibernetik serta implementasinya?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian dari teori Kontruksvisme ,humanistik dan
sibernetik. Dapat memahami apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing
teori belajar. Dan dapat mengetahui implementasi pada setiap teori belajar

4
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Teori Konstruktivisme Sosial
Konstruktivisme sosial dikembangkan oleh Lev Semenovich Vygotsky yang
menyatakan bahwa pembentukan pengetahuan dan perkembangan kognitif
berbentuk melalui internalisasi/ penguasaan proses sosial. Teori ini merupakan
teori Sosiogenesis, yang membahasa tentang faktor primer (kesadaran sosial), dan
faktor sekunder (individu), serta pertumbuhan kemampuan. Teori ini melandasi
munculnya pembelajaran kolaboratif/kooperatif, pembelajaran berbasis masalah
(PBL), dan pembelajaran kontekstual. Konstruktivisme merupakan landasan
berfikir (filosofis) pembelajaran konstektual, yaitu pengetahuan yang dibangun
oleh manusia secara dikit demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas. 1
Berdasarkan pendapatnya di atas, maka dapat di pahami bahwa
konsturktivisme merupakan bagaimana mengaktifkan siswa dengan cara
memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memahami apa yang mereka telah
pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep yang di ketahuinya kemudian
mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya.2
Menurut konstruktivisme belajar adalah : 1) proses aktif dan konstruktif yang
terjadi di lingkungan luar kelas, 2) mengubah informasi menjadi proses mental, 3)
membangun pengetahuan dan pengertian dari pengalaman pribadi, 4) mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengalaman lama (asimilasi), 5) membangun
pengetahuan baru dari fenomena lama (akomodasi), 6) proses kognitif untuk
memecahkan masalah dunia nyata, menggunakan alat yang tersedia dalam situasi
pemecahan masalah, 7) bersifat situasional, interaktif, 8) bekerja dengan teman
dalam konstruksi sosial yang berarti bagi dirinya, 9) proses pribadi terus menerus
memonitor kemajuan belajar. .
.Menurut teori ini, pengetahuan ada dalam pikiran manusia merupakan
interpretasi manusia terhadap pengalamannya tentang dunia, bersifat perspektif,
konvensional, tentatif, dan Evaluisioner. Prinsip teori ini adalah :
1) Pembelajaran sosial : peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.

1
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran. (Jakarta: PT. Bumi Aksara). Hal. 19
2
Suparlan, Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Islamika : Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan,
Volume 1, Nomor 2, Juli 2019. Hal. 83

5
2) Zona perkembangan terdekat : peserta didik lebih mudah belajar konsep jika
konsep itu berada pada zona perkembangan terdekat mereka.
3) Pemagangan kognitif : peserta didik secara bertahap memperoleh keahlian
melalui interaksi nya dengan orang lain yang telah menguasai bidangnya.
4) Scaffolding : peserta didik diberikan tugas-tugas kompleks, sulit dan realitis
untuk kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-
tugas tersebut.

Penilaian hasil belajar ditekankan pada kinerja dan pemahaman peserta


didik. Implikasi teori konstruktivisme sosial dalam pembelajaran memperhatikan
hal-hal berikut :
1) Dasar pembelajaran adalah bahwa dalam diri siswa sudah ada pengetahuan,
pemahaman, kecakapan, pengalaman tertentu.
2) Peserta didik belajar dengan mengonstruksi (menambah, merivisi dan
memodifikasi), pengetahuan, pemahaman, kecakapan, pengalaman lama
menjadi pengetahuan, pemahaman, kecakapan dan pengalaman yang baru.
3) Guru berperan memfasilitasi terjadinya proses kontruksi pengetahuan.

Ciri tahapan pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut :


1) Orientasi : mengembangkan motivasi dan mengadakan observasi.
2) Elisitasi : mengungkapkan ide secara jelas serta mewujudkan hasil observasi.
3) Restrukturisasi ide : klarifikasi ide, membangun ide baru, dan mengevaluasi
ide baru.
4) Penggunaan ide dalam banyak situasi.
5) Review atau kaji ulang : merevisi dan mengubah ide.

Berikut beberapa kelebihan pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut :


1) Peserta didik terlibat secara langsung dalam membangun pengetahuan baru,
mereka akan lebih paham dan dapat mengaplikasikannya.
2) Peserta didik aktif berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan
membuat keputusan.
3) Selain itu, murid terlibat secara langsung dan aktif belajar sehingga dapat
mengingat konsep secara lebih lama. 3
3
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran. (Jakarta: PT. Bumi Aksara). Hal. 20-23

6
Pembelajaran konstruktivisme mempunyai beberapa strategi penerapan
yaitu, pertama top-down processing. Dalam pembelajaran kontruktivisme, peserta
didik belajar mulai dari masalah yang utuh kemudian harus dipecahkan sehingga
mampu menghasilkan atau menemukan keterampilan yang dibutuhkan.
Contohnya, peserta didik dianjurkan untuk membaca, kemudian ia akan belajar
untuk mengeja kalimat yang akan dibaca tersebut. Kedua, cooperative learning.
Strategi yang diterapkan dalam proses belajar, yang mana peserta didik akan
menyelesaikan pemecahan masalah setelah ia berdiskusi dengan teman atau
kelompok. Strategi ini lebih menekankan lingkungan belajar dan dari lingkungan
itulah peserta didik mampu mengeksplorasi, mengutarkan serta menantang
pengetahuan yang telah ia miliki di depan kelompok belajar yang telah ditentukan
oleh Guru. Ketiga, generative learning. Strategi ini membantu peserta didik untuk
mengintegrasikan materi dan pengetahuan baru secara aktif dalam proses
pembelajaran. Dengan teori ini mampu mengajarkan peserta dalam membuat
pertanyaan serta kesimpulan dengan baik. 4.

B. Teori Humanisme
Humanisme adalah aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an
sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Artur Combs berpendapat
bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa peserta didik
mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya. Menurut Combs, yang penting adalah bagaimana membawa peserta
didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
mengubungkannya dengan kehidupannya.

James Bugental mengemukakan lima postulat psikologi humanistik yaitu:

1. Manusia tidak bisa beredukasi menjadi komponen-kompenen


2. Manusia mempunyai kontek yang unik dalam dirinya
3. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain
4. Manusia mempunyai pilihan-piihan dan tangug jawab

4
Aida arini dan Halida Umami, Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Pembelajaran
Konstruktivistik Dan Sosiokultural. Indonesian Journal of Islamic Education Studies (IJIES), Volume 2, Nomor 1,
Juni 2019. Hal. 108

7
5. Menusia bersifat intensional. Mereka mencari makna, nilai, dan kreativitas

Teori belajar Humanistik menganggap bahwa keberhasilan belajar terjadi jika peserta
didik memahami lingkungannya dan dirinya terjadi jika peserta didik memahami
lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar inni berusaha memahami prilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Prinsip belajar humanistik adalah sebagai berikut :

1. Manusia mempunyai cara belajar alami


2. Belajar terjadi secara signifikan jika pelajaran dirasakan mempunyai relevensi
dengan maksud tertentu
3. Belajar menyangkut perubahan dalam peresepsi mengenai diri peserta didik
4. Belajar yang bermakna diperoleh jika peserta didik melakukannya
5. Belajar akan berjalan jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar.
Belajar yang melibatkan peserta didik dapat memberi hasil yang mendalam
6. Kepercayaan pada diri peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk
mawas diri
7. Belajar soal adaah belajar mengenai proses belajar.5

Carl Rogers adalah salah satu tokoh psikologi humanistik. Dalam


teori belajar, Roger kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar,
tetapi lebih menekankan pada bagaimana peserta didik menghadapi masalah. Carl
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

1. Kognitif (kebermaknaan)
2. Experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti


memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning
menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar
experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif,
evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.

5
Ridwan Abdul Sani, Inovasi Pembelajara, (Jakarta,PT Bumi Aksara:2015) hlm. 24-15

8
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang


proses.6

Dari bukunya Freedom To Learn, terdapat prinsip - prinsip humanistik yang penting,
yaitu :

1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.


2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi (kegunaan/manfaat)
3. Belajar yang menyangkut perubhan didalam persepsi mengenai dirinya sendiri
dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh
dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengn melakukannya (praktik).
7. Kepercayaan terhadap diri sendiri , kemerdekan , dan kreativitas lebih mudah
dicapai terutama jika sisa dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya
dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
8. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam duni modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar , suatu keterbukaan yang terus-menerus
terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses
perubahan itu.
6
https://dwiekasite.wordpress.com/2016/06/24/makalah-tentang-teori-belajar-humanistik/

9
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

a. Merespons perasaan siswa


b. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah di
rancang
c. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
d. Menghargai siswa
e. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
f. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa
g. Tersenyum pada siswa

Kekurangan dan Kelebihan Teori Humanistik

1. Kelebihan Teori Humanistik :


a. Teori ini cocok utuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.
b. Indikator keberhasilan apikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah
,berinisiatif dalam belajar, dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku, serta
sikap atas kemauan sendiri.
c. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas , tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan ,norma, disiplin atau
etika yang berlaku.

2. Kekurangan Teori Humanistik :


a. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam
proses belajar.

Aplikasi Teori Humanistik dalam Pembelajaran

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
10
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa, membrikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Siswa berperan
sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya
sendiri. Ketika siswa memahami potensi diri, diharapkan siswa dapat
mengembangkan potensi dirinya secara positif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Proses
belajar yang umumnya dilalui ialah:

1. Merumuskan tuuan belajar yang jelas


2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas,jujur, dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar
atas inisiatif sendiri.
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri.
5. Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih keputusan,
melakukan yang diinginkan, dan menanggung resiko.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusha memahami jalan pikiran siswa,
tidak menilai secara normatif, tetapi mendorong siswa untuk bertanggung
jawab terhadap segala resiko.
7. Memberikan kesempatan maju untuk murid sesuai keceptannya.
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

Pembelajaran humanistik ini sangat cocok untuk diterapkan pada materi-


materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator keberhasilan aplikasi ini
adalah siswa merasa senang bergairan, berinisiatif dalam belajar , dan terjadi
perubahan pola pikir, perilaku, serta sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan
manusia yang bebas, berani ,tidak terikat oleh pendapat orang lain, dan mengatur
pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain,
tanpa melanggar norma,aturan dan etika.

Implikasi Teori Belajar Humanistik

11
1. Guru sebagai fasilitator

Yang dimaksud sebagai fasilitator ialah :

- Fasilitator sebaiknya memberikan perhatian kepada penciptaan suasana


awal,situasi kelompok,atau pengalaman kelas.
- Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan didalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat
umum.
2. Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya.
3. Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan bermanfaat bagi parasiswa dalam mencapai tujuan mereka.
4. Guru menempatkan dirinya sebagai suatu yang fleksible untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
5. Menanggapi dengan baik sistem pembelajaran dengan diskusi kelompok
6. Didalam berperan sebagai fasilitator harus mengenali dan menerima
keterbatasan-keterbatasan dirinya.7

C. TEORI BELAJAR SIBERNETIK


Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru
dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini
berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut
teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar
daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik,
namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan
dipelajari siswa .

Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses
belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.
Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi
mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar,

7
https://nanopdf.com/download/kelompok-5teori-belajar-humanistik_pdf

12
dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses
belajar yang berbeda.

Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah


usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif
dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran
untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi. Proses
pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan dalam belajar yang
mengutamakan berfungsinya memory. Model proses pengolahan informasi
memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau
mendapatkan informasi, mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi,
kemudian menyimpannya dan menampilkan kembali informasi pada saat
dibutuhkan.

Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran)


diterima, disandi, disimpan, dan dimunculkan kembali dari ingatan serta
dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan model
pemrosesan informasi oleh Snowman (1986); Baine (1986); dan Tennyson (1989).
Teori-teori tersebut umumnya berpijak pada asumsi:

a.       Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan
informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan waktu tertentu.

b.      Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan


bentuk ataupun isinya.

c.       Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas (Budiningsih, 2005:
82)8

Berdasarkan ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen


struktural dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol) antara lain:

a)      Sensory Receptor (SR)

Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari
luar. Didalam SR informasi ditangkap dalam bentuk asli, informasi hanya dapat

8
Baharuddin (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Ar Ruzz Media.

13
bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu
atau berganti.

b)      Working Memory (WM)

Working Memory(WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang


diberikan perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi
oleh peran persepsi. Karakter WM adalah bahwa:

1) Ia memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi didalamnya


hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa pengulangan.

2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.

c)      Long Term Memory (LTM)

Long Term Memory (LTM) diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah
dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali
informasi disimpan dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Persoalan “lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Ini berarti, jika informasi ditata
dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan
kembali informasi jika diperlukan. Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa
informasi disimpan didalam LTM dalam dalam bentuk prototipe, yaitu suatu
struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai
kerangka untuk mengkaitkan  pengetahuan baru. Dengan ungkapan lain,
Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses penyimpanan informasi
merupakan proses mengasimilasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang
dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan (Budiningsih,
2005: 84).9

Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan


oleh beberapa tokoh dengan beberapa teori, diantaranya:

1. Teori pemrosesan informasi

9
Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran .Jakarta : Erlangga.

14
Pada teori ini, komponen pemrosesan informasi dibagi menjadi tiga berdasarkan
perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya. Ketiga
komponen itu adalah:

a. Sensory Receptor (SR)

SR merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.

b. Working Memory (WM)

WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh


individu. Karakteristik WM adalah :

1) Memiliki kapasitas yang terbatas, kurang dari 7 slot. Informasi yang didapat
hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa adanya upaya
pengulangan (rehearsal).

2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya baik
dalam bentuk verbal, visua, ataupun semantic, yang dipengaruhi oleh peran proses
kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.

c. Long Term Memory (LTM)

LTM diasumsikan :

1) Berisi semua pengetahuan yang telah dimilki oleh individu

2) Mempunyai kapasitas tidak terbatas

3) Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau
hilang. Persoalan “lupa” hanya disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali informasi yang diperlukan.

Asumsi yang mendasari teori pemrosesan informasi ini adalah bahwa


pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne

15
bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian
diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang
terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1)
motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan
kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.

2. Teori belajar menurut Landa

Dalam teori ini Landa membedakan ada dua macam proses berpikir, yaitu:

a. Proses berpikir algoritmik

Yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus,
menuju ke satu target tujuan tertentu.

b. Proses berpikir heuristik

Yaitu cara berpikir devergen yang menuju ke beberapa target tujuan sekaligus.
Menurut Landa proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran
yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui cirri-
cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang
teratur, sedangkan materi pelajaran lainnya akanlebih tepat bila disajikan dalam
bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan
berpikir.

3. Teori belajar menurut Pask dan Scott

Menurut Pask dan Scott ada dua macam cara berpikir, yaitu:

a. Cara berpikir serialis

16
Cara berpikir ini hampir sama dengan cara berpikir algoritmik. Yaitu berpikir
menggunakan cara setahap demi setahap atau linier.

b. Cara berpikir menyeluruh atau wholist

Cara berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap


sebuah sistem informasi atau mempelajari sesuatu dari yang paling umum menuju
ke hal yang lebih khusus.

Teori belajar pengolahan informasi termasuk teori kognitif yang mengemukakan


bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan
merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun
memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk
mengurangi muatan memori kerja tersebut dapat diatur sesuai dengan:

a. Kapabilitas belajar

b. Peristiwa pembelajaran
c. Pengorganisasian atau urutan pembelajaran

Tahap sebernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena lebih
menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sementara itu bagaimana
proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem
informasi yang dipelajari. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah
informasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan itu, maka diasumsikan bahwa
manusia merupakan makhluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan
mengorganisasikan informasi.10

BAB 3 PENUTUP

A. kesimpulan

10
Sani, Ridwan Abdullah. (2013). Inovasi Pembelajaran .Jakarta : Bumi Aksara

17
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dimana
siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh
struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan
mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus
terhadap suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka. Sedangkan Teori
belajar Humanistik menganggap bahwa keberhasilan belajar terjadi jika peserta didik
memahami lingkungannya dan dirinya terjadi jika peserta didik memahami
lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar inni berusaha memahami prilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Hakekat
manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk
membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara
memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami
stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, kami menyadari dalam penulisan
makalah ini banyak sekali kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami
semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan
pemakalah khususnya.

18
.

DAFTAR PUSTAKA
Aida arini dan Halida Umami, Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Melalui Pembelajaran Konstruktivistik Dan Sosiokultural. Indonesian Journal of Islamic
Education

Studies (IJIES), Volume 2, Nomor 1, Juni 2019. Hal. 108

Baharuddin (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Ar Ruzz Media


.
Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran .Jakarta : Erlangga.

Sani, Ridwan Abdullah. (2013). Inovasi Pembelajaran .Jakarta : Bumi Aksara

19

Anda mungkin juga menyukai