Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ISU-ISU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Problema Pendidikan Agama Di Pesantren

Disusun Oleh :
Dewi Kharisma
Wiji Pangastuti

Dosen Pengampu
:
Dr. Muslih Hidayat, M.Pd.I

Fakultas Tarbiyah
Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Institut Agama Islam (IAI) Al-Azhaar
Lubuk Linggau
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Problema Pendidikan Agama Di Pesantren” makalah ini disusun guna untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh mata kuliah Isu-isu Pendidikan Agama
Isllam.
Dengan berbagai keterbatasan, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Meskipun demikian penulis sadar bahwa karya ini masih jauh dari harapan,
maka sangat diharapkan krirtik dan saran yang kiranya dapat melengkapi
kekurangan dari makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Muslih Hidayat,
M.Pd.I sebagai dosen pengampu mata kuliah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami dan pembaca serta bagi kemajuan pendidikan di tanah air
pada umumnya.

Sungai Lilin, 06 November 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................I

DAFTAR ISI................................................................................................................................II

BAB I

PENDAHULUAN........................................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN..........................................................................................................................3

A. Makna Problematika Pendidikan Islam........................................................................3

B. Pengertian dan Karakteristik Pondok Pesantren..........................................................4

C. Tujuan dan Fungsi Pesantren.......................................................................................7

D. Problem Pendidikan Pesantren dan Solusinya.............................................................8

BAB III

PENUTUP................................................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................................11

B. Saran..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................12

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses
pemberdayaan manusia menuju taklif (kedewasaan) baik secara akal, mental
maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebgai
seorang hamba di hadapan Pencipta dan sebagai “pemelihara” (khalifah) pada
semesta. Sedangkan menurut Abdul Fattah Jalal, tujuan umum pendidikan
islam adalah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. 1 Dengan demikian,
fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik ( generasi
penerus) dengan kemampuan dan keahlian yang diperlukan agar memiliki
kemampuan untuk terjun ke tengah masyarakat dan menjadi hamba Allah
yang baik sebagai tujuan akhir pendidikan.
Lembaga pendidikan formal dan pesantren merupakan dua lembaga
yang memiliki banyak perbedaan. Sekolah atau lembaga pendidikan formal
identik dengan kemodernan, sedangkan pesantren identik dengan
ketradisionalan. Sekolah lebih menekankan pendekatan yang bersifat liberal,
sedangkan pesantren lebih pada sikap konservatif yang bersandar dan berpusat
pada Kyai. Namun, persepsi dikotomi seperti ini mungkin krang tepat, karena
dalam kenyataannya,banyak pesantren yang telah melakukan perubahan
baiksecara stukturak maupun cultural. Pesantren sebagai institusi sosial tidak
hanya berbentuk lembaga dengan unsur-unsur pendukungnya, tetapi pesantren
merupakan entitas budaya yang mempunyai implikasi terhadap kehidupan
sosial yang melingkupinya. Sejak awal kelahirannya, pesantren berkembang
dan tersebar di berbagai pedesaan. Pesantren sebagai lembaga pendidikan
islam yang khas Indonesia memiliki nilai-nilai strategis dalam pengembangan
masyarakat Indonesia. Ia memiliki peranan yang kuat pada kehidupan
masyarakt muslim.
1
Tafsir, A. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam: (PT. Remaja Rosdakarya,2005)

1
Dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan pendidikan nasional di
Indonesia, pesantren telah menjadi semacam local genius serta menjadi
sumber minat masyarakat yang semakin banyak. Dikalangan umat islam
Indonesia, pesantren dianggap sebagai model institusi pendidikan yang
mempunyai keunggulan, baik pada sisi tradisi keilmuan maupun pada sisi
transmisi dan internalisasi nila-nilai Islam. Pesantren juga dinilai lebih dekat
dan mengetahui seluk-beluk masyarakat yang berada di lapisan bawah.
Lembaga ini tumbuh dan berkembang dari masyarakat dan untuk masyarakat
dengan memosisikan dirinya sebagai bagian dari masyarakat dalam pengertian
transformatif.2
Perkembangan dan perubahan yang dilakukan pesantren sebagai akibat
dari tuntutan zaman sehingga melahirkan berbagai persoalan-persoalan yang
penting. Di satu sisi, pesantren berperan sebagai penerjemah dan penyebar
ajaran-ajaran Islam dalam masyarakat. Sisi lain, mempertahankan jati dirinya
sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional, pesantren melakukan
penyaringan ketat dalam berinteraksi dengan dunia luar atau masyarakat, dan
tidak jarang menawarkan nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang
telah digariskan pesantren.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud problematika pendidikan islam?
2. Apa pengertian dan karakteristik pondok pesantren?
3. Apa tujuan dan fungsi pesantren?
4. Bagaimana problema pendidikan pesantren dan solusinya?

BAB II
PEMBAHASAN

2
Rahardjo, M. (2006). Ed. Quo Vadis Pendidikan Islam: Membaca Realitas Pendidikan Islam,
Sosial dan Keagamaan. UIN Malang Press.

2
A. Makna Problematika Pendidikan Islam
Problematika berasal dari kata bahasa Inggris “problem” yang
berarti soal, masalah atau teka-teki. Juga berarti problematic, yaitu
ketidaktentuan. Adapun yang dimaksud problematika pendidikan adalah
persoalan-persoalan atau permasalahan-permasalahan yang dihadapi
oleh dunia pendidikan, khususnya Negara Indonesia. Indonesia
merupakan Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Tetapi pada realitasnya, pendidikan Islam tidak menjadi mayoritas
dalam pendidikan nasional. Pendidikan Islam selalu dipandang berada
pada posisi kedua atau marginal dalam sistem pendidikan nasional.
Padahal, pendidikan apa pun itu, baik pendidikan nasional maupun
pendidikan Islam hakikatnya adalah mengembangkan harkat dan
martabat manusia serta memanusiakan manusia, sehingga mampu
menjadi khalifah(2003).3
Pendidikan Islam diakui keberadaannya dalam sistem pendidikan
terbagi menjadi tiga hal. Pertama, pendidikan Islam sebagai lembaga,
diakuinya keberadaan lembaga pendidikan Islam secara eksplisit.
Kedua, pendidikan Islam sebagai mata pelajaran, diakuinya pendidikan
agama sebagai salah satu pelajaran yang wajib diberikan pada tingkat
dasar sampai perguruan tinggi. Ketiga, pendidikan Islam sebagai nilai,
yakni ditemukannya nilai-nilai Islami dalam sistem pendidikan.

B. Pengertian dan Karakteristik Pondok Pesantren


1. Pengertian Pondok Pesantren

3
Mastuhu. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21. Safiria
(Insania Press dan MSI.2003)

3
Pondok pesantren adalah kata majemuk yang terdiri dari dua kata
yaitu pondok dan pesantren. Keduanya mempunyai pengertian yang
saling melengkapi, walaupun ada yang membedakan kedua istilah
tersebut, akan tetapi kebanyakan dari mereka menganggapnya sama saja.
Hasjim Munif dalam bukunya yang berjudul pondok pesantren berjuang
dalam kancah kemerdekaan dan pembangunan pedesaan mengatakan
bahwa istilah pondok barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama
para murid, yang disebut pondok atau asrama santri yang terbuat dari
bambu atau dari bahasa Arab dengan kata funduk yang berarti hotel atau
asrama.4
Sedangkan istilah pesantren secara etimologi berasal dari kata santri
dengan awalan “pe” dan akhiran “an” berarti asrama santri para santri.
Dapat pula istilah pesantren diambil dari kata sant (manusia baik),
kemudian di hubungkan dengan kata tran (suka menolong) sehingga
kata pesantren dapat diartikan (tempat pendidikan manusia yang baik-
baik).5 Dapat kami simpulkan, bahwa pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam yang di dalamnya menyelenggarakan pendidikan
formal maupun nonformal. Bahkan tidak lepas dari itu pondok pesantren
adalah tempat mencetak generasi Islam, hingga menjadi generasi yang
berguna bagi bangsa dan negara terutama bagi agama dalam
menjalankan sunnatullah.

2. Karakteristik Pondok Pesantren

4
Moh. Hasjim Munif. pondok pesantren berjuang dalam kancah kemerdekaan dan
pembangunan pedesaan (Surabaya: Sinar jaya, 1992), hal. 6
5
H.khorul Huda Basyir,Lc.dkk.Potret Dakwah NU, (Jakarta: PPLDU, 2006), hal. l52

4
Ada beberapa tanda yang secara jelas dimiliki pondok pesantren
sebagai lembaga pendidikan sekaligus sebagai lembaga sosial yang
memberikan dukungan dalam pengembangan masyarakat. Zamakhsyari
Dhofir seperti yang dikutip Moh Hsjim Munif mengatakan ada lima
bagian pondok pesantren yang melekat atas dirinya yang meliputi:
pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab kuno, santri dan kyai.6
Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-kegiatan
pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu
lembaga pengembangan masyarakat. Oleh karena itu, pondok pesantren
sejak semula merupakan ajang mempersiapkan kader masa depan.
a. Masjid
Masjid merupakan elemen penting yang tidak dapat
dipisahkan dengan pesantren dan dianggap tempat yang paling
tepat untuk mendidik santri terutama dalam melakukan praktek
sholat lima waktu, khutbah, sholat jum’at dan pengajaran kitab-
kitab klasik (kitab kuning). Sejak zaman nabi, masjid telah mejadi
pusat pendidikan islam. Di manapun kaum muslimin berada,
mereka selalu menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan,
tempat pendidikan, aktivitas administrasi dan cultural.7
b. Pondok
Setiap pesantren pada umumnya memiliki pondokan. Pondok
dalam pesantren pada dasarnya merupakan dua lembaga yang
sering penyebutannya tidak dipisah menjadi “pondok pesantren”
yang berarti keberadaan pondok dalam pesantren merupakan
wawasan pengembangan, pembinaan dan pendidikan serta
pengajaran ilmu pengetahuan.

6
Moh Hasjim Munif, Op.Cit, hal. 7
7
Zuhairi dkk, Sejarah pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 35

5
Kedudukan pondok pesantren bagi para santri sangatlah
mendasar karena di dalamnya santri tinggal belajar dan di tempat
diri pribadinya dengan control seorang ketua asrama atau kyai yang
memimpin pesantren itu. Begitu pula melalui pondok kepandaian
berbahasa Arab dan Inggris juga mampu menghafal Al-Qur’an
begitu pula keterampilan yang lain.

c. Kyai
Ciri yang paling esensial bagi suatu pesantren adalah seorang
kyai. Kyai pada hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada
seseorang yang mempunyai ilmu di bidang agama, dalam hal ini
agama Islam terlepas dari anggapan kyai sebagai gelar yang sacral,
maka sebutan kyai muncul di dunia pondok pesantren. Dan kyai
merupakan Sosok pemimpim yang karismatik.
Keberadaan kyai dalam pesantren sangat erat sekali. Suatu
lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memiliki
tokoh sentral yang disebut kyai. Jadi kyai di dalam dunia pesantren
sebagai penggerak dalam mengemban, mengembangkan dan
mengambil keputusan penting untuk kemajuan pesantren.

d. Santri
Menurut Abdul Qodir djaelani. Santri adalah sekelompok
orang yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan ulama. Karena
berbicara kehidupan ulama senantiasa menyangkut pula kehidupan
santri yang menjadi murid dan sekaligus menjdi pengikut setia.
Santri yang di didik di dalam kawasan pondok pesantren.8

8
Abdul Qodir Djaelani, Peran ulama dan santr dalam pejuangan politik islam di
Indonesia, (Surabaya: PT.bina ilmu,1994), hal. 7

6
e. Pengajaran Kitab Klasikal
Babun Suharto menyebutkan bahwa kitab kuning merupakan
kitab yang ditulis ulama-ulama pada abat pertengahan, akan tetapi
sudah banyak kitab-kitab yang ditulis ulama kontemporer, yang
tidak ada harokatnya. Orang juga biasa menyebut dengan kitab
gundul. Perlu disampaikan bahwa tren kitab kuning ini telah
mengalami pergeseran makna. Dulu kitab kuning selalu berasosiasi
dengan kitab-kitab klasik, tapi kini meliputi kitab-kitab karangan
ulama kontemporer.

C. Tujuan dan Fungsi Pesantren


Tujuan umum pondok pesantren adalah membina warga agar
berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan
menanamkan rasa keagamaan tersebut pada segi kehidupannya serta
mengupayakan agar santri mampu memaikan peran dilingkungannya,
masyarakat dan negaranya.
Sedangkan tujuan khusus dapat dijabarkan sebagai berikut: (a)
mendidik siswa atau santri, anggota masyarakat untuk menjadi seorang
muslim yang bertaqwa kepada Allah dan memiliki kecerdasan,
keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga Indonesia yang ber-
Pancasila. (b) mendidik siswa/santri untuk menjadikan manusia muslim
tabah, tangguh wiraswasta dalam mengembangkan syari’at islam secara
utuh dan dinamis. (c) mendidik santri agar mempunyai kepribadian yang
baik dan mencintai tanah airnya. (d) mendidik tenaga-tenaga penyuluh
pembangunan mikro (keluarga) dan regional (pedesaan masyarakat
lingkungannya). (e) mendidik siswa atau santri agar menjadi tenaga-
tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan, mental
spiritual. (f) mendidik siswa atau santri untuk meningkatkan

7
kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha
pembangunan masyarakat bangsa.9
Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan, maka tujuan
pendidikan pondok pesantren tidak semata-mata bersifat keagamaan
yang berorientasi akhirat. Tetapi mempunyai relefansi dengan kehidupan
nyata yang berkembang dalam masyarakat.
Pondok pesantren memiliki bebagai fungsi yang unik misalkan di
jaman penjajah bahkan sampai sekarang tetap eksis mekipun dengan
bentuk yang sangat sederhana. Oleh karena itu perkembangan
masyarakat sekitarnya tentang pemahaman keagamaan (Islam) lebih
jauh mengarah pada nilai-nilai normatif, edukatif, progresif.
Sesuai dengan tujuan pondok pesantren yang sedemikian rupa
maka pesantren memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pesantren sebagai lembaga pendidikan
b. Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah
c. Pondok pesantren sebagais lembaga sosial

D. Problem Pendidikan Pesantren dan Solusinya


Jauh sebelum kolonialisme hadir di bumi Nusantara, sesungguhnya
pendidikan di bumi khatulistiwa ini sudah sangat maju, meskipun belum
terlembagakan. Namun untuk ukuran zaman masa itu pendidikan ala
orang-orang Nusantara sudah terbilang sangat maju. Pendidikan yang
berorientasi pada pengajaran dan penanaman nilai-nilai keagamaan
tersebut kemudian hari oleh para peneliti disebut dan dinamakan pondok
pesantren. Seiring perkembangan zaman, problem yang dihadapi oleh
pesantren semakin kompleks. Pesantren dituntut untuk bersaing dengan
lembaga pendidikan umum yang lebih modern. Jumlah pesantren di
Indonesia terus mengalami peningkatan yang sangat pesat. Sayangnya,
9
Mujammil Qomar, Op. Cit, hal. 2

8
peningkatan jumlah tersebut tidak diiringi dengan peningkatan kualitas
dan mutu pesantren. Bahkan pendidikan di pesantren mengalami
kemerosotan yang tajam. Hal ini disebabkan banyak pesantren
khususnya pesantren modern lebih mengutamakan pendidikan
formalnya, daripada pendidikan diniyahnya. Jadi, jangan heran jika ada
santri yang mondok tiga sampai enam tahun tetapi tidak bisa membaca
kitab. Meskipun demikian, tidak semua pesantren mengedepankan
pendidikan formalnya daripada pendidikan diniyahnya. Saat ini sangat
sulit menemukan pesantren yang benar-benar produktif dalam mencetak
santrinya.
Faktor lainnya yaitu kiai sibuk kampanye partai dan calegnya,
sampai-sampai menganak tirikan para santrinya. Sehingga kiai tidak lagi
memberkahi santrinya. Berbeda dengan kiai dulu yang lebih banyak
meluangkan waktunya untuk mengurus pesantren dan para santrinya.
Pada saat ini sangat sulit mencari pesantren yang dapat memberikan
pendidikan formal dan Diniyah yang seimbang.
Dari berbagai problematika pendidikan di atas, penulis mencoba
memberikan solusi alternatif, di antaranya adalah: Menghilangkan
paradigma dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. (Darda,
2015).10 ilmu tidak bebas nilai tetapi bebas untuk dinilai. Ilmu tidak
memedulikan agama dan agama tidak memedulikan ilmu, itulah
sebabnya diperlukan adanya pencerahan dan mengupayakan integralisasi
keilmuan. Merubah pola pendidikan Islam indoktrinasi menjadi pola
parstisipatif antara ustadz dengan santri. Pola ini memberikan ruang bagi
siswa untuk berpikir kritis, optimis, dinamis, inovatif dan memberikan
alasan-alasan yang logis, bahkan siswa dapat mengkritisi pendapat guru
jika terdapat kesalahan. Adanya peningkatan profesionalisme asatidz

10
Darda, A.. Integrasi Ilmu dan Agama: Perkembangan Konseptual di Indonesia.
(Jurnal At-Ta’dib,2015), 10(1), 33–46.

9
yang meliputi kompetensi personal, kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial. Sehingga dengan pemenuhan
kompetensi inilah seorang pendidik mampu menemukan metode yang
diharapkan sesuai harapan dalam kajian epistemologi. Juga kualitas
pesantren serta stake holders terkait merasakan perkembangannya yang
bermula pada peningkatan kualitas para asatidz.11
Perlunya peningkatan kualitas dan mutu pesantren (lembaga)
sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai, serta dapat
menghasilkan SDM yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman.
Pesantren harus dapat menyeimbangkan antara pendidikan formal dan
pendidikan Diniyah. Tidak hanya mengutamakan pendidikan formalnya,
tetapi harus dapat seimbang. Kyai sebagai tokoh sentral pondok
pesantren harus mengutamakan pesantren serta santri yang diasuhnya,
jangan sampai menganaktirikan pesantren dan para santrinya.
Sebagaimana yang diketahui saat ini, Kyai yang memiliki banyak
jamaah, sehingga terkadang didorong oleh jamaahnya untuk terjun
dalam kancah perpolitikan dan perhatiannya terhadap pesantren sendiri
sangat sulit untuk dibagi.12 Sehingga pesantren yang pada saat ini
mampu mengikuti arus perkembangan yang sangat luar biasa, perlu
kiranya memperhatikan kurikulum, sarana dan prasarana pesantren,
SDM (dewan asatidz dll). manajemen pesantren yang tanpa
meninggalkan pendidikan formal serta kebutuhan absolut akan perhatian
Kyai sebagai figur utama pesantren yang menjadi pembeda dari lembaga
pendidikan lainnya.

BAB III

11
Natsir, N. F. Peningkatan Kualitas Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam.
(Educationist,2007) 1, 8.
12
Syam, N. (n.d.). KYAI, SANTRI DAN POLITIK: 1–7.

10
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pola pendidikan yang partisipasi aktif perlu dijadikan sebagai
karakter khusus yang harus dimiliki pesantren sebagai pergeseran sistem
dari doktrinasi menuju demokratisasi pesantren. Peningkatan
profesionalisme asatidz sebagaimana kompetensi pendidik pada
umumnya menjadi terobosan baru serta sistem pendidikan formal dan
non formal menjadi balancing sebagai pengakuan atas pemerintah
dengan memperhatikan mutu lembaga pendidikan serta peran Kyai
sebagai pemegang kekuasaan penuh juga perlu memberikan perhatian
penuh.

B. Saran
Kepada pengasuh, pengurus dan guru diharapkan lebih meningkatkan
kualitas, profesionalitas dan selalu melakukan perubahan kearah yang lebih
baik agar kepercayaan masyarakat semakin meningkat terhadap pondok
pesantren. Kepada siswa agar selalu memacu semangat dalam belajar serta
mengeluarkan daya kreativitas yang ada pada dirinya, berusaha jangan
menyerah dan jangan berhenti untuk mencari ilmu guna membangun
kemampuan berfikir kreatif dan inovatif menuju perubahan zaman.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Maka kami mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak, agar kedepannya kami lebih teliti dan terampil lagi
dalam pembuatan makalah.

11
DAFTAR PUSTAKA
Basir, khorul huda. dkk. 2006. Potret dakwah NU. Jakarta: PPLDU.
Darda, A. (2015). Integrasi Ilmu dan Agama: Perkembangan Konseptual di
Indonesia. Jurnal At-Ta’dib, 10(1), 33–46.
Djailani, Abd Qodir.1994. peran Ulama dan santri dalam perjuangan politik Islam
dI indonesia. Surabaya: PT. Bina ilmu.
Mastuhu. (2003). Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad
21. Safiria Insania Press dan MSI.
Munif,Moh Hasim. 1992. Pondok pesantren berjuang dalam kancah kemerdekaan
dan pembangunan pesdesaan. Surabaya: Sinarjaya.
Natsir, N. F. (2007). Peningkatan Kualitas Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam.
Educationist, 1, 8.
Qomar, Mujamil. Pesantren dari tranformasi demokrasi intuisi. PT. Glora aksara..
Rahardjo, M. (2006). Ed. Quo Vadis Pendidikan Islam:Membaca Realitas
Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan. UIN Malang Press.
Syam, N. (n.d.). KYAI, SANTRI DAN POLITIK: 1–7.
Tafsir, A. (2005). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Remaja Rosdakarya.

12

Anda mungkin juga menyukai