Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 5

MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Kapita Selekta Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Eka Suci Indria Sari, M.Pd.I

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/J/PAI/6

1442 H/2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................3
C. Tujuan Penulisan......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................4
A. Modernisasi Pendidikan...........................................................................4
B. Potret Pendidikan Pesantren.....................................................................6
C. Modernisasi Pendidikan Islam...............................................................10
BAB III PENUTUP............................................................................................17
A. KESIMPULAN......................................................................................17
B. SARAN..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Pondok Pesantren adalah Lembaga Pendidikan Islam tertua di Indonesia
dan telah berkembang dengan baik. Pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam yang berperan sebagai lembaga sosial telah banyak
memberikan warna yang khas dalam wajah masyarakat pedesaan sebagai
lingkungan pesantren.

Potret Pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam


tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar ilmu-ilmu
keagamaan di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan
Kiai. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam komplek pesantren
dimana Kiai bertempat tinggal. Disamping itu juga ada fasilitas ibadah
berupa masjid.

Keberadaan Pondok Pesantren ditengah-tengah masyarakat mempunyai


peran dan fungsi sebagai tempat pengenalan dan pemahaman agama Islam
sekaligus sebagai pusat penyebaran agama Islam.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Modernisasi Pendidikan?
2. Bagaimana potret Modernisasi Pesantren?
3. Bagaimana Modernisasi Pendidikan Islam?

Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian dan bentuk dari Modernisasi Pendidikan
Islam di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

Modernisasi Pendidikan
Adanya modernisasi menyebabkan seluruh elemen di dalam masyarakat
mengalami kemajuan dan perubahan. Arti kata modernisasi dengan kata
dasar modern berasal dari bahasa Latin modernus yang terbagi dari dua kata,
yakni modo dan ernus. Modo berarti cara dan ernus merujuk pada adanya
periode waktu masa kini. Menurut Harold Rosenberg, modernisasi adalah
sebuah tradisi baru yang mengacu pada urbanisasi atau hingga sejauh mana
dan bagaimana pengikisan sifat-sifat pedesaan suatu kelompok masyarakat
terjadi. Sementara menurut Soerjono Soekanto, modernisasi adalah
perubahan-perubahan di dalam masyarakat mengenai perubahan norma
sosial, nilai sosial, susunan lembaga yang ada di masyarakat, pola perilaku
sosial, dan segala aspek di dalam kehidupan sosial.Modernisasi berarti
proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih
maju, di mana dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Secara sederhana, dapat dikatakan modernisasi ialah proses menuju masa
kini atau proses menuju masyarakat yang modern. Modernisasi merupakan
proses yang sangat luas dan kompleks. Tidak hanya mencakup bidang sosial,
modernisasi juga mencakup bidang lain, seperti politik, ekonomi, dan
teknologi. Model Modernisasi Pendidikan Pesantren1

Modernisasi atau inovasi pendidikan pesantren dapat diartikan sebagai


upaya untuk memecahkan masalah pendidikan pesantren. Atau dengan kata
lain, inovasi pendidikan pesantren adalah suatu ide, barang, metode
yangdirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang , baik berupa hasil penemuan (invention) maupun
discovery, yang digunakan untuk mencapai tujuan atau memecahkan

1
masalah pendidikan Miles mencontohkan inovasi (modernisasi) pendidikan
adalah sebagai berikut:

a. Bidang personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari


sistem sosial, tentu menentukan personel sebagai komponen
sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen personel misalnya
adalah peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, dan
sebagainya.31 Dalam hal ini, pesantren telah dibantu dengan
adanya program Beasiswa S1 untuk guru diniyah oleh
Departemen Agama.
b. Fasilitas fisik
Inovasi pendidikan yang sesuai dengan komponen ini misalnya
perubahan tempat duduk, perubahan pengaturan dinding ruangan
perlengkapan Laboratorium bahasa, laboratorium Komputer, dan
sebagainya.
c. Pengaturan waktu
Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanan penggunaan
waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya
pengaturan waktu belajar, perubahan jadwal pelajaran yang dapat
memberi kesempatan siswa/mahasiswa untuk memilih waktu
sesuai dengan keperluannya, dan lain sebagainya. Menurut Nur
Cholis Majid, yang paling penting untuk direvisi adalah
kurikulum pesantren yang biasanya mengalami penyempitan
orientasi kurikulum. Maksudnya, dalam pesantren terlihat
materinya hanya khusus yang disajikan dalam bahasa Arab. Mata
pelajarannya meliputi fiqh, aqa’id, nahwusharf, dan lain-lain.
Sedangkan tasawuf dan semangat keagamaan yang merupakan
inti dari kurikulum keagamaan cenderung terabaikan. Tasawuf
hanya dipelajari sambil lalu saja, tidak secara sungguh-sungguh.
Padahal justru inilah yang lebih berfungsi dalam masyarakat
zaman modern. Disisi lain,pengetahuan umum nampaknya masih
dilaksanakan secara setengah-setengah,sehingga kemampuan
santri biasanya samgat terbatas dan kurang mendapat pengakuan
dari masyarakat umum. Maka dari itu, Cak Nur menawarkan
kurikulum Pesantren Modern Gontor sebagai model modernisasi
pendidikan pesantren.
d. Plus Minus Modernisasi Pendidikan
Pesantren dalam menanggapi gagasan ini, tampak kalangan
pesantren terbelah menjadi dua, yaitu pro dan kontra. Adanya
kontroversi ini mungkin lebih disebabkan pada perbedaan
pendapat mereka tentang bagaimana sikap pesantren dalam
menghadapi era globalisasi. Mereka yang pro mengatakan bahwa
modernisasi pesantren akan memberi angin segar bagi pesantren.
Mereka menganggap bahwa banyak sisi positif yang akan
diperoleh dengan modernisasi pendidikan pesaantren.

Potret Pendidikan Pesantren


Karakteristik atau ciri-ciri dari sebuah Pesantren adalah sebagai berikut :
1. Adanya Kiyai
Istilah Kiyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari
bahasa Jawa. Kata Kiyai mempunyai makna yang agung, keramat,
dan dituahkan. Selain gelar Kiyai diberikan kepada seorang laki-laki
yang lanjut usia, arif, dan dihormati di Jawa. Gelar Kiai juga
diberikan untuk benda-benda yang keramat dan dituahkan, seperti
keris dan tombak. Namun demikian pengertian paling luas di
Indonesia, sebutan Kiyai dimaksudkan untuk para pendiri dan
pemimpin pesantren, yang sebagai muslim terhormat telah
membaktikan hidupnya untuk Allah SWT. serta menyebarluaskan
dan memperdalam ajaran-ajaran serta pandangan Islam melalui
pendidikan.
Kiyai berkedudukan sebagai tokoh sentral dalam tata kehidupan
pesantren, sekaligus sebagai pemimpin pesantren. Dalam kedudukan
ini nilai kepesantrenannya banyak tergantung pada kepribadian Kiyai
sebagai suri tauladan dan sekaligus pemegang kebijaksanaan mutlak
dalam tata nilai pesantren. Dalam hal ini M. Habib Chirzin
mengatakan bahwa peran kiyai sangat besar sekali dalam bidang
penanganan iman, bimbingan amaliyah, penyebaran dan pewarisan
ilmu, pembinaan akhlak, pendidikan beramal dan memimpin serta
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh santri dan masyarakat.
Dan dalam hal pemikiran kiai lebih banyak berupa terbentuknya pola
pikir, sikap, jiwa serta orientasi tertentu untuk memimpin sesuai
dengan latar belakang kepribadian kiyai.

2. Adanya Santri
Santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar
mendalami agama di pesantren. Biasanya para santri ini tinggal di
pondok atau asrama pesantren yang telah disediakan, namun ada pula
santri yang tidak tinggal di tempat yang telah disediakan tersebut
yang biasa disebut dengan santri kalong. Dalam menjalani kehidupan
di pesantren, pada umumnya mereka mengurus sendiri keperluan
sehari-hari dan mereka mendapat fasilitas yang sama antara santri
yang satu dengan lainnya. Santri diwajibkan mentaati peraturan yang
ditetapkan di dalam pesantren tersebut dan apabila ada pelanggaran
akan dikenakan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

3. Adanya Masjid
Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan
pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk
mendidik para santri, terutama dalam praktik ibadah lima waktu,
khutbah dan shalat Jum’at dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.
Sebagaimana pula Zamakhsyari Dhofir berpendapat bahwa:
“Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren
merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam
tradisional. Dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan
Islam yang berpusat di masjid sejak masjid Quba’ didirikan di dekat
Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW. tetap terpancar dalam
sistem pesantren. Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat
pendidikan Islam”.

4. Adanya Pondok atau Asrama


Sebuah pondok pada dasarnya merupakan sebuah asrama
pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya (santri) tinggal
bersama di bawah bimbingan seorang atau lebih guru yang lebih
dikenal dengan Kiai. Dengan istilah pondok pesantren dimaksudkan
sebagai suatu bentuk pendidikan ke-Islaman yang melembaga di
Indonesia. Pondok atau asrama merupakan tempat yang sudah
disediakan untuk kegiatan bagi para santri. Adanya pondok ini banyak
menunjang segala kegiatan yang ada. Hal ini didasarkan jarak pondok
dengan sarana pondok yang lain biasanya berdekatan sehingga
memudahkan untuk komunikasi antara Kiai dan santri, dan antara satu
santri dengan santri yang lain.

5. Pengajaran Kitab-Kitab Klasik


Sejak tumbuhnya pesantren, pengajaran kitab-kitab klasik
diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren
yaitu mendidik calon-calon ulama yang setia terhadap paham Islam
tradisional. Karena itu kitab-kitab Islam klasik merupakan bagian
integral dari nilai dan paham pesantren yang tidak dapat dipisah-
pisahkan.
Penyebutan kitab-kitab Islam klasik di dunia pesantren lebih
populer dengan sebutan “kitab kuning”, tetapi asal usul istilah ini
belum diketahui secara pasti. Mungkin penyebutan istilah tersebut
guna membatasi dengan tahun karangan atau disebabkan warna kertas
dari kitab tersebut berwarna kuning, tetapi argumentasi ini kurang
tepat sebab pada saat ini kitab-kitab Islam klasik sudah banyak dicetak
dengan kertas putih.
Sedangkan ciri-ciri khusus pendidikan pesantren adalah isi
kurikulum yang dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya Ilmu
Sintaksis Arab, Morfologi Arab, Hukum Islam, Tafsir Hadis, Tafsir
Al-Qur’an dan lain-lain.
Dalam penjelasan lain juga dijelaskan tentang ciri-ciri pesantren
dan juga pendidikan yang ada di dalamnya, maka ciri-cirinya adalah
sebagai berikut:
a. Adanya hubungan akrab antar santri dengan kiainya
b. Adanya kepatuhan santri kepada kiai.
c. Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam
lingkungan pesantren.
d. Kemandirian sangat terasa dipesantren.
e. Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangat
mewarnai pergaulan di pesantren.
f. Disiplin sangat dianjurkan.
g. Keprihatinan untuk mencapai tujuan mulia. Hal ini sebagai
akibat kebiasaan puasa sunat, zikir, dan i’tikaf, shalat tahajud
dan lain-lain.
h. Pemberian ijazah, yaitu pencantuman nama dalam satu daftar
rantai pengalihan pengetahuan yang diberikan kepada santri-
santri yang berprestasi

Tujuan Pendidikan Pesantren

Tujuan pendidikan pesantren disampaikan oleh Mastuhu (2007:13)


bahwa tujuan   pendidikan   pesantren   adalah  menciptakan   dan
mengembangkan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat dan berkhidmat
kepada masyarakat, mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam
kepribadian, menyebarkan agama dan menegakkan Islam dan kejayaan
umat, mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian
Indonesia.

Tujuan pendidikan pesantren secara umum adalah menciptakan dan


menyiapkan para kader yang berkepribadian muslim yang selalu
menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup sehari-hari namun tidak
meninggalkan peran ilmu pengetahuan. Selain itu pesantren memiliki
itikad untuk tidak hanya memberikan penjelasan-penjelasan dalam rangka
memperkaya pengetahuan para santri, namun untuk meninggikan moral
kehidupan bermasyarakat, menghargai harkat dan martabat sesama
manusia, mengajarkan bagaimana cara berperilaku dan memiliki akhlak
yang baik dan yang paling utama adalah mengajarkan pada santri untuk
tetap hidup sederhana.

Modernisasi Pendidikan Islam


Masa pembaruan pendidikan islam.

Modernisasi yang mengandung pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk


mengubah paham adat istiadat, institusi, dan sebagainya, agar dapat
disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan yang baru yang timbul
oleh kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi modern. Modernisasi juga
berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat
untuk bisa hidup sesuai tuntunan hidup masa kini.

Dengan demikian, jika kita kaitkan dengan pembaruan pendidikan islam


dapat diartikan sebagai suatu upaya melakukan proses perubahan kurikulum ,
cara, metodologi, situasi dan pendidikan islam dari yang tradisional (ortodox)
kearah yang lebih rasional, dan profesional sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu.

Periode  pendidikan islam di Indonesia.

Pendidikan islam di Indonesia (1899-1930)


Pendidikan islam di Indonesia sebelum tahun 1900 masih
bersifat balaqab (nonklasikal). Secara ittifaq (kesepakatan) pesantren-
pesantren yang klasikal dan masih eksis sampai sekarang lahir sekitar awal
tahun 1900.

Semenjak islam masuk ke Indonesia tentunya interaksi orang Timur-


Tengah dengat orang Indonesia, khususnya yang beragama islam, bertambah
baik. Terbukti tokoh-tokoh umat islam Indonesia yang mendirikan pesantren
banyak alumni-alumni dari Mekkah. Interaksi Indonesia dengan Makkah
membawa warna baru dalam pendidikan Islam di  Indonesia. Misalnya
pesantren Tebuireng Jombang di Jawa Timur didirikan oleh K.H. Hasyim
Asy’ari tahun 1899, sekolah-sekolah produk Muhammdiyah banyak
dipengaruhi pendirinya K.H. Ahmad Dahlan, pesantren al-Mushtafawiyah
Purba Baru Tapanulli Selatan yang didirikan oleh Syaikh Mustafa Husein
tahun 1913 dan sebagainya.

Tampaknya lembaga-lembaga pendidikan islam yang klasikal sampai


tahun 1930 hanya mengajarkan pelajaran agama, kecuali ada sebagian kecil
yang mengajarkan pelajara umum, seperti pesantren Tebuireng di bawah
pimpinan K.H.Ilyas (1929) memasukkan pelajaran-pelajaran berikut ini dalam
kurikulum, yaitu: (1) membaca dan menulis huruf latin, (2) bahasa Indonesia,
(3) ilmubumi dan sejarah Indonesia, (4) berhitung. 

Secara umum kurikulum lembaga pendidikan Islam sampai tahun 1930


meliputi ilmu-ilmu bahasa Arab dengan tata bahasanya, fiqih, akidah, akhlak,
dan pendidikan. Pembaruan dari alumni-alumni Makkah itu datanggapi positif
oleh umat Islam. Hal itu menurut penulis wajar, karena pola pendidikan
sebelumnya pun masih dominansi pengaruh Timur-Tengah yang belum
bersentuhan dengan pengetahuan umum. Pengaruhnya kepada masyarakat
tentunya positif, yakni semakin banyak guru-guru yang representatif dalam
mengajarkan agama, karena penguasaan bahasa Arab jauh lebih luas bagi
mereka yang langsung belajar dari Makkah dan juga berkembang lembaga-
lembaga pendidikan islam karena pengaruh diktrin ilmu yang harus
diamalkan. Tentunya pendirian beberapa lembaga pendidikan islam tidak
terlepas dari commercial oriented.

Pendidikan islam di Indonesia  (1931-1945).

Mulai dari tahun 1931, lembaga pendidikan islam Indonesia memasuki


warna baru yang oleh Mahmud Yunus disebut tahun di mana dimulainya
modernisasi pendidikan islam di Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan
yang didirikan sebelumnya baru berinteraksi dengan orang-orang Timur-
Tengah baik yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agama Islam
maupun orang-orang Indonesia untuk menuntut ilmu ke Makkah.

Normal islam (kuliah Mu’allimin Islamiyah) yang didirikan oleh Persatuan


Guru-guru Agama Islam (PGAI) di Padang tahun 1931 termasuk lembaga
pendidikan modern yang banyak berpengaruh pada perkembangan pendidikan
Islam “modern”  di Indonesia. Sesungguhnya lembaga pendidikan mulai tahun
1931 sudah banyak mengajarkan pengetahuan umum. Dan lembaga
pendidikan islam yang pertama kali memasukkan pendidikan umum menjadi
kurikulum sekolah adalah al-Jami’ah Islamiyah di Sungayang Batu Sangkar.

Selain pengetahuan umum sebagai pembaruan dalam periode ini, dalam


beberapa hal juga ada pembaruan lainnya. Dalam bidang metodologi,
misalnya, Mahmud Yunus sudah menerapkan tariqab al-mubasyirab dalam
belajar bahasa Arab, dan metodologi pengajaran setiap bidang studi sangat
variatif.

Adapun evaluasi sudah menjadi alat ukur keberhasilan siswa. Artinya pada
masa ini, khususnya lembaga pendidikan islam yang mengikuti pola Mahmud
Yunus, tingkatan atau kelas ditentukan oleh evaluasi bukan berdasarkan oleh
tahun senioritas murid.

Hadirnya lembaga pendidikan islam modern, baik pesantren atau


nonpesantren, telah mendapat respon yang berbeda. Kaum yang fanatik
dengan tradisionalisme pesantren menuduh lembaga pendidikan modern ini
sebagai lembaga pendidikan umum, sebab tidak mempelajari kitab-kitab
kuning sebagai dasar ilmu. Adapun yang merespon positif melihat dari
perspektif lowongan kerja. Mereka berpendapat pembaruan ini sebagai
langkah maju dan relevan dengan tuntunan zaman.

Lebih lanjut, Imam Zarkasyi mengatakan, pengaruh pembaruan pada masa


ini terhadap masyarakat, yakni wawasan keislaman umat islam semakin luas,
pola pikir semakin rasional, alumni pesantern dapat melanjutkan pendidikan
ke unversitas baik dalam maupun luar negeri.

Lembaga pendidikan islam.

1. Pesantren
a. Gambaran umum Pesantren pada masa awal
Pesantren atau pondok pesantren merupakan sebuah pondok
pendidikan yang terdiri dari seorang guru-pemimpin umumnya
seorang haji, yang disebut kyai dan kelompok murid laki-laki yang
berjumlah tiga sampai ribuan orang yang disebut santri. Secara
tradisional, sampai tingkat tertentu, para santri tinggal dalam pondok
yang menyerupai asrama biara, mereka mengurusi diri sendiri mulai
dari memasak hingga mencuci pakaian sendiri.
Bangunan pokok pesantren hampir keseluruhan, kecuali dewasa
ini, terletak di luar kota, biasanya terdiri dari sebuah masjid, rumah
kyai dan sederet pondokan santri. Pengajaran sendiri dilakukan tanpa
paksaan, santri tidak dipaksa untuk menghadiri pengajian yang
dilakukan kyai, karena santri dapat tetap di pondok asal dapat
menafkahi dirinya sendiri. Karena itu tingkat penguasaan santri amat
tergantung pada individu santri sendiri. Individu yang giat akan
memperoleh hasil yang memuaskan, sebaliknya banyak pula santri
yang tidak membawa bekal ilmu yang berarti.
Dengan demikian dalam system pondok tidak terdapat kelas atau
penilian, karena santri dapat meninggalkan kapanpun mereka mau.
Dengan demikian jalur keluar masuk orang dalam pondok pesantren
sangat bebas, tidak ada ikatan, cukup dengan izin kyai yang mudah
diperoleh jika memiliki reputasi baik. Bagi santri ingin menjelajahi
berbagai pondok pesantren demi spesialisasi ke ilmuan yang dimiliki
para kyai yang jelas dan berbeda. Seorang kyai mungkin ahli dalam
fiqh, hadits, teologi, ataupun filsafat.
Walaupun ada indikasi yang menyamakan pesantren dengan biara,
namun pesantren amat berbeda dengan biara karena tidak dihalangi
bagi santri untuk menikah, status perkawinan apapun yang dimiliki
seseorang tidak menghalanginya untuk pondok di pesantren.
Berdasarkan gambaran tersebut bahwa pesantren adalah lembaga
pendidikan yang amat terbuka, lembaga pendidikan agama yang
dibuka siapa saja yang haus pengetahuan agama, tanpa ikatan yang
ingin memperdalam ilmu agama. Pesantren merupakan sebuah
lembaga pendidikan yang sangat khas dan tidak terdapat diluar
Indonesia.
b. Asal usul Pesantren
Pesantren merupakan tradisi pengajaran agama Islam orisinil yang
lahir dari tradisi Islam Indonesia sendiri yang khas. Pesantren bermula
di tanah Jawa dan meluas hingga keluar jawa termasuk semanjung
Malaka. Alasan pokok pendirian pesantren adalah untuk mentrasmisi
Islam tradisional sebagaimana terdapat dalam Kitab-kitab klasik yang
ditulis para ulama besar berabad-abad lalu. Kitab-kitab klasik
tersebutlah yang dikenal dalam tradisi pesantren sebagai kitab kuning,
yang mempersentasikan warna kertas kitab yang menguning.
Sejarah rinci awal mula pesantren, dalam kenyataannya tidak
banyak diketahui karena minimnya informasi yang merinci kapan
lembaga tersebut pertama kali mucul. Dalam berbagai babak walaupun
pesantren di jelaskan seperti dalam Serat Centini, namun kurang akurat
sebagai sumber karena tidak menyebutkan pesantren secara langsung.
Lembaga pendidikan yang terdapat di sana hanya di namakan Paguron
atau Padepokan.
Beberapa pakar justru melihat pesantren sebagai hasil adopsi dari
system pendidikan kutab yang berkembang dalam tradisi Islam klasik,
mulai dari dinasti Umayyah hingga selanjutnya. Di mana model
pendidikan kutab yanag terdapat dalam tradisi Islam abad tengah,
dalam tradisi Islam-Indonesia kemudian dipopulerkan dengan nama “
Pondok Pesantren “ yaitu lembaga pendidikan Islam di dalamnya
terdapat seorang kyai ( pendidik) yang mengajar dan mendidik para
santri ( pelajar) melalui sarana masjid digunakan sebagai tempat
penyelenggarakan pendidikan tersebut, dilengkapi pula dengan
fasilitas pemondokan bagi para santri yang kebanyakan berasal dari
luar daerah. Ciri-ciri awal pesantren adalah; 1) Adanya kyai sebagai
pengajar, 2) adanya santri sebagi pelajar, 3) adanya masjid sebagai
sarana pembelajaran, 4) adanya pemondokan santri.
Namun demikian, masih terdapat paradoks tentang asal usul
pesantren. Pesantren dari segi bentuk, memang dapat dilihat sebagai
lembaga tipikal Indonesia yang khas, yang berbeda dengan pendidikan
tradisional Islam lainnya, namun pada sisi lain, tradisi kitab kuning
yagn mewarnai pesantren jelas tidak berorientasi Indonesia tapi
berorientasi Mekkah sebagai pusat Islam.
Perbandingan pendidikan Islam menurut sistim lama dengan
pendidikan Islam pada masa perubahan.

Sistem lama Masa perubahan

1. 1. pelajaran ilmu-ilmu itu diajarkan


1. 1. Pelajaran ilmu-ilmu itu dihimpun
satu demi Satu 2 sampai 6 ilmu sekaligus.

2. 2. Pelajaran ilmu sharaf didahulukan


2. 2. Pelajaran ilmu Nahwu di
dari ilmu nahwu dahulukan / disamakan dengan
3. 3. Buku pelajaran yang mula-mula ilmu sharaf.
dikarang oleh ulama Indonesia serta
3. 3. Buku Pelajaran semuanya
terjemahkan dengan bahasa
karangan ulama Islam dahulu kala
Melayu.
dan dalam bahasa Arab.
4. 4. kitab-kitab itu umumnya tulis
4. 4. kitab-kitab itu semuanya dicetak
tangan
( dicap).
5. 5. Pelajaran suatu ilmu, hanya
5. 5. Pelajaran suatu ilmu di ajarkan
dikerjarakan dalam satu macam
dalam beberapa macam kitab :
kitab saja.
rendah, menengah dan tinggi.
6. 6. Toko kitab belum ada, hanya ada
6. 6. Toko kitab telah ada yang
orang pandai menyalin kitab
memesan kitab-kitab ke Mesir /
dengan tulisan tangan.
Mekkah.
7. 7. Ilmu agama sedikit sekali, karena
7. 7. Ilmu agama telah luas
sedikit bacaan.
berkembang, karena telah banyak
8. 8. Belum lahir aliran baru dalam kitab bacaan.
Islam.
8. 8. Mulai lahir aliran baru dalam
Islam yang bawa oleh majalah Al-
Manar di Mesir.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan ini antara lain :
1. Sistem pendidikan islam di Indonesia dari tahun 1900 telah banyak
yang bersifat klasikal.
2. Modernisasi (berkembangnya kurikulum yang meliputi pengetahuan
umum dan keunggulan metodologi untuk mencapai tujuan yang sama)
pendidikan islam di Indonesia dimulai tahun 1931. Pada saat itu
kelihatan pengaruh Darul Ulum (Mahmud Yunus) sangat besar
3. Kurikulum pendidikan islam semenjak masuknya pengetahuan umum
telah membawa hasil yang positif dalam lapangan kerja dan
pemahaman kaum Muslimin Indonesia terhadap islam.
4. Gerakan pembaruan yang menyebabkan lahirnya organisasi
keagamaan pada mulanya bersifat keagamaan tetapi dengan kondisi
masyarakat pada saat itu menjelma menjadi kegiatan politik yang
menuntut kemerdekaan indonesia dan hal tersebut dirasakan mendapat
pengaruh yang signifikan dari pemikir-pemikir pada pembaru islam,
baik ditingkat nasional maupun internasional.

SARAN
Dalam pembuatan suatu makalah hendaknya kita mengerjakannya
dengan sungguh-sungguh agar kita dapat mengerti secara keseluruhan apa isi
makalah yang kita buat dan dapat mempresentasikannya kepada audience
dengan baik dan benar. Dalam membuat makalah hendaknya kita mencari
sumber yang terpercaya seperti dari buku-buku dan jurnal. Sehingga makalah
yang kita buat dapat sesuai dengan tujuan dan dapat dipertanggungjawabkan
isinya.
DAFTAR PUSTAKA

Nata,Abuddin.M.A. (ED).2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT


Rajagrafindo Persada.

https://raninuraeni379.wordpress.com/kuliah/admistrasi-publik/teori-modernisasi/

https://www.dosenpendidikan.com/pengertian-modernisasi-menurut-10-para-ahli/

https://faldzataruhiya.blogspot.co.id/2014/05/jinas-dalam-balaghoh.html

Anda mungkin juga menyukai