Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

“Identifikasi permasalahan multicultural


dilingkungan pondok pesantren”

DOSEN PENGAMPU:
SAHRIZAL FAHLAWI, M.Pd.I

Nama Kelompok :
1. Ziadussolehah
2.

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM(PAI)


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL HAKIM KEDIRI
2023/2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita Rahmat dan
Kesehatan dan Kesempatan sehingga kami bisa Menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
waktu.

Tak lupa pula kita haturkan sholawat serta salam atas junjungan alam Nabi Besar kita
Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita menuju jalan kepintaran seperti yang kita
rasakan sekarang ini. Dan kami haturkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
menjadi penyalur ilmu pengetahuan bagi kami. Smoga itu menjadi amal baik. Aamiin..

I
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian multicultural………………………………………………………………….3
B. Pengertian pondok pesantren…………………………………………………………….4
C. Permasalahan multicultural dilingkungan pondok pesantren……………………………5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA 9

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren sebagai lembaga dan sentral perkembangan pendidikan agama
Islam, lahir dan berkembang dari masa ke masa, semenjak permulaan kedatangan agama
Islam di Indonesia ini. Pelaksanan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab
seluruh komponen bangsa. Dalam prakteknya masarakat ikutserta mencerdaskan
kehidupan bangsa ini, tidak hanya dari segi materi dan moril, namun juga telah
memberikan sumbangsih yang siknifikan dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam hal
ini dengan banyak bermunculannya lembaga suwasta yang merupakan bentuk dari
penyelenggaraan pendidikan masarakat termasuk lembaga luar sekolah yang didirikan
masrakat adalah pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan
keagamaan yang tumbuh dan meluas dimasarakat.
Di dalam keberadaan pesantren yang mendapat respon positif dari masyarakat
dan sekitarnya karena pesantren mampu memberikan nilai tambah di lingkungan
masarakat, ini terbukti pesantren telah banyak melahirkan manusia-manusia beriman,
berilmu dan mampu merubah perilaku dan mental. Upaya-upaya pembaharuan telah
banyak dilakukan dari waktu ke waktu untuk menunjukkan keberadada serata peran dan
pengembangan dalam menghadapi problematikanya.
Sebagaimana diketahui, bahwa globalisasi meniscayakan terjadinya perubahan di
segala aspek kehidupan, termasuk perubahan orientasi, persepsi, dan tingkat selektifitas
masyarakat Indonesia terhadap pendidikan. Termasuk pesantren, persaingan global juga
harus di kedepankan jangan hanya siswa yang penting bisa mengaji dan baca kitab
kuning dan lain sebagainya. Bukan berarti seperti, itu dalam mewaspadai industrialisasi
tetapi antara ilmu agama dan ilmu umum harus bisa diseimbangkan. Sejak berdirinya
pondok pesantren pada abad yang sama dengan masuknya islam hingga sekarang.
Pesantren telah bergumul dengan masarakat luas.Pesantren telah berpengalaman dengan
berbagai corak masarakat dalam rentang waktu itu dan pesantren tumbuh berkembang
atas dukungan mereka. Sementara fungsi pesantren pada awal berdirnya hingga sekarang
telah mengalami banyak perubaha. Visi, persepsi, dan posisinya terhadap dunia luar telah
mengalami perubahan.

1
Pesantren pada masa paling awal (masa Maulana Malik Ibrahim) befungsi sebagai
tempat sentral pendidika dan penyiaran agama Islam. Kedua fungsi ini bergerak saling
menopang. Pendidikan dapat dijadikan bekal untuk menyampaikan dakwah sedangkan
dakwah dapat digunakan sebagai sarana dalam membangun sistem pedidikan.3 Fungsi
pesantren sebagai lembaga pendidikan tidak lepas dari tujuan berdirinya pesantren itu
sendiri yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada awalnya pendidikan pesantren
menggunakan sistem trodisonal, sistem ini sangat sederhana contohnya seperti sorogan,
watona dan bandongan lebih maju lagai sistem pendidikan pesantren menggunakan
sistem modern karena sistem yang lama dianggap kurang sesuai dengan perkembangan
zaman.
Dengan adanya pengetahuan modern, industri,hasil teknologi dan kebudayaan
yang dibawa orang asing akan sangat berpengaruh baik positif maupun negatif terhadap
kehidupan bagai badai yang takdapat dihindari lagi.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian multicultural
2. Pengertian pondok pesantren
3. Permasalahan multicultural dipondok pesantren
C. Tujuan Makalah
1. untuk mengetahui pengertian dari multicultural
2. untuk mengetahui pengertian pondok pesantren
3. agar dapat mengetahui permasalahan multicultural yang muncul di po

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Multikultural
Secara etimologis, istilah pendidikan multikultural berasal dari dua kata pendidikan dan
multikultural. Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang
atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran, pelatihan,
proses, perbuatan dan cara-cara yang mendidik. Disisi lain, pendidikan adalah Transfer of
knowledge atau memindah ilmu pengetahuan. Sedangkan multikultural secara etimologis
multi berarti banyak, beragam dan aneka sedangkan kultural berasal dari kata culture yang
mempunyai makna budaya, tradisi, kesopanan atau pemeliharaan. Rangkaian kata
pendidikan dan multikultural memberikan arti secara terminologis adalah proses
pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya
sebagai konsekwensi keragaman budaya, etnis, suku dan aliran (agama). Zakiyuddin
Baidhawi mendefnisikan pendidikan multikultural adalah suatu cara untuk mengajarkan
keragaman (teaching diversity).
Pendidikan multikultural merupakan proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang
atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran,
pelatihan, proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik yang menghargai pluralitas dan
heterogenitas secara humanistik. Pendidikan adalah sebuah konsep, ide atau falsafah sebagai
suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai
pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam membentuk gaya hidup, pengalaman
sosial, identitas pribadi, kesempatan- kesempatan pendidikan dari individu, kelompok
maupun negara.
Pendidikan multikultural adalah sebagai tawaran konsep bagi dunia pendidikan Indonesia
ke depan, khususnya pendidikan yang bercirikan Islam yang ada di Indonesia dalam hal ini
adalah madrasah. Mengenai obyek pendidikan multikultural, bahwa dalam program
pendidikan multikultural, obyek tidak lagi diarahkan semata-mata kepada kelompok rasial,
agama dan kultural domain atau mainstream. Obyek seperti ini pernah menjadi tekanan pada
pendidikan interkultural yang menekankan peningkatan pemahaman dan toleransi
individuindividu yang berasal dari kelompok minoritas terhadap budaya mainstream yang

3
dominan, yang pada akhirnya menyebabkan orang-orang dari kelompok minoritas
terintegrasi ke dalam masyarakat mainstream. Pendidikan multikultural sebenarnya
merupakan sikap “peduli” dan mau mengerti (difference), atau “politics of recognition”
politik pengakuan terhadap orang-orang dari kelompok minoritas.
Pendidikan multikultural bermula dari gagasan dan kesadaran tentang “interkulturalisme”
seusai perang dunia ke-dua. Kemunculan gagasan dan kesadaran “interkulturalisme” ini,
selain terkait dengan perkembangan politik internasional menyangkut hak asasi manusia
(HAM), kemerdekaan dari kolonialisme, dan diskriminasi rasial dan lain lain, juga karena
meningkatnya pluralitas di negara-negara Barat sendiri seiring meningkatnya migrasi dari
negara-negara baru merdeka ke Amerika dan Eropa. Munculnya pergerakan sipil seperti itu
akhirnya berpengaruh pada dunia pendidikan, tuntutannya adalah mengubah kurikulum dan
system pendidikan yang saat itu lebih kental mengandung unsur diskriminatif. Munculnya
gagasan tentang pendidikan multikultural itu berkembang pada tahun 1970-an dengan
menguatnya wacana pendidikan yang menekankan pada aspek-aspek yang berkorelasi
dengan keragaman budaya dan etnik (cultural diversity).
Atas dasar keragaman tersebut, maka sudah logis jika kemudian konsep dan system
pendidikan yang seharusnya dikembangkan adalah pendidikan yang bernuansa keragaman
juga, yakni pendidikan multikultural. Sedangkan pendidikan Agama berbasis multikultural
sendiri secara dasar bisa dirujuk dari Lawrence J. Saha. Menurutnya, pendidikan
multikultural dalam hal ini termasuk pendidikan agama dapat dipahami sebagai proses atau
strategi pendidikan yang melibatkan lebih dari satu budaya dan agama, yang ditunjukan
melalui kebangsaan, bahasa, etnik, atau kriteria rasial. Pendidikan agama berwawasan
multikultural dapat dilaksanakan baik dalam pendidikan formal maupun informal
B. Pengertian pondok pesantren
Pondok pesantren adalah kata majmuk yang terdiri dari dua kata yaitu pondok dan
pesantren. Keduanya mempunyai pengertian yang saling melengkapi.Walaupun ada yang
membedakan kedua istilah tersebu, akan tetapi kebanyakan dari mereka menganggapnya
sama saja. Hasjim Munif dalam bukunya yang berjudul pondok pesantren berjuang dalam
kancah kemerdekaan dan pembangunan pedesaan mengatakan bahwa istilah pondok
barangkali berasl dari pengertian asrama-asrama para murid, yang disebut pondok atau
asrama santri yang terbuat dari bambu atau dari bahasa Arab dengan kata funduk yang

4
berarti hotel atau asrama. Sedangkan istilah pesantren secara etimologi berasal dari para
santri.
Dapat pula istilah pesantren diambil dari kata sant (manusia baik),kemudian di hubungkan
dengan kata tran (suka menolong)sehinggan pesntren dapat dikatakan pendidikan manusia
yang baik-baik.
Menurut Imam Bawani maudikatakan pondok, pesantren atau pondok pesantren
intinya adalah sebuah komplek atau lembaga pendidikan di situ ada seorang kyai sebagai
pengasuh atau pemimpin utamanya dan ada santri yang belajar serta tinggal di kawasan
tersebut sebagaimana yang ada sekarang ini. Dengan pengertian lain, bahwa pesantren
merupakan suatu tempat yang di dalamnya terdapat kegiatan belajar mengajar tentang
agama Islam. Sedangkan pondok hanya sebagai penginapan, jadi bersifat umum. Menelaah
dari pendapat para pakar tersebut, kami simpulkan bahwa kata pondok dan pesantren itu
jelas merupakan dua kata yang identik yaitu asrama tempat santri atau tempat murid belajar
mengaji. Pengertian semacam itu bila dihadapkan pada realitas sosial dunia pesantren pada
saat ini sudah tidak ada relevansinya lagi, karena perubahan yang terjadi di luar pesantren
secara tidak langsung juga harus diikuti oleh dunia pesantren jika tetap ingin eksis dalam
kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini Dawam Raharjo menyatakan seperti yang dikutip Hasjim Munif bahwa
pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan dan dakwah agama Islam, itu adalah pesantren
pada awal perkembangannya sekarang telah terjadi perubahan dalam pandngan masyarakat,
sebagai akibat dari pengaruh globalisai. Definisi di atas tidak memadai, walaupun pada
intinya pesantren tetap pada fungsinya yang asli yang selalu terjaga di tengah-tengah arus
perubahan yang tidak bisa dibendunglagi. Bahkan karena menyadari kecepatan perubahan
yang sering kali tidak bisa terkendali pihak luar justru memperhatikan keunikannya sebagai
wilayah sosial yang mengandung kekuatan resestensi terhadap dampak modernisasi
C. Permasalahan multicultural dipondok pesantren
Jauh sebelum kolonialisme hadir di bumi Nusantara, sesungguhnya pendidikan di
bumi khatulistiwa ini sudah sangat maju, meskipun belum terlembagakan. Namun untuk
ukuran zaman masa itu pendidikan ala orang-orang Nusantara sudah terbilang sangat maju.
Pendidikan yang berorientasi pada pengajaran dan penanaman nilai-nilai keagamaan

5
tersebut kemudian hari oleh para peneliti disebut dan dinamakan pondok pesantren. Seiring
perkembangan zaman, problem yang dihadapi oleh pesantren semakin kompleks.
Pesantren dituntut untuk bersaing dengan lembaga pendidikan umum yang lebih
modern. Jumlah pesantren di Indonesia terus mengalami peningkatan yang sangat pesat.
Sayangnya, peningkatan jumlah tersebut tidak diiringi dengan peningkatan kualitas dan
mutu pesantren. Bahkan pendidikan di pesantren mengalami kemerosotan yang tajam. Hal
ini disebabkan banyak pesantren khususnya pesantren modern lebih mengutamakan
pendidikan formalnya daripada pendidikan diniyahnya. Jadi, jangan heran jika ada santri
yang mondok tiga sampai enam tahun tetapi tidak bisa membaca kitab.
Meskipun demikian, tidak semua pesantren mengedepankan pendidikan formalnya
daripada pendidikan diniyahnya. Saat ini sangat sulit menemukan pesantren yang benar-
benar produktif dalam mencetak santrinya. Faktor lainnya yaitu kiai sibuk kampanye partai
dan calegnya, sampai-sampai menganak tirikan para santrinya. Sehingga kiai tidak lagi
mberkahi santrinya. Berbeda dengan kiai dulu yang lebih banyak meluangkan waktunya
untuk mengurus pesantren dan para santrinya. Pada saat ini sangat sulit mencari pesantren
yang dapat memberikan pendidikan formal dan Diniyah yang seimbang. Problematika
Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia.
Pesantren yang menjadi harapan masrakat dan tempat menuntut ilmu bagi masarakat
dengan harapan mampu menghadapi permasalahan yang ada, ternyata pesantren itu sendiri
juga menghadapi problem adapun permasalahan yang dihadapi pondok pesantren yaitu:
1. Problem kurikulum karena kebanyakan pesantren terutama yang salaf
kurikulumnya masih tetap menggunakn kurikulum tradisional sehingga lulusannya
maksimal guru ngaji atau pencceramah sebagian ada yang jadi petani dan jadi
pengangguran.
2. Manajemen dan perencanaannya, banyak pesantren yang tanpa menggunakan
manajemen dan perencanaan pokoknya yang penting jalan sehingga pesatren ini
tidak ada perkembangan dan kemajuan.
3. Keuangan. Keuangan pesantren dihasikan dari iuran santri sementra kebanyakan
santri nya dari ekonomi rendah dan iuran nya disesuaikan dengan kemampuan
akibat untuk biaya operasionalnya serinng kekurangan.

6
4. Kesiswaan karena kebanyakan santrinya berasal dari pelosokdesaan dan
bermatapencahariannya pertanian, ketika musim panen tiba wali santri meminta ijin
untuk meliburkan anaknya agar dapat membantunya tapi seiring dengan
perkembangan wali santri sudah mulai menerima perubahan.

Menyadari kompleksitas masalah yang dihadapi mengharuskan pondok pesantren


untuk berbenah diri mencari alternatif solusinya mengadakan pembaharuan serta
pengembangan dalam semua aspek pendidikan, sebab kalau tidak eksistensi pondok
pesantren akan terisolasi dari dunia pendidikan.

Dari berbagai problematika pendidikan di atas, penulis mencoba memberikan solusi


alternatif, di antaranya adalah: Menghilangkan paradigma dikotomi antara ilmu agama dan
ilmu umum . Ilmu tidak bebas nilai tetapi bebas untuk dinilai. Ilmu tidak memedulikan
agama dan agama tidak memedulikan ilmu, itulah sebabnya diperlukan adanya pencerahan
dan mengupayakan integralisasi keilmuan. Merubah pola pendidikan Islam indoktrinasi
menjadi pola parstisipatif antara ustadz dengan santri. Pola ini memberikan ruang bagi siswa
untuk berpikir kritis, optimis, dinamis, inovatif dan memberikan alasan-alasan yang logis,
bahkan siswa dapat mengkritisi pendapat guru jika terdapat kesalahan. Adanya peningkatan
profesionalisme asatidz yang meliputi kompetensi personal, kompetensi paedagogik,
kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Sehingga dengan pemenuhan kompetensi
inilah seorang pendidik mampu menemukan metode yang diharapkan sesuai harapan dalam
kajian epistemologi.
Juga kualitas pesantren serta stake holders terkait merasakan perkembangannya yang
bermula pada peningkatan kualitas para asatidz. Perlunya peningkatan kualitas dan mutu
pesantren (lembaga) sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai, serta dapat
menghasilkan SDM yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman. Pesantren harus dapat
menyeimbangkan antara pendidikan formal dan pendidikan Diniyah. Tidak hanya
mengutamakan pendidikan formalnya, tetapi harus dapat seimbang.
Kyai sebagai tokoh sentral pondok pesantren harus mengutamakan pesantren serta
santri yang diasuhnya, jangan sampai menganaktirikan pesantren dan para santrinya.
Sebagaimana yang diketahui saat ini, Kyai yang memiliki banyak jamaah, sehingga
terkadang didorong oleh jamaahnya untuk terjun dalam kancah perpolitikan dan

7
perhatiannya terhadap pesantren sendiri sangat sulit untuk dibagi. Sehingga pesantren yang
pada saat ini mampu mengikuti arus perkembangan yang sangat luar biasa, perlu kiranya
memperhatikan kurikulum, sarana dan prasarana pesantren, SDM (dewan asatidz dll),
manajemen pesantren yang tanpa meninggalkan pendidikan formal serta kebutuhan absolut
akan perhatian Kyai sebagai figur utama pesantren yang menjadi pembeda dari lembaga
pendidikan lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologis, istilah pendidikan multikultural berasal dari dua kata
pendidikan dan multikultural. Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan
tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan dan cara-cara yang mendidik. Disisi lain,
pendidikan adalah Transfer of knowledge atau memindah ilmu pengetahuan. Sedangkan
multikultural secara etimologis multi berarti banyak, beragam dan aneka sedangkan
kultural berasal dari kata culture yang mempunyai makna budaya, tradisi, kesopanan atau
pemeliharaan. Rangkaian kata pendidikan dan multikultural memberikan arti secara
terminologis adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai
pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekwensi keragaman budaya, etnis, suku dan
aliran (agama). Zakiyuddin Baidhawi mendefnisikan pendidikan multikultural adalah
suatu cara untuk mengajarkan keragaman (teaching diversity).
Pondok pesantren adalah kata majmuk yang terdiri dari dua kata yaitu pondok dan
pesantren. Keduanya mempunyai pengertian yang saling melengkapi.Walaupun ada yang
membedakan kedua istilah tersebu, akan tetapi kebanyakan dari mereka menganggapnya
sama saja. Hasjim Munif dalam bukunya yang berjudul pondok pesantren berjuang dalam
kancah kemerdekaan dan pembangunan pedesaan mengatakan bahwa istilah pondok
barangkali berasl dari pengertian asrama-asrama para murid, yang disebut pondok atau
asrama santri yang terbuat dari bambu atau dari bahasa Arab dengan kata funduk yang
berarti hotel atau asrama. Sedangkan istilah pesantren secara etimologi berasal dari para
santri.

8
Pesantren dituntut untuk bersaing dengan lembaga pendidikan umum yang lebih
modern. Jumlah pesantren di Indonesia terus mengalami peningkatan yang sangat pesat.
Sayangnya, peningkatan jumlah tersebut tidak diiringi dengan peningkatan kualitas dan
mutu pesantren. Bahkan pendidikan di pesantren mengalami kemerosotan yang tajam.
Hal ini disebabkan banyak pesantren khususnya pesantren modern lebih mengutamakan
pendidikan formalnya daripada pendidikan diniyahnya. Jadi, jangan heran jika ada santri
yang mondok tiga sampai enam tahun tetapi tidak bisa membaca kitab.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Zainal Abidin. 1976. Memperkembangkan dan mempertahankan penddidikan islam


di indonesia. Jakarta: Basir, khorul huda. dkk. 2006

Potret dakwah NU. Jakarta: PPLDU. Basori, Rucman. 2006. The founding father pesantren
modern indonesia jejak langkah KH. A. Wahid Hasim. Jakarta:Inceis. Bawani, Imam.
I987.

Segi-segi pendidikan agama islam Indonesia. Jakarta: Departemen Agama RI. 2003. Pola
pengembangan masarakat melalui pondok pesantren.

Departemen Agama RI. 2003. Pola pengembangan pondok pesantren. Jakarta: Departemen
pendidikan nasional. 2007.

Peraturan pemerintah republik indonesia. tentang pendidikan agama dan keagamaan.


Djailani, Abd Qodir.1994.

peran Ulama dan santri dalam perjuangan politik Islam di indonesia. Surabaya: PT. Bina
ilmu. Ghazali, Bahari. 2003.

Pesantren berwawasan lingkungan. Jakarta: CV. Prasasti. Haedari, Amin. dkk. 2004.

Pengembanga ekonomi Pesantren. Jakarta: CV. Prasasti. Mastuki, dkk.2005.

Manajemmen pendidikan pesantren. Jakarta: DIVA. Pustaka. Munif,Moh Hasim. 1992.

Anda mungkin juga menyukai