Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Telaah Pesantren
Dosen Pengampu:
Dr. H. Hasbiyallah, M.Ag.
Miftahul Fikri, M.Pd.I.
Disusun oleh:
Kelompok 1/ 6-F/ PAI
Salwa Salsabila (1182020223)
Siti Nuryani (1182020239)
Wizananta (1182020255)
Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas
segala karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Tujuan Pendidikan
Pesantren” ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang
berarti. Adapun tujuan disusunnya makalah ini yaitu, untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Telaah Pesantren yang diampu oleh Bapak Dr. H. Hasbiyallah,
M.Ag, dan Bapak Miftahul Fikri, M.Pd.I.
Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan
banyak terima kasih terutama kepada Allah SWT., dosen mata kuliah Telaah
Pesantren yang mengajar di kelas kami, serta kedua orang tua kami yang telah
memberikan moral dan material sehingga tugas makalah ini dapat tersusun.
Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini dapat bermanfaat
umumnya bagi para pembaca, khususnya untuk kami sebagai penulis. Kami
merasa dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca akan kami terima dengan senang hati untuk kami
jadikan sebagai bahan evaluasi. Demikian, semoga makalah ini tercatat menjadi
motivator bagi penulis untuk penulisan makalah yang lebih baik dan bermanfaat.
Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pondasi yang sangat penting dalam membangun kepribadian dan
peradaban kemanusiaan ialah pendidikan. Jika diperhatikan dalam sejarah, maka
dunia pendidikan mengalami perkembangannya secara dinamis, mulai dari materi
pelajaran, sistem pembelajaran, hingga manajemen pengelolan. Salah satu
institusi pendidikan tertua di Indonesia ialah pesantren.
Sistem pendidikan modern telah masuk ke beberapa lembaga pesantren
dan melahirkan masalah yang berdampak, baik secara langsung maupun tidak
langsung atas pengabdian masyarakat pesantren yang selama ini dilakukan.
Formalisasi pesantren yang dihasilkan dari kebijakan penguasa, ketidakmampuan
pesantren dalam optimalisasi pembumian akhlak, serta tidak siapnya pesantren
menghadapi era global merupakan beberapa hal yang bisa dianulir menjadi motif-
motif persoalan tersebut.
Sebagai lembaga pendidikan, ada sebagian pesantren yang tidak memiliki
formulasi tujuan yang jelas, baik dalam tatanan institusional, kurikuler maupun
instruksional umum dan khusus. Tujuan yang dimiliki hanya ada dalam ucapan.
Jika seandainya pesantren tidak mempunyai tujuan, tentu saja segala aktivitas di
lembaga pendidikan Islam yang menimbulkan penilaian kontroversial ini tidak
memiliki bentuk yang kongkrit. Proses pendidikan akan kehilangan orientasi
sehingga berjalan tanpa adanya arahan dan menimbulkan kekacauan (chaos).
Dengan demikian, pada makalah ini kami akan membahas tentang tujuan
pendidikan pesantren.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pesantren?
2. Apa saja tujuan pendidikan pesantren secara umum?
3. Apa saja tujuan pendidikan dari beberapa jenis pesantren?
4. Bagaimana analisa tujuan pendidikan dari beberapa jenis pesantren?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pondok pesantren.
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan pesantren secara umum.
3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan dari beberapa jenis pesantren.
4. Untuk mengetahui analisa tujuan pendidikan dari beberapa jenis
pesantren.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pesantren
Istilah pondok berasal dari penafsiran asrama para santri ataupun tempat
tinggal yang dibuat dari bambu. Pondok juga berasal dari bahasa arab funduq,
yang artinya asrama atau tempat tinggal. Dalam pemakaian sehari-hari, istilah
pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan „pe‟ dan akhiran „an‟ yang
berarti tempat tinggal santri.
Pondok pesantren menurut M. Arifin adalah suatu lembaga pendidikan
agama islam yang berkembang dan diakui masyarakat sekitar dengan sistem
asrama dimana santri menerima pembelajaran agama lewat sistem pengajian
ataupun madrasah yang seluruhnya terletak dibawah kedaulatan dari seseorang
ataupun sebagian orang kiyai dengan karakteristik khas yang bertabiat karismatik
dan independen dalam seluruh perihal.1 Mahpuddin Noor (2006: 19)
mendefinisikan lembaga pendidikan islam yang minimal terdiri dari 3 faktor ialah,
kyai/ustadz yang mendidik dan mengajar, masjid serta pondok ataupun asrama.
Dari pengertian pondok pesantren yang dikemukaan diatas dapat
disimpulkan bahwa suatu lembaga pendidikan agama Islam dengan sistem
asrama, santri menerima pendidikan melalui sistem pengajian dan madrasah di
bawah kepemimpinan kiyai.
1
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 229.
2
Dep. Agama RI, Standarisasi Pengajaran Agama di Pondok Pesantren, Proyek Pembinaan dan
Bantuan pada Pondok Pesantren, (Jakarta: 1984/1985), hlm. 6-7.
2
semua segi kehidupannya dan menjadikannya sebagai orang yang
bermanfaat untuk agama, masyarakat, dan negara.
2. Tujuan Khusus
a. Mendidik siswa atau santri untuk menjadi muslim yang bertaqwa
kepada Allah Swt, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan,
keterampilan dan sehat lahir dan batin sebagai warga negara yang
berpancasila.
b. Mendidik siswa atau santri untuk menjadi manusia muslim sebagai
kader-kader ulama serta mubaligh yang berjiwa ikhlas, sabar,
tangguh, wiraswasta dalam meningkatkan syariat-syariat Islam
secara utuh dan dinamis.
c. Mendidik siswa atau santri untuk memiliki kepribadian dan
mempertajam semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan bangsa dan negara.
d. Mendidik siswa atau santri untuk menjadi manusia yang mampu
dalam berbagai sektor pembangunan khususnya dalam
pembangunan mental spiritual.
e. Mendidik siswa atau santri untuk membangun serta meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat dalam rangka usaha pembangunan
bangsa.
3
ilmu duniawi seperti, ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial dan teknologi, serta
mampu membentuk manusia yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab.
C. Jenis-jenis Pesantren
Pondok pesantren mempunyai jenis-jenis yang berbeda, namun memiliki
tujuan yang sama. Secara objektif/faktual, pesantren dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu berdasarkan bangunan fisik dan berdasarkan kurikulum.
1. Jenis Pesantren Berdasarkan Bangunan Fisik
Berdasarkan bangunan fisik (sarana pendidikan yang dimiliki), pesantren
dapat dibedakan menjadi lima tipe, yaitu:3
3
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia (Cet.
II; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 66.
4
Pondok/Asrama sebagainya.
Madrasah
Tempat
Keterampilan
Perguruan Tinggi
Gedung
Pertemuan
Tempat Olahraga
Sekolah Umum
4
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hlm. 157.
5
b. Pesantren Modern (Khalaf atau Asri)
Pesantren modern merupakan tipe pengembangan pesantren,
karena dalam orientasi pembelajaran cenderung mengadopsi
seluruh sistem belajar klasikal dan meninggalkan sistem belajar
tradisional. Penggunaan kelas belajar, baik dalam bentuk madrasah
maupun sekolah nampak menjadi penerapan sistem belajar
modern. Kurikulum nasional menjadi kurikulum yang dipakai.5
Dalam proses pembelajaran, kyai berkedudukan sebagai
koordinator pelaksana pembelajaran dan merupakan pengajar di
kelas. Pondok modern ini lebih menonjolkan Pendidikan agama
islam dan Bahasa arab jika dibandingkan dengan sekolah dan
madrasah.
c. Pesantren Komprehensif
Pesantren komprehensif merupakan sistem pendidikan dan
pengajaran gabungan antara tradisional dengan modern.6 Sistem
pendidikan yang diterapkan setelah shalat Shubuh dan shalat
Maghrib yaitu salah satunya pengajaran kitab kuning dengan
metode sorongan, bandongan serta wetonan. Sedangkan, untuk
proses pembelajaran sistem klasikal dilaksanakan pada pagi hari
sampai siang hari seperti di madrasah/sekolah pada umumnya.
5
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan: Kasus Pondok Pesantren An-
Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep, Madura, (Cet. I; Jakarta: Pedoman Ilmu, 2001), hlm. 14.
6
Ibid., hlm. 15.
6
mencolok yaitu memberikan pembelajaran agama versi kitab-kitab Islam klasik,
teknik pembelajaran dengan metode sorogan, bandongan dan weton, serta adanya
hafalan dan halaqoh. Inilah yang disebut dengan pesantren tradisional atau salaf.7
Namun karakteristik itu tidak baku selamanya, ketika pesantren menjadi sebuah
lembaga pendidikan yang keberadaannya sangat diperhitungkan untuk ikut
memajukan kecerdasan bangsa, maka pesantren yang salafi sedikit demi sedikit
mengalami pergeseran menyesuaikan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Terutama dalam hal sarana prasarana dan sistem pembelajaran. Pembaharuan
inilah menjadikan pesantren menjadi pesantren modern.8
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tidak hanya mengajarkan
ilmu dan pengetahuan, namun mengajarkan keimanan dan ketaqwaan pada Allah
Swt melalui rutinitas ibadah dan suasana religius yang mendukung. Pondok
pesantren pun membekali para santri dengan keterampilan kerja serta
keterampilan sosial kemasyarakatan melalui pengabdian kepada masyarakat.9
Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 55
Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan telah
memposisikan pesantren setara dengan pendidikan lainnya dalam undang-undang
dan kebijakan pemerintah. UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 telah disepakati
melalui proses yang panjang dan memakan waktu cukup lama serta melibatkan
berbagai kalangan, baik dari pemerintah, pakar pedidikan, tokoh agama maupun
tokoh-tokoh di kalangan pesantren. Pencapaian ini tidak lain ialah hasil dari
proses berdemokrasi bangsa.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007, tujuan
pendidikan keagamaan ialah terbentuknya peserta didik yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam atau menjadi ahli ilmu agama yang
berwawasan luas, aktif, kreatif, kritis, inovatif dan dinamis dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt,
serta berakhlak mulia.
Pendidikan dan pembinaan pada setiap pondok pesantren memiliki tujuan
tersendiri yang menjadi ciri khasnya. Menurut Nurcholish Madjid, ketidaktegasan
pondok pesantren dalam merumuskan tujuan dan langkah pembinaan yang
menjadikan pesantren mudah tertinggal apabila dibandingkan dengan pendidikan
umum lainnya.
7
Ismail SM, Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 25.
8
M. Luthfi Afif Al Azhari, “Manajemen Pendidikan Pesantren (Telaah Sistem Perencanaan,
Pengelolaandan Pelaksanaan Pendidikan Pesantren)”,
http://ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/almabsut/article/view/298/136, (diakses pada 17 Maret
2021 pukul 09.31 WIB).
9
Ummah Karimah, “Pondok Pesantren dan Pendidikan: Relevansinya Dalam Tujuan Pendidikan”
https://media.neliti.com/media/publications/271146-pondok-pesantren-dan-pendidikan-relevans-
6161c43e.pdf, (diakses pada 08 Maret 2021 pukul 09.23 WIB).
7
Nurcholish Madjid10 berpendapat bahwa, tujuan pendidikan dan
pembinaan pada santri di pondok pesantren ialah membentuk manusia yang
memiliki kesadaran tinggi bahwa ajaran Islam merupakan nilai-nlai yang bersifat
menyeluruh. Selain itu, produk yang dihasilkan pesantren diharapkan memiliki
kemampuan tinggi untuk mengadakan respons terhadap tantangan serta tuntutan
hidup dalam konteks ruang dan waktu.
Tujuan yang dikemukakan oleh Nurcholish Madjid, tergambar bahwa
seluruh pondok pesantren telah mampu menjadikan manusia memiliki kesadaran
Islam adalah nilai yang mencakup seluruh kehidupan. Tetapi, jika diperhatikan
dari kesiapan pondok pesantren dalam melakukan pembinaan dan pendidikan
untuk menjawab tantangan zaman, tidak seluruh pondok pesantren mampu. Hal
ini dikarenakan oleh orientasi dan cita-cita pondok pesantren tersebut.
Oleh karena itu, harus adanya perumusan kembali dalam tujuan
pendidikan serta pembinaan pada santri di pondok pesantren sehingga memiliki
kesiapan dalam menjawab tantangan dan tuntutan zaman. Pendidikan serta
pembinaan menjadi bagian terpenting dalam mencapai keberhasilan, sehingga
perlu disisipkan aspek umum yang dianggap penting. Dengan demikian,
pendidikan dan pembinaan pada santri di pondok pesantren lebih bersifat holistik
serta komprehensif.
Menurut Kyai Sahal11, pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan
yang hidup dan ingin hidup sepanjang masa harus senantiasa mengembangkan
dan meningkatkan peran dirinya demi kepentingan masyarakat. Pemikiran ini
sejalan dengan sebuah hadits Nabi Saw.
10
Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kyai, (Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm. 94.
11
Alpen Putra Jaya, “Relevansi Sistem Pendidikan Pesantren di Era Moderenisasi”,
http://repository.iainbengkulu.ac.id/3429/1/ALPEN.pdf, (diakses pada 17 Maret 2021 pukul 14.10
WIB).
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Tujuan pendidikan pesantren yang lebih komprehensif ialah menciptakan
dan mengembangkan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bemanfaat dan berkhidmat kepada
masyarakat, mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian,
menyebarkan agama dan menegakkan Islam, mencintai ilmu dalam rangka
mengembangkan kepribadian, tidak hanya berkepribadian muslim tetapi juga
harus dengan kepribadian muhsin, dimana semua harus diaplikasikan sesuai
dengan prosedur serta niat yang baik.
B. Saran
Demikian makalah yang berisi tentang pembahasan “Tujuan Pendidikan
Pesantren” kami sampaikan. Kami mohon maaf apabila di dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan karena keterbatasan kami
dalam memahami dan menelaah. Untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran
yang konstruktif. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan bagi penyusun khususnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
10