Anda di halaman 1dari 16

SISTEM PENDIDIKANPESANTREN

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) mata
kuliah Pancasila)

Disusun oleh:
Akhmad Ghazali : 050123.00017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-AMIN
KREO PONDOK AREN TANGERANG SELATAN BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik-Nya, Tuhan semesta alam yang senantiasa


melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Sistem Pendidikan Pesantren”.
Sholawat serta salam tetap terlimpah curah tiada henti kepada makhluk
terbaik-Nya, Nabi Muhammad SAW, yang senantiasa kita harapkan
syafaatnya.

Makalah ini kami susun atas dasar tugas yang telah diamanatkan
kepada kami oleh Bapak Syarifuddin, S.Pd.I, M.Pd sebagai dosen
pembimbing mata kuliah Pancasila. Kami sebagai penyusun, menyadari
sepenuhnya bahwa dalam makalah ini banyak sekali kekurangan. Untuk itu,
kami senantiasa mengharap saran serta kritik yang membangun. Akan tetapi,
kami juga tetap berharap semoga makalah yang telah kami susun ini
senantiasa bermanfaat bagi pembacanya. Amin.

Tangerang Selatan, 07 Februari 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................

Kata Pengantar ........................................................................................ i

Daftar isi.................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan .................................................................................. 1

a. Latar Belakang ............................................................................ 1


b. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
c. Tujuan ......................................................................................... 2

Bab II Pembahasan ................................................................................. 3

a. Pengertian Pesantren ................................................................... 3


b. Sejarah Pesantren ........................................................................ 4
c. Macam-macam pendidkan Pesantren ......................................... 6

Bab III Penutupan ................................................................................... 8

a. Kesimpulan ................................................................................. 8

Daftar Pustaka ......................................................................................... 9

Permasalahan dalam pendidikan ............................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kenapa kita harus mempelajari dan menambah wawasan mengenai


pendidikan dalam agama Islam seputar lembaganya yang salah satunya adalah
pondok pesantren? Karena pondok Pesantren ialah lembaga pendidikan Islam
yang tertua di Indonesia dapat tumbuh bersama-sama dengan ketika waktu
penyebaran Agama Islam. Sebagai muslim terpelajar memang sudah
sepatutnya bagi kita untuk mengenang serta mengingat jasa-jasa dari para
perintis sehingga sekarang kita dapat merasakan pendidikan di pondok
pesantren. Pondok pesantren awalnya didirikan oleh seorang ulama atau
seorang kyai dengan sikap kesederhanaan, kemudian kemandirian serta
keikhlasan. Sehingga para ulama yang ada di dalam pesantren tergabung
dalam organisasi NU yang secara umum bisa dikatakan mempunyai kesamaan
mengenai ilmu dan wawasan, serta pandangan dan juga berbagai tradisi dalam
ruang lingkup keagamaan yang memiliki landasan paham Ahlussunnah Wal
Jama’ah (ASWAJA).

Menurut dari tokoh agama yakni KH. Abdurrohman wahid, sebuah


pesantren memiliki arti sebagai sesuatu tempat yang sedang dikediamani oleh
para santri-santriwati dan juga arti dari kata pondok ini berasal dari kosa kata
bahasa Arab yakni adalah funduq yang mempunyai arti asrama atau suatu
hotel. Pernyataan ini telah menunjukkan makna dan juga mengenai
pentingnya ciri-ciri suatu pesantren sebagai sebuah wilayah lingkungan
pendidikan yang dinilai integral. Sebagaimana beliau telah memberikan
umpama yang selayaknya sebuah akademi militer. Perkataan dari pesantren
yang asalnya dari kata-kata santri yang mendapatkan awalan pedan memiliki
akhiran-an yang memiliki arti tempat tinggal untuk para santri. Salah satu dari

1
lembaga pendidikan yaitu Pondok pesantren lembaga pendidikan, dakwah
yang di didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim untuk mensyiarkan
ajaran Islam di Jawa. Selanjutnya Raden Rohmat (Sunan Ampel) adalah
orang yang berhasil mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren.
Beliau mendirikan pondok pesantren pertama kali berada di kawasan
Kembang Kuning. Setelah itu Beliau pindah ke Ampel Denta Surabaya dan
mendirikan pondok pesantren di sana akhirnya ia di kenal dangan sebutan
Sunan Ampel. Kemudian pondok pesantren yang berhasil didirikan oleh
para santri dan putranya seperti pondok pesantren Giri yang didirikan Sunan
Giri pondok pesantren Demak oleh Raden Patah dan pondok pesantren Tuban
Sunan Bonang.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian pesantren?
2. Bagaimana sejarah Pesantren?
3. Apa saja macam-macam Pendidikan Pesantren?
C. Tujuan
a. Mengetahui apa itu pesantren
b. Mengenal sejarah pesantren
c. Mengetahui macam-macam pendidikan dipesantren

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pesantren

Secara bahasa, kata pesantren berasal dari kata santri dengan awalan
pe- dan akhiran -an (pesantrian) yang berarti tempat tinggal para santri.
Sedangkan kata santri sendiri berasal kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa
sansekerta yang artinya melek huruf. Dalam hal ini menurut Nur Cholis Majid
agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa
yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa
Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Jawa,
dari kata “cantrik”, yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru
kemana guru itu pergi menetap.1

Sedangkan secara istilah, Husein Nasr mendefinisikan pesantren


dengan sebutan dunia tradisional Islam. Maksudnya, pesantren adalah dunia
yang mewarisi dan memelihara kontinuitas tradisi Islam yang dikembangkan
ulama’(kiai) dari masa ke masa, tidak terbatas pada periode tertentu dalam
sejarah Islam.2

Di Indonesia, istilah pesantren lebih populer dengan sebutan pondok


pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa Arab
funduq, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana.3

1
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nur Cholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional, ( Jakarta: Ciputat Press, 2002)
2
Sambutan Azyumardi Azra dalam Jamaludin Malik, Pemberdayaan Pesantren, Menuju
Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, Cet I
(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005)
3
Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia,Cet. II (Malang: UMM Press, 2006)

3
Dari terminology diatas, mengindikasikan bahwa secara kultural pesantren
lahir dari budaya Indonesia. Mungkin dari sinilah Nur Cholis Majid
berpendapat bahwa secara historis, pesantren tidak hanya mengandung makna
keislaman, tetapi juga makna keaslian Indonesia. Sebab, memang cikal bakal
lembaga pesantren sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Budha, dan Islam
tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengislamkannya.4

B. Sejarah Pesantren

Sejarah Indonesia Madya membahas perkembangan sejarah bangsa


Indonesia sejak masuknya pengaruh Islam dan pertemuan para pedagang
asing termasuk bangsa-bangsa Barat. Pada zaman ini, pengaruh agama dan
peradaban Islam mulai memperlihatkan pada corak, sifat-sifat, dan ciri-ciri
tersendiri.5 Sejarah awal perjalanan Pesantren di Indonesia tidak lepas dari
penyebaran agama Islam di nusantara oleh para ulama yang terdiri dari para
Walisongo. Islamisasi sebagai cikal awal pendirian Pesantren sebagai media
dakwah yang banyak diterima masyarakat nusantara. Pesantren yang berdiri
sejak zaman dahulu sampai saat ini masih tetap eksis. Pesantren sendiri
merupakan corak asli dari bangsa Indonesia atau asli buatan Indonesia.
Dalam catatan sejarah, tokoh Walisongo, yaitu Sunan Maulana Malik
Ibrahim menjadi sosok pertama yang mengenalkan Pesantren sebagai media
dakwah Islamisasi. Sunan Maulana Malik Ibrahim mendirikan Pesantren di
daerah Gresik Jawa Timur. Oleh karena saat awal penyebaran agama Islam
banyak pengikut yang ada di rumahnya, maka didirikannya bangunan lain
yang diorientasikan untuk para murid-muridnya. Hal tersebut yang menjadi
cikal bakal pendirian Pesantren sebagai media dakwah agama Islam. Tokoh-
tokoh Walisongo lainnya, juga sebagian besar mendirikan Pesantren untuk

4
Ibid. hal. 62
5
A. Daliman, Islamisasi Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia
(Yogyakarta: Ombak, 2012).

4
mempermudah dalam mengajarkan dakwah Islam. Pesantren selain tempat
belajar agama, juga dilengkapi asrama dan masjid sebagai perlengkapan
belajar agama.6

Pesantren sejak awal berdiri sampai saat ini, memiliki sistem model
pendidikan yang karakternya dalam perspektif khusus dalam wacana
pendidikan nasional. Sistem pendidikan Pesantren sendiri berusaha
membangkitkan spekulasi tentang sejarah di masa silam. Berdirinya
Pesantren di Indonesia sendiri telah dipengaruhi oleh jaringan internasional,
yaitu Arab dan India yang ditelusuri dalam teori Kemazhaban. Pada awal
berdirinya, Pesantren sebagai tempat pendidikan agama, namun juga masuk
dalam lingkup dakwah Islamisasi. Pesantren ternyata dalam sejarah, dakwah
Islamisasi yang menonjol perannya. Lembaga pendidikan agama yang tertua
di Indonesia, Pesantren selalu diterima masyarakat nusantara. Meskipun
diawal-awal berdirinya, proses penyaluran dakwah Islamisasi sempat terjadi
benturan-benturan antar nilai-nilai Islami dan masyarakat yang telah
mengakar didalam masyarakat nusantara. Pada langkah selanjutnya,
Pesantren mampu diterima oleh masyarakat nusantara, sehingga selanjutnya
pendirian Pesantren menjadi kebanggaan bagi masyarakat nusantara
terutama kalangan masyarakat Muslim. Dimasa penjajahan Belanda,
Pesantren memiliki hambatan, karena harus berhadapan dengan misi
Kristenisasi dimasyarakat Nusantara. Meskipun demikian eksistensi dakwah
Islam melalui Pesantren tetap menjadi tujuan umat Islam di Indonesia.7

6
Nurhayati, “Literatur Keislaman Dalam Konteks Pesantren,”
7
Hasan, “Perkembangan Pendidikan Pesantren di Indonesia,”

5
C. Macam-macam Pendidikan Pesantren8

Tentang bentuk-bentuk pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia,


beberapa pengamat mengklasifikasikan pesantren menjadi empat macam,
yaitu:

1. Pesantren salafi, yaitu pesantren yang tetap mempertahankan


pelajarannya dengan kitab- kitab klasik, dan tanpa tanpa diberikan
pengetahuan umum. Model pengajarannya pun sebagaimana yang
lazim diterapkan dalam pesantren salaf, yaitu sorogan dan weton.
Weton adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari kyai sendiri,
baik dalam menentukan tempat, waktu, maupun lebih-lebih kitabnya.
Sedangkan sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan
dari seseorang atau beberapa orang santri kepada kyainya untuk
diajarkan kitab-kitab tertentu. Sedangkan istilah salaf ini bagi
kalangan pesantren mengacu kepada pengertian “pesantren
tradisional” yang justru sarat dengan pandangan dunia dan praktek
islam sebagai warisan sejarah, khususnya dalam bidang syari’ah dan
tasawwuf. Misalnya: pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Tarbiyatun
Nasyi’in Jombang, dan lain sebagainya.

2. Pesantren khalafi, yaitu pesantren yang menerapkan sistem


pengajaran klasikal (madrasah, memberikan ilmu pengetahuan umum
dan agama dan juga memberikan keterampilan umum. Pesantren jenis
ini juga membuka sekolah-sekolah umum. Misalnya: Pesantren
Tebuireng Jombang, Pesantren Tambak Beras Jombang, dan lain
sebagainya.

3. Pesantren kilat, yaitu pesantren yang berbentuk semacam training

8
Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren

6
dalam waktu yang relatif singkat, dan biasanya dilaksanakan pada
waktu liburan sekolah. Misalnya Pesantren La Raiba Jombang yang
programnya adalah pelatihan menghafal asam’ul husna, Al Qur’an
dan yang lain sebagainya dengan metode Hanifida, metode khas
pesantren tersebut.

4. Pesantren terintegrasi, yaitu pesantren yang lebih menekankan pada


pendidikan vocasional atau kejujuran, sebagaimana balai pelatihan
kerja, dengan program yang terintegrasi. Santrinya kebanyakan
berasal dari kalangan anak putus sekolah atau para pencari kerja.

7
BAB III
PENUTUPAN

Kesimpulan

Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan yang lebih memfokuskan


untuk pendidikan agama Islam. pesantren adalah dunia yang mewarisi dan
memelihara kontinuitas tradisi Islam yang dikembangkan ulama’ (kiai) dari
masa ke masa, tidak terbatas pada periode tertentu dalam sejarah Islam.
Sejarah awal perjalanan Pesantren di Indonesia tidak lepas dari
penyebaran agama Islam di nusantara oleh para ulama yang terdiri dari para
Walisongo. Pesantren sendiri merupakan corak asli dari bangsa Indonesia atau
asli buatan Indonesia.
Sunan Maulana Malik Ibrahim menjadi sosok pertama yang
mengenalkan Pesantren sebagai media dakwah Islamisasi. Sunan Maulana
Malik Ibrahim mendirikan Pesantren di daerah Gresik Jawa Timur.
Tentang bentuk-bentuk pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia,
beberapa pengamat mengklasifikasikan pesantren menjadi empat macam,
yaitu: (1) Pesantren salafi (2) Pesantren khalafi (3) Pesantren kilat (4) Pesantren
terintegrasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nur Cholis Madjid Terhadap


Pendidikan Islam Tradisional, ( Jakarta: Ciputat Press, 2002).
2. Sambutan Azyumardi Azra dalam Jamaludin Malik, Pemberdayaan
Pesantren, Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan
Metode Daurah Kebudayaan, Cet I (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2005).
3. Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia,Cet. II (Malang:
UMM Press, 2006).
4. Ibid. hal. 62.
5. Daliman, Islamisasi Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di
Indonesia (Yogyakarta: Ombak, 2012).
6. Nurhayati, “Literatur Keislaman Dalam Konteks Pesantren,”.
7. Hasan, “Perkembangan Pendidikan Pesantren di Indonesia,”.
8. Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren.

9
PERMASALAH DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA

1. Maraknya kasus perundungan


Perilaku kekerasan yang melanda pelajar-pelajar kita sudah
mengkhawatirkan. Ibarat gunung es, kasus-kasus yang muncul ke
permukaan menunjukkan betapa banyaknya kasus-kasus serupa yang
belum terungkap.
Itu semua terjadi karena minimnya akhlaq dan tatakrama yang
tertanam pada diri sang pelajar, maka menjadi hal wajib bagi setiap
pendidik untuk menanamkan akhlaq mulia dan memberi suri tauladan
terbaik sedini mungkin pada setiap anak didiknya, sehingga mereka
dapat mencontoh dan merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari
baik dalam lingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.
Akhlaq adalah salah satu pondasi yang sangat dibutuhkan
dalam mendidik anak bangsa demi terwujudnya baldatun toyyibatun
wa rabbun ghofur.

2. Mahalnya dana pendidikan


Tidak dapat dipungkiri, masalah pendidikan di Indonesia yang
paling mendasar terletak pada masalah biaya pendidikan. Meskipun
sudah digadang-gadang gratis, tetap saja ada bagian yang membayar.
Banyak dari masyarakat miskin yang tak mampu untuk
membayar biaya pendidikan putra-putri mereka, sehingga mereka
memilih putus sekolah dan mengutamakan untuk bekerja, disini
pemerintah harus hadir untuk menangani kasus ini, dengan
memberikan biaya pendidikan kepada masyarakat miskin, demi
keberlajutan pendidikan putra-putri mereka. Sehingga pendidikan
bukan hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang berharta saja,

10
contoh dalam bidang kedokteran banyak putra-putri bangsa yang
mempunyai kompeten dan keingina dalam hal tersebut tetapi karena
mahalnya biaya, maka mereka tak mampu melangkah menuju impian
mereka.
Pendidikan adalah investasi terbesar bagi sebuah negara.
dengan pendidikan yang merata keseluruh elemen masyarakat, maka
kita akan menyaksikan betapa hebatnya suatu negara di masa yang
akan datang, apabila putra-putrinya berpendidikan.

3. Pendidikan yang Kurang Merata


Indonesia merupakan negara berkembang yang masih
mengalami berbagai proses pembangunan, termasuk dalam sektor
pendidikan. Sehingga, hal ini menyebabkan pelaksanaan proses
pendidikan juga masih dihadapkan oleh berbagai tantangan
permasalahan di negara yang masih berkembang, seperti kurang
meratanya pendidikan terutama di daerah-daerah tertinggal.
Ketidakmerataan ini sering dialami oleh lapisan masyarakat yang
miskin. Seperti yang kita ketahui, semakin tinggi pendidikan semakin
mahal juga biayanya. Sehingga, tak jarang banyak orang yang memilih
tidak sekolah dibandingkan harus mengeluarkan banyak biaya.
Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia
yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan
pendidikan sebagaimana yang diharapkan. Pada sisi ini, sepintas dapat
dipahami bahwa selama ini belum semua masyarakat bangsa Indonesia
dapat merasakan manisnya pendidikan. Jika hendak dicermati, maka
persoalan pemerataan pendidikan setidaknya disebabkan oleh (1)
Perbedaan tingkat sosial ekonomi masyarakat; (2) Perbedaan fasilitas

11
pendidikan; (3) Sebaran sekolah tidak merata; (4) Nilai masuk sebuah
sekolah dengan standart tinggi; (5) Rayonisasi. (Idrus, 2016)
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi
dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan
masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana
dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya
dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang
dapat mempermainkan program yang dijalankan ini.

4. Mutu dan relevansi Pendidikan


Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan
oleh rendahnya kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari
kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen tersebut.
Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga pengajar
pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang sangat
mendasar. Kinerja guru merupakan serangkaian hasil dari proses
dalam melaksanakan pekerjaannya yang sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya. Kemampuan seorang guru untuk menciptakan model
pembelajaran baru atau memunculkan kreasi baru akan membedakan
dirinya dengan guru lain.
Meningkatkan Mutu Pendidikan. Mutu pendidikan di
Indonesia perlu ditingkatkan lagi guna mencapai tujuan pendidikan
sesuai yang diharapkan. Menurut Aziz, pendidikan yang bermutu yaitu
pendidikan yang dapat memnuhi harapan, kebutuhan, dan keinginan
sesuai harapan masyarakat (Aziz: 2017). Peningkatan mutu
pendidikan dapat dilakukan dengan: (1) Menetapkan kurikulum sesuai
dengan yang dibutuhkan (sesuaikan dengan kondisi siswa, masyarakat,
dan negara); (2) Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana; (3)

12
Mengadakan kegiatan-kegiatan sederhana seperti, kursus, program
literasi, menjalin hubungan dengan wali murid dan lain sebagainya.

5. Rendahnya Prestasi Siswa


Inti dari sebuah pendidikan adalah proses belajar itu sendiri.
Proses belajar tentu sangat berpengaruh terhadap prestasi siswanya.
Proses pembelajaran dilakukan guna mengembangkan dan
menemukan potensi-potensi yang ada dalam diri siswa dan
menghasilkan prestasi siswa yang diharapkan. Menurut Putri dan
Neviarni, berprestasi adalah sebuah puncak dari proses belajar yang
membuktikan keberhasilan belajar siswa. (Putri dan Neviarni: 2013).
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Saat ini rendahnya
prestasi siswa masih menjadi tantangan tersendiri bagi pendidikan
Indonesia. Kenyataan ini sangatlah disayangkan, karena ini
membuktikan adanya kegagalan dalam pendidikan di Indonesia. Maka
dari itu perlu melakukan tindakan atau upaya yang dapat menjadi
solusi atas permasalahan tersebut, diantaranya: (1) Guru menjadikan
proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan efektif, tidak
monoton. (2) Siswa harus aktif dalam kegiatan pembelajaran menjadi
pusat belajar, bukan hanya sebagai pendengar. (3) Peran orang tua
dalam memotivasi abaknya untuk belajar sangat diperlukan dan (4)
Masyarakat turut membantu proses belajar siswa dengan menciptakan
lingkungan yang baik dan nyaman.

13

Anda mungkin juga menyukai