Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STUDY PESANTREN

Peranan pesantren dalam sistem pendidikan nasional

Dosen Pengampu :

Nurul Azizah.,S.Ag., M.S.I.

Disusun oleh :

Kelompok 4

Alfiana Nurhapsari 2022110051

Muhammad Zakhia Albabinnaja 2022110082

Tri Utami 2022110077

Indras Ulvianing Tias 2022110087

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN

2022

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmannirohim

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Adapun tema dari makalah ini adalah “Peranan Pesantren Dalam
Pendidikan Nasional”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan yang sebesar-besarnya kepada


dosen mata kuliah study pesantren yang telah memberikan tugas kepada kami
kami juga ingin mengucapkan kepada pihak-pihak yang sudah membantu
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna


dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang
membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini, semoga makalah
ini dapat berguna bagi kita semua.

Wonosobo, 4 oktober 2022

penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul ............................................................................................................i

Kata pengantar ............................................................................................ii

Daftar isi.......................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................2

Bab II Pembahasan.......................................................................................3

2.1 pengertian pesantren..........................................................................3

2.2 Pondok Pesantren Antara Madrasah dan Sekolah...............................4

2.3 Sistem Dan Landasan Filosofi Pendidikan Nasional....................................5

2.4 peranan pondok pesantren dalam sistem pendidikan nasional..........7

Bab III penutup ...........................................................................................11

3.1 kesimpulan ........................................................................................11

Daftar Pustaka..............................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesantren (atau pesantrian) adalah sebuah lembaga pendidikan


Islam tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah
bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai dan mempunyai asrama
untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga
menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan
keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat
mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan


pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang kiai
mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang
ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan para santrinya
biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.

Pesantren juga merupakan lembaga pendidikan tertua yang melekat yang


dalam perjalanan kehidupan Indonesia sejak ratusan tahun silam. Pondok
pesantren adalah lembaga pendidikan yang dapat di kategorikan sebagai lembaga
unik dan punya karakteristik sendiri yang khas sehingga saat ini menunjukkan
kapabilitas yang cemerlang melewati perkembangan zaman. Bahkan lembaga
tertua pendidikan islam nusantara yaitu ekstensi pesantren juga terlah diakui dan
memiliki andil dan peran yang besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Pesantren juga mempunyai peranan penting dalam sistem pendidikan nasional.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

A. Apa pengertian pondok pesantren?


B. Bagaimana pondok Pesantren Antara Madrasah dan Sekolah?
C. Bagaimana sistem dan landasan filosofi pendidikan nasional?
D. Bagaimana peranan pondok pesantren dalam sistem pendidikan nasional?

1.3 TUJUAN

A. Mengetahui dan memahami pengertian pondok pesantren.


B. Mengetahui dan memahami pondok pesantren antara madrasah dan
sekolah.
C. Mengetahui dan memahami sistem dan landasan filosofi pendidikan
nasional.
D. Mengetahui dan memahami peranan pondok pesantren dalam sistem
pendidikan nasional.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pondok Pesantren

Pondok pesantren merupakan suatu tempat pendidikan non-formal yang


memiliki sistem pendidikan yang unik dimana siswanya (biasa disebut santri) di
wajibkan untuk tinggal di tempat tersebut. Hal ini tentu memiliki tujuan, salah-
satunya adalah agar para santri tidak terpengaruh lingkungan luar sehingga dapat
lebih fokus pada belajarnya dan mendapatkan kemampuan dan perkembangan
individu secara optimal. Dalam pondok pesantren sendiri terdapat beberapa Unsur
pembangun, antara lain asrama (tempat tinggal), guru (kyai/ustadz) , bahan
pembelajaran, dll. Suatu pondok Pesantren biasanya memiliki sistem dan cara
pendidikannya masing-masing tergantung pada jenisnya.

Dalam pondok pesantren terdapat seorang pimpinan atau guru besar yang
biasanya akrab disebut sebagai kyai. Seorang kyai mempunyai tugas yang besar
berkaitan dengan pondok pesantren mulai dari membina, mengarahkan, dan
memberikan contoh yang baik untuk santrinya. Dalam melakukan tugasnya kyai
biasanya dibantu oleh para santrinya yang ditunjuk langsung oleh kyai dan
tergabung dalam badan kepengurusan pondok pesantren. Badan kepengurusan ini
dibagi lagi menjadi beberapa bagian yang memiliki tugas masing-masing dan
bertanggung jawab atas tugas yang di embannya tersebut.

Tujuan di selenggarakannya pendidikan pesantren secara umum adalah


membimbing peserta didik untuk menjadi manusia yang memiliki kepribadian
Islami, yang dengan bekal ilmu agamanya mereka sanggup menjadi mubaligh
untuk menyebarkan agama Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan
amalnya. Sedangkan tujuan khususnya adalah mempersiapkan peserta didik (para

3
santri) untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang di ajarkan oleh kiai
yang bersangkutan, serta mengamalkan dan mendakwahkannya dalam
masyarakat.

Pendidikan Islam seperti pesantren, walaupun pada waktu awal berdirinya


belum diakui kontribusinya dalam pendidikan formal di Indonesia dan belum
mendapat pengakuan yang legal, melainkan diakui sebagai lembaga pendidikan
non formal. Kendati demikian, pesantren yang di kenal sebagai perguruan Islam
berasrama di bawah naungan seorang kyai sudah tidak asing lagi bagi masyarakat
Indonesia akibat sejarah yang di miliki.

2.2 Pondok Pesantren Antara Madrasah Dan Sekolah

Pesantren telah membuktikan ekstensinya dalam peran memajukan


pendidikan nasional. Pondok pesantren harus dipahami dan dilihat dari berbagai
aspek. Pada awal tahun 70-an, sebagian kalangan menginginkan pesantren
memberikan pelajaran umum bagi para santrinya. Oleh karena itu, terjadi
perbedaan pendapat di kalangan para pengamat dan pemerhati pondok pesantren.
Sebagian kalangan berpendapat bahwa pondok pesantren harus mempertahankan
ketradisionalannya sebagai lembaga pendidikan yang khas dan unik. Namun
sebagian pendapat yang lain menginginkan agar pondok pesantren mulai
mengadopsi elemen-elemen budaya dan pendidikan dari luar.

Dari dua pandangan yang berbeda tersebut, terdapat keinginan yang


berbeda di kalangan para pengelola pesantren. Kelompok yang pertama
menginginkan agar tetap mempertahankan posisi yang semula dengan sistem yang
khas. Sedangkan, kelompok kedua menginginkan agar pesantren mendukung
sistem pendidikan sekolah atau madrasah ke dalam sistem pendidikan pesantren.

Pesantren yang telah memiliki kriteria tertentu dianggap telah mapan,


didukung oleh persyaratan yang cukup mapan, seperti bangunan, tanah, guru yang
berkompeten, murid-murid yang banyak serta ke tersedianya tenaga administrasi.
Pesantren yang seperti ini yang dianggap layak untuk mendukung sistem
pendidikan formal atau elemen pendidikan lainnya yang berasal dari luar. Dan

4
sebaliknya, jika pesantren tidak memenuhi kriteria di atas tentu saja tidak bisa
memaksakan kehendak untuk mendukung sistem pendidikan dari luar.

Selain itu ada beberapa alternatif yang di kembangkan di lingkungan


pesantren. Ada yang mendukung sistem pendidikan formal seperti sekolah umum
atau madrasah dengan tetap mempertahankan sistem pendidikan pesantren,
dengan memisahkan area untuk sekolah umum atau sekolah madrasah dengan
area khusus untuk pesantren. Murid yang bersekolah di sekolah umum mengikuti
kurikulum pendidikan nasional, seperti mengikuti uas. Mereka tidak tinggal di
asrama. Sementara santri yang mengikuti pendidikan pesantren tinggal di asrama
dan mengikuti program dan kebijakan departemen agama dan pendidikan. Guru-
guru yang mengajar juga ada yang berasal dari pesantren dan dari luar.

Bentuk atau opsi ke dua adalah pesantren yang menggabungkan sistem


pendidikan formal ala madrasah atau sekolah umum lainnya dengan sistem
pendidikan pesantren tanpa memisahkan kelas-kelas atau area untuk ke dua sistem
pendidikan yang berbeda ini. Para santri tetap tinggal di asrama, mengikuti uas
dan uan dan juga mengikuti agenda-agenda kepesantrenan yang tidak terdapat di
madrasah atau sekolah lainnya. Guru-guru yang mengajar di pesantren ini relatif
sama dengan di atas. Bentuk pesantren yang seperti inilah yang sekarang banyak
ditemui.

2.3 Sistem Dan Landasan Filosofi Pendidikan Nasional

Pertama, landasan filosofis. Dalam Lampiran I UU No.12 Tahun 2011


tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, dijelaskan bahwa
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan perundang-undangan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan
serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Kedua, landasan yuridis. Ini merupakan pertimbangan yang


menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi dan mengisi

5
kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan
diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa
keadilan masyarakat.

Saat ini, pengaturan mengenai pesantren belum mengakomodir


perkembangan, aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat, serta belum
menempatkan pengaturan hukumnya dalam kerangka peraturan perundang-
undangan yang terintegrasi dan komprehensif. Hal tersebut menyebabkan
perlakuan hukum yang tidak sesuai dengan norma berdasarkan kekhasan
pesantren dan kesenjangan sumber daya yang besar dalam pengembangan
pesantren.

Jika aspirasi dan kebutuhan hukum tersebut tidak dalam bentuk undang-
undang, maka ini tidak akan menyelesaikan masalah. Peran pesantren sebagai
lembaga pendidikan, lembaga penyiaran ajaran agama (dakwah Islam), dan
sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat, akan tetap tereduksi hanya sebatas
urusan agama. Khusus bagi pesantren sebagai lembaga pendidikan, undang-
undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional hanya
memberikan penjelasan tentang pesantren dalam lingkup sebagai lembaga
pendidikan sebagai bagian dari pendidikan keagamaan, di mana faktanya
pendidikan pesantren memiliki kekhasan yang membedakan dengan pendidikan
keagamaan.

Ketiga, landasan sosiologis. Pesantren sebagai subkultur sebagaimana


yang disebut oleh Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (2001), memiliki kekhasan
yang telah mengakar serta hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat,
baik sebagai lembaga pendidikan, lembaga penyiaran ajaran agama, dan sebagai
lembaga pemberdayaan masyarakat.

Pesantren merupakan lembaga yang berbasis dan didirikan oleh


masyarakat yang mengajarkan kesalehan ritual dan kesalehan sosial yang berisi
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia lainnya melalui pendidikan, dakwah Islam
rahmatan lil'alamin, keteladanan (uswah), dan pengabdian (khidmah).

6
Pendidikan pesantren pada umumnya diselenggarakan oleh masyarakat
sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Jauh sebelum
Indonesia merdeka, pendidikan yang diselenggarakan oleh pesantren sudah lebih
dulu berkembang. Selain menjadi akar budaya bangsa, agama disadari merupakan
bagian tak terpisahkan dalam pendidikan.

Pendidikan pesantren juga berkembang akibat pendidikan agama dan


keagamaan yang dinilai menghadapi berbagai keterbatasan. Secara historis,
keberadaan pesantren menjadi sangat penting dalam upaya pembangunan
masyarakat, terlebih lagi karena bersumber dari aspirasi masyarakat yang
sekaligus mencerminkan kebutuhan masyarakat sesungguhnya akan jenis layanan
pendidikan

2.4 Peranan Pondok Pesantren Dalam Sistem Pendidikan Nasional

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia


yang memiliki kontribusi penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Lembaga ini layak diperhitungkan dalam pembangunan bangsa di bidang
pendidikan, keagamaan, dan moral. Dilihat secara historis, pesantren memiliki
pengalaman luar biasa dalam membina, mencerdaskan, dan mengembangkan
masyarakat. Bahkan, pesantren mampu meningkatkan perannya secara mandiri
dengan menggali potensi yang dimiliki masyarakat di sekelilingnya.

Pesantren telah lama menyadari bahwa pembangunan sumber daya


manusia (SDM) tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga
semua komponen masyarakat, termasuk dunia pesantren. Karena itu, sudah
semestinya pesantren yang telah memiliki nilai historis dalam membina dan
mengembangkan SDM ini terus didorong dan dikembangkan kualitasnya.
Pengembangan dunia pesantren ini harus didukung secara serius oleh pemerintah
yang terintegrasi dalam sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Mengembangkan
peran pesantren dalam pembangunan merupakan langkah strategis dalam
membangun pendidikan. Dalam kondisi bangsa saat ini krisis moral, pesantren
sebagai lembaga pendidikan yang membentuk dan mengembangkan nilai-nilai

7
moral harus menjadi pelopor sekaligus inspirator pembangkit reformasi gerakan
moral bangsa. Dengan begitu pembangunan tidak menjadi hampa dan kering dari
nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam eksistensinya, pesantren pada umumnya bersifat mandiri dan tidak


tergantung pada pemerintah atau kekuasaan yang ada. Dengan sifat
kemandiriannya inilah pesantren bisa memegang teguh kemurniannya sebagai
lembaga pendidikan Islam. Pesantren pun tidak mudah disusupi oleh aliran atau
paham yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sedikitnya ada tiga unsur utama
penopang eksis dan tidaknya pesantren dalam pendidikan, yaitu kiai sebagai
pendidik sekaligus pemilik pondok dan para santri, kurikulum pondok pesantren,
dan sarana peribadatan serta pendidikan, seperti masjid, rumah kiai, pondok,
madrasah, dan bengkel-bengkel keterampilan. Unsur-unsur tersebut mewujud
dalam bentuk kegiatannya yang terangkum dalam Tridharma Pondok Pesantren,
yaitu pembinaan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, pengembangan
keilmuan dan keahlian yang bermanfaat, serta pengabdian pada agama,
masyarakat, dan negara.

Merujuk pada UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, posisi


dan keberadaan pesantren memiliki tempat istimewa. Namun, ini belum disadari
oleh mayoritas Muslim. Ini karena kelahiran UU tersebut amat belia.
Keistimewaan pesantren dalam sistem pendidikan nasional dapat kita lihat dari
ketentuan dan penjelasan pasal-pasal berikut : Dalam Pasal 3 dijelaskan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Ketentuan ini tentu saja sudah berlaku dan diimplementasikan di


pesantren. Pesantren sudah sejak lama menjadi lembaga yang membentuk watak

8
dan peradaban bangsa serta mencerdaskan kehidupan bangsa yang berbasis pada
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia. Eksistensi
pesantren sebagai motor penggerak pendidikan keagamaan mendapat legitimasi
yang kuat dalam sistem pendidikan nasional. Pasal 30 menjelaskan, pendidikan
keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari
pemeluk agama sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendidikan
keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi
ahli ilmu agama. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur
pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan berbentuk
pendidikan diniyah, pesantren, dan bentuk lain yang sejenis.

Pesantren yang merupakan pendidikan berbasis masyarakat juga diakui


keberadaannya dan dijamin pendanaannya oleh pemerintah maupun pemerintah
daerah. Pasal 55 menegaskan: Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan
berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan
kekhasan agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.
Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari
penyelenggara, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sumber lain.
Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis,
subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari pemerintah
dan/atau pemerintah daerah. Ketentuan tersebut mestinya semakin membuka
peluang pesantren terus bertahan dan berkontribusi mengembangkan pendidikan
keagamaan formal maupun nonformal. Dengan demikian, pesantren mampu
melahirkan anak-anak bangsa yang cerdas, kreatif, memiliki skill dan kecakapan
hidup profesional, agamis, serta menjunjung tinggi moralitas. Pesantren tidak
perlu merasa minder, kolot, atau terbelakang. Posisi pesantren dalam sistem
pendidikan nasional memiliki tujuan yang sama dengan lembaga pendidikan
lainnya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kenyataannya, amanat
UU Sisdiknas serta UU Guru dan Dosen serta beberapa peraturan pemerintah
lainnya masih belum berpihak pada dunia pesantren. Pesantren nyaris tidak pernah

9
disentuh dan dilibatkan dalam kebijakan sistem pendidikan nasional. Revitalisasi
pendidikan pesantren yang diamanatkan UU Sisdiknas pun terabaikan.

 Revitalisasi pesantren

Untuk semakin memajukan pendidikan pesantren sesuai amanat UU No


20/2003, eksistensi dan fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan
harus makin ditingkatkan. Pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan
harus berniat sungguh-sungguh memberikan ruang dan peran yang lebih luas
untuk merevitalisasi dan membangun modernisasi dunia pesantren. Departemen
Pendidikan Nasional dan Departemen Agama harus lebih meningkatkan
koordinasi dan sinkronisasi dengan intensif dalam pelaksanaan dan pengelolaan
pesantren. Upaya merevitalisasi dan memodernisasi pesantren tentu saja harus
sejalan dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan nasional. Paling tidak, hal
ini bisa dilakukan melalui beberapa terobosan. Pertama, menghapus dikotomi dan
diskriminasi terhadap pendidikan pesantren yang selama ini dipandang sebagai
bukan bagian dari sistem pendidikan nasional. Kedua, diperlukan adanya pola
pendidikan dengan terobosan kurikulum terpadu yang memadukan antara
pendekatan sains, agama, dan nilai kebangsaan. Dengan begitu, upaya penanaman
nilai agama, moral, dan nilai kebangsaan pada anak didik dapat mencapai sasaran
pembelajaran.

Ketiga dan yang tak kalah penting lagi adalah upaya peningkatan
kualifikasi, profesionalitas dan kesejahteraan guru pesantren sebagaimana amanat
UU No 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Sehingga, guru-guru di pesantren bisa
mengajar dengan nyaman dan merasakan hidup yang sejahtera. Sudah saatnya kita
lebih memperhatikan dunia pendidikan pesantren. Pesantren harus ditempatkan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Pesantren

10
telah memberikan kontribusi nyata dalam melahirkan generasi berkualitas dan
mampu menjaga moralitas bangsa.

 Ikhtisar
- Pesantren berpengalaman dalam membina, mencerdaskan, dan
mengembangkan masyarakat.
- Pemerintah harus lebih memedulikan pesantren demi kemaslahatan umat.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan non-formal yang


memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan
ilmu agama Islam. Sistem pendidikan pada pondok pesantren dinilai dapat
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan sistem pendidikan pada
sekolah biasa.

Pesantren di pentas pendidikan nasional dapat di katakan sebagai


penyumbang dan pembentuk manusia berkualitas yang beriman dan bertakwa,
berbudi luhur, kemandirian yang kesemuanya itu merupakan bagian dari tujuan
dari pendidikan nasional. Berarti pada intinya sistem pendidikan di pesantren
sejalan dengan sistem pendidikan nasional.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sulistiono, B. (2011). PERANAN PONDOK PESANTREN DALAM SISTEM


PENDIDIKAN NASIONAL. 1-14.

http://dulbasyar96.blogspot.com/2016/10/peranan-pondok-pesantren-dalam-
sistem.html diakses pada tanggal 5 oktober 2022 pada jam 13.12

Pondok Pesantren Dalam Sistem Pendidikan Nasional — Steemit di akses pasa tanggal 6
oktober 2022 pada jam 13.04

12

Anda mungkin juga menyukai