Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

KELOMPOK 3

PERTUMBUHAN LEMBAGA PENDIDIKAN PESANTREN

Dosen Pengampu :

Fathurrahman, M. Ag

Disusun Oleh :

Nida Urrahmah (210101207)

M. ILham (210101209)

JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARABIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITASISLAMNEGERIMATARAM
2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan Rahmat dan Karaniaya-Nya , sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “PERTUMBUHAN LEMBAHA
PENDIDIKAN PESANTREN”

Kamimenyadaribahwamakalahinimasihjauhdarisempurnadikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Olehkarena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan keritikyang
membangun dari berbagai pihak, kami berharap semoga makalah ini
dapatmemberikanmanfaat untuk perkembangan duniapendidikan.

Mataram, 10 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Pondok Pesantren 5


B. Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia 6
C. Pola Pondok Pesantren Di Indonesia 7
D. Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia 9

KESIMPULAN 18

DAFTAR PUSTAKA 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pondok pesantren mrupakan salah satu bagian dari pendidikan islam
yang ada di Indonesia. Didirikannya pondok pesantren ini yaitu karena
adanya tuntutan dan kebutuhan zaman.Hal ini bisa dilihat dari perjalanan
sejarah, yang dimana pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang
sudah lama di Indonesia, yang dimana sudah berdiri jauh sebelum Indonesia
merdeka.
Pesantren juga merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang
mempunyai ciri khas tersendiri dan berbeda dengan pendidikan lainnya.
Pendidikan di pesantren juga meliputi pendidikan islam, dakwah,
pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan lainnya. Murid di
dalampesantren biasanya disebut dengan istilah “Santri” dan biasanya
dikenal dengan “Pondok”, sehingga dari sinilah timbul istilah “Pondok
Pesantren”
Pondok Pesantren adalah tempat orang berkumpul untuk belajar
agama Islam.Selain itu murid-murid bertempat tinggal bersama dekat guru
agamanya di sekitar lingkungan Pesantren, hal ini dapat diperjelas bahwa
Pondok Pesantren tempat belajar sekaligus tempat tinggal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Tujuan Pondok Pesantren?
2. Bagaimana Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia?
3. Apa Saja Pola-Pola Pesantren Di Indonesia?
4. Bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dan Tujuan Pondok Pesantren
2. UntukMengetahui Bagaimana Sejarah PondokPesantren
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Pola-Pola Pesantren Yang Ada Di
Indoneisa
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren Di
Indonesia

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Pondok Pesantren


Dalam bahasa Arab kata pondok biasa disebut dengan “funduq” yang
berarti hotel atau asrama.Sedangkan menurut asal katanya maka pesantren
berasal dari kata “Santri” yang berimbuhan awlan pe dan berakhiran an,
yang menunjukkan tempat.Yang dimana pesantren dapat diartikan sebagai
tempat tinggal santri.Adapun menurut Soegarda Poerbakawatja bahwa
pesantren berasal dari kata santri yang dimana pesantren tersebut sebagai
tempat bagi seseorang untuk belajar ilmu agama islam, sehingga pesantren
sendiir mempunyai arti sebagai tempat orang yang berkumpul untuk belajar
agama islam.
Ridwan Nasir mendefinisikan bahwa pesantren sebagai lembaga
keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta
mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama islam.1
Jadi pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan dan
pengajaran yang dimana pendidikan dan pengajaran itu umumnya dilakukan
secara nonformal yaitu dengan sistem bandongan dan sorongan. Yang
dimana para Kyai mengajar para santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis
dengan menggunakan bahasa Arab.
Adapun yang mengartikan pesantren sebagai suatu lembaga
pendidika islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu
agama islam dan dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam KBBI bahwa pesantren merupakan asrama tempat santri atau
tempat murid-murid untuk belajar mengaji. Sedangkan secara istilah
pesantren adalah suatu lembaga pendidikan islam yang dimana para santri
tinggal dipondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan
kitab-kitab umum yang bertujuan untuk menguasai ilmu agama islam secara
detail serta mengamalkannya sehingga dijadikan sebagai pedoman hidup

1
Ridwan, Nasir. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 81

5
dalam kehidupan sehari-hari dan menekankan penting moral dalam
kehidupan bermasyarakat.2
Adapun tujuan pondok pesantren menurut H. M. Arifin (1995:148)
antara lain :
1. Mendidik santri agar menjadi orang Muslim yang bertaqwa
kepada Allah SWT. Dan memiliki akhlak yang mulia.
2. Mendidik santri agar menjadi manusia muslim yang berjiwa
besar, ikhlas, tabah dan tangguh serta mampu mengamalkan
sejarah islam dengan utuh dan dinamis
3. Mendidik santri untuk menjadi manusia yang berkepribadian
islam yang sanggup dengan ilmunya menjadi mubalig islam
dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.
B. Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia.Yang
dimana secara historis pesantren telah ada sejak lama di Indonesia, sejak
pertama kali masuknya Islam ke Indonesia.Terdapat dua pendapat mengenai
asal usul pondok pesantrenyang ada di Indonesia, Pertama mengatakan
bahwa pondok pesantren berakar pada tradisi islam itu sendiri yaitu tarekat.
Yang dimana penyebaran islam di Indonesia pada awalnya banyak dikenal
dalam bentuk kegiatan tarekat yang dipimpin oleh para Kyai. Misalnya
melakukan ibadah di Masjid dibawah bimbingan Kyai yang dimana para
Kyai tersebut menyiapkan ruangan khusus untuk menampung para santri.
Kedua, kehadiran pesantren di Indonesia diilhami oleh lembaga pendidikan
„kuttab”yang dimana merupakan lembaga pendidikan yang ada pada masa
Kerajaan Bani Umayyah.dan pada tahap selanjutnya lembaga ini mengalami
perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat sehingga masyarakat
islam tidak hanya belajar di Masjid tetapi mereka sudah mempunyai tempat
belajar sendiri, yang dimana untuk mengembangkan suatu kajian tentang
keislamannya.3
Jadi keberadaan pada masa awal pertumbuhannya tidak terlepas dari
sejarah pesantren yang ada di Timur Tengah, yang dimana bisa dilihat dari
aspek metode, materi atau kelembagaannya yang sangat diwarnai oleh
corakn pendidikan islam di Timur Tengah pada Abad Pertengahan. Sehingga
2
Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Hal 72
3
Maulana Hasan, “Sejarah Pertumbuhan Pondok Pesantren Di Indonesia”, 02 Agustus 2016.

6
dalam konteks penyebaran islam itulah maka pesantren mulai terbentuk dan
tumbuh di Indonesia.
Dan adapun dalam sejarah mengatakan bahwa pada zaman wali
songo itulah timbul istilah pondok pesantren mulai dikenal di
Indonesia.Yang dimana ketika itu Sunan Ampel dapat mendirikan sebuah
padepokan di Ampel Surabaya dan menjadikannya sebagai pusat pendidikan
yang ada di Jawa.Dan para santri dari Jawa dtang untuk menuntut ilmu
agama.Sehingga padepokan Sunan Ampel inilah yang menjadi cikal bakal
berdirinya pondok pesantren di Indonesia. Dan pesantren pada zaman Wali
Songo ini digunakan sebagai tempat untuk memperoleh suatu ilmu
sekaligus untuk mendidik para santri agar dapat menyebarluakan ajaran
agama islam. Hal ini dapat dilihat bahwa islam menjadi agama mayoritas di
Indonesia dan bahkan bukan hanya itu, jumlah pengikutnya pun terbanyak di
dunia. Kemudian setelah itu muncul lah pesantren-pesantren lain yang
dimana nmereka juga mengajarkan ilmu agama diberbagai bidang
berdasarkan kitab-kitab salaf.
C. Pola-Pola Pondok Pesantren Di Indonesia
1. Karakteristik Pendidikan Pondok Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik dan sulit
didefinisikan secara sempurna, akan tetapi kita bisa mengidentifikasi
ciri-ciri pendidikan pesantren. Ciri-ciri tersebut antara lain :4
a. Adanya hubungan yang angkrab antara santri dengan kyainya.
Yang dimana Kyai sangat memperhatikan santrinya.
b. Kepatuhan santri kepada kyai. Para santri menganggap bahwa
menentang kyai , selain tidak sopan juga dilarang dalam agama.
c. Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam
lingkungan pesatren.
d. Kemandirian sangat terasa di pesantren. Yang dimana para
santri mencuci pakaian sendiri, membersihkan kamar tidurnya
sendiri dan memasak sendiri.
e. Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangatlah kuat
dalam pondok pesantren.

4
M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo, “Manajemen Pondok Pesantren Dalam Perspektif Global”, (Yogyakarta: LB.
Pressindo, 2006). Hal 12-13

7
f. Kehidupan dangan tingkat religius yang tinggi, sehingga berani
menderita untuk mencapai tujuan.

2. Model Pendidikan Pondok Pesantren


Menurut penemuan Soedjoko Prasodjo, dalam buku “Integrasi
Sekolah ke Dalam Sistem Pendidikan Pesantren”, pondok pesantren
mempunyai lima pola. Adapun lima pola tersebut antara lain :5
a. Pesantren yang terdiri atas masjid dan rumah kyai.
b. Pesantren yang terdiri atas masjid, rumah kyai, pondok tempat
tinggal santri.
c. Pesantren yang terdiri atas masjid, rumah kyai, pondok tempat
tinggal santri dan madrasah
d. Pesantren yang terdiri atas masjid, rumah kyai, pondok tempat
tinggal santri, madrasah dan tempat tinggal latihan
keterampilan.
e. Pesantren yang terdiri atas masjid, rumah kyai, pondok tempat
tinggal santri, madrasah, tempat tinggal latihan keterampilan,
sekolah agama atau umum, dan perguruan tinggi agama atau
umum.
Jadi semua pesantren secara umum mempunyai bangunan fisik masing-
masing yang terdiri dari masjid, asrama santri, pengajian kitab klasik dan rumah
kyai, serta elemen-elemin ini dapat menjadi cirikhas setiap pesantren sekaligus kita
bisa menilai seperti apakah pola pesantren yang dikembangkan oleh lembaga
pendidikan tersebut.
3. Kurikulum dan Metode Pembelajaran Pesantren
Pesantren dalam arti sebagai lembaga pendidikan non formal
yang hanya mempelajari ilmu-ilmu agama yang bersumber pada
kitab-kitab kuning atau kitab-kitab klasik, maka materi kurikulumnya
mencakup ilmu tauhid, tafsir, ilmu tafsir, Hadits, ilmu haits, ilmu fiqh,
ushul fiqh ilmu tasawuf, ilmu akhlak, bahasa arab yang mencakup
nahwu, sharaf, balaghah, badi‟, bayan, mantiq, dan tajwid.

5
Masjkur Anhari, “Integrasi Sekolah ke dalam sistem Pendidikan”… Loc. Cit. , hal 22

8
Adapun metode atau model bentuk pembelajaran yang
digunakan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam, di mana ketiganya mempunyai cirikhas tersendiri, yaitu :6
a. Metode Sorongan, Maksudnya suatu sistem belajar secara
individualyang di mana seorang santri berhadapan dengan
seorang guru, nah disanalah terjadi interaksi saling mengenal
di antara keduanya. Seorang kyai menghadapi santri
satupersatu, secara begantian. Pelaksanaanya, santri yang
banyak datang bersama, kemudian mereka antri menuggu
giliran masing-masing.
b. Metode Bondangan, Metoda ini sering disebut dengan halaqah,
yang di mana dalam pengajian, kitab yang dibaca oleh kyai
hanya satu, sedangkan para santrinya membawa kitab yang
sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan kyai.
c. Metode Weton, yang dimana kyai membaca kitab yang dikaji
sedangkan santri hanya menyimak dan mendengarkan apa
yang dibacakan oleh para Kyai. Dan metode weton ini tidak
mengharuskan para santri untuk membawa kitab.
D. Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia
Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia-Deskripsi tentang
perkembangan pesantren tidak bisa terlepas dengan penyebaran dan
penyiaran Agama Islam di bumi Indonesia ini, sehingga dalam mengkaji
perkembangan pesantren ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa fase,
yaitu7 :
1. Fase masuknya Islam ke Indonesia
2. Fase penjajahan Belanda
3. Fase penjajahan Jepang
4. Fase Indonesia merdeka

Untuk lebih mengetahui perkembangan pesantren di Indonesia, akan berikut


penjelasan keadaan dan kondisi pesantren pada masing-masing fase tersebut.

1. Fase masuknya Islam ke Indonesia


6
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam,,,,,hal 50-52
7
Admin Khairunnas, “Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia”, 13 September 2021

9
Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia-Berdirinya dan
perkembangan pesantren, tidak dapat dipisahkan dengan zaman Walisongo,
sehingga tidak berlebihan bila dikatakan pondok pesantren yang pertama kali
adalah pondok pesantren yang didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Syekh Maulana Malik Ibrahim yang wafat pada 12 Rabi‟ul Awal 822 H
bertepatan dengan 8 April 1419 M adalah orang pertama dari walisongo yang
menyebarkan Agama Islam di Jawa, sehingga dapat disimpulkan bahwa
lembaga pesantren itu sudah ada sejak abad ke-15.

Dalam perkembangan pesantren, tokoh yang dianggap berhasil


mendirikan dan mengembangkan pesantren dalam arti yang sesungguhnya
adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel) yang telah mendirikan pesantren di
Kembang Kuning, kemudian pindah ke Ampel Denta, Surabaya, dan
mendirikan pesantren di sana.

Misi keagamaan dan pendidikan yang didirikan mencapai sukses,


sehingga setelahnya banyak bermunculan pesantren- pesantren yang didirikan
oleh para santrinya, di antaranya adalah pondok pesantren Giri yang didirikan
oleh Sunan Giri, pesantren Demak oleh Raden Fatah, pesantren Tuban oleh
Sunan Bonang.

Keadaan dan kondisi pesantren pada masa awal masuknya Islam tidak
seperti yang kita lihat sekarang, fungsi dan kedudukannya pun tidak
sekompleks sekarang, pada saat itu pesantren hanya berfungsi sebagai alat
Islamisasi dan sekaligus memadukan tiga unsur pendidikan, yakni ibadah
untuk menanamkan iman, tablig untuk menyebarkan ilmu dan amal untuk
mewujudkan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.

10
2. Fase Penjajahan Belanda

Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia-Penaklukan Belanda atas


bangsa di Nusantara, telah menyebabkan adanya proses westernisasi di
berbagai bidang, termasuk pula dalam bidang pendidikan, dengan berdalih
pembaharuan mereka menyelinapkan misi kristenisasi untuk kepentingan
Barat dan agama Nasrani.

Tujuan itulah yang kemudian memunculkan kebijakan-kebijakan yang


dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan pesantren, dengan
peraturan-peraturan yang dibuat, mereka berusaha untuk menyudutkan dan
meminggirkan lembaga-lembaga pendidikan yang ada, khususnya pesantren.

Pemerintah Kolonial mengeluarkan kebijakan bahwa sekolah-sekolah


gereja diwajibkan sebagai sekolah pemerintah dan tiap-tiap daerah
karesidenan minimal harus ada satu sekolah yang mengajarkan agama
Kristen, agar penduduk pribumi lebih mudah untuk menaati undang-undang
dan hukum negara.

Pendidikan gereja ini didirikan oleh pemerintah Belanda dengan tujuan


selain mempunyai misi kristenisasi juga untuk menandingi lembaga
pendidikan yang sudah ada, seperti pesantren, madrasah-madrasah dan
pengajian yang sangat melekat di hati rakyat, karena pemerintah Belanda
menganggap pendidikan yang telah ada sudah tidak relevan dan tidak
membantu pemerintah Belanda dalam misi kolonialisme.

Pemerintah Belanda berusaha menyudutkan lembaga pendidikan Islam


dengan membuat kebijakan-kebijakan yang melarang kiai untuk memberikan
pengajaran agama kecuali ada izin dari pemerintah. Pemerintah Belanda

11
melakukan penutupan terhadap madrasah-madrasah dan pesantren-pesantren
yang tidak memiliki izin dari pemerintah.

Kebijakan ini ditekankan karena pemerintah Belanda melihat adanya


kekhawatiran dengan menguatnya gerakan nasionalisme-islamisme dengan
munculnya persatuan pondok-pondok pesantren dan lembaga organisasi
pendidikan Islam, dan juga perkembangan agama Kristen yang selalu
mendapat reaksi keras dari rakyat.

Kebijakan-kebijakan kolonial yang senantiasa berusaha untuk


menghambat dan bahkan menghancurkan pendidikan Islam, telah
menyebabkan kekhawatiran, kemarahan, kebencian dan pemberontakan
kepada pemerintah Belanda yang oleh kalangan pesantren dimanifestasikan
dalam tiga bentuk aksi, yaitu :

1. „Uzlah, pengasingan diri, menyingkir ke desa-desa terpencil yang


jauh dari jangkauan suasana kolonial. Hal ini dimaksudkan selain
untuk menghindarkan dari kebijakan-kebijakan kolonial Belanda,
juga untuk menjaga diri dari pengaruh moral dan kebudayaan yang
destruktif.
2. Bersikap non kooperatif dan mengadakan perlawanan secara
diam-diam, hal ini dilakukan oleh para kiai yang mengajarkan
pendidikan keagamaan dengan menumbuhkan semangat jihad para
santri-santrinya untuk membela Islam dan menentang penjajah.
Dengan fatwa-fatwanya semacam membela negara dari ancaman
penjajah, lebih lagi kafir adalah bagian dari iman, bahkan sampai
fatwa yang mengharamkan segala sesuatu yang berasal dan berbau
barat seperti, memakai celana, dasi, sepatu dan lainnya.

12
3. Berontak dan mengadakan perlawanan fisik terhadap Belanda,
dengan silih berganti selama berabad-abad kalangan pesantren
senantiasa berjuang mengusir penjajah dari bumi nusantara ini
sehingga lahirlah nama-nama pejuang besar yang berlatar
belakang santri seperti Imam Bonjol, Pangeran Antasari, Sultan
Agung, Ahmad Lucy (Pattimura) dan lainnya.

Keadaan pesantren pada masa penjajahan Belanda banyak mengalami


kemunduran disebabkan adanya tekanan yang dilakukan pemerintah Belanda
terhadap pesantren. Sehingga pesantren menjadi terpinggirkan, dan pesantren tidak
bisa konsentrasi penuh dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan,
lembaga dakwah dan lembaga sosial, karena pesantren harus ikut berjuang dalam
rangka memerangi kolonialisme Belanda dari bumi nusantara ini. Namun di sisi
lain, hal ini menunjukkan daya tahan pesantren.

Walaupun pemerintah Belanda secara maksimal berusaha untuk membatasi


gerak pesantren melalui tekanan, ancaman, dan kebijakan yang sangat merugikan
pesantren ternyata pesantren masih tetap eksis di tengah-tengah gelora perjuangan
melepaskan diri dari kekangan penjajah Barat (Belanda).

Bahkan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, lahir kegairahan dan
semangat baru dari kalangan muslim, pesantren berusaha keluar dari
ketertinggalannya, dipelopori oleh para kiai muda yang baru menyelesaikan
studinya di Mekah, berusaha membuka sistem pendidikan yang sebanding dengan
sistem sekolah, yaitu sistem madrasah. Dengan sistem ini pesantren dapat
berkembang kembali dengan baik dan cepat, dan mampu menyaingi sekolah-
sekolah Belanda seperti contoh pesantren Tebu Ireng yang memiliki lebih dari
1500 santri.
13
Selain itu, kaum santri juga mengalami tumbuhnya kesadaran untuk bersatu
dan mengatur dirinya secara baik, sehingga bermunculan organisasi-organisasi
Islam, seperti SI (Serikat Islam), Muhammadiyah dan NU. Organisasi-organisasi
itu bertujuan untuk membela dan meningkatkan kualitas beragama, bermasyarakat
dan bernegara.

3. Fase Penjajahan Jepang

Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia-Jepang menjajah


Indonesia setelah menguasai pemerintah Hindia Belanda dalam perang dunia
II, mereka menguasai Indonesia pada tahun 1942, dengan membawa
semboyan Asia Timur Raya untuk asia dan semboyan Asia Baru.

Pada awalnya sikap pemerintahan Jepang menampakkan sikap yang


sangat menguntungkan Islam, seakan-akan membela kepentingan Islam.
Sikap tersebut ternyata hanyalah siasat Jepang untuk memanfaatkan kekuatan
Islam dan nasionalis untuk kepentingan perang Asia Timur Raya yang
dipimpin oleh Jepang, sehingga Jepang berusaha menarik simpati dari
kalangan Islam dengan kebijakan-kebijakannya, di antaranya adalah:

1. Kantor urusan agama yang pada Zaman Belanda disebut


kantor Voor Islamistiche Sakenyang dipimpin oleh orang-orang
orientalis Belanda, diubah oleh Jepang menjadi kantor Sumubi
yang dipimpin oleh ulama Islam sendiri, yaitu KH. Hasyim
Asy‟ari dan di daerah juga dibentuk Sumuka yang juga dipegang
oleh kalangan Islam.
2. Pondok pesantren yang besar seringkali mendapat kunjungan dan
bantuan dari pembesar-pembesar Jepang.

14
3. Sekolah negeri diberi pelajaran Budi Pekerti yang isinya identik
dengan ajaran agama.
4. Umat Islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang
disebut Majlis Islam A‟la Indonesia (MIAI) yang bersifat
kemasyarakatan.

Kebijakan-kebijakan Jepang sebagaimana tersebut di atas, sedikit


memberikan ruang gerak bagi pertumbuhan pesantren dan pendidikan madrasah,
Namun, itu tidak berlangsung lama, karena setelah mendapat tekanan dari pihak
sekutu, pemerintah Jepang bertindak sewenang-wenang dan bahkan lebih kasar
dan kejam dari pada pemerintah Hindia Belanda. Kegiatan sekolah diberhentikan
diganti dengan kegiatan baris-berbaris dan latihan perang untuk membantu Jepang,
sehingga para kiai banyak yang ditangkap akibat melakukan pembangkangan dan
pemberontakan.

Demikian juga, pondok pesantren tidak boleh banyak bergerak meskipun


pengawasan yang dilakukan bersifat wajar. Masa-masa ini tidak berlangsung lama
karena pemerintah Jepang semakin terjepit akibat kalah perang dengan sekutu.
Hingga akhirnya Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.

4. Fase Kemerdekaan Indonesia

Setelah Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang,


pemimpin bangsa Indonesia memulihkan kembali dan berusaha
mengembangkan pendidikan di Indonesia sesuai dengan kebudayaan asli
bangsa Indonesia. Pondok-pondok pesantren yang pada masa penjajahan
kurang mendapatkan kebebasan dan mengembangkan misinya, mulai

15
bermunculan dan berusaha untuk senantiasa eksis dan berbenah diri untuk
meningkatkan daya saingnya bersama lembaga-lembaga lain.

Pondok pesantren pada masa ini yang merupakan lembaga pendidikan


yang bersifat non formal mulai mengadakan perubahan- perubahan guna
menghasilkan generasi-generasi yang tangguh, yang berpengalaman luas, di
antaranya dengan memasukkan mata pelajaran non agama ke dalam
kurikulum pesantren, sebagian juga ada yang memasukkan pelajaran bahasa
asing ke dalam kurikulum wajib di pondok pesantren.

Demikian pula pesantren mulai mengembangkan sayapnya dengan


memperbaharui sistem klasikal dalam pengajarannya, mendirikan madrasah-
madrasah, sekolah umum dan bahkan ada sebagian pondok pesantren yang
memiliki perguruan tinggi. Pondok pesantren mulai membuka diri dari
berbagai masukan dan kritikan yang bersifat membangun dan tidak
menyimpang dari agama Islam, sehingga pembaharuan di sana sini terus
dilakukan oleh pesantren.

Hal ini akan merubah penafsiran bahwa pesantren itu identik dengan
kekolotan, tradisional, bangunannya yang sempit, kumuh dan terisolasi di
pedesaan kepada pandangan yang menilai bahwa pesantren adalah lembaga
pendidikan yang unggul dan dapat dibanggakan, yang bisa menjadi alternatif
sistem pendidikan modern.

Kalau peneliti lihat alumni-alumni pondok pesantren saat sekarang ini


sudah banyak yang sukses berkecimpung di berbagai bidang, mulai dari
kalangan elite sampai di bawah. Ini menunjukkan besarnya peranan pesantren
dalam ikut andil menyukseskan pembangunan bangsa Indonesia.

16
Pesantren pada masa orde baru mendapat perhatian yang besar dari
pemerintah yang senantiasa mendorong agar pesantren dapat menjadi salah
satu agen perubahan dan pembangunan masyarakat. Pembaharuan-
pembaharuan yang dilakukan ini tidak lain bertujuan agar pesantren dalam
masa ini mengarah pada pengembangan pandangan dunia dan substansi
pendidikan pesantren agar lebih responsif terhadap kebutuhan tantangan
zaman.

Di samping itu, juga diarahkan untuk fungsionalisasi pesantren sebagai


salah satu pusat penting bagi pembangunan masyarakat secara keseluruhan.
Sebagai pusat penyuluhan, pusat kesehatan, pusat pengembangan teknologi
tepat guna, pusat pemberdayaan ekonomi dan lain sebagainya.

Oleh karena itu pesantren untuk masa sekarang dan yang akan datang
harus dapat dijadikan wahana dalam melanjutkan perjuangan, yakni berjuang
melalui pembangunan jasmani dan rohani, terutama di pedesaan yang
merupakan tempat tinggal sebagian besar rakyat Indonesia. Bahkan telah
ditetapkan Hari Santri Nasional oleh pemerintah Indonesia.

17
KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan bahwa pesantren itu sendiri adalah sebagai tempat
tinggal santri yang dimana para santri tersebut dapat memperoleh atau belajar ilmu
agama dipondok pesantren tersebut dengan tujuan agar dapat mendidik santri
menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah Swt dan mampu mendidik santri
menjadi manusia muslim yang ikhlas, tabah dan bertanggung jawab atas amalan
ilmunya.

18
DAFTAR PUSTAKA

M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo, “Manajemen Pondok Pesantren Dalam


Perspektif Global”, (Yogyakarta: LB. Pressindo, 2006). Hal 12-13

Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta:


Balai Pustaka. Hal 72

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam,,,,,hal 50-52

Maulana Hasan, “Sejarah Pertumbuhan Pondok Pesantren Di Indonesia”, 02


Agustus 2016.

Masjkur Anhari, “Integrasi Sekolah ke dalam sistem Pendidikan”… Loc. Cit. , hal
22

Ridwan, Nasir. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok


Pesantren di Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 81

Admin Khairunnas, “Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia”, 13


September 2021

19
20

Anda mungkin juga menyukai