MAKALAH
Oleh:
Ahmad Zainuri
Bayu Prasetya
Wakhidatul Mualifah
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala pujian dan rasa syukur atas kehadirat
Allah swt karena rahmat, hidayah wal inayah-Nya yang telah dikaruniakan kepada
segenap hambanya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
JUDUL .............................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6
A. Sistem Pendidikan di Madrasah Diniyah unggulan Bustanul Ulum
Mlokorejo......................................................................................6
B. Me t ode pe nga j a ra n di Madrasah Diniyah unggulan Bustanul
Ulum Mlokorejo........ ...... .................................. ......7
C . Implementasi Etika Budaya di Madin Unggulan Ula Bustanul Ulum
Mlokorejo Melalui Kultur Salaf....... ...............................9
D. Pengendalian Etika di Lingkungan Madrasah dan Pesantren…….13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
halaqah mulai berubah menjadi sistem klasikal. Hal itu dipengaruhi oleh sikaf
diskriminatif sekolah-sekolah milik penjajah Belanda terhadap umat Islam.
Bertujuan untuk menandingi sekolah-sekolah milik penjajah Belanda,
madrasah pun berubah bentuk dari sistem halaqah ke klasikal. Di Indonesia,
madrasah berkembang setelah lahirnya organisasi-organisasi Islam, sebagai
sebuah institusi pendidikan, madrasah merupakan institusi yang tumbuh dan
berkembang oleh dan dari masyarakat, serta untuk masyarakat yang penuh
dengan makna budaya Islami, diakui atau tidak madrasah telah mengarungi
perjalanan peradaban yang panjang dalam mewujudkan pembentukan
kepribadian bangsa yang penuh dengan perubahan-perubahan, namun
madrasah enggan melepaskan diri dari makna asalnya yang sesuai dengan
ikatan budayanya, yakni budaya Islam.
2
beragam. Perkembangan ini tetap menjadikan santri sebagai objek pendidikan
di pesantren. Para santri dengan bimbingan para kiainya harus dilatih terus
ketajaman pikiran dan daya analisisnya didalam memahami dan menjawab
berbagai macam problem yang kini tumbuh dan berkembang didalam
masyarakat, tentunya tanpa meninggalkan implikasi positif maupun
negatifnya. Ada madrasah diniyah yang juga menerima santri yang
berbarengan dengan bersekolah di SMP/MTs, SMA/MA, atau lainnya.
Konsekuensinya, madrasah diniyah ini menuntut kerja yang lebih keras karena
variasi santri yang amat beragam. Suguhan materi kajian yang disodorkan juga
demikian variatif atau strategi yang mungkin dikombinasi karena dalam satu
kelas ada yang masih usia anak-anak juga ada yang sudah dewasa.
1
Wawancara dengan Muhyidin, S.Hum. M.Pd. Kepala Madrasah Diniyah Unggulan Ula Bustanul
Ulum Mlokorejo.
3
pengasuh pesantren dan para ustadz yang ada di madrasah diniyah, seorang
santri sangatlah beruntung karena mempunyai asupan-asupan yang berguna
bagi keberlangsungannya dalam ber-etika di lingkungannya.
Dengan adanya paparan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti di Madrasah
Diniyah Unggulan Ula Bustanul Ulum Mlokorejo dengan judul “Kultur Salaf
Sebagai Kontrol Etika Di Madrasah Diniyah Unggulan Ula BUstanul Ulum Mlokorejo Di
Era Modern”
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
4
4. Untuk mendeskripsikan Pengendalian sistem pendidikan etika yang
dijalankan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 2.1
6
Timur, sebelum ada label Unggulan bernama madrasah diniyah
takmiliyah. Adapun fungsi dari direktur yaitu mengkoordinasikan antar
kepala madrasah diniyah, dan dari masing-masing kepala madrasah
diniyah fokus dengan job diskripsi masing-masing dan sekaligus
membidangi tentang kesantrian yang di situ terdapat ketua pengurus yang
bernama “Ust. Muhammad Sholeh Misnari dan Ustd. Mahktumatul I.”.
Sementara itu, ada yang bertugas dalam bidang kemasyarakatan yakni
“Ust. Imam Syafi’i dan Ustd. Wasi’ah”.
Gambar 2.2
7
tugasnya masing-masing.
8
tanggung sampai ke tingkat nasional, seperti LKPI, bahasa arab, ilmu
nahwu dan lain-lain.
1. Kitab Hadits 101 Tentang Budi Luhur karya M. Said untuk kelas 1 Ula.
Meskipun kitab ini bukanlah kitab akhlak asli melainkan kitab kumpulan
hadits yang berisikan hadits – hadits tentang budi luhur.
Gambar 2.3
2. Kitab Akhlakul Lil Banin karya Syeikh Umar Bin Ahmad Baradja untuk
kelas 2 Ula. Kitab ini berisikan kisah – kisah singkat tentang bagaimana
berakhlak mulia seorang anak kepada siapapun.
9
Gambar 2.4
Kitab Akhlakul Lil Banin
3. Kitab Taisirrul Khallaq karya Hafidz Hasan Al Mas’udi Arab untuk kelas
3 Ula. Kitab ini juga berisikan kisah-kisah dan juga berupa hadits-hadits.
Gambar 2.5
10
4. Kitab Ta’lim Wal Muta’allim karya Imam Al Zarnuji untuk kelas 4 Ula.
Kitab ini mrupakan kitab yang sangatlah popular di kalangan para santri.
Selain berisikan penjelasan mengenai akhlak seorang penuntut ilmu, kitab
ini juga menjelaskan segala yang berkaitan dengan ilmu dan ahlinya.
Gambar 2.6
Melalui kitab kitab ini akhlak-akhlak ulama salaf dipelajari oleh kalangan
santri, mulai dari tingkat yang rendah sampai yang tinggi.
Selain kitab-kitab tadi para santri sendiri juga menjunjung tinggi sebuah
motto yaitu “Mondhuk Niat Ngabdih” artinya seorang santri harus punya
niatan bahwasanya mondok diniatkan untuk menyediakan jiwa dan raga
terhadap apapun yang diperintahkan gurunya. Mengapa menggunakan Bahasa
pengabdian dikarenakan seorang santri yang notabene seorang yang menuntut
ilmu akan tetapi juga mencari keberkahan ilmu itu sendiri melalui para Kyai
dan para ustadz.
11
membalikkan sandal. Di saat pengasuh keliling pesantren dalam waktu
senggangnya sandal para santri dibalik atau ditata rapi. Maksud dari pengasuh
yaitu untuk membantu orang lain dan memudahkan orang lain.
Ini merupakan sebuah teladan yang sangatlah jelas dan santri bisa
menjadikannya sebuah pegangan bahwa akhlak itu nilainya tinggi dan
siapapun dihormati karena ketinggian akhlaknya. Selain itu hidup itu
digunakan untuk membantu orang lain. Hal tersebut diterangkan dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah seorang di antara kalian
tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Gambar 2.7
12
D. Pengendalian Etika di Lingkungan Madrasah dan Pesantren
1. Mencuri
2. Berkelahi
3. Merusak Fasilitas
13
Gambar 2.8
1. Planning (Perencaraan)
2. Organizing (Pengorganisasian)
3. Actuating (Pelaksanaan)
4. Controlling (Pengawasan)
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
diharapkan namun pihak madrasah terus berupaya dengan menerapkan
sistem yang ada. Melalui POAC yang merupakan konsep dari George
R. Terry, dan juga melalui rapat bulanan, rapat awal tahun, serta rapat
evaluasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Bandung: Alfabeta
Sumber Internet:
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/6227/1/COVER_BAB%20I_BAB%20V_D
AFTAR%20PUSTAKA.pdf, diakses pada 1 Desember 2021
https://rumaysho.com/18775-hadits-arbain-13-mencintainya-seperti-mencintai-diri-
sendiri.html, diakses pada 3 Desember 2021
17