Anda di halaman 1dari 7

bulan purnama

Thursday, December 18, 2014

tradisi pesantren dalam tantangan arus globalisasi

Tradisi pesantren dalam tantangan Arus Globalisasi


Di ajukan untuk memenuhi mata kuliah
KAPITA SELEKTA PAI
Dosen pengampu: Wahyudin,s,Ag,M, Ag
Disusun oleh:
 Kelompok  2
  Bulan
  M. Haris
  Nurita
Mahasiswa/i PAI A, Semester V
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur  kita ucapkan atas kehadiran Allah SWT, karena berkat hidayah dan taufik-
NYA, makalah yang berjudul ”tradisi pesantren dalam tantangn arus globalisasidapat di
selesaikan.
Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW, yang
telah mencurahkan segenap hidupnya untuk mengembangkan peradapan manusia secara
seimbang, melalui ucapan, perbuatan, contoh, serta teladan yang baik.
Kemudian makalah ini di tulis untuk memenuhi tugas kelompok “KAPITA SEKELTA PAI”,
dan kami sebagai pemakalah mengakui banyak sekali terdapat kesalahan serta kekurangan dalam
penulisan, tata bahasa dan lain sebagainya, untuk itu kami dari pemakalah sangat mengharapkan
kritik serta saran yang sifatnya membangun untuk pembuatan tugas – tugas kami selanjutnya
untuk bisa menjadi lebih baik.

TEMBILAHAN, 14 Oktober  2014

Penulis,  
                                                         BAB I
PENDAHULUAN
Masa pada saat ini sesungguhnya masa yang penuh peluang dan sekaligus tantangan bagi
dunia pendidikan khususnya pesantren.  karena masa – masa inilah kita menyaksikan
meningkatnya ‘’new attachment’’ kepada islam di kalangan banyak msyarakat muslim.
Meningkatnya kecintaan kepada islam membuat banyak kalangan orang tua, khususnya kalangan
kalangan’’ kelas menengah’’ muslim yang menengah tumbuh semakin berusaha mendapatkan
pendidikan islam yang berkualitas bagi anak – anak mereka, misalnya pendidikan yang berbasisi
agama seperti pesantren yang memiliki keunggulan dalam ilmu ilmu umum dan juga Agama.
Pesantren merupakan salah satu lembaga yang memiliki hubungan fungsional simbiotik
dengan ajaran islam. Yaitu dari satu sisi keberadaan pesantren diwarnai corak dan dinamika
ajaran islam yang dianut oleh para pendiri dan kiai pesantren yang mengasuhnya, melalui
pesantrenlah agama islam menjadi membumi dan mewarnai seluruh aspek kehidupan
masyarakat, sosial, keagamaan, hukum, politik, pendidikan, lingkungan, dan sebagainya.
Kini pesantren dihadapkan pada tantangan baru sebagai akibat dari globalisasi
diantaranya adanya penggunaan sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat yang
mempengaruhi lahirnya pola komunikasi, kemudian masuknya nilai – nilai budaya modren,
saling ketergantungan antara negara yang menyebabkan terjadinya dominasi  negara yang kuat
atas negara yang lemah, meningkatkan tuntutan publik unuk mendapatkan perlakuan semakin
adil.

Permasalahannya ialah sanggupkah dunia pesantren menghadapi tantangan –tantangaan arus


globalisasi saat ini, dan seberapa jauhkah tradisi pesantren yang menjadi ikon dan kekuatannya
mampu menghadapi tantangan arus globalisasi dan bagaimana pula format dunia pesantren saat
ini dalam menghadapi arus globalisasi?

Melalui makalah yang sederhana ini, harapannya untuk bisa dijadikan sebagai bahan
pertimbangan atau sebagai masukan bagi lembaga pendidikan yang berbasisis pesantren, juga
sebagai bahan informasi bagi masyarakat, mengingat, sungguhpun pesantren sudah berusia lebih
dari lima abat, namun belum banyak masyarakat yang mengetahui keadaanya secara utuh, dan
masih ada pula  yang memiliki kesan miring terhadap dunia pesantren, dan selain memberikan
pengetahuan lebih bagi para pembaca, diharapkan makalah ini bermanfaat disaat sekarang
maupun yang akan datangnya.    
BAB II                                                                                                  PEMBAHASAN
TRADISI PESANRTEN DALAM TANTANGAN
ARUS GLOBALISASI
A.      Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tertua di Indonesia[1] Dan ketika
kita membahas mengenai pesantren sangat berkaitan dengan : kiai, pondok, mesjid, santri dan
kitab kuning.[2] Dan juga pesantren sebagai lembaga yang tetap istiqomah dan konsisen
melakukan peranannya sebagai pusat pendalaman ilmu – ilmu  Agama dan lembaga dakwah
islamiyah serta ikut mencerdaskan bangsa yang telah diakui oleh masyarakat.[3] Kemudian
pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh
masyarakat, dengan sistem asrama yang santri – santrinya menerima pendidikan Agama melalui
sistem pengajian yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dan kepemimpinan seorang atau
beberapa orang kyai.[4] 
Menurut Soegarda Poerbakawatja pesantren ialah asal katanya santri, yaitu seorang
yang belajar Agama Islam ,yang mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar Agama
Islam.[5]   
B.       Tradisi pesantren
yang di maksud dengan tradisi pesantren ialah segala sesuatu yang dibiasakan,
dipahami, dikhayati, dan dipraktekkan, di pesantren, yaitu berupa nilai – nilai dan
implementasinya dalam kehidupan sehari – hari, sehingga membentuk kebudayaan dan
peradapan, yang membedakannya dengan tradisi yang terdapat pada  lembaga pendidikan
lainnya. Tradisi pesantren juga berati nilai – nilai yang dipahami, dikhayati, diamalkan, dan
melekat pada seluruh komponen.
 pesantren menunjukan bahwa tradisi yang ada di pesantren diantaranya  :
1.             Tradisi menulis buku : menulis buku merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh para
kiai pesantren. 
2.             Tradisi meneliti: dilihat dari sumbernya terdapat penelitian bayani, burhani, ijbari,
jadali, dan irfani. [6]
3.             Tradisi membaca kitab kuning : pesantern di pandang kehidupan yang unik menurut
kacamata modren, di samping faktor kepemimpinan kiai ulama, kitab kuing adalah faktor
penting yang menjadi karakteristik. kitab kuning di fungsikan juga oleh pesantren sebagai
referensi  dalam menyikapi masalah kehidupan, tradisi membaca kitab kuning digunakan secara
permanen dari generasi ke generasi sebagai sumber bacaan utama bagi masyarakat pesantren.
[7]    
4.             Tradisi berbahasa Arab: seiring dengan adanya tradisi penulisan kitab – kitab oleh para kiai
yang menggunakan bahasa Arab   maka dengan sendirinya telah menumbuhkan tradisi berbahasa
Arab yang kuat di kalangan pesantren, mereka juga mengetahui bahwa Al- Quran dan Al-
Sunnah ditulis dalam bahasa Arab demikian pula yang digunakan ketika sholat menggunakan
bahasa Arab, kemudian kitab- kitab yang mereka pelajari juga menggunakan bahasa Arab.
5.             Tradisi menghapal : metode hapalan yang dikatakan sebagai warisan metode klasik yang
digunakan di timur tengah digunakan dipesantren, karena metode ini cukup murah, tidak
membutuhkan biaya banyak dan memacu belajar sungguh – sungguh dikalangan para santri.
6.             Tradisi ziarah
7.             Tradisi haulan.[8]

C.            Tantangan  Arus globalisasi
globalisasi merupakan suatu proses yang mendunia akibat dari kemejuan –kemajuan di
bidang dari ilmu pengetahuan dan teknologi.[9]
Globalasasi ini sendiri berasal dari asal kata globe yang berati bola bumi, istilah ini
digunakan karena akselerasi penyebaran informasi, yang luar biasa. Dalam waktu segenap saja,
melalui fasilitas teknologi komunikasi yang teramat canggih, arus informasi dari suatu belahan
bumi mudah menyebar secara merata keseluruh dunia, dan masyarakat semacam di hadapkan
kepada pilihan – pilihan baru yang menarik dan cukup menggoda untuk mengikutinya.
Kondisi yang seperti ini tentu sangat berpengaruh terhadap standar kehidupan mereka, mau
tidak mau mereka akan terikut kedalam dunia globlisasi dan, senantiasa berfikir progresif
sebagai respon terhadap perkembangan dan tuntunan zaman.
Pesantren tidak bisa bersikap isolatif dalam menghadapi tantangan globalisasi ini, respon
yang positif adalah dengan memberikan alternatif yang berorentasi pada pemberdayaan santri
dalam menghadapi arus global yang membawa persoalan makin komplek sekarang ini.
sebagai  pendidikan islam yang tertua di Indonesia pesantren menjadi tumpuan harapan.
Pesantren juga harus tanggap terhadap dunia modren dan juga pesantern tidak bisa mengelak
dengan keadaan globalisasi sekarang ini, karna jika mengelak maka akan berimbas terhadap para
santri maupun alumni akan gagap menghadapi perubahan global yang berkembang dengan cepat.
Dan akibat dari pengaruh globalisasi ini, pesanten tidak bisa menutup diri dari perubahan
sosial yang sangat cepat. Nilai - nilai modren sebagai efek industrialisasi, mulai mempengaruhi
nilai – nilai budaya pesantern. Realita ini memang terasa sebagai suatu dilema yang tidak mudah
dipecahkan bagi pesantren.[10]
 Pesantren Dalam  menghadapi tantangan globalisasi diantaranya:
1.    Dalam menghadapi kemajuan iptek
Secara historis, pesantren pada mulanya mengonstrasikan diri pada tiga fungsi utamanya
yaitu: mengajarkan atau menyebarluaskan ajaran islam kepada masyarakat luas, mencetak para
ulama, menanamkan tradisi islam kedalam masyarakat.
Selain itu pesantren juga melakukan inovasi terhadap kurikulum  dan kelembagaan
pendidikannya, mulai dari sistem salafiyahnya yang berbasisi kitab kuning hingga pada
madrasah sebagai sekolah yang berciri khas Agama, sekolah umum, hingga universitas. Berbagai
inovasi ini sudah ada di dalam dunia pesantren. Dengan adanya program yang demikian, maka
lulusan pesantren kini tidak hanya menguasai agama saja, melainkan juga ilmu ilmu modren,
keterampilan dan penguasaan ilmu teknologi modren. dengan demikian pesantren saat ini selain
ada yang bercorak tradisional juga ada yang bercorak modren. Dengan di terapkannya madrasah
kedalam pesantren, maka pesantren dan madrasyah semakin mendapat tempat di hati masyarakat
dan di sambut positif oleh masyarakat modren, dan di anggap sebagian dari keperluan hidupnya,
mereka merasa lebih mantap memasukan putra putri mereka ke madrasyah pesantren, karna
selain memberikan pengetahuan umum juga mengutamakan penanaman ajaran pendidikan
keagamaan, dan juga ranah etika dan tingkah laku. Dengan cara ini, maka pesantren tidak akan di
tinggalkan masyarakat, malah semakin di minati.
2.  Dalam menghadapi budaya barat   
       Dalam menghadapi dunia barat yang sangat berdampak pada moral, dunia pesantren
diakui sebagai lembaga pendidikan yang paling efektif dalam membentuk karakter bangsa.
Melalui nilai relegiusitas yang berbasisi pada ajaran tasawuf yang ditanamkan dipesantren,
melalui pembiasaan, bimbingan, dan pengalaman, yang dilakukan secara berkelanjutan dan
berada di bawah pengawasan langsung para kiai, menyebabkan pembentukan karakter atau
akhlak mulia para santri.  
Ada tiga hal yang menjadi pondok pesantern tetap istiqomah dan konsisten dalam
melaksanakan misinya, yaitu: sistem, dan materi pendidikan pondok pesantren.
         Nilai – nilai keislaman dan pendidikan jiwa,  santri yaitu keiklasan, kesederhanaan,
kemandirian,
         Sistem asrama yang penuh disiplin dan tercipta tri pusat pendidikan:
sekolah(formal) keluarga( informal), dan masyarakat( nonformal)
         Meteri ilmu Agama.
Ketiganya dapat berubah sesuai dengan kondisi dan situasi sesuai dengan tuntutan zaman.
Dengan tradisi  yang cukup efektif dalam pembinan karakter para santri, maka kini
sejumlah lembaga pendidikan umum yang berbasisi pada penguatan di bidang pengetahuan dan
teknologi yang di paadukan dengan sistem pesantren yang berbasisi iman dan takwa.
3. Dalam menghadapi persaingan bisnis pendidikan
Dalam menghadapi persaingan  bisnis pendidikan ini, pesantren yang berbasisi pada motivasi
keagmaan serta berbasis pada masyarakat, ia akan tetap melaksanakan tugas utamanya
menghasilkan ulama, mendidik moral masyarakat melalui ajaran islam dan menanamkan tradisi
islam. Hal yang demikian terjadi karna pesantren ini lahir, tumbuh, dan berkembang dari dan
untuk masyarkat. Sampai saat ini, pesanten masih tetap eksis dan mampu bertahan sebagai model
pendidikan alternatif, meski harus bersaing dengan tumbuhnya pendidikan modren. Hal ini
terjadi karena pesantren memiliki kedekatan dengan masyarakat. hubungan kedekataan dengan
masyarakat selain menjadi bahan pemicu bagi perlunya memenuhi kebutuhan masyarakat yang
semakin modren, juga akan memberi peluang bagi pesantren untuk menanamkan moral islami.

4.Dalam mengembangkan ilmu Agama


Pesantren senantiasa menjadi tumpuan masyarakat untuk memperoleh jawaban atas
berbagai masalah yang mereka hadapi dalam kaitannya dengan ajaran Agama. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi, terutama teknologi komonikasi, dan banyak
permasalahan konterporer yang tumbuh dimasyarakat, dunia pesntren melalui tokoh utamanya
para kiai harus memberikan jawaban dan respon yang cepat,  dan tuntas agar  tugas dan peran
yang demikian itu masih tetap dapat di jawab oleh para kiai melalui hasil kajian dan
penelitiannya.
Informasi tersebut diatas menyebutkan, bahwa saat ini telah muncul berbagai
lembaga yang memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pesantren agar dapat melakukan
peranannya dalam menjawab berbagai masalah yang timbul dengan cara mengembangkan ilmu
agama secara terus menerus.
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari uraian - uraian yang terpapar di atas pemakah dapat mengambil sebuah
kesimpulan bahwa:
Pertama: umat islam tidak hanya mengembangkan ilmu agama saja, melainkan juga sebuah
ilmu pengetahuan sosial, sains, filsafat, tasawuf, yang warisannya hingga saat ini masih ada.
Kedua: meski lembaga pendidikan islam menghadapi berbagai tantangan, seperti dalam
menghadapi tantangan arus  globalisasi, peluang bagi pendidikan islam jelas masih tetap
besar,  dan tidak mengherankan jika lembaga pendidikan islam pesantren terbukti memiliki daya
tahan tinggi untuk tetap eksis di rengah perubahan masyarakat, dan kini tinggal bagi pendidikan
islam itu sendiri untuk memperdayakan dirinya untuk benar –benar menjadi ‘’ pendidikan
alternatif’’ yang memiliki keunggulan komperatif dalam menghadapi arus globalisasi ini.
  Keempat: Pesantren sekurang kurangnya telah memiliki tujuh tradisi yang sangat melekat
pada pesantren diantaranya menulis buku, tradisi meneliti, tradisi membca kitab kuning, tradidi
berbahasa Arab, tradisi menghapal, tradisi ziarah, haulan,
Dengan tradisi yang dimiliki pesantren tersebut, pesantren tetap mampu menjalankan misi
utamanya yakni melahirkan ulama, memasyarakatkan ajaran islam serta menanamkan tradisi
islam, dan juga tetap pesantren itu mampu dan tetap eksis dan bertahan hingga saat sekarang
ini.  

DAFTAR PUSTAKA
Tafsir Ahmad,  2012, ilmu pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
 Tafsir Ahmad, 2007  Ilmu pendidikan Islam dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
 Nizar Samsul dkk, 2010, Isu – isu kontemporer tentang pendidikan Islam,Jakarta: PT Kalam Mulia.
Djamaluddin dkk,TT, Kapita Selekta Pendidikn Islam, Bandung: PT Pustaka Setia.
  Daulay Haidir Putra, 2007 sejarah pertumbuhan Islam dan Pembaharuan Pendidikan Islamdi
Indonesia, Jakarta:PT kencana prenada media group.
 Nata Abuddin, 2012, Sejarah Nasional Islam dan institusi pendidikannya, Jakarta:PT Rajagrafindo Persada.
 Wahid Marzuki dkk, 1999, pesantren masa depan : wacana pemberdayaan dan tranformasi
pesantren. Bandung: Pustaka Hidayah.
 Furchan Arief, 2004,  Tranformasi pendidikan Islam di Indonesia, Yogyakarta: Gama Media.
 Qomar Mujamil,TT,  pesantren dari tranformasi metodologi menuju demokrasi institusi, Jakarta: Erlangga.

[1] Ahmad Tafsir, ilmu pendidikan islam,Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2012),hlm 289.


       [2] Ahnad Tafsir,ilmu pendidikan dalam perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 191.
[3] Samsul Nizar dkk, Isu – isu Kontemporer tentang pendidikan islam, (Jakatra: PT kalam Mulia, Jakarta, 2010)
hlm 191
         [4] Djamaludin dkk,kapita selekta pendidikan Islam, (Bandung:PT Pustaka setia,TT),hlm 99.
         [5] Haidar Putra daulay, sejarah pertumbuhan dan pembaharuan pendidikan Islam di indonesia,(Jakarta: PT
kencana prenada media group, 2007) hlm 61.
[6] Abuddin Nata, sejarah sosial intelektual Islam dan intitusi pendidikannya,(Jakarta:Pt Raja grafindo persada,
2012) hlm 309-314
[7]Marzuki Wahid dkk, pesantren masa depan: wacana pembedayaan dan tranformasi pesantren,
(Bandung:PUSTAKA HIDAYAH, 1999),hlm231.   
[8]Abuddin nata, op cit, hlm 315-319
[9]Arief Furchan, tranformasi pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta:Gama media, 2004), hlm 39.
[10] Mujamil Qamar, pesantren dari transformasi metodologi menuju demokratisasi intitusi,(Jakarta: Erlangga,
TT) hlm 72-75.
Posted by Unknown at 8:41 PM 
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:
Post a Comment
Newer PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)
About Me

Unknown
View my complete profile
Blog Archive

 ►  2019 (3)
 ►  2017 (3)
 ►  2015 (4)
 ▼  2014 (1)
o ▼  December (1)
 tradisi pesantren dalam tantangan arus globalisasi
Simple theme. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai