(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) mata
kuliah Pancasila)
Disusun oleh:
Akhmad Ghazali : 050123.00017
Makalah ini kami susun atas dasar tugas yang telah diamanatkan
kepada kami oleh Bapak Syarifuddin, S.Pd.I, M.Pd sebagai dosen
pembimbing mata kuliah Pancasila. Kami sebagai penyusun, menyadari
sepenuhnya bahwa dalam makalah ini banyak sekali kekurangan. Untuk itu,
kami senantiasa mengharap saran serta kritik yang membangun. Akan tetapi,
kami juga tetap berharap semoga makalah yang telah kami susun ini
senantiasa bermanfaat bagi pembacanya. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Daftar isi.................................................................................................. ii
a. Kesimpulan ................................................................................. 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
lembaga pendidikan yaitu Pondok pesantren lembaga pendidikan, dakwah
yang di didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim untuk mensyiarkan
ajaran Islam di Jawa. Selanjutnya Raden Rohmat (Sunan Ampel) adalah
orang yang berhasil mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren.
Beliau mendirikan pondok pesantren pertama kali berada di kawasan
Kembang Kuning. Setelah itu Beliau pindah ke Ampel Denta Surabaya dan
mendirikan pondok pesantren di sana akhirnya ia di kenal dangan sebutan
Sunan Ampel. Kemudian pondok pesantren yang berhasil didirikan oleh
para santri dan putranya seperti pondok pesantren Giri yang didirikan Sunan
Giri pondok pesantren Demak oleh Raden Patah dan pondok pesantren Tuban
Sunan Bonang.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian pesantren?
2. Bagaimana sejarah Pesantren?
3. Apa saja macam-macam Pendidikan Pesantren?
C. Tujuan
a. Mengetahui apa itu pesantren
b. Mengenal sejarah pesantren
c. Mengetahui macam-macam pendidikan dipesantren
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pesantren
Secara bahasa, kata pesantren berasal dari kata santri dengan awalan
pe- dan akhiran -an (pesantrian) yang berarti tempat tinggal para santri.
Sedangkan kata santri sendiri berasal kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa
sansekerta yang artinya melek huruf. Dalam hal ini menurut Nur Cholis Majid
agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa
yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa
Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Jawa,
dari kata “cantrik”, yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru
kemana guru itu pergi menetap.1
1
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nur Cholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional, ( Jakarta: Ciputat Press, 2002)
2
Sambutan Azyumardi Azra dalam Jamaludin Malik, Pemberdayaan Pesantren, Menuju
Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, Cet I
(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005)
3
Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia,Cet. II (Malang: UMM Press, 2006)
3
Dari terminology diatas, mengindikasikan bahwa secara kultural pesantren
lahir dari budaya Indonesia. Mungkin dari sinilah Nur Cholis Majid
berpendapat bahwa secara historis, pesantren tidak hanya mengandung makna
keislaman, tetapi juga makna keaslian Indonesia. Sebab, memang cikal bakal
lembaga pesantren sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Budha, dan Islam
tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengislamkannya.4
B. Sejarah Pesantren
4
Ibid. hal. 62
5
A. Daliman, Islamisasi Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia
(Yogyakarta: Ombak, 2012).
4
mempermudah dalam mengajarkan dakwah Islam. Pesantren selain tempat
belajar agama, juga dilengkapi asrama dan masjid sebagai perlengkapan
belajar agama.6
Pesantren sejak awal berdiri sampai saat ini, memiliki sistem model
pendidikan yang karakternya dalam perspektif khusus dalam wacana
pendidikan nasional. Sistem pendidikan Pesantren sendiri berusaha
membangkitkan spekulasi tentang sejarah di masa silam. Berdirinya
Pesantren di Indonesia sendiri telah dipengaruhi oleh jaringan internasional,
yaitu Arab dan India yang ditelusuri dalam teori Kemazhaban. Pada awal
berdirinya, Pesantren sebagai tempat pendidikan agama, namun juga masuk
dalam lingkup dakwah Islamisasi. Pesantren ternyata dalam sejarah, dakwah
Islamisasi yang menonjol perannya. Lembaga pendidikan agama yang tertua
di Indonesia, Pesantren selalu diterima masyarakat nusantara. Meskipun
diawal-awal berdirinya, proses penyaluran dakwah Islamisasi sempat terjadi
benturan-benturan antar nilai-nilai Islami dan masyarakat yang telah
mengakar didalam masyarakat nusantara. Pada langkah selanjutnya,
Pesantren mampu diterima oleh masyarakat nusantara, sehingga selanjutnya
pendirian Pesantren menjadi kebanggaan bagi masyarakat nusantara
terutama kalangan masyarakat Muslim. Dimasa penjajahan Belanda,
Pesantren memiliki hambatan, karena harus berhadapan dengan misi
Kristenisasi dimasyarakat Nusantara. Meskipun demikian eksistensi dakwah
Islam melalui Pesantren tetap menjadi tujuan umat Islam di Indonesia.7
6
Nurhayati, “Literatur Keislaman Dalam Konteks Pesantren,”
7
Hasan, “Perkembangan Pendidikan Pesantren di Indonesia,”
5
C. Macam-macam Pendidikan Pesantren8
8
Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren
6
dalam waktu yang relatif singkat, dan biasanya dilaksanakan pada
waktu liburan sekolah. Misalnya Pesantren La Raiba Jombang yang
programnya adalah pelatihan menghafal asam’ul husna, Al Qur’an
dan yang lain sebagainya dengan metode Hanifida, metode khas
pesantren tersebut.
7
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
9
PERMASALAH DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA
10
contoh dalam bidang kedokteran banyak putra-putri bangsa yang
mempunyai kompeten dan keingina dalam hal tersebut tetapi karena
mahalnya biaya, maka mereka tak mampu melangkah menuju impian
mereka.
Pendidikan adalah investasi terbesar bagi sebuah negara.
dengan pendidikan yang merata keseluruh elemen masyarakat, maka
kita akan menyaksikan betapa hebatnya suatu negara di masa yang
akan datang, apabila putra-putrinya berpendidikan.
11
pendidikan; (3) Sebaran sekolah tidak merata; (4) Nilai masuk sebuah
sekolah dengan standart tinggi; (5) Rayonisasi. (Idrus, 2016)
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi
dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan
masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana
dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya
dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang
dapat mempermainkan program yang dijalankan ini.
12
Mengadakan kegiatan-kegiatan sederhana seperti, kursus, program
literasi, menjalin hubungan dengan wali murid dan lain sebagainya.
13