Penyusun:
BEDDIAN-JAMBESARI DARUSSOLAH
BONDOWOSO
2023
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................3
A. KESIMPULAN .......................................................................................10
B. SARAN ....................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren merupakan sistem pendidikan agama Islam yang
tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional
Indonesia yang eksistensinya telah teruji oleh sejarah dan berlangsung
hingga kini. Pada mulanya merupakan sistem pendidikan Islam yang
dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di Indonesia. Munculnya
masyarakat Islam di Indonesia berkaitan dengan proses Islamisasi,
dimana proses Islamisasi terjadi melalui pendekatan dan penyesuaian
dengan unsur-unsur kepercayaan yang sudah ada sebelumnya, sehingga
terjadi percampuran atau akulturasi. Saluran Islamisasi terdiri dari
berbagai cara antara lain melalui perdagangan, perkawinan, pondok
pesantren dan kebudayaan atau kesenian.
Di dalam lembaga pendidikan pesantren ini terdapat seorang kiai
(pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri dengan sarana masjid
yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut. Selain itu
juga didukung dengan adanya pondok yang merupakan tempat tinggal
para santri. Dengan demikian, santri tidak kembali ke rumah untuk
beristirahat setelah belajar, melainkan mereka kembali ke pondok
(asrama) yang sudah disediakan.
B. Rumusan Masalah
1. Seperti Apa Visi Dan Keilmuan Kepesantrenan ?
2. Bagaimana Kitab Kuning Sebagai Otoritatif ?
3. Seperti Apa Kurkulum Kependidikan Pesantren (Fikh Tasawuf) ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Visi Dan Keilmuan Kepesantrenan
2. Mengetahui Kitab Kuning Sebagai Otoritatif
3. Mengetahui Kurkulum Kependidikan Pesantren (Fikh Tasawuf)
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
tentunya dapat sukses di dunia dan akhiratnya. Dunia pesantren dapat
memperoleh ilmu yang sangat kompleks dan lengkap, selain ilmu duniawi ilmu
agama dijunjung tinggi dalam dunia pesantren. Banyak perbedaan dunia
pesantren dan sekolah non pesantren. Namun untuk zaman sekarang pesantren
banyak diminati oleh Sebagian besar orang tua. Karena mereka percaya bahwa
pesantren tidak hanya memberikan bekal tentang duniawi melainkan ilmu
agama yang sangat lengkap, belajar mandiri dan belajar menyikapi masalah
dengan cara dewasa.
Unsur dalam pesantren terdapat kiyai, ustadz/dzah, santri, bapak dan ibu
guru yang sangat penting dalam mencapai visi dan misi dalam sebuah
pesantren dan Lembaga yang ada dalam lingkungan dan naungan pesantren.
Maka demikian, visi dan misi dapat tercapai dengan baik, apabila antara unsur-
unsur pesantren tersebut dapat bekerja sama terutama dalam keilmuan
pesantren.
B. Kitab Kuning Sebagai Otoratif
Bagi seseorang yang pernah mengenyam pendidikan di lembaga
pesantren, istilah kitab kuning tentu sudah tak asing lagi di telinga. Pasalnya,
kitab kuning memperoleh posisi cukup strategis di pesantren. Selain karena
menjadi prioritas utama dalam proses pembelajaran, juga sebagai ciri khas
yang dapat membedakan antara pendidikan pesantren dengan pendidikan Islam
lainnya (non-pesantren). Walaupun, belakangan sudah ada sebagian lembaga
formal yang mulai tertarik untuk mengkaji dan mendalami kitab kuning,
namun masih jauh dari model pengkajian pesantren dikarenakan keterbatasan
waktu dan bukan prioritas utama dalam pembelajaran.
Sementara itu, di pesantren kitab kuning tak sekadar menjadi bahan
bacaan wajib bagi para santri, tetapi ia juga difungsikan sebagai referensi
utama dalam menjawab serta menyikapi segala problem kehidupan yang
dihadapi manusia, terutama umat Islam sendiri. Tidak mengherankan, apabila
didapati suatu persoalan hidup kitab kuninglah yang menjadi tumpuan
penyelesaiannya. Artinya, laku hidup umat (Islam) harus merujuk pada kitab
kuning. Hal ini dikarenakan, kitab kuning dianggap dokumen paling otoritatif
bahkan isinya tidak perlu untuk dipertanyakan kembali.
6
Seperti diketahui bersama bahwa kitab kuning yang berkembang cukup
pesat di lembaga pesantren Indonesia kiwari, pada dasarnya merupakan produk
pemikiran para ulama terdahulu (salaf al-saleh) yang ditulis dengan format
khas pra-modern, sebelum abad ke-17 M. Kemudian, dinamakan kitab kuning,
karena kitab ini dicetak di kertas yang berwarna ke kuning-kuningan. Dan,
inilah yang menjadi ciri khas utama kitab kuning, selain juga isi tulisannya
tidak berharakat, alias gundul. Dengan modelnya demikian, maka hanya orang-
orang tertentu pula yang dapat membaca dan memahami isi dari kitab kuning.
Sementara dalam proses penulisannya, para ulama tetap bertolak atau
bersandar pada sumber pokok ajaran Islam, Al-Quran dan Hadis. Segala isi
yang terdapat di dalam kitab kuning, kesemuanya berasal dari kedua sumber
tersebut. Dengan kalimat lain, kitab kuning merupakan representasi dari isi
yang terkandung dalam Al-Quran dan Hadis. Sebagaimana dinyatakan Kiai
Said Aqil Siradj, bahwa kandungan kitab kuning merupakan penjelasan yang
siap pakai dan termasuk rumusan ketentuan hukum yang bersumber dari Al-
Quran dan Hadis yang tengah dipersiapkan oleh para mujtahid di segala
bidang. Dengan merujuk pada pernyataan ini, bisa dipahami bahwa alasan
pesantren menjadikan kitab kuning sebagai referensi utama dalam menyikapi
segala persoalan hidup sekaligus menjadi pedoman laku hidup umat (Islam),
sekurang-kurangnya meliputi dua hal, yaitu:
1. Isi kandungan kitab kuning kebenarannya sudah tidak diragukan lagi
bahkan tak perlu untuk dipertanyakan kembali. Sebab, sumber rujukannya
berasal dari Al-Quran dan Hadis Nabi. Apabila ada seseorang yang
berkeinginan hendak memahami kedua sumber ini tanpa melalui perantara
(mengkaji Al-Quran dan Hadis secara langsung), mustahil ia dapat
memahaminya. Bahkan, bisa terjerumus dalam kesalahan dan kekeliruan.
Pasalnya, isi kandungan keduanya masih bersifat global yang tentu saja
memerlukan suatu interpretasi agar mampu menangkap pesan-pesan yang
terdapat di dalamnya. Salah satunya adalah dengan mempelajari dan
mengikuti isi dari kitab kuning.
2. Kedua, sebagai penopang (instrumen) dalam proses memahami ilmu
keagamaan secara mendalam, sehingga mampu merumuskan serta
7
melahirkan penjelasan atau hukum baru yang sangat dinamis dan sesuai
dengan perkembangan zaman, tetapi tidak ahistoris terhadap sumber
pokok ajaran Islam; Al-Quran dan Hadis Nabi. Sebab, kitab kuning
mencerminkan sebuah pemikiran yang lahir dan berkembang sepanjang
sejarah peradaban Islam.
Dari sini, jelaslah bahwa menjadikan kitab kuning sebagai rujukan primer
terutama bagi kalangan pesantren bukan berarti mengabaikan kedua sumber
pokok ajaran Islam (sebagaimana yang kerap dilontarkan oleh kelompok
Wahabi dalam setiap kesempatan), justru pada hakikatnya lebih mengamalkan
terhadap ajaran keduanya.
C. Kurikulum sebagai Pendidikan Pesantren (Fikh Tasawuf)
Siklus makhluk hidup khususnya manusia di alam semesta dalam
mempertahankan keberlangsungan hidupnya membutuhkan adanya suatu usaha
dalam menjaga nyawanya (Hifdzun Nafs) dengan berbagai macam cara. Akan
tetapi perlu diingat bahwa tujuan manusia diciptakan di muka bumi ini
bukanlah sematamata dalam hal dunyawiyah saja, melainkan harus diimbangi
dengan hal-hal yang bersifat ukhrawiyah. Karena inilah tujuan sebenarnya
manusia itu diciptakan yang tak lain adalah untuk beribadah kepada Allah
SWT.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu adanya suatu
pembelajaran/pendidikan yang dapat membimbing segenap manusia untuk
mencapainya. Oleh karena itu kehadiran Ajaran Tasawuf sangatlah perlu
ditanamkan kepada jiwa-jiwa manusia sebagai proses suatu bimbingan dalam
hal ubudiyah untuk mendekatkan manusia terhadap penciptanya, karena fan
ilmu tasawuf sendiri masih berhubungan dengan mental ruhaniyah agar selalu
dekat dengan Tuhan.1 Melalui pembersihan hati dari segala penyakit hati,
seperti sombong, tamak, merasa paling benar, fanatik buta terhadap satu
pendapat, dengki, riya’, dan lain sebagainya.
Tasawuf menjadi ajaran agama islam yang menekankan Islam rahmatan
lil ‘alamiin, dengan menjunjung tinggi akhlakul karimah dalam kehidupan
sehari-hari. Pendekatan yang digunakan tasawuf di Pondok Pesantren Salafiyah
untuk melatih dari sifat sabar, tawakal, ikhlas, qana’ah, taubah, zuhud dan lain
8
sebagainya. Semua pembelajaran yang diterapkkan di Pondok Pesantren
Salafiyah untuk menumbuhkan riyad}oh yang sungguh-sungguh dalam
menanamkan dalam hati dari penyakit hati sehingga hati menjadi jernih dari
segala penyakit yang berbentuk penyakit hati.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Unsur dalam pesantren terdapat kiyai, ustadz/dzah, santri, bapak dan
ibu guru yang sangat penting dalam mencapai visi dan misi dalam sebuah
pesantren dan Lembaga yang ada dalam lingkungan dan naungan pesantren.
Maka demikian, visi dan misi dapat tercapai dengan baik, apabila antara
unsur-unsur pesantren tersebut dapat bekerja sama terutama dalam keilmuan
pesantren.
jelaslah bahwa menjadikan kitab kuning sebagai rujukan primer terutama bagi
kalangan pesantren bukan berarti mengabaikan kedua sumber pokok ajaran Islam
(sebagaimana yang kerap dilontarkan oleh kelompok Wahabi dalam setiap
kesempatan), justru pada hakikatnya lebih mengamalkan terhadap ajaran
Tasawuf menjadi ajaran agama islam yang menekankan Islam rahmatan
lil ‘alamiin, dengan menjunjung tinggi akhlakul karimah dalam kehidupan
sehari-hari. Pendekatan yang digunakan tasawuf di Pondok Pesantren Salafiyah
untuk melatih dari sifat sabar, tawakal, ikhlas, qana’ah, taubah, zuhud dan lain
sebagainya. Semua pembelajaran yang diterapkkan di Pondok Pesantren
Salafiyah untuk menumbuhkan riyad}oh yang sungguh-sungguh dalam
menanamkan dalam hati dari penyakit hati sehingga hati menjadi jernih dari
segala penyakit yang berbentuk penyakit hati.
B. Penutup
Alhamdulillah, terselesailah makalah yang kami susun. Semoga
bermanfa’at bagi para pembaca dan khususnya kami pribadi. Kami menyadari
makalah yang kami susun jauh dari nilai sempurna. Oleh karena itu, kami
meminta koreksian atas apa yang telah kami susun. Terutama kepada dosen
kami.
10
11