BAB I
PENDAHULUAN
kehidupan bangsa ini. Tidak hanya dari segi materi dan moral saja, namun juga
maupun non-formal.
1
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas RI
1
2
secara terstruktur dan berjenjang. Hal ini sebagaimana diketahui bahwa pondok
calon warotsatul anbiya (pewaris keilmuan para nabi) dalam mendalami sekaligus
pesantren memiliki ciri dan tradisi yang khas. Nurcholis Madjid menyebut,
Pesantren itu terdiri dari lima elemen yang pokok, yaitu: kyai, santri, masjid,
pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik..3 Kitab-kitab Islam klasik yang
Kitab kuning merupakan karya para ulama islam terdahulu yang ditulis
dengan menggunakan bahasa arab tanpa memakai harokat, hal mana aksara arab
yang ditulis tanpa harokat ini populer di kalangan pesantren dengan istilah
gundhul.4Maka dari itu kitab kuning juga sering disebut sebagai kitab gundhul. Di
hampir setiap waktu. Pengajian dan pengkajian kitab kuning ini sangat diperlukan,
2
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hlm. 6.
3
Nurcholish Madjid, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 63.
4
Maimun, Strategi Pemanfaatan Sumber Belajar di Pondok Pesantren, dalam Jurnal
Pendidikan Islam, (Malang: Tarbiyah Press IAIN Sunan Ampel, 1996), hlm. 67.
3
dan tata bahasa arab (nahwu, shorof, balaghoh, arudl, dan lain-lain).
memahami isi ajaran Islam secara kaffah (paripurna). Kitab kuning inilah yang
menjadi buku ajar sekaligus kurikulum utama di pondok pesantren salaf, yaitu
pendidikan lain. Tentu, karena pondok pesantren merupakan sub-kultur yang hidup
dan berkembang dengan warna unik yang merupakan sintesa nilai Islam-Indonesia.
Identitas ala pesantren itu tetap dan akan terus dilestarikan, dalam kerangka
pesantren yang bangga dan melawan lupa terhadap sejarah dan leluhurnya. Inilah
yang menjadi latar belakang warna pesantren cenderung tradisional, yang sering
sendiri. Dewasa ini dunia telah banyak berubah. Perkembangan IPTEK dan tatanan
ekonomi, politik, sosial, dan budaya telah menampakkan wajah yang lain dibanding
dengan wajah pada masa lalu dimana pondok pesantren menjadi tulang punggung
pendidikan di Indonesia. Perubahan peta dunia ini pada akhirnya menuntut segala
aspek kehidupan untuk mengikuti dan melakukan adaptasi agar tetap eksis di tengah
pesantren?
4
siwa Allahi haditsun (selain Allah adalah makhluk yang berubah-ubah). Terlebih,
pembelajaran, dan sistem pendidikan secara umumnya. Bahkan tak jarang pondok
pesantren yang sangat terbuka membuka jalur kerja sama dengan Pemerintah untuk
mendirikan unit sekolah formal negeri di dalam lingkungan pondok pesantren, hal
Dalam konteks ini sebenarnya pondok pesantren juga berupaya menjembatani gap
pendidikan nasional yang cenderung skuler (jauh dari agama) dengan cara
religius-intelektual.
pendahulunya, termasuk dalam ranah pendidikan yang biasa disebut pendidikan ala
Pondok pesantren Lirboyo adalah salah satu pondok pesantren yang tetap
konsisten mengabdikan diri kepada negara dan bangsa dalam kerangka mencer-
Kediri dengan platform salaf-nya merupakan satu dari sekian pondok pesantren
bercorak salaf, namun bukan berarti pondok pesantren Lirboyo bersikap eksklusif
dari pengaruh luar, justru bersikap akomodatif-selektif. Hal ini karena pondok
ulama sholeh terdahulu) yang juga menjadi jargon jamiyyah Nahdlotul Ulama:
menjaga tradisi & warisan ulama sembari mengadopsi nilai-nilai lain yang mulia.
Dari prinsip inilah kemudian pondok pesantren Lirboyo menjadi sangat akomodatif
serta membekali para santri dengan berbagai kemampuan yang akan sangat
dan globalisasi, pondok pesantren Lirboyo telah banyak melakukan pelatihan dan
kursus awal yang dipersiapkan untuk dasar pengembangan potensi santri. Pelatihan
6
ini menjadi bidang garapan Seksi Pramuka yang secara struktural ada di dalam
kepengurusan pondok Lirboyo. Adapun salah satu bentuk pembaruan yang menjadi
pondok pesantren Lirboyo membawa dampak yang sangat besar manfaatnya dalam
salaf. Di madrasah inilah santri (siswa) ditempa daya pikirnya dengan kurikulum
kedua elemen inilah yang sangat berperan dalam proses talim (KBM) pada sistem
pendidikan salaf di MHM Lirboyo. Berkenaan dengan ini, maka penelitian atas
diperlukan.
Dalam hal ini, peneliti berupaya mengadakan penelitian atas perjalanan dan
karena proses pembelajaran di tingkat ini dapat dikatakan sebagai puncak dari
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam
Mubtadiien Lirboyo?
Mubtadiien Lirboyo?
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
Mubtadiien Lirboyo.
8
kekurangannya.
E. Sistematika Pembahasan
Bab I: Terdiri dari Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
Bab II: Bab ini akan membahas tentang Tinjauan Pustakadan Kerangka
Teori. Bagian Tinjauan Pustaka berisi beberapa penelitian yang concern terhadap
Bab III: Bab ini akan membahas tentang Metodologi Penelitian, meliputi
pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data,
Bab IV:Bab ini berisi tentang paparan data dan temuan penelitian yang
BAB II
A. TINJAUAN PUSTAKA
Hidayatul Mubtadiien tingkat Tsanawiyah) Kota Kediri Jawa Timur. Adapun data
yang penulis peroleh dari studi pustaka, baik dari pembacaan buku, arsip penelitian
penulisan ini belum pernah ada kesamaan dalam variabel maupun objeknya, yaitu
(MHM) Lirboyo.
Adapun beberapa studi penelitian yang memiliki kemiripan dari sisi variabel
ini terfokus pada sejarah, bidang pembaharuan serta model pembaharuan sistem
berupa pendirian sekolah formal dan Madrasah Salafiyah I, II, III dan IV.5
5
Mutaalimah, Model Pembaharuan Sistem Pendidikan Pesantren Salaf di PP. al-
Munawwir Krapyak Yogyakarta, (Skripsi, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2003).
10
11
yaitu Madrasah Tribakti dan Sekolah ar-Risalah. Disamping itu, pola pendidikan
yang baik dan relevan, yaitu tuntutan pendidikan nasional. Akhirnya, implikasi
tradisi Islam dan lembaga pengkaderan ulama di satu sisi. Di sisi lain, juga
kebiasaan santri, dan juga berubahnya pola relasi antara santri dengan kiai/
gurunya6.
Menurut hemat peneliti, penelitian Ali Anwar diatas sangat menarik untuk
dicermati. Karena bisa dikatakan penelitian ini merupakan babak awal studi
6
Ali Anwar, Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri, (Kediri: IAIT Press,
2011).
12
Terlebih, penelitian ini secara langsung atau tidak dengan apik berhasil
Dari sudut pandang peneliti, penelitian Ali Anwar diatas memiliki cakupan
penelitian yang cukup luas. Karena penelitian ini berkepentingan untuk mengurai
serta Madrasah Diniyah ar-Risalah dan Sekolah ar-Risalah (pondok unit ar-
Risalah). Dari sisi ini terlihat adanya kecendrungan penelitian yang kurang
fokus terhadap sistem pendidikan salaf yang diterapkan di MHM Lirboyo. Dengan
faktor dibalik kesuksesan pesantren Lirboyo mencetak insan yang tafaqquh fi ad-
7
Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun
Moderen, (Jakarta: LP3ES, 1986), hlm.63.
13
B. KERANGKA TEORI
Sub bab ini berisi beberapa teori terkait dengan pembaruan kurikulum dan
berfungsi sebagai pemandu bagi peneliti agar fokus penelitian sesuai dengan
umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.8
1. Pembaruan
a. Pengertian Pembaruan
perubahan yang baru dan secara kualitatif berbeda dari hal yang ada sebelumnya,
sebenarnya tidak selalu berarti menciptakan hal-hal baru, akan tetapi memandang
sesuatu itu dari segi yang lain daripada yang biasa terjadi.12
8
PPs IAIT Kediri, Teknik Penulisan Karya Ilmiah, (Kediri: IAIT Press, 2010), hlm. 21.
9
Pusat Bahasa Dept. Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa DikNas, 2008)hlm. 142.
10
Winarno Surakhmad, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1997), hlm. 15.
11
Pusat Bahasa Dept. Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, hlm. 557.
12
Cece Wijaya dkk., Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, ( Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 6.
14
b. Pembaruan Kurikulum
itu sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi dan proses yang tercakup
atau fleksibel. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang terdiri dari
jenjang pekerjaan.
13
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002),hlm. 150-151.
15
alat sederhana dan biayanya juga dapat dijangkau oleh semua kalangan
masyarakat.
belajar mengajar.
adalah seperangkat cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat
hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam
b) Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula di dalam
menetapkan materi pelajaran atau bidang studi, metode, jenis kegiatan dan
4) Pendekatan Rekonstruksionalisme
kurikulum pada masalah penting yang dihadapi masyarakat. Dalam gerakan ini,
yaitu:
a) Rekonstruksionalisme Konservatif
masyarakat.
b) Rekonstruksionalisme Radikal
5) Pendekatan Humanistik
Pendekatan ini berpusat pada siswa atau peserta didik dan mengutamakan
perkembangan afektif peserta didik sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral
dari proses belajar. Para pendidik humanistik meyakini bahwa kesejahteraan mental
dan emosional peserta didik harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar proses
peserta didik.15
6) Pendekatan Akuntabilitas
Suatu sistem yang akuntabel menentukan standar dan tujuan spesifik yang
14
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hlm.
48.
15
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007), hlm. 203
18
prestasi belajar. Dalam banyak hal gerakan ini menuju kepada ujian akademis yang
7) Pendekatan Interdisipliner
Berbagai usaha yang telah dijalankan selama ini bertujuan untuk mendobrak
tembok pemisah yang dibuat antara berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu. Hal
ini didasarkan pada keyakinan bahwa masalah dalam kehidupan tidak hanya
organisasi kurikulum. Oleh karena itu, pembaruan kurikulum pada tahap ini masih
bersifat umum. Kegiatan pada tahap ini mencakup 3 (tiga) persoalan pokok, yaitu:
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan dicerna oleh peserta didik
pendidikan, sistem catur wulan atau semester, jumlah bidang studi dan alokasi
yaitu tujuan bidang studi yang akan dicapai selama program itu diajarkan. Untuk
mencapai tujuan kurikuler bidang studi ini, pengajar perlu menyusun dan
Dalam kegiatan pembaruan tahap ini, salah satu komponen yang harus
belajar berupa perubahan tingkah laku peserta didik. Tanpa adanya tujuan
instruksional yang jelas, pengajaran akan menjadi tidak terarah dan tidak efektif.
Oleh karena itu, pemahaman terhadap taksonomi hasil belajar menjadi sangat
penting bagi pengajar. Dengan pemahaman seperti ini, pengajar akan dapat
menentukan dengan jelas dan tegas, apakah tujuan instruksional mata pelajaran
20
yang diampunya lebih bersifat kognitif dan mengacu pada tingkat intelektual
S. Bloom, yaitu:
a) ranah kognitif, yaitu hasil belajar peserta didik berorientasi pada kemampuan
evaluasi.
b) Ranah afektif, yaitu hasil belajar yang berorientasi pada perasaan emosi dan
c. Pembaruan Pembelajaran
suatu yang baru dalam konteks pembelajaran untuk menjawab masalah yang
Top Down, Buttom Up, Quantum Learning dan CTL. Secara ringkas masing-
1) Top Down
21
Model ini adalah inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai
Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara
itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas
2) Bottom Up
Bottom Up adalah model inovasi yang bersumber dan merupakan hasil ciptaan
dari bawah, berupa model inovasi yang diciptakan berdasarkan ide, pikiran,
Bottom Up menempatkan manusia, dalam hal ini adalah guru atau pendidik,
membuat keputusan adalah pihak yang terjun langsung dalam proses pembe-
arkan pada hasil penelitian John Dewey yang menyimpulkan bahwa siswa akan
22
belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dengan situasi dunia
TABEL 1
PERBEDAAN PEMBELAJARAN CTL DAN KONVENSIONAL
CTL KONVENSIONAL
Pemilihan informasi sesuai dengan Pemilihan informasi ditentukan oleh
kebutuhan anak didik guru
Cenderung mengintegerasikan / Cenderung terfokus pada satu bidang
memadukan dengan beberapa ilmu tertentu
disiplin ilmu
Selalu mengaitkan informasi dengan Memberikan tumpukan informasi pada
pengetahuan awal yang dimiliki siswa
siswa
Menerapkan penilaian autentik Penilaian hasil belajar dilakukan secara
melalui penerapan praktis dalam akademik melalui kegiatan akademik
pemecahan masalah berupa ulangan / ujian
16
http://wahyualfianto.wordpress.com/2013/01/05/contekstual-teacher-learning/ (diakses
pada 23 September 2014)
23
4) Quantum Learning
pembelajaran. Istilah quantum dipinjam dari dunia ilmu fisika yang berarti
alamiah guru dan siswa menjadi hal yang bermanfaat bagi kemajuan mereka
dunia guru, dan mengantarkan dunia guru ke dunia siswa. Subjek belajar adalah
siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, sehingga guru harus memahami potensi
siswa terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam hal ini adalah
2. Sistem Pendidikan
yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan itu
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.18 Dari
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan.
17
Pusat Bahasa DepDikNas, Kamus Bahasa Indonesia, hlm. 1362.
18
UU Sisdiknas RI,
25
Input pada sistem pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu input mentah
(raw input), input alat (instrumental input), dan input lingkungan (environmental
input). Masukan mentah (raw input) akan diproses menjadi tamatan (output).
a) Dasar Pendidikan
Pendidikan sebagai proses timbal balik antara pendidik dan anak didik
b) Tujuan Pendidikan
dengan memperhatikan:
(vertikal).
(tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin
sepanjang hidupnya. Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh
pendidik adalah:
(1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
manusiawi.
Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan
kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling bergantung.
27
19
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1, Bab I Ketentuan Umum.
20
UU No.20 Tahun 2003, Pasal 39 ayat (1).
28
d) Administrasi
e) Anggaran
terperinci. Secara lebih khusus dapat dikatakan bahwa anggaran adalah rencana
dana yang disusun secara terorganisir untuk menerima atau mengeluarkan dana
a) Lingkungan keluarga.
c) Lingkungan masyarakat.
e) Lingkungan sosial budaya, yaitu nilai-nilai sosial dan budaya yang hidup dan
i) Lingkungan politik, yaitu keadaan politik yang terjadi pada daerah di mana
Output pada sistem pendidikan adalah hasil keluaran dari proses yang terjadi
dengan baik, menjadi warga negara yang baik yang didasarkan atas landasan-
sudah dijelaskan di atas berjalan dengan baik tanpa adanya hambatan maka hasil
lulusan tersebut pun akan baik. Oleh sebab itu, proses berkesinambungan dari
b) Siswa PutusSekolah
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebab adanya hambatan yang ada
21
http://apip0103.blogspot.com/2013/06/komponen-komponen-dalam-sistem.html, diakses
pada 15 September 2014.
31
BAGAN 1
KOMPONEN SISTEM PENDIDIKAN
c. Konsep Kurikululm
bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Secara
etimologi, kurikulum berasal dari bahasa latin, yaitu currere, sebuah kata kerja
mucul pendapat yang mengatakan bahwa kurikulum tidak hanya menekankan pada
isi, namun juga pada pengalaman belajar secara luas. Sebagaimana dikutip Nana
Syaodih.23
22
Fitriyatul Hanifiyah, Model Pengembangan Kurikulum Prodi PAI di STAIN Jember,
(Tesis, Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2011), hlm. 23.
23
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, hlm. 4.
32
yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi kurikulum. Ada tiga pola
organisasi kurikulum, yang dikenal juga dengan sebutan jenis-jenis kurikulum atau
Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum mata pelajaran yang terpisah satu
2) Correlated Curriculum
dihubungkan antara yang satu dengan yang lain, sehingga ruang lingkup
berhubungan erat. Atau dalam kata lain kurikulum ini adalah usaha
4) Integrated Curriculum
yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin
atau mata pelajaran. Kurikulum ini membuka kesempatan yang lebih banyak
d. Konsep Pembelajaran
sama lain dalam rangka tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
pengertian luas dan metode dalam pengertian sempit. Metode dalam pengertian
sempit artinya cara yang digunakan untuk menyampaikan suatu materi pelajaran
dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Sedangkan dalam arti luas berarti tidak
hanya sekedar cara mengajar, tapi lebih dari itu, yaitu membicarakan mengenai
24
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, hlm. 111.
25
Tabrani Rosyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), hlm. 3.
34
didik.26
1) Perencanaan Pembelajaran
apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang absah dan bernilai.28
perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan
efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya.29
proses pembelajaran merupakan suatu hal yang dapat membantu para pengelola
pencapaian suatu sasaran atau tujuan secara lebih mudah karena dapat dikontrol
26
Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2010), hlm. 39-40.
27
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), hlm. 79.
28
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 2.
29
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, hlm. 6.
35
Pada tahap pesiapan atau perancangan ini seorang guru harus mempunyai
yang dilaksanakan tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien dan dapat
akan diajarkan. Bahan pelajaran tersebut harus diatur agar memberi motivasi
pada siswa untuk aktif dalam belajar. Setelah proses pembelajaran ditetapkan
30
Sriyono dkk, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm.
13.
36
untuk berpikir secara optimal dan jikaperlu diberikan tugas-tugas yang harus
penting daripraktek pengajaran agar diperoleh hasil belajar siswa yang optimal.
diperhatikan oleh guru. Faktor tersebut sebagai penentu dalam pemilihan proses
2) Pelaksanaan Pembelajaran
pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan anak didik serta bahan
31
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, hlm. 82-83.
37
pelajaran sebagai perantara. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran ini guru
merupakan pengendali.Di samping itu guru harus melibatkan siswa secara aktif
Adapun fungsi dan peranan guru dalam proses pembelajaran ada tiga
yaitu:
a) sebagai pengajar
b) sebagai pemimpin
guru, yaitu tahap pra instruksional, tahap instruksional dan tahap evaluasi atau
tindak lanjut:
32
Roestiyah, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hlm.
38.
38
Yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar
(5) Mengulang pelajaran yang telah lalu secara singkat namun mencakup
(1) Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap tugas yang akan
dihadapi.
akan dikerjakan.
33
Sriyono dkk, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, hlm. 92-93.
39
dipelajarinya.34
(4) Memberi contoh yang konkrit pada setiap pokok materi yang dibahas,
dibahas.
Tahap yang terakhir ini adalah tahap evaluasi atau tindak lanjut. Tahap
34
JJ. Hasibuan dan Moedjono.,Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992), hlm. 74.
40
diberikan.
pembelajaran. Karena itu harus dilakukan oleh setiap guru sebagai bagian dari
tugasnya. Secara umum penilaian hasil belajar merupakan evaluasi hasil belajar
dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kemajuan belajar siswa dalam program
pendidikannya yang telah dilaksanakan. Untuk itu diperlukan alat evaluasi yang
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil yang
diantaranya adalah:
35
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Bandung:
PT. Cipta Aditya Bakti, 1990), hlm. 260.
36
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1997), hlm. 3.
41
a) Evaluasi Fomatif
Evaluasi formatif adalah penilaian yang dilakukan guru setelah satu pokok
bahasan selesai dipelajari oleh siswa dengan kata lain penilaian pada akhir
b) Evaluasi Sumatif
satu jangka waktu tertentu yaitu pada akhir catur wulan atau akhir
berikut:
1) MetodeDiakronis
kesatuan integral.
42
2) Metode Sinkronis-Analitis
berbagai masalah suatu cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya. Metode ini
incident.
4) Metode Empiris
37
Mukti Ali, Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini, (Jakarta: Rajawali, 1987), hlm. 323.
43
3. Pondok Pesantren
Secara etimologi, salaf mengandung arti yang dulu/ telah lewat.38 Salaf
terminologi berarti sebuah pendidikan yang menggunakan metode dan buku ajar
tradisional.
agama baik dengan sistem tradisional (bandongan, wethonan dan sorogan) maupun
sistem klasikal (jenjang kelas) yang umum disebut dengan madrasah diniyah atau
menganut kedua sistem itu. Pengertian ini kemudian berkembang seiring dengan
dikombinasikan dengan pendidikan formal (MI, MTS, MA, dst) yang mengikuti
KBM.
38
Achmad Warson, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap Cet. 14, Edisi Kedua,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm. 651.
39
http://www.alkhoirot.net/2011/09/pondok-pesantren-salaf.html(diakses pada 23
September 2014)
44
dekat dibanding pesantren modern. Hal ini karena kiai menjadi figur sentral:
5) materi pelajaran umum seperti matematika atau ilmu sosial tidak atau sangat
6) pondok salaf yang murni tidak memiliki lembaga pendidikan formal SD/MI
7) pondok pesantren salaf umumnya dipimpin oleh kiai yang secara kultural
8) biaya pendidikan di pesantren salaf relatif murah. Dan jauh lebih murah
dibanding pesantren modern. Tidak ada sistem daftar ulang. Dan tidak ada
sistem seleksi. Semua santri yang ingin masuk ke pesantren salaf umumnya
9) akhlak yang santun. Pesantren salaf menekankan pada perilaku yang sopan
dan santun terutama dalam berinteraksi dengan guru, orang tua dan
40
http://www.alkhoirot.net/2011/09/pondok-pesantren-salaf.html (diakses pada 23
September 2014)
45
pondok pesantren.41
proses siklus yang tiada pernah berakhir. Adapun proses pembaruan kurikulum
metode dan material institusi untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
pertimbangan pengajar.
diperoleh, yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.
41
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah
dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 10.
46
agama Islam tertua di Indonesia yang lahir dan berkembang semenjak masa-masa
bidang disiplin keilmuan Islam, dan dilaksanakan selama 24 jam dalam sehari.
bertumpu pada dua metode, yaitu metode wetonan atau bandongan (Jawa Barat)
seorang guru, kiai, atau ustadz membacakan dan menjelaskan isi kitab, sementara
Senada dengan pendapat yang diungkapkan oleh Endang Turmudi bahwa, dalam
metode ini kiai hanya membaca salah satu bagian dari sebuah bab dalam sebuah
ialah pembacaan satu atau beberapa kitab oleh kiai atau pengasuh dengan
42
Kafrawi, Pembaharuan Sistim Pendidikan Pesantren, (Jakarta: PT. Cemara Indah, 1973),
hlm. 17.
43
Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan, (Yogyakarta:LKiS, 2004),
hlm.36.
44
Abdurrahman Saleh, Pedoman Pembinan Pondok Pesantren, (Jakarta:Departemen
Agama RI, 1982), hlm.79.
47
Mesir). Karena kedua negara ini dianggap sebagai poros, pusat dari ajaran agama
metode yang disebut bandongan ini ternyata merupakan hasil adaptasi dari metode
Mesir. Kedua tempat ini menjadi kiblat pelaksanaan metode wetonan lantaran
dianggap sebagai poros keilmuan bagi kalangan pesantren sejak awal pertumbuhan
hingga perkembangan yang sekarang ini.45 Dan metode inilah yang paling banyak
Istilah wethon berasal dari kata wektu (bahasa jawa) yang berarti waktu,
atau sesudah melakukan shalat fardlu. Metode wethon ini merupakan metode
kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiai yang
padanya. Jadi, kiai berperan aktif, sedangkan santri bersifat pasif. Metode wethonan
ini dapat bermanfaat ketika jumlah santri cukup besar dan waktu yang tersedia
Adapun Sorogan yaitu sebuah metode pembelajaran dimana santri satu per
satu secara bergiliran menghadap kiai/ ustadz dengan membawa kitab tertentu. Kiai
membacakan beberapa baris dari kitab itu dan maknanya, kemudian santri
45
Mujamil Qamar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta:Erlangga, t.th.), hlm.143.
46
EnsiklopediIslam, (Jakarta:PT.Ictiar Baru Van Hoeve, 2000), hlm.336.
48
atau bimbingan bila diperlukan. Akan tetapi dalam metode ini, dialog murid dan
guru belum atau tidak terjadi.47 Ismail SM, seperti yang dikutip oleh Mujamil
Qamar menyatakan bahwa, ada beberapa kelebihan dari metode sorogan yang
secara didaktik- metodik terbukti memiliki efektivitas dan signifikansi yang tinggi
dalam mencapai hasil belajar. Sebab metode ini memungkinkan kiai, ustadz
bergantinya kitab yang dipelajari. Apabila seorang santri telah menguasai suatu
kitab dan lulus imtihan (ujian) dari Kiainya, ia bisa melanjutkan mempelajari kitab
1) Metode Diskusi
47
Said Aqiel Siradj, Pesantren Masa Depan, hal. 281.
48
Mujamil Qamar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, hal.146
49
Kafrawi, Pembaharuan Sistim Pendidikan Pesantren, hlm. 20.
50
Said Aqiel Siradj dkk.,Pesantren Masa Depan, hlm.280.
49
berbagai jenis pandangan agar murid atau santri aktif dalam belajar. Melalui
dan logis, dan akan lebih memicu para santri untuk menelaah atas kitab-kitab
yang lain. Keberhasilan yang dicapai akan ditentukan oleh tiga unsur, yaitu
2) Metode Evaluasi
Cara ini dilakukan setelah kajian kitab selesai dibacakan atau disampaikan. Di
masa lalu cara ini disebut imtihan, yakni suatu pengujian santri melalui
munaqasyah oleh para guru atau kiai-ulama di hadapan forum terbuka. Selesai
yang melekat pada pesantren sejak dahulu hingga sekarang. Metode hafalan
51
Abdurrahman Saleh,Pedoman Pembinan Pondok Pesantren, hal.80
52
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya:Citra Media, 1996), hlm.89.
53
Said Aqiel Siradj dkk., Pesantren Masa Depan, hlm.284.
50
kepada anak-anak yang berada pada usia sekolah tingkat dasar atau tingkat
menengah.
Disamping itu, ada beberapa metode lain dalam proses pendidikan pondok
hatkan pola-pola baru sebagai akibat dari persentuhan dengan pola pendidikan
lama yang baik dan mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih baik). Tanpa harus
kehilangan identitas dan karakternya yang khas, model pesantren ini terbukti
54
Komisi D Musyawarah/ Lokakarya Intensifikasi Pengembangan Pondok Pesantren,
(Jakarta, 1978), dalam Pembaharuan Sistim Pendidikan Pesantren, (Jakarta: PT. Cemara Indah,
1973), hlm. 17.
55
Machsun Muchtar, Transformasi Pendidikan Islam, dalam Pesantren Masa Depan:
Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), hlm. 198.
51
pendidikan madrasah dan sekolah, mulai tingkat dasar sampai dengan perguruan
tinggi.
seperti pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati, Jawa Tengah. Model pesantren ini
oleh fan-fan ilmu ala pesantren yang diintensifkan melalui pendekatan madrasi.
Arab dan bahasa Inggris. Sistem pondok (asrama), otoritas kyai dan beberapa nilai
dan metode klasik (sorogan dan bandongan) tidak dipergunakan lagi. Sistem
formal. Namun materi-materi yang diajarkan sesuai dan bahkan sederajat dengan
56
Machsun Muchtar, Transformasi Pendidikan Islam, dalam Pesantren Masa Depan:
Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, hlm. 199-200.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.58 Penulis memakai pendekatan
ini karena penelitian ini bersifat naturalistik, artinya penelitian ini terjadi secara
alami, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan
Penelitian kasus atau teknik studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan
secara intensif, terinci, dan mendetail terhadap suatu organisasi, lembaga atau
gejala tertentu. Karena sifat yang mendalam dan mendetail tersebut, studi kasus
57
Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PPM,
2003), hlm. 53.
58
Lexy Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), hlm. 3.
59
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm.13.
53
54
B. Kehadiran Peneliti
peneliti di tempat penelitian sangat diperlukan sebagai instrumen utama. Dalam hal
penganalisis data, dan sebagai pelapor hasil penelitian. Peneliti di lokasi juga
sebagai peneliti oleh pengasuh dan pengajar Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.
C. Lokasi Penelitian
2. Nama besar pondok pesantren Lirboyo di jajaran pondok pesantren salaf yang
masih eksis mempertahankan ajaran ahlus sunnah wal jamaah dengan metode
sebagai salah satu ujung tombak pendidikan salaf ala pesantren Lirboyo.
4. Belum ada peneliti yang spesifik mengkaji bidang penelitian pembaruan sistem
D. Sumber Data
sesuatu hal yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan. Atau suatu fakta
yang digambarkan lewat angka, simbol, kode, dan lain-lain.60 Data penelitian
dikumpulkan baik lewat instrumen pengumpulan data, observasi maupun lewat data
dokumentasi.
Sumber data secara garis besar terbagi ke dalam dua bagian, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber
pertama melalui prosedur dan tekhnik pengambilan data yang dapat berupa
dirancang sesuai dengan tujuannya. Sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan
arsip-arsip resmi.61
penelitian tergantung pada strategi dan alat pengambilan data yang dipergunakan.
Hal ini pada akhirnya akan ikut menentukan ketepatan hasil penelitian. Menurut
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.62 Jadi, kata-kata dan tindakan
orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama dan
60
Iqbal hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2002),
hlm.82.
61
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005), hlm.36.
62
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 157.
56
sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa
hal, peristiwa, manusia, situasi yang dapat diobservasi. Tetapi seringnya sampel
betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu.64
Penelitian ini berusaha agar dalam sampel itu terdapat wakil-wakil dari segala
lapisan populasi. Dengan demikian diusahakan agar sampel itu memiliki ciri-ciri
santri.
Subjek pertama yang dipilih adalah informan yang oleh karena syarat-syarat
pertimbangan ini, informan yang pertama yang dipilih adalah kyai yang notabene
Mubtadiien. Mereka adalah pihak yang dianggap paling tahu tentang pembaharuan
63
Nasution S, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), hlm.
32.
64
Nasution S, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm.
98.
57
kawan itu diminta pula untuk menunjuk kawan masing-masing pula, dan begitu
seterusnya.65
sampai pada taraf redundancy (ketuntasan atau kejenuhan), artinya apabila ada
penambahan informan baru maka akan tidak mampu memperkaya informasi yang
diperlukan.66
1. Metode Dokumentasi
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.67 Metode ini dipergunakan untuk
memperoleh data yang bersifat dokumenter, seperti tentang: sejarah berdiri, jumlah
staf pengajar, sarana dan prasarana, dan keadaan siswa, dan sebagainya.
2. Metode Interview.
65
Nasution S, Metode Research, hlm. 99.
66
Nasution S, Metode Research, hlm. 32.
67
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm.236.
68
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm.133.
58
sosial, yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam
lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan
atas pengamatan melalui cara berperanserta dan yang tidak berperanserta. Pada
sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari
Dalam hal ini peneliti adalah pengamat sebagai pemeranserta, yang mana
peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh umum bahkan mungkin ia atau
mereka disponsori oleh para subjek. Karena itu maka segala macam informasi
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
69
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.126.
59
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.70 Pengelolaan
data atau analisis data merupakan tahap yang penting dan menentukan. Karena pada
tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil
melukiskan serta menguraikan data yang bersifat kualitatif yang telah penulis
1. Mencatat sesuatu yang dihasilkan dari catatan lapangan, kemudian diberi kode
3. Berpikir dengan jalan membuat kategori agar data itu mempunyai makna,
temuan umum.71
Adapun langkah yang digunakan peneliti dalam menganalisa data yang telah
diperoleh dari berbagai sumber tidak jauh beda dengan langkah- langkah analisa
1. Mencatat dan menelaah seluruh hasil data yang diperoleh dari berbagai sumber,
70
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.103.
71
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 248.
60
rumusan masalah.
3. Dari data yang telah dikategorikan tersebut, kemudian peneliti berpikir untuk
Dalam menganalisis data, peneliti juga harus menguji keabsahan data agar
memperoleh data yang valid. Untuk memperoleh data yang valid, maka dalam
penelitian ini digunakan lima teknik pengecekan dari sembilan teknik yang
terhadap subyek yang diteliti, guna memahami gejala yang lebih mendalam,
penelitian.
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu, tekniknya dengan pemeriksaan sumber
lainnya.72 Hal ini dilakukan untuk dapat mengetes kebenaran suatu data sekaligus
72
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 178.
61
subyek yang diteliti. Dalam member check ini tidak diberlakukan kepada semua
dengan pihak-pihak yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang relevan, seperti
pada dosen pembimbing, pakar penelitian atau pihak yang dianggap kompeten
penelitian dengan data yang diperoleh dari berbagai alat, dilakukan pencatatan dan
H. Tahapan Penelitian
yang berbentuk siklus, yang mana proses siklus terdapat tiga tahapan yang
73
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.175-181.
62
tertentu.
referensi baik buku, majalah, jurnal dan situs internet yang berkaitan dengan fokus
masalah. Hal ini berupa konsep dasar pembaruan kurikulum dan pembelajaran
Peninjauan atau survei awal dilakukan peneliti pada lembaga untuk melihat situasi
dan riil lokasi, serta bertemu langsung dengan Mudier MHM untuk mendapatkan
Lirboyo.
laporan kepada informan agar dikoreksi kesesuaian dengan informasi yang telah
terhadap data-data yang tidak sesuai dengan informan. Adanya kroscek penting
studi dokumentasi.
64
BAB IV
PAPARAN DATA
Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan data-data hasil penelitian yang
peneliti kumpulkan dari berbagai sumber, baik dari sumber manusi (human
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, wawancara dan
dibutuhkan.
representatif, yaitu sebagai subyek penelitian atu sumber data yang bisa
sesuai dengan tujuan atau diperolehnya data yang diharapkan (purposive). Dengan
pengambilan atau penentuan sampel sumber data dengan cara mengambil subjek
bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya
tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, subyek yang ditetapkan adalah yang paling
mengetahui dan mengerti tentang informasi yang diperlukan, bersifat terbuka dan
mau memahami kepentingan penelitian. Oleh karena itu, informan dan subyek
65
penelitian yang peneliti anggap dapat memenuhi kriteria tersebut adalah sebagai
berikut: Bapak M. Masruhan selaku Mudier Tiga, Bapak Adib al-Asna selaku
Sekretaris Umum MHM, Bapak Irfan Zidni selaku Mustahiq (pengajar) tingkat
Sedangkan dari elemen santri (siswa), peneliti memilih santri yang menjabat
informasi yang dibutuhkan, karena santri tersebut juga berperan langsung dalam
Laporan ini akan dipaparkan sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan
oleh peneliti. Oleh karena itu, dalam penyajiannya peneliti melaporkan hasil
penelitian ini sesuai dengan urutan masalah. Dalam fokus penelitian ini, yang
Perlu dipahami, bahwa berbagai data yang peneliti sajikan di sini tidaklah
A. Setting Lokasi
Abdul Karim desa Lirboyo,kecamatan Mojoroto, Kota Kediri Jawa Timur. Pondok
Pesantren Lirboyo memiliki letak geografis yang relatif strategis, karena letaknya
Lirboyo di awal tahun ajaran 1435-1436 H. ini berjumlah ____ santri.Pesantren ini
menempati lahan sekitar 20 ha. Separoh lebih dari areal seluas itu dimanfaatkan
Pondok Pesantren Lirboyo terdiri atas pondok Induk yang bernama pondok
Mahrusiyah, Pondok HM, Pondok HY, Pondok Pesantren Putri Tahfidzul al-Quran
ar-Risalah, Pondok Putri HMQ, Pondok Darus Salam (DS), Pondok al-Baqoroh,
Pondok Murottilil Quran dan beberapa pondok cabang, yaitu pondok cabang
Cakung Blitar, cabang Turen Malang, dan cabang Pagung Semen Kediri.
Karim yang berasal dari kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada tahun 1910. KH.
67
Abdul Karim merupakan salah satu santri kesayangan syaikhul masyayikh KH.
desa Lirboyo agar Kyai Sholeh Banjarmelati, mertua mbah Karim (begitu sapaan
KH. Abdul Karim) berkenan mengutus seorang dai agar syiar Islam di daerah itu
lebih meluas dan desa Lirboyo menjadi aman serta tentram, karena pada waktu itu
desa Lirboyo dikenal rawan aksi kejahatan dan angker. Maka diutuslah mbah Karim
Di Lirboyo, mbah Karim mendirikan surau kecil nan sederhana untuk ber-
taqorrub kepada sang ilahi. Berkat kealiman, keikhlasan mengajar mbah Karim
serta laku tirakat yang sudah tenar sejak nyantri di Bangkalan, satu per-satu pencari
ilmu datang ke suraunya dengan tujuan untuk memperdalam ilmu agama. Begitulah
kehendak Allah SWT., informasi keberadaan surau kecil yang menjadi cikal-bakal
berdirinya pondok pesantren Lirboyo semakin tersiar luas dari telinga ke telinga.
Lirboyo menjadi idola bagi santri yang hendak mendalami ilmu agama.
Sebagaimana di pondok pesantren yang lain, pada masa awal berdirinya pondok
proses pembelajaran.
68
maka didirikanlah sebuah masjid guna menunjang proses pembelajaran santri pada
tahun 1913. Masjid ini berdiri dengan kontruksi yang sangat sederhana. Dan pada
tahun 1928 (bertepatan dengan 15 Rabiul Awwal 1347 H) masjid ini telah selesai
direnovasi dengan kontruksi yang lebih permanen dan megah dengan meniru gaya
arsitek masjid pada masa kejayaan daulat Fatimiyyah yang pada umumnya
menggunakan pintu sejumlah 9 (sembilan). Maka dari itu masjid Lirboyo ini
maksimal karena jumlah santri yang terus meningkat, dan kompleksitas materi yang
harus diajarkan, serta masjid yang digunakan sebagai basis tempat pembelajaran
santri ini tidak muat lagi daya tampungnya, maka menjadi sebuah keharusan bagi
pondok pesantren Lirboyo untuk mencari solusi jalan keluar dari berbagai masalah
tersebut.
Atas inspirasi Jamhari (santri senior yang sepulangnya dari Makkah berganti
nama KH. Abdul Wahab), bersama Syamsi dari Gurah Kediri, pada tahun 1925
dirintislah sistem pendidikan klasikal. Dan atas restu KH. Abdul Karim dengan
dawuh, Santri kang durung biso moco lan nulis kudu sekolah (Santri yang belum
bisa membaca dan menulis harus sekolah), maka didirikanlah Madrasah Hidayatul
bahkan masih terus di-upgrade dengan metode baru yang lebih efektif dan inovatif
sebagian besar pondok pesantren pada masa itu merupakan hal yang benar-benar
69
baru, begitu juga bagi pondok pesantren Lirboyo. Perjalanan MHM-pun yang
dimulai pada tahun 1925 sampai masa sebelum kemerdekaan terus mengalami
pasang surut, seperti ketika harus vakum selama dua tahun (1931-1932).Berkat
usaha KH. Abdulloh Jauhari (ayahanda Gus Makshum) bersama Kiai Kholil (Ketua
PP. Lirboyo saat itu) dari Melikan, Kediri, yang mengajak Kiai Faqih Asyari
(alumni PP. Tebuireng yang tahu banyak tentang sistem pendidikan klasikal) dari
Sumbersari, Pare, Kediri, maka MHM diaktifkan kembali pada bulan Muharram
tingkatan, tingkatan Sifir (kelas persiapan) selama 3 tahun dan tingkatan Ibtdaiyah
selama 5 tahun. Waktu belajarnya pada malam hari, mulai puku 19.00-23.00 Wis74
dengan materi pelajaran berupa ilmu nahwu sharaf, balaghah, dan materi
siswa terus meningkat meski tidak terlalu pesat. Keadaan ini sangat dimaklumi
karena pada masa penjajahan Belanda semua pendidikan diawasi oleh penjajah
tak menentu. Hal ini berdampak terhadap perkembangan MHM. Waktu sekolah
yang tadinya malam diganti menjadi siang hari, karena waktu itu bahan bakar untuk
penerangan sangat sulit didapatkan, dan kalaupun ada harganya teramat mahal.
74
Wis adalah singkatan dari Waktu Istiwa, yaitu sebuah patokan waktu yang didasarkan
kepada fenomena astronomis saat posisi matahari melintasi meridian langit. Patokan waktu Wis ini
sering digunakan sebagai patokan waktu yang utama di pondok pesantren, disamping patokan waktu
WIB sebagai perbandingan. (lihat: http://shansdoel.blogspot.com/2013/01/waktu-istiwa-dan-
urgensinya-terhadap.html)
70
Jumlah siswa yang pada masa penjajah Belanda mencapai 350 siswa, menjadi
hanya 150 saja pada masa penjajah Jepang. Setelah Jepang hengkang, kondisi itu
tetap berlangsung, bahkan pernah hanya 5 siswa yang bisa tamat belajar di MHM.
Shifir diganti dengan tingkat Ibtidaiyah (4 tahun) dan tingkat Ibtidaiyah menjadi
tingkat Tsanawiyah (4 tahun). Di tahun ini pula timbul gagasan dari KH. Zamroji
(yang pada waktu itu menjadi guru kelas terakhir tingkat Tsanawiyah) untuk
Muallimin tersebut adalah Fathul Wahab, Uqudul Juman, Jamul Jawami, dan
lain-lain.
Dirasa belum sempurna, tahun 1949 M. KH. Abdul Lathif asal Kolak,
Ngadiluwih, Kediri, yang pada saat itu menjadi Pimpinan MHM mengusulkan agar
meteri yang diajarkan di kelas ditetapkan sebagai kurikulum yang baku dalam
pembelajaran di MHM. Akhirnya pada tahun 1950 M., saat MHM dinahkodai oleh
Ali bin Abu Bakar asal Bandar Kidul, Kediri, dan dibantu Yasin asal Ngronggot,
Tsanawiyah menjadi 3 tahun serta materi pelajaran Tsanawiyah ditambah fan ilmu
Tafsir, Hadis, Falak, Arudl. Semua usulan itu disepakati dan diberlakukan di
MHM.
1977-1978 M. sidang Panitia Kecil MHM yang dipimpin oleh KH. Ilham Nadzir
yang dihadiri oleh pimpinan pondok pesantren Lirboyo menetapkan bahwa jenjang
tingkat Ibtidaiyah menjadi 6 tahun dan untuk tingkat Muallimin dirubah menjadi
71
tingkat Aliyah. Maka sejak itu, jenjang pendidikan Madrasah yang ada dibawah
bandongan/ wethonan dan sorogan. Dari kedua metode ini, pesantren Lirboyo
pengembangan pendidikan, baik yang sifatnya kedalam maupun keluar. Hal ini
(MTs. HM) Lirboyo telah mengalami banyak penyempurnaan dari tahun ke tahun.
Perubahan kurikulum ajar yang dilakukan di MHM Lirboyo ini dilakukan sebagai
erat kaitannya dengan kitab yang dijadikan pedoman ajar, keduanya diibaratkan
sebagai dua sisi mata uang. Kitab-kitab tersebut disamping digunakan sebagai buku
ajar, sekaligus juga berfungsi sebagai kurikulum pembelajaran. Maka tak jarang
ditemukan, santri-santri lebih akrab menyebut dengan nama kitab yang dipelajari,
bukannya fan (disiplin ilmu) atau topik permasalahan yang sedang dipelajarinya.75
Tercatat dalam buku HSPK bab Pengantar Sejarah MHM, bahwa kurikulum
yang ditetapkan pada tahun 1933 M. (bertepatan dengan bulan Muharrom 1353 H.)
meliputi ilmu tahid, tajwid, fiqh, nahwu, sharaf dan balaghah dengan
Pelajaran tertinggi pada masa itu adalah ilmu balaghah dengan standar kitab al-
Jauhar al-Maknun.76
75
Ali Anwar, Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri, hlm. 113.
76
MHM, HSPK 2014-2015, (Kediri: MHM, 2014), hlm. x.
73
ditambahkan lagi beberapa disiplin ilmu di MHM Lirboyo, yaitu Ilmu Falak dan
Ilmu Arudl.78 Tercatat pula bahwa terhitung mulai tahun 1983 pada tingkat Aliyah
diajarkan kitab al-Mahalli (fiqih), Jamul Jawami (ushul fiqih), al-Jamiu al-
HSPK mulai dari awal sampai akhir waktu penelitian ini dilakukan, yaitu buku
HSPK tahun ajaran 2014-2015. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami
pola pembaruan kurikulum di MHM Lirboyo. Namun sayang, buku HSPK yang
ditemukan hanya 17 (tujuh belas) buah, yaitu buku HSPK tahun ajaran 1995-1996,
2014, dan 2014-2015. Walaupun masih jauh dari proporsional, setidaknya buku
HSPK yang masih ada tersebut cukup membantu untuk memahami pola
77
MHM, HSPK 2014-2015, hlm xi.
78
MHM, HSPK 2014-2015, hlm xii.
79
M. Romadlon, Aura, (Kediri: Purna Siswa III Aliyah MHM Lirboyo, 2004), hlm. 115.
80
MHM, HSPK 1995-1996, (Kediri: MHM, 1995), hlm. 23.
74
TABEL 2
DAFTAR MATA PELAJARAN DAN KITAB AJAR
MTS HM TA. 1995-1996
yaitu mulai tahun ajaran 1995-1996 sampai tahun ajaran 2014-2015 adalah sebagai
berikut81:
81
Disarikan dari HSPK tahun 1995 sampai 2014.
75
TABEL 3
PERUBAHAN KURIKULUM DI MTs. HM THN. 1995-2014
HSPK
No. (tahun Aspek Perubahan Latar Belakang
ajaran)
1 2012-2013 Penambahan mapel. di kelas I- Perlunya santri memahami
III Tsanawiyah: Manaqib siroh (perjalanan hidup)
Aimmah al-Arbaah (Tarikh) ke-empat imam madzhab
sebagai suri teladan
kurikulum. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kurikulum yang telah ada
MHM tidak serta-merta membahas perubahan yang diusulkan pada forum HSPK
terdekat. Langkah yang dilakukan adalah menelaah kembali materi pelajaran yang
selama satu tahun. Baru setelah itu, dilakukan pembahasan perlu tidaknya
kesinambungan dan kemampuan daya tangkap siswa. Dalam hal ini, susunan
metodologis. Seperti halnya ilmu fiqih yang merupakan ilmu praktis telah diajarkan
82
Wawancara Bapak Moh. Adib Al Asna, 6 Oktober 2014 di Kantor MHM.
76
mulai jenjang paling rendah sampai jenjang teratas, sementara ilmu ushul fiqih dan
Hal ini dilakukan agar siswa mempunyai landasan pijak berupa produk
hukum jadi yang dipelajari di ilmu fiqih sebelum siswa mendalami ushul fiqih yang
penting dilakukan agar siswa tidak secara ngawur mempraktekkan teori istinbath
al-hukmi dalam ilmu ushul fiqih yang diterimanya, karena siswa telah mempunyai
Berikut adalah beberapa daftar ilmu praktis dan metodologis yang diajarkan
di MTs. HM Lirboyo:
TABEL 4
PERBANDINGAN ILMU PRAKTIS DAN METODOLOGIS
No. Ilmu Praktis Ilmu Metodologis Mulai Diajarkan
1 Fiqih (Fathul Ushul Fiqih (al- Fiqih mulai kelas I Ibt.
Muin) Waroqot & Tashil at- Ushul Fiqih mulai kelas I
Turuqot)&Qowaid al- Ts. Qowaid al-Fiqhiyah
Fiqhiyah (al-Faroid al- mulai kelas III Ts.
Bahiyah)
2 Hadits (Bulughul Ilmu Hadits (al- Hadits mulai kelas V Ibt.
Marom & Riyadlus Bayquniyah) Ilmu Hadits mulai II Ts.
Sholihin)
3 Tafsir (Tafsir Ilmu Tafsir (Itmam ad- Tafsir mulai I Ts. Ilmu
Jalalain) Diroyah) Tafsir mulai II Ts.
juga dilakukan dengan prinsip berkembang. Dalam hal ini mata pelajaran didesain
berkembang dan berjenjang dari satu tingkat kelas ke tingkatan kelas selanjutnya,
77
sesuai dengan tingkat kemampuan daya tangkap siswa. Sebagai contoh adalah
pengembangan kurikulum dalam ragam pelajaran tata bahasa Arab,yang pada kelas
I dan II Tsanawiyah hanya diajarkan pelajaran nahwu dan shorof (gramatika bahasa
Arab), kemudia ditambahkan mata pelajaran balaghah dan arudl (sastra bahasa
MTs HM juga memegang peranan yang besar. Untuk menciptakan efektifitas dan
pertimbangan menyusun jadwal pelajaran. Dalam hal ini, jadwal KBM di MTs. HM
dan kondusif.
Sebagai contoh adalah penyusunan mata pelajaran pokok yang diampu oleh
Mustahiq selalu ditempatkan di hisshoh ula (tatap muka pertama). Hal ini dilakukan
agar Mustahiq dapat memantau dan memastikan bahwa siswa asuhnya masuk
sekolah, hal mana peran Mustahiq terhadap keaktifan siswa dirasakan sangat besar.
Adalah kewibawaan di mata siswa dan keakraban siswa dengan Mustahiq yang
Disamping juga diterapkan sistem hukuman bagi yang tidak aktif sekolah, misalnya
gedung Aula Muktamar, dipaket (dikirim ke Mustahiq kelas lain untuk dihukum di
kelas tersebut). Dengan cara ini terbukti efektif menimbulkan efek jera bagi siswa
maupun instruksional dalam proses kependidikan di MHM. Buku HSPK ini berisi
otonom di bawah MHM, serta hal penting lainnya yang berkaitan dengan
Buku HSPK ini disusun oleh tim yang disebut dengan Panitia Kecil, atau
dalam istilah lain disebut Panitia Ad Hock, yaitu sebuah badan kepanitiaan yang
MHM Lirboyo. Panitia Kecil ini beranggotakan 16 (enam belas) orang dengan
1. Anggota Terpilih
Yaitu 7 (tujuh) orang dari unsurmasyayikh/ dzurriyah dan para senior/ pakar
pendidikan di MHM Lirboyo yang dipilih secara demokratis dan terbuka oleh
2. Pimpinan MHM
Yaitu Mudier (Pimpinan Madrasah) yang terdiri atas 5 orang, yaitu Mudier Am,
Mudier I, II, III dan IV. Anggota ini mutlak masuk dalam keanggotaan panitia
Ke-enam belas orang yang tergabung dalam panitia HSPK inilah yang
pengajar, badan otonom di bawah MHM, serta hal penting lainnya yang berkaitan
Buku HSPK memiliki peranan yang strategis sebagai tolok ukur dan penentu
arah pendidikan salaf di MHM. Bagi MHM, buku HSPK adalah kitab suci yang
digariskan di HSPK bisa berjalan dengan mulus dan lancar. Secara makro dapat
dikatakan tidak terjadi kendala yang berarti. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari
konsistensi dan kegigihan para pengajar dalam menjalankan HSPK secara sungguh-
sungguh. Kesungguhan pengajar ini bisa dilihat dari besarnya rasa tanggung jawab
83
MHM, HSPK 2014-2015, hlm. 60.
80
1) Waktu
yang dilakukan pada jam sekolah, yaitu jam 19.00-23.00 wis. Kegiatan ini
dilakukan selama 6 (enam) hari dalam seminggu, selain hari Jumat. Proses
pembelajaran dilakukan pada malam hari karena lokal/ kelas di waktu pagi
digunakan KBM untuk siswa Ibtidaiyah dan Idadiyah. Dalam satu hari KBM
di MHM dibagi kedalam 2 (dua) tatap muka, atau lebih dikenal dengan istilah
tahun ajaran terdapat 4 (empat) kali kwartal. Adapun untuk sistem tahun ajaran,
MHM Lirboyo berpedoman pada tahun Hijriyah. Awal tahun dimulai pada bulan
Syawwal tanggal 13, dan berakhir pada akhir bulan Rajab. Pembagian waktu
TABEL 5
PEMBAGIAN KWARTAL
84
MHM, HSPK 2014-2015, hlm. 45.
81
KBM per-kwartal, karena rentang waktu KBM tidak terlalu panjang, sehingga
juga dibarengi dengan rolling Mustahiq kelas yang satu dengan Mustahiq kelas
dirolling mengajar di kelas A-2, Mustahiq yang semula mengajar di kelas A-2
dirolling mengajar di kelas A-3, begitu seterusnya terjadi rolling ketika terjadi
pergantian kwartal.
TABEL 6
PEMBAGIAN BAGIAN KELAS
85
MHM, Laporan Kwartal IV 2013-2014, (Kediri: MHM, 2014), hlm. 4-10.
82
tetap diselenggarakan tiap setengah tahun, atau dalam kata lain disebut semester,
yang meliputi semester ganjil dan semester genap. Rangkaian ujian semester
ganjil meliputi koreksian kitab dan ujian utama, sedangkan rangkaian ujian
2) Pengajar
Jalannya proses KBM tentulah tak bisa lepas dari peran pengajar/
yang mengampu pelajaran pokok86, seperti fiqih, nahwu, shorof, tauhid dan lain-
lain pada satu kelas tertentu dan menjadi penanggung jawab atas kelas yang
diampunya. Di sekolah formal istilah Mustahiq ini dikenal dengan istilah Guru
Mustahiq adalah 5 (lima) hari dalam satu minggu. Bahkan ada yang setiap hari
eratnya jalinan komunikasi dan ikatan emosional antara Mustahiq dan siswa.
Inilah yang menjadi alasan kontribusi Mustahiq atas anak didiknya dalam proses
86
Prosentase pelajaran pokok yang diampu oleh Mustahiq bervariasi nilainya. Pada tingkat
Ibtidaiyah, prosentase rata-rata 17 %. Pada tingkat Tsanawiyah 17-25 %, sedangkan pada tingkat
Aliyah berkisar 33-42 %. Nilai-nilai ini juga berarti besarnya intensitas tatap muka Mustahiq dalam
suatu kelas.
83
menyampaikan materi ajar belaka, namun juga bertanggung jawab atas baik-
kelasnya, ketercapaian target belajar dan hafalan, bahkan urusan akhlaq siswa.
Dari sini nampak kesesuaian arti harfiyah kata Mustahiq dengan tugasnya,
bahwa Mustahiq adalah orang yang berhak dalam arti bertanggung jawab dan
siswa tertentu sampai menamatkan jenjang terakhir, yaitu kelas III Aliyah.
Dalam jenjang karirnya, setiap tahun Mustahiq juga mengalami kenaikan kelas
sebagaimana siswa didiknya. Begitu seterusnya sampai tamat kelas III Aliyah.
Bahkan ada beberapa Mustahiq yang setelah tamat mengulangi mengajar lagi
dari bawah, sampai pada akhirnya ia tamat sebagai Mustahiq sebanyak dua kali.
Akhlaq, Tafsir, Hadits, Sejarah, Bahasa, dan lain-lain. Ikatan emosional antara
Munawwib dan siswa memang tidak terlalu besar, sekalipun demikian peran
Munawwib tentu tak bisa dipandang sebelah mata. Ini dikarenakan sebagian
87
Ngancani bibinahu merupakan istilah Jawa yang bernada merendah (tawadlu). Secara
lugas ia mempunyai arti mengajar.
84
dzurriyah (keluarga kiai) yang pada umumnya merupakan eks. Mustahiq yang
3) Pengajaran
agar siswa tidak hanya mengenal teman sekelas saja, tapi juga bisa mengenal
potensi siswa, artinya siswa dengan klasifikasi intelegensi tinggi, sedang, dan
rendah dibagi secara merata di setiap kelas. Hal ini dilakukan agar siswa yang
penataan serupa oleh pimpinan MHM, hanya saja tidak berdasarkan potensi
yang ahli dalam bahtsul masail. Langkah ini merupakan upaya untuk lebih
dan niat dalam motivasi mengabdikan diri sebagai pengajar, tanpa memberikan
HSPK.
penjelasan Bapak A. Mutohar bahwa terkait trik ataupun teknis mengajar tidak
secara eksplisit diarahkan oleh pimpinan MHM. Pimpinan MHM dalam hal ini
hanya memberikan penekanan fondasi penataan hati dan niat dalam motivasi
88
A. Mutohar, wawancara, dewan mustahiq merangkap seksi keamanan MHM Lirboyo, 21
September 2014.
89
Dewan Mustahiqqin adalah badan koordinasi antar-mustahiq dalam satu tingkatan kelas.
Pembentukan dewan ini ditujukan untuk melakukan koordinasi dan sharing antar-mustahiq untuk
membahas segala perkembangan yang terjadi di kelasnya masing-masing.
86
adalah batasan materi pelajaran dan hafalan siswa yang harus dicapai dalam
keterangan yang tertulis di dalam kitab dan dengan gaya penjelasan yang
standar. Hal ini dilakukan agar semua siswa dapat menangkap penjelasan yang
ngannya, maupun strategi pengajaran yang akan dilakukan. Hal ini secara efektif
kualitas individual yang berbeda, hal yang lumrah terjadi adalah beragamnya
Hal berbeda terjadi sebaliknya, Mustahiq yang kurang menguasai mata pelajaran
TABEL 7
PEMBAGIAN ALOKASI WAKTU KBM
untuk siswa yang memiliki kemampuan daya tangkap tinggi dan siswa yang
daya tangkapnya rendah. Untuk siswa dengan daya tangkap tinggi, tambahan
terpendam, hal mana mungkin proses KBM di kelas dirasa kurang memadai.
lain.
Lirboyo adalah larangan bagi siswa yang masih kelas Tsanawiyah dan
terpampang dengan jelas di atas pintu masuk masjid Lawang Songo sebelah
timur dengan redaksi: Santri dilarang nderek pengajian kitab engkang dereng
pangkat-ipun . Larangan ini muncul dari alm. KH. Marzuqi Dahlan dan alm.
KH. Mahrus Ali sebagai bentuk antisipasi merebaknya siswa yang mengaji kitab
dengan bobot tinggi padahal siswa tersebut belum mampu memahaminya, agar
juga mempunyai kitab tersebut. Tahapan teknisnya adalah siswa menulis ulang
kitab-kitab tersebut di buku tulis khusus dalam format yang sama persis dengan
format di kitab. Kemudian buku yang berisi tulisan salinan dari kitab itulah yang
mensiasati dengan menulis kitab jauh-jauh hari sebelum materi yang ditulis itu
89
diajarkan, sebagian menggunakan waktu liburan puasa dan hari raya Idul Fitri
pertimbangan bahwa dengan menulis pelajaran maka hasil yang dihasilkan akan
lebih melekat, disamping sebagai dokumen pribadi, hal mana memiliki nilai
kebanggaan tersendiri.90
acara Temu Wicara pada tiap akhir kwartal dengan para Mustahiq. Pada
laporan dan diajak sharing terkait dengan perkembangan siswa, pelajaran dan
oleh dewan mustahiq.91 Sering kali dikatakan bahwa agenda Temu Wicara
terhadap siswa. Keaktifan dan kedisiplinan tinggi ini nampak pada proses KBM
sehari-hari yang selalu berjalan on-time dan sedikitnya siswa bolos sekolah. Hal
ini juga dapat dilihat dari konsistensi mustahiq memberi hukuman bagi siswa
90
Wawancara Bapak Masrukan.
91
Wawancara Bapak A. Mutohar.
90
yang tidak aktif atau tidak disiplin. Dalam studi dokumentasi terhadap laporan
berdialog.93 Dalam istilah MHM Lirboyo, musyafahah berarti review atau testing
yang dilakukan pengajar kepada daya ingat siswa atas materi pelajaran yang telah
lampau dengan cara tanya-jawab secara langsung. Kegiatan ini merupakan inovasi
baru yang belum terencanakan secara teratur, sehingga pelaksanaanya pun sangat
(dua) minggu sekali. Waktu untuk mengadakan musyafahah dipakaikan dari jam
musyawarah.94
Adapun tamrin merupakan ujian mini yang dilaksanakan setiap hari Senin
pada hisshoh ula. Tamrin ini pada sekolah umum sering disebut dengan ulangan/
ujian harian. Dalam setiap tamrin, materi yang diujikan adalah satu mata pelajaran
tertentu, dan setiap minggunya materi tamrin berganti secara estafet dengan mata
pelajaran lain.
berjalan, pelaksanaan tamrin terlihat lebih terstruktur dan terencana rapi. Ini terlihat
92
MHM, Sidang Kwartal II & III 2013-2014, (Kediri: MHM, 2014), hlm. 23.
93
A. Warson, Al-Munawwir, hlm. 730.
94
Wawancara Bapak Irfan Zidni
91
dari pelaksanaan tamrin yang menggunakan buku khusus tamrin yang disediakan
oleh MHM. Disamping itu, pada dewan Mustahiqqin tingkatan kelas masing-
masing juga ditunjuk salah satu Mustahiq yang menjadi koordinator tamrin.
Mustahiq ini bertugas mengkoordinir pembuat soal tamrin dan pelaksanaan tamrin
secara keseluruhan. Bahkan, nilai tamrin menjadi salah satu aspek input penilaian
c. Musyawaroh
mendengarkan pendapat dalam Islam yang telah digalakkan sejak Nabi Muhammad
SAW. Ini terbukti dalam al-Quran terdapat beberapa ayat yang secara spesifik
musyawaroh di MHM Lirboyo ini diinisiasi oleh KH. Zamroji95 pada tahun 1947
M.96 Pada awalnya program ini hanyalah program sunnah, dalam arti tidak
diwajibkan. Namun melihat kurangnya antusias siswa dalam mengikuti program ini
95
KH. Zamroji merupakan Mudier MHM Lirboyo tahun 1942 1950.
96
MHM, HSPK 2015-2015, hlm. xi.
92
pendidikan di MHM yang wajib diikuti oleh segenap siswa, termasuk siswa yang
ikut ndalem dan kuliah97. Kegiatan ini dilaksanakan pada jam 11.00 s/d 13.00 wis.
Rois merupakan istilah yang ditujukan bagi siswa yang bertugas memimpin
jalannya musyawarah, seperti halnya moderator, hanya saja tugas rois lebih
pemahaman dari kitab syarah yang telah ia baca dan setelah itu ia memimpin
terdapat jabatan Rois Am (kepala rois) sebagai pimpinan dan rois anggota. Rois
anggota ini bertugas untuk menjadi rois musyawarah pada satu mata pelajaran
tertentu. Atau dengan kata lain, di setiap mata pelajaran terdapat rois khusus yang
per-mata pelajaran mempunyai rois khusus lebih dari satu. Dalam satu periode
97
MHM, HSPK 2015-2015, hlm. 74.
98
M3HM, Materi Sidang DPM-MU & Brifing Kontrol Musyawarah, (Kediri: M3HM,
2014), hlm. 3.
99
M3HM, Materi Sidang DPM-MU & Brifing Kontrol Musyawarah, hlm. 3.
93
tertentu diagendakan rolling personalia rois maupun bidang mata pelajaran yang
diampu. Dengan adanya pengangkatan rois ini pada akhirnya merangsang siswa
teknisnya adalah sebagai berikut: pelajaran yang dimusyawarahkan pada hari ini
adalah pelajaran yang dijadwalkan pada KBM hari besok. Hal ini dilakukan agar
pelajaran yang telah diajarkan telah diserap seutuhnya oleh siswa, dan kalaupun ada
kendala pemahaman akan diatasi oleh pengajar terlebih dahulu sebelum berlanjut
ke materi lain.
mencerna pendapat orang lain. Maka sebenarnya tugas memimpin musyawarah ini
tak hanya menjadi otoritas rois saja, namun menjadi tugas semua santri. Maka
sering kali secara periodik santri lain diberikan kesempatan untuk meroisi
musyawarah. Hal ini secara gamblang dijelaskan oleh Bapak Irfan Zidni, tujuan
tak hanya rois saja- juga bisa murodi pelajaran. Maka dari itu M3HM
materi pelajaran. Dalam rangka mencapai pemahaman yang merata itu, M3HM
100
Wawancara Bapak Irfan Zidni di kamar R. 15, malam Rabu, 30 September 2014.
94
1) Untuk pelajaran yang berisi nadzhom, maka yang ditekankan adalah setidak-
lain.
2) Untuk pelajaran yang bersifat deskriptif, agar sekiranya rois membuat skema
memahami pelajaran.101 Begitu besarnya manfaat dari musyawarah ini, maka tak
heran jika pengajar sangat antusias dengan mengawasi jalannya musyawarah secara
langsung serta memberi pembinaan dan tazir (hukuman) kepada siswa yang tidak
mengikuti musyawarah.
101
Wawancara Bapak Irfan Zidni.
102
Badan M3HM ini merupakan metamorfosa dari Persatuan Pelajar Madrasah Hidayatul
Mubtadiien (PPMHM), sebuah organisasi siswa layaknya OSIS yang bertugas menangani
berjalannya musyawaroh.
95
pengkayaan pemahaman.
dinobatkan sebagai Kelas Teladan pada akhir tahun. Berikut adalah contoh
GAMBAR 1
CONTOH BLANKO PENILAIAN MUSYAWARAH103
103
M3HM, Materi Sidang DPM-MU & Brifing Kontrol Musyawarah, hlm. 11.
96
TABEL 8
PEMBAGIAN ALOKASI WAKTU MUSYAWARAH
Siswa
Jam Kegiatan yang Standar Kompetensi
bertugas
11.00-11.30 Lalaran bersama Semua
Kelancaran melafalkan
nadzhom & membantu
hafalan
11.30-12.00 Musyawarah Rois Pemahaman teks
kelompok (pelajaran kelompok pelajaran (murod)
hisshoh I)
12.00-12.30 Musyawarah Rois Pemahaman teks
kelompok (pelajaran kelompok pelajaran (murod)
hisshoh II)
12.30- 13.00 Musyawarah Rois Pemecahan masalah yang
Bersama/ Kelas belum terselesaikan di
berkembang musyawarah kelompok
musyawarah diatas. Musyawarah juga dilaksanakan pada jam sekolah dan pada
sebelumnya untuk elabolasi dan eksplorasi lebih lanjut dalam forum yang
Lirboyo sangat padat. Di waktu pagi, siang sampai sore para santri mengisi
97
musyawarah tingkatan kitab Fathul Qorib (untuk tingkatan Tsanawiyah) dan al-
dan Aliyah ini mengambil pokok pembahasan pada disiplin ilmu Fiqih, karena
siswa telah dibekali berbagai pisau analisis hukum, sehingga siswa dipandang
Islam.
yang lebih menekankan pada disiplin ilmu Nahwu dan Shorof. Dengan
pendidikan pondok pesantren adalah ilmu Nahwu dan Shorof. Kedua ilmu
tersebut dipandang sebagai kunci dari segala ilmu, mengingat kedua ilmu sangat
yang lain.
104
Santri khodim/ ndalem adalah santri yang mengabdikan dirinya untuk membantu
keperluan masyayikh maupun dzurriyah. Ada yang bertugas mengurus sawah/ kebun, menjaga
warung/ toko, kebersihan rumah tangga Kiai, maupun lainnya.
98
d. Muhafadzhoh& Lalaran
yaitu kegiatan membaca materi pelajaran tertentu berulang kali dengan tujuan untuk
kolektif (gabungan antar kelas dalam satu tingkatan) setelah jam sekolah pada satu
dilaksanakan setiap akhir tahun ajaran sebagai wahana testing hafalan siswa
dalam program ini juga merupakan salah satu prasyarat yang wajib dilalui untuk
dan jayyid (bagus). Untuk memenuhi prasyarat mengikuti ujian semester genap,
siswa setidaknya harus mencapai kategori mutawassith. Bagi siswa yang belum
105
A. Warson, al-Munawwir, hlm. 279
99
Alfiyah ibn Malik dan al-Jauhar al-Maknun106. Adapun pembagian rincinya sebagai
berikut:
TABEL 9
PEMBAGIAN ALOKASI WAKTU MUSYAWARAH
Mengamati dari data diatas, ada benang merah yang ditemukan bahwa
semua bahan muhafadzhoh sebenarnya merupakan trah/ rumpun disiplin ilmu alat
menjadi insan yang tafaqquh fi ad-din (memahami hukum agama Islam) dan
berkepribadian Islami, hal mana secara spesifik kedua misi ini menjadi otoritas
standar kompetensi dari ilmu fiqih dan akhlaq. Namun kenyataannya mata pelajaran
yang mendapat penekanan hafalan di MHM adalah cabang pelajaran ilmu alat.
106
Acuan muhafadzhoh akhirussanah
100
awal tahun ajaran baru atau bahkan di akhir tahun ajaran sebelumnya, telah
memasang target batasan waktu untuk merampungkan hafalan. Hal ini misalnya
ketetapan Mustahiq kelas I Tsanawiyah bahwa siswa harus sudah dol (selesai/
tamat) hafalannya sebelum kwartal II. Itu berarti dalam perhitungan kasar, siswa
dituntut untuk menghafalkan sekitar 500 bait tak lebih dalam waktu 5 (lima) bulan.
masing kelas mengadakan program setoran hafalan yang dilakukan rutin setiap
hari. Dalam setoran harian ini, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana
mengadakan pengecekan dan kontrol atas hafalan siswa didiknya. Pengecekan ini
beberapa siswa ke luar kelas untuk setoran (menyetorkan) hafalan. Banyak pula
Mustahiq yang memanfaatkan waktu setelah pulang sekolah atau di luar jam
rupa.
Sanah yang diagendakan untuk mempersiapkan kesiapan hafalan dan mental siswa.
ditujukan khusus bagi siswa yang sampai pada batas waktu tertentu, misalnya awal
kwartal IV, belum mencapai target minimal, yaitu batas mutawassith, ataupun bagi
siswa yang telah mencapai batas minimal namun berkeinginan untuk menambah
hafalannya sampai batas jayyid atau bahkan dol. Teknis karantina ini adalah dengan
nadzhom dengan diawasi secara langsung oleh Mustahiqnya. Program ini berjalan
Di luar jam sekolah dan program wajib muhafadzoh dari MHM dan kelas
tersebut, siswa juga secara mandiri melakukan lalaran pada saat longgar. Sebagian
lokal kelas maupun tempat lain yang nyaman dan bisa didapatkan konsentrasi
penuh. Adapun waktunya sangat bervariasi, ada yang memanfaatkan waktu setiap
setelah sholat wajib, di pagi hari ketika pikiran fresh dan rileks, ataupun waktu yang
lain.
Inovasi dalam konteks hafalan pun terus dilakukan. Hal ini misalnya ditemui
untuk menambah gairah siswa dalam mengikuti kompetisi ini, pimpinan MHM
menjanjikan hadiah yang prestisius berupa foto bersama masyayikh, hal mana foto
102
bersama ini merupakan hadiah yang sangat berharga bagi kalangan santri dan akan
Bahkan, tak sedikit pula siswa yang atas inisiatif sendiri atau mendapat
nadzhom Zubad, dan lain sebagainya. Banyak juga yang mengha-falkan beberapa
kalamnatsar dibutuhkan upaya yang lebih ekstra, seperti Matan Taqrib, Talimul
sholih untuk menjaga kemurnian ajarannya. Karena para santri sangat meyakini
nadzhom tersebut.
e. Koreksian Kitab
Sebagaimana diketahui, bahwa buku ajar utama dan bisa dibilang satu-
satunya di pondok pesantren salaf adalah kitab kuning. Kitab kuning ini juga
populer dikenal dengan sebutan kitab gundhul. Disebut gundhul (Indonesia: botak)
karena kitab ini dicetak tanpa menggunakan harakat maupun makna/ terjemah. Asal
mula penyebutan gundhul ini adalah sebagai respon dari kitab yang sudah diberi
107
Kalam Natsar adalah istilah kalimat dalam bahasa Arab yang tidak berbentuk lagu.
Merupakan antitesa dari kalam nadzhom.
103
makna gandhul108 dengan format penulisan sedemikian rupa sehingga kitab ini
menjelmakan kitab yang mempunyai rambut109. Dari sinilah kitab yang masing
kitab kuning. Adapun media tersebut adalah bahasa Jawa yang dikemas dalam
teks kitab kuning. Hal mana kegiatan memaknai kitab kuning dengan tata cara
kitab ini masih terasa sangat kental, baik ketika kegiatan pengajian kitab di
membacakan kitab, semua santri terlihat serempak memaknai kitab mereka masing-
masing. Format duduk mereka pun serempak, yaitu dengan duduk bersila
memangku kitab menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanan mereka sibuk
menulis makna. Inilah diantara tradisi pokok pondok pesantren yang masih
108
Disebut gandhul (Indonesia: menggantung) karena makna dari sebuah teks Arab
dituliskan tepat di bawah teks itu sendiri, sehingga seakan-akan makna itu menggantung di bawah
teks Arab.
109
Rambut dalam hal ini adalah istiaroh (personifikasi) dari tulisan terjemah yang ditulis
menggunakan aksara pegon (aksara Arab ala Jawa) dan biasanya ditulis memanjang sehingga
menyerupai rambut.
104
Setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam memaknai kitab,
yaitu: memberi tanda tarkib110, memaknai mufrodat (kosa kata bahasa Arab) yang
Ada satu warna dari tradisi memaknai kitab di pesantren Lirboyo yang
mungkin tidak ditemui di pondok pesantren lain, yaitu selalu menulis lengkap
makna yang dibacakan oleh masyayikh/ ustadz. Hal ini menjadikan kitab santri
Lirboyo selalu penuh dengan makna, ruju dlomir atau sekedar tanda tarkib. Yang
menjadikan tradisi ini berbeda dengan tradisi di pondok pesantren lain adalah
pondok pesantren lain tidak ada penekanan seperti itu, karena memegang prinsip
kebolehan tidak memaknai pada lafadz kitab kuning yang sudah malum
Hal ini tak lepas dari petuah pengasuh Lirboyo, KH. Marzuqi Dahlan, yang
berbunyi: padange kitab dadi petenge ati, petenge kitab dadi padange ati113. (
Tarkib adalah jabatan kata dalam tata bahasa Arab, misalnya fail (subjek) ditandai huruf
110
kecil, maful bih (objek) dengan tanda , dzhorof zaman (kata keterangan waktu) dengan , dan
lain-lain.
111
Ruju dlomir merupakan istilah untuk menyebut sebuah proses dimana kandungan kata
ganti (dlomir) mengarah (ruju) kepada sesuatu yang tertentu (marji), biasanya sesuatu tersebut
telah disebutkan sebelumnya, bisa berupa perorangan, kelompok, benda, suatu kejadian, atau
mungkin lainnya. Biasanya dituliskan dengan tanda yang khas dan unik.
( ilmu sejati itu ada di hati/
Seringkali dilandasi dengan dalil
112
memori otak, bukannya di tulisan). Dalil ini berarti anjuran untuk memahami, meresapi dan
menghafal ilmu yang diajarkan, agar setiap kali muncul permasalahan, tanpa repot-repot mencari-
cari/ membuka-buka kitab bisa langsung mengetahui jawabannya, sehingga tidak terus-menerus
mengandalkan kitab/ buku. Tradisi tidak memaknai kitab ini sebenarnya juga berkeinginan kuat
untuk melatih para santri dalam membaca kitab kosongan.
113
Dalil lain yang senafas dengan dawuh ini adalah
( ilmu itu bagaikan hewan
buruan, ikatlah ilmu kamu dengan menulis)
105
kitab yang terang [karena tidak diberi makna atau tidak banyak tulisan penjelas
sehingga kelihatan terang] berimplikasi pada suramnya hati [hati menjadi suram
karena tidak memahami ilmu], sedangkan kitab yang gelap [dikarenakan diberi
makna atau banyak tulisan penjelas sehingga kelihatan gelap] berimplikasi pada
manusia adalah makhluk pelupa, hal ini dipahami betul oleh masyayikh Lirboyo
dengan mewajibkan memaknai kitab, agar makna kitab itu bisa menjadi pengingat
di kemudian hari tatkala lupa, pemantap hati ketika ragu akan makna yang benar,
masyayikh.
sebagai berikut: makno gandhul iku ibarat alat gandhulane awake dewe mbesok
neng masyarakat (makna gandhul di kitab itu bagaikan tumpuan kita ketika
bermasyarakat kelak).
pada setiap menjelang ujian semester. Koreksian kitab ini sekaligus menjadi
masing siswa dikumpulkan menjadi satu. Kitab-kitab itu ditumpuk rapi sedemikian
106
rupa menurut derajat keilmuan kitab, dalam hal ini kitab mata pelajaran tafsir
ditempatkan teratas, disusul hadits, tauhid, tashawwuf, fiqih, akhlak, nahwu, shorof,
balaghah, arudl, dan seterusnya. Sikap ini adalah cerminan penghargaan atas kitab
yang telah mentradisi kuat di pondok pesantren. Masing-masing kitab ini dibuka
pada halaman pertama dari batasan kitab yang diajarkan, kemudian satu persatu
kitab dikoreksi kelengkapan maknanya oleh korektor yang dalam hal ini adalah
pengajar kelas lain. Kitab yang lengkap maknanya diberi tanda stempel tanda tamm,
dan oleh karenanya si empunya kitab berhak untuk mengikuti ujian semester.
Sebaliknya, kitab yang tidak lolos tidak diberi stempel dan dinyatakan naqish,
terlebih dahulu, baru setelah itu diperbolehkan mengikuti ujian semester sebelum.
Dengan adanya koreksian kitab ini, proses KBM di kelas menjadi sangat
pelaksanaan KBM, seluruh siswa secara simultan memaknai kitab mereka masing-
masing tanpa satu pun siswa yang menelantarkan kitabnya tanpa dimaknai.
Fenomena ini secara tidak langsung juga turut andil dalam menumbuhkan
f. Bahtsul Masail
Secara etimologi, bahtsul masail terdiri dari dua kata, yaitu bahtsu yang
konteks keilmuan Islam, terminologi bahtsul masail merujuk pada sebuah forum
107
diskusi untuk mencari dan memberikan jawaban atau solusi Islam terhadap
merupakan forum kajian terhadap ragam persoalan hukum yang dilakukan oleh
para santri dengan standar kitab yang telah ditentukan, pembahasannya mengalir
sesuai dengan isi materi kitab tersebut. Sementara dalam bahtsul masail standar
bahtsul masail, yaitu Lajnah Bahtsul Masail Pondok Pesantren Lirboyo (LBM
P2L). Pendirian LBM P2L ini merupakan ikhtiyar dan upaya meningkatkan
kwalitas dan kreatifitas siswa melalui pengembangan forum bahtsul masail, kajian
kitab kuning maupun forum kajian ilmiah lain, yang dimaksudkan untuk
pembelajaran di MTs HM, karena untuk mengikuti kegiatan Bahtsul masail ini
memadai.
114
http://lbm.lirboyo.net/program/bahtsul-masail/ , diakses pada 30 September 2014.
115
http://lbm.lirboyo.net/program/musyawarah/, diakses pada 30 September 2014.
108
larangan dan kewajiban yang harus ditaati agar musyawarah berjalan khidmat.116
pengembangan. Secara rinci tahapan tata laksana yang biasa dijalankan dalam
bahwa kendati forum tersebut secara teknis persis sebagaimana bahtsul masa`il
pada umumnya, namun kualitas forum ini sepertinya belum cukup layak untuk
116
Penjelasan terkait kewajiban, larangan dan hak masing-masing personalia dalam
musyawarah bisa dilihat pada lampiran.
109
Bahtsul masail ini disebut dengan bahtsul masail lokal karena ruang
lingkup pesertanya hanya intern santri Lirboyo, yaitu Pengurus LBM P2L, siswa
Bahtsul masail ini diselenggarakan satu kali dalam seminggu, yakni setiap
Bahtsul masail kubro ini disamping diikuti oleh utusan dari siswa tingkat
Tsanawiyah, Aliyah dan utusan dari pondok Unit, juga diikuti oleh para alumni
(Mutakharrijn) MHM dan utusan dari Pondok Pesantren se Jawa Madura yang
diundang. Bahtsul masa`il ini dilaksanakan satu kali dalam satu tahun, yaitu
Adapun persoalan yang dikaji dalam bahtsul masail ini merupakan hasil
inventarisasi dari peserta bahstul masail sendiri, dan terkadang persoalan yang
dikaji juga didapat dari usulan masyarakat luas. Bahkan tak jarang tema yang
penjelasan yang lebih akurat, LBM P2L mengundang pihak-pihak yang ahli
BAB V
ANALISIS DATA
Bab ini berisi analisis terhadap data yang berhasil peneliti kumpulkan pada
kualitatif, maka data tersebut menjadi titik tolak awal dalam proses analisis data.
Selanjutnya teori yang terhimpun pada sub bab Kajian Teori dimanfaatkan sebagai
tak bersikap jumawa dan menutup diri dengan pembaruan. Ini dikarenakan sesadar-
Dalam lingkup yang lebih luas, ide-ide pembaruan dunia Islam timbul
sebagai respon dari dekadensi dan stagnasi umat Islam di satu sisi, dibarengi dengan
semakin meningkatnya taraf hidup dunia Barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan
117
PPs IAIT Kediri, Teknik Penulisan Karya Ilmiah, hlm. 21.
112
teknologi di sisi lain. Bentuk dekadensi dan stagnasi tersebut dalam konteks pondok
Jamak diketahui, bahwa sejak lama pondok pesantren terbukti secara massif
pengaruh dari luar ataupun muncul inisiasi dari dalam pesantren itu sendiri. Dalam
hal ini, yang patut dipertanyakan adalah apakah lembaga tradisional ini akan
berkembang dewasa ini. Jawabannya tentu tergantung pada daya tanggap ini
melainkan dengan arif dan cermat mengambil sikap dalam menentukan pilihan.
Adakalanya sikap memilih untuk tidak memilih merupakan tindakan bijak. Sikap
118
Abdurrahman Wahid, Pendidikan Tradisional di Pesantren, dalam Hairus Salim HS.
(Ed.), Menggerakkan Tradisi, (Yogyakarta: LKiS, 2007). hlm. 74-77.
119
Kafrawi, Pembaharuan Sistim Pendidikan Pesantren, hlm. 9.
113
Tsanawiyah termasuk juga di pondok Lirboyo pada lingkup yang lebih luas- akan
dilakukan apabila tercium gelagat kurang beres.Dari sini dapat disimpulkan bahwa
apik dan unik dalam rangka mencapai tujuan institusional yang digariskan, yaitu
tersebut, mulai dari input, proses, lingkungan dan output, saling taut dan padan serta
120
M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), hlm. 144.
114
komponen yang ada di pesantren Lirboyo, sangatlah layak apabila pesantren disebut
Siswa, yang dalam istilah pesantren lebih populer dengan sebutan santri, di
Bahkan, kalau boleh dikatakan, sebenarnya kesadaran dan tanggung jawab siswa di
begitu besarnya kesadaran dan tanggung jawab mereka sebagai siswa, yang
kemudian berdampak pada kedisiplinan dan keaktifan yang tinggi, kemurnian hati
ilmu maupun pengajar. Bahkan dalam beberapa contoh, terdapat santri yang karena
kendala faktor kekurangan biaya mondok menjadi santri ndalem untuk membiayai
pendidikan, juga memahami betul apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab
melainkan sebuah bentuk kewajiban tabligh al-ilmi, sebagai upaya kecil balas jasa
diri. Inilah mengapa para pengajar selalu dan tetap kuat menjalankan tugasnya,
Adapun lingkungan di MTs HM, dalam hal ini adalah pondok Lirboyo,
MTs HM yang saling menunjang inilah akhirnya terlahir output santri berkualitas
terlihat sangat cermat dan berhati-hati mengambil langkah. Bukan berarti bahwa
kurikulum yang dilakukan para sesepuh (kiai senior terdahulu) tidak dilakukan
dengan riyadloh yang berat sehingga menghasilkan produk ijtihad kurikulum yang
Betapa pun keberadaan kurikulum lama sebagai hasil ijtihad sesepuh selalu
memandang terdapat kurikulum alternatif yang lebih ashlah (maslahat). Hal ini
121
Wawancara Bapak Irfan Zidni, sebagaimana didawuhkan oleh KH. Abdul Aziz Manshur
116
kesinambungan (kontinuitas).
dalam sistem pendidikan, yaitu tujuan, metode/ strategi pembelajaran, maupun sisi
evaluasi.
dari tujuan awal pendirian pondok pesantren Lirboyo yang dilatarbelakangi oleh
keadaan masyarakat desa Lirboyo pada waktu itu yang bermoral rendah, bahkan
bersifat bromo corah.122 Berangkat dari kondisi ini, maka bisa disimpulkan bahwa
tujuan pertama dari pendirian pesantren Lirboyo adalah amar maruf nahi
sesuai dengan tuntutan keadaan. Ketika jumlah santri yang berdatangan terus
meningkat, maka tujuan dari pesantren ini, menurut KH. Fuad Hasyim, adalah
122
Moh. Aliyah Zen, Abad Pondok Pesantren Lirboyo, (Kediri: Siswa Kelas III Aliyah
MHM Lirboyo 1984-1985, 1985), hlm. 58.
123
Ali Anwar, Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo, hlm. 98.
124
Narjohn Najich Afnany, Le Azm, (Kediri: Tamatan Madrasah Aliyah MHM, 1994), hlm.
xi
117
dengan visi misi yang senafas dengan tujuan pertama didirikannya pondok
pesantren Lirboyo. Visi misi itu secara gamblang dinyatakan menciptakan kader-
kondisi. Untuk memenuhi misi tersebut, maka tata kurikulum di MHM Lirboyo
BAGAN 2
KORELASI PEMBARUAN KURIKULUM DAN TUJUAN MHM
MHM Masyarakat
VISI: menciptakan
kader ulama yang Supply ahli agama
mampu Membutuhkan ahli
mentransformasikan agama
ilmu agama
125
Kitab Taqrirot merupakan istilah yang ditujukan pada kitab karya ulama abad
pertengahan (antara abad 12- 15 M.) yang disertai tambahan penjelasan, komentar atau contoh dari
kitab-kitab karya ulama lain yang terkait. Penambahan penjelasan dilakukan oleh tim ahli dari
118
disiplin ilmu. Pada prinsipnya, komentar yang ada di kitab taqrirotberisi penjelasan
masalah yang dianggap penting dan membutuhkan penekanan, sulit dipahami, atau
Penjelasan yang singkat dan padat ini sangat membantu santri dalam
yang singkat dan padat ini menjadi selaras dengan metode pengajaran yang ber-
prinsip pada pengajaran standar, dalam arti tidak terlalu melebar dan disesuaikan
Di sisi lain penjelasan kitab taqrirot yang singkat dan padat itu juga
merangsang para santri untuk menelaah lebih lanjut kitab-kitab syarah maupun
untuk menelaah kitab syarah maupun hasyiyah ini terbukti cukup efektif memacu
para santri untuk terus meningkatkan pemahamannya dari sekedar penjelasan yang
tertulis di kitab taqrirot. Terlebih lagi dengan adanya program musyawaroh yang
Dari sini dapat dipahami bahwa penyusunan kitab taqrirot sebagai kitab ajar
kemampuan siswa dan metode pengajaran yang ada, sehingga antara materi yang
diajarkan dan metode yang diterapkan bisa beriringan harmonis dan relevan.
MHM. Kitab ini merupakan kitab eksklusif Lirboyo, karena hanya diajarkan di MHM Lirboyo. Dari
studi dokumentasi diketemukan bahwa penggunaan kitab taqrirot sebagai kitab ajar di MHM
Lirboyo mencapai prosentase.
119
dalam dunia pendidikan sebagai ustadz/ guru, baik di lembaga pendidikan formal,
informal, maupun non-formal, kiai, modin, dan lain sebagainya. Bahkan setiap
tahun angka permohonan penyediaan guru bantu dari pondok pesantren atau
Lirboyo ini membuktikan bahwa kurikulum yang diterapkan di MHM Lirboyo tetap
pesantren mampu berkembang dan bertahan di tengah arus globalisasi karena masih
wal Jamaah.127 Kedua pendapat ini juga turut menguatkan kesimpulan bahwa
tidak kaku dan ada semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam
bertindak. Implementasi prinsip ini berlaku dalam hal keluwesan dan kebebasan
dalam memilih berbagai pilihan alternatif kajian kitab kuning. Adapun dalam
126
Kafrawi, Pembaharuan Sistim Pendidikan Pondok Pesantren, hlm. 70.
127
Ali Anwar, Pembaruan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri, hlm. 165.
128
Program ini ditangani oleh seksi Pramuka dalam struktural kepengurusan pondok
pesantren Lirboyo.
120
konteks MHM, santri tidak mempunyai ruang untuk memilih satu atau beberapa fan
(cabang ilmu) yang disukainya saja, karena materi pelajaran di MHM ditawarkan
secara paket,mengingat antara cabang ilmu yang satu dengan lainnya terdapat inter-
keterkaitan antara tingkat pendidikan dan bidang studi. Dari hasil studi
tertuang dalam buku HSPK tahun pelajaran: 1435-1436 H./ 2014-2015 M. materi
ajar yang disajikan menunjukkan prinsip kesinambungan. Hal ini dapat dilihat dari
penyusunan buku ajar dalam satu disiplin ilmu dari tingkatan kelas yang satu ke
tingkatan kelas lain yang dilakukan secara berjenjang dan bertahap sesuai dengan
bobot kedalaman dan kesukaran kitab, dimulai dari kitab dasar, kitab menengah,
Sebagai contoh, buku ajar fan fiqih yang diterapkan di MHM Lirboyo secara
peserta didik (santri). Tercatat secara urut yaitu kitab Fasholatan (I Ibtidaiyah),
Safinatus Sholah (II Ibtidaiyah), Tanwirul Hija (III Ibtidaiyah), Sullamut Taufiq (IV
Muin I (I Tsanawiyah), Fathul Muin II (II Tsanawiyah), Fathul Muin III (III
Aliyah).
berdasarkan pada tingkat kualitas kitab Islam klasik secara berjenjang pada masing-
tiga kelompok, yaitu kitab dasar, kitab menengah, dan kitab besar.129
Hal ini bisa dilihat dari proses penyempurnaan yang terus diupayakan setiap
tahunnya. Rekam jejak pembaruan kurikulum dapat ditelisik di buku HSPK dari
tahun ke tahun.
cukup atau sudah sempurna, sementara masih terdapat kekurangan yang non-
mengindikasikan bahwa objek dirasa sudah tidak relevan lagi dan terdapat
kekurangan yang prinsip, sehingga memerlukan upaya perbaikan yang relatif besar.
salafnya. Hal ini terlihat dengan kukuhnya MHM Lirboyo menetapkan kurikulum
salafnya. Dalam keadaan demikian, pembaruan pun tidak lantas dilupakan, hanya
129
Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:
LP3ES, 1994), hlm. 50-51.
122
karena dinamika kurikulum MHM Lirboyo didasari dengan prinsip al-akhdzu bi al-
Dari sini dapat dipahami alasan kenapa MHM Lirboyo berkali-kali tidak
diantaranya pada tahun 1950130, tahun 1960131 dan pada tahun 2000132.
Dirjen. Kelembagaan Agama Islam pada tahun 2006.133 Dalam hal ini, tingkatan
dengan Madrasah Aliyah, sehingga Ijazah Aliyah MHM dapat digunakan untuk
pesantren Darul Ulum Rejoso, Bahrul Ulum Tambak Beras, dan pesantren
130
UU. Pokok Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950, bab VI tentang Kewajiban
Belajar, pasal 10, ayat 2.
131
Peraturan Menteri Agama RI No. 2 Tahun 1960, Bab II, Pasal 4, ayat 1, Point c.
132
SKB Mendiknas dan Menag RI No. 1/U/KB/2000 Bab II, dan No. MA/86/2000.
133
MHM, HSPK 2014-2015, hlm. xiii.
134
Surat Keputusan Direjen. Kelembagaan Agama Islam Nomor Dj. II/46A/06.
123
dengan kurikulum nasional Diknas ataupun Kemenag, baik swasta maupun negeri.
menggunakan pendekatan humanistik. Ini terlihat dari penggunaan kitab ajar yang
secara gradual disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Dalam mata
popularitas kitab adalah karena kitab Fathul Muin dipandang cukup untuk
juga proporsional, dalam arti tidak terlalu berlebih sehingga dirasa cocok untuk
pola organisasi bahan dan pendekatan dengan orientasi tujuan. Pendekatan dengan
orientasi pola organisasi bahan ditemui pada proses penggantian kitab ajar mata
pelajaran Tafsir, dari Tafsir Jalalain menjadi Mukhtashor Tafsir Ayatil Ahkam.
pemahaman siswa yang terintegrasi antara materi pelajaran fiqih dengan tafsir al-
Quran.
124
penambahan mata pelajaran Tarikh di kelas III Tsanawiyah dengan kitab ajar
Manaqib Madzahib al-Arbaah. Penambahan kitab ajar ini dipandang sangat urgen
dalam rangka membekali siswa dengan siroh (perjalanan hidup) ulama sebagai suri
teladan maupun sebagai benteng aqidah ahlus sunnah wal jamaah yang
tahapan pada prosedur pembaruan kurikulum. Dalam hal ini, penggodokan HSPK
tujuan institusional, isi dan struktur program dan strategi pelaksanaan kurikulum
secara makro. Rumusan HSPK ini kemudian digodok lagi di tataran dewan
terkait batasan dan standar kompetensi materi pelajaran, serta strategi pelaksanaan.
hanya saja hasilnya belum terkodifikasi ke dalam GBPP dan strategi pelaksanaan
secara rapi dan sistematis. Hal mana menjadi rahasia umum bahwa kelemahan
kelas. Hal ini dilakukan oleh Mustahiq dan Munawwib masing-masing sesuai
ditetapkan.
ditekankan pada terciptanya korelasi/ keterkaitan materi mata pelajaran satu dengan
125
materi pelajaran yang lain. Diantara keterkaitan materi lintasmata pelajaran adalah
sebagai berikut:
b) ilal shorof
c) nahwu irob
Dalam hal ini, korelasi mata pelajaran qoidah fiqhiyyah - ushul fiqih fiqih,
nahwu irob, shorof ilal merupakan bentuk organisasi kurikulum yang berpola
Pada kesempatan yang lain, pola integrated curriculum juga nampak pada
masail waqiiyyah tersebut tentu tak cukup menggunakan pisau analisis berupa
perspektif hukum fiqih belaka, namun juga diperlukan perspektif keilmuan lain
komprehensif.
sebenarnya lebih didasari oleh pertimbangan ketercapaian target dan hasil (out put
muluknamun pada realitanya pelaksanaan dan hasilnya masih belum jelas, seperti
Senyatanya, hasil (out put) dari pendidikan di MTs HM telah nampak dan
diakui oleh masyarakat. Sekalipun demikian, kalaupun ada hasil yang belum sesuai
Pembaruan ini saling taut dan padan (link and match) satu sama lain dalam
utama adalah proses pembelajaran di kelas. Pada KBM kelas inilah terjadi
Sekalipun demikian, namun KBM di kelas ini belumlah dianggap cukup dan
warna pada ranah kognitif, yaitu transfer pengetahuan. Padahal sejatinya hakikat
kegiatan bertukar pikiran juga berfungsi sebagai wahana latih argumentasi dan
itu tak lain adalah hasil pemahaman di KBM kelas. Di sisi lain, musyawarah juga
disyaratkan rois harus memahamkan inti materi ajar ke seluruh siswa, karena
memang pada kenyataannya tidak semua siswa langsung bisa memahami pelajaran
dari penjelasan pengajar. Itu berarti bahwa kegiatan musyawarah turut menunjang
proses KBM di kelas. Hubungan timbal balik antara KBM dan musyawarah yang
musyawarah.
ujian semester mempunyai dampak yang sangat besar terhadap keaktifan dan
kedisiplinan siswa mengikuti KBM di kelas. Hal ini dikarenakan siswa mendapat
tuntutan agar makna kitabnya penuh. Sekalipun sebenarnya untuk memenuhi target
makna kitab lengkap bisa disiasati dengan nembel kitab di luar jam KBM, namun
135
Wawancara Bapak Masrukan.
128
Mustahiq dan Munawwib. Karena untuk nembel kitab di waktu lain ternyata
membutuhkan waktu yang tidak sebentar, dana yang dibutuhkan juga cukup besar.
Disamping juga adanya kekhawatiran terjadinya distorsi makna dari makna asli dan
kepercayaan taalluq barokah yang melekat di dada santri. Dan pada akhirnya,
makna yang lengkap juga akan sangat membantu dalam memahami materi
ketertarikan siswa untuk menghafalkan materi pelajaran, hal mana tradisi hafalan
metode hafalan ini seringkali mendapat kritikan dari praktisi pendidikan yang
hafalan sebagai biang kerok dari lambatnya proses pendidikan dan gaya belajar,
jika materi sudah dipahami. Disinilah sebenarnya letak keunggulan metode yang
yang dirancang agar siswa dapat menguasai pelajaran, namun menjadi faktor
penopang agar pemahaman itu dapat bertahan lama tanpa distorsi pemahaman.
siswa agar siswa menjadi penasaran terhadap maksud dari materi yang telah
129
dihapalkannya itu, sehingga dengan rasa penasaran itu siswa lebih bersemangat
penjelasan atas pelajaran yang sudah dihapalkan itu, siswa menemukan pemahaman
Metode hafalan tradisional ini sedikit berbeda dengan metode hafalan modern yang
menggunakan strategi baru agar hafalan menjadi lebih mudah. Diantaranya adalah
dengan mengasosiasikan materi yang dihafalkan dengan benda yang mudah diingat,
terbilang tidak sedikit. Dalam rata-rata saja siswa MTs HM. tiap tahunnya harus
menghapalkan setidaknya 400 nadzhom, itu belum termasuk hafalan qouluhu yang
Untuk itu, kiranya tidak ada salahnya apabila MHM juga mempertim-
bangkan menggunakan pendekatan hafalan lain yang dirasa cocok tanpa menggerus
tradisi yang selama ini tetap dipertahankan. Mengingat tidak semua siswa memiliki
menjalankan tugas yang lain. Sekalipun sebenarnya, metode hafalan lama ini
130
mempunyai nilai lebih, yaitu membangun karakter kerja keras dan kesungguhan
merangsang daya ingat siswa dan sekaligus juga mengingatkan pelajaran yang telah
lampau. Karena seiring dengan semakin menurunnya minat belajar siswa, maka
tidak akan tercipta pembelajaran yang efektif jika hanya diprioritaskan melanjutkan
materi sementara materi yang telah lalu dihiraukan tanpa diperduli, apakah siswa
pemahaman) santri mempunyai peran strategis dan signifikan dalam membina dan
meningkatkan bakat minat santri dalam istinbath al-hukmi atas al-masail al-
waqiiyah.
BAGAN 3
KORELASI ANTAR-PEMBELAJARAN DI MTs. HM.
Proses KBM
Tujuan: transformasi dan
memahamkan materi pelajaran
Musyafahah
Tujuan: Tujuan:
Musyawarah
Bahtsul Masail
Tujuan: memecahkan
hukum permasalahan
waqiiyyah
Madrasah. Pimpinan MHM dalam hal ini memberikan kepercayaan dan otoritas
132
bangkan oleh Mustahiq maupun Munawwib. Dalam hal ini, biasanya pengajar
menggunakan teknik dan strateginya sendiri. Kemudian setiap kali terjadi permasa-
diterapkan. Apabila dirasa masih kurang efektif, maka ia melakukan inovasi lagi,
melakukan sharing dengan pengajar kelas lain di forum dewan Mustahiqqin atau
dihadapi beberapa pengajar sama saja, yaitu terkait menurunnya kualitas dan
pembaruan, mungkin upaya ini dikatakan kurang bergairah. Tak ada salahnya bila
133
pembelajaran yang sering dipakai adalah pola pembelajaran Top Down. Bahkan
pola ini berlangsung sistemik mulai dari penyusunan kurikululm dan pembelajaran
Down ini seakan harga mati yang tidak bisa lagi ditawar. Begitupun tidak berarti
Dalam batas tertentu, penggunaan pola Top Down pada kegiatan KBM
senioritas dan kedudukan posisi pemegang otoritas kebenaran . Top Down. Namun
Penggunaan metode Quantum Learning ini terjadi dalam sesi pembelajaran privat,
MHM Lirboyo terdapat kompetisi antar kelas yang dirasa sangat bergengsi, yaitu
134
dalam hal meraih prestasi sebagai Kelas Teladan dan kelas peraih nilai terbaik
pengajar dalam satu kelas dan tingkatan, serta masing-masing badan otonom dalam
pribadi atas metode/ kebijakan yang telah diambil. Secara simultan, beberapa nara
sumber yang menjadi informan dalam penelitian ini menyatakan telah mengalami
Pada tataran dewan pengajar dalam satu tingkat kelas, evaluasi dilaksanakan
pada kesempatan informal kopi darat secara berkala, biasanya telah disepakati
tidak terstruktur, namun mempunyai arah perbincangan yang jelas dan terarah,
yaitu permasalahan yang terjadi di kelas, personalia siswa, materi ajar, metode
pada tiap akhir kwartal rutin diagendakan Temu Wicara, dengan titik tekan laporan
135
dan evaluasi proses pengajaran dan pembelajaran. Forum ini dilakukan dengan
dewan pengajar per-tingkatan kelas, sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama
pencerahan/ inspiransi, motivasi serta sebagai sambung rasa antara dewan pengajar
dengan pimpinan MHM. Dan pada gilirannya membawa dampak positif terhadap
melakukan turba (turun ke bawah = sidak) dan kontrol secara langsung serta
memberi arahan maupun teguran kepada pengajar dan siswa manakala terjadi hal
yang perlu dibenahi. Dari sini pula sering muncul inspirasi yang pada akhirnya
pembelajaran di MHM, baik bagi pengajar, pengurus maupun siswa. Hal ini tak
hal kedisiplinan. Disamping itu, haybah pimpinan di mata pengajar juga sangat
besar. Itu terjadi misalnya ketika pengajar secara langsung menghadap pimpinan,
pesantren masih terpelihara dan kekuasaan karismatik dari pribadi seorang kiai
memancarkan pesonanya.136
efektif. Hal ini terlihat dengan adanya anjuran bagi Mustahiq Ibtidaiyah untuk
kegiatan lain dirasa sudah cukup berat, terlebih apabila merangkap mengajar di
tempat lain.
adalah larangan bagi siswa yang masih kelas Tsanawiyah dan Ibtidaiyah
merangkap/ mengikuti perkuliahan. Kebijakan ini diambil agar siswa tidak terpecah
136
M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, hlm. 134.
137
MHM, HSPK 2014-2015, hlm. 74.
137
musyawarah, yaitu jam 11.00-13.00 wis. Hal ini menguatkan kesimpulan, bahwa
tersebut mendapat penekanan dan perhatian yang lebih serius dibanding dengan di
tingkat Aliyah.
138
BAB IV
PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dan saran atas penelitian
yang telah dilakukan. Dalam hal ini kesimpulan merupakan jawaban permasalahan
A. KESIMPULAN
dipakainya dalam dekade akhir ini tidak mengalami dinamika signifikan. Ini
dikarenakan kurikulum yang telah ada dinilai sudah sempurna dan relevan
138
PPs IAIT Kediri, Teknik Penulisan Karya Ilmiah, hlm. 39.
139
sedemikian rupa saling sinergi, menguatkan dan mempunyai nilai lebih untuk
psikomotorik.
B. SARAN
1. Berkenaan dengan kurikulum salaf di MTs. HM, kiranya agar senantiasa tetap
memperkokoh khazanah keilmuan Islam ahlus sunnah wal jamaah dengan tetap
mengakomodir perkembangan-perkembangan
terarah dan terencana tanpa menghilangkan atau mengurangi ruh pendidikan itu
sendiri.