KELOMPOK 3
Dosen Pengampu :
Fathurrahman, M. Ag
Disusun Oleh :
M. ILham (210101209)
1
KATA PENGANTAR
Kamimenyadaribahwamakalahinimasihjauhdarisempurnadikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Olehkarena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan keritikyang
membangun dari berbagai pihak, kami berharap semoga makalah ini
dapatmemberikanmanfaat untuk perkembangan duniapendidikan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
KESIMPULAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren mrupakan salah satu bagian dari pendidikan islam
yang ada di Indonesia. Didirikannya pondok pesantren ini yaitu karena
adanya tuntutan dan kebutuhan zaman.Hal ini bisa dilihat dari perjalanan
sejarah, yang dimana pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang
sudah lama di Indonesia, yang dimana sudah berdiri jauh sebelum Indonesia
merdeka.
Pesantren juga merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang
mempunyai ciri khas tersendiri dan berbeda dengan pendidikan lainnya.
Pendidikan di pesantren juga meliputi pendidikan islam, dakwah,
pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan lainnya. Murid di
dalampesantren biasanya disebut dengan istilah “Santri” dan biasanya
dikenal dengan “Pondok”, sehingga dari sinilah timbul istilah “Pondok
Pesantren”
Pondok Pesantren adalah tempat orang berkumpul untuk belajar
agama Islam.Selain itu murid-murid bertempat tinggal bersama dekat guru
agamanya di sekitar lingkungan Pesantren, hal ini dapat diperjelas bahwa
Pondok Pesantren tempat belajar sekaligus tempat tinggal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Tujuan Pondok Pesantren?
2. Bagaimana Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia?
3. Apa Saja Pola-Pola Pesantren Di Indonesia?
4. Bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dan Tujuan Pondok Pesantren
2. UntukMengetahui Bagaimana Sejarah PondokPesantren
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Pola-Pola Pesantren Yang Ada Di
Indoneisa
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren Di
Indonesia
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ridwan, Nasir. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 81
5
dalam kehidupan sehari-hari dan menekankan penting moral dalam
kehidupan bermasyarakat.2
Adapun tujuan pondok pesantren menurut H. M. Arifin (1995:148)
antara lain :
1. Mendidik santri agar menjadi orang Muslim yang bertaqwa
kepada Allah SWT. Dan memiliki akhlak yang mulia.
2. Mendidik santri agar menjadi manusia muslim yang berjiwa
besar, ikhlas, tabah dan tangguh serta mampu mengamalkan
sejarah islam dengan utuh dan dinamis
3. Mendidik santri untuk menjadi manusia yang berkepribadian
islam yang sanggup dengan ilmunya menjadi mubalig islam
dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.
B. Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia.Yang
dimana secara historis pesantren telah ada sejak lama di Indonesia, sejak
pertama kali masuknya Islam ke Indonesia.Terdapat dua pendapat mengenai
asal usul pondok pesantrenyang ada di Indonesia, Pertama mengatakan
bahwa pondok pesantren berakar pada tradisi islam itu sendiri yaitu tarekat.
Yang dimana penyebaran islam di Indonesia pada awalnya banyak dikenal
dalam bentuk kegiatan tarekat yang dipimpin oleh para Kyai. Misalnya
melakukan ibadah di Masjid dibawah bimbingan Kyai yang dimana para
Kyai tersebut menyiapkan ruangan khusus untuk menampung para santri.
Kedua, kehadiran pesantren di Indonesia diilhami oleh lembaga pendidikan
„kuttab”yang dimana merupakan lembaga pendidikan yang ada pada masa
Kerajaan Bani Umayyah.dan pada tahap selanjutnya lembaga ini mengalami
perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat sehingga masyarakat
islam tidak hanya belajar di Masjid tetapi mereka sudah mempunyai tempat
belajar sendiri, yang dimana untuk mengembangkan suatu kajian tentang
keislamannya.3
Jadi keberadaan pada masa awal pertumbuhannya tidak terlepas dari
sejarah pesantren yang ada di Timur Tengah, yang dimana bisa dilihat dari
aspek metode, materi atau kelembagaannya yang sangat diwarnai oleh
corakn pendidikan islam di Timur Tengah pada Abad Pertengahan. Sehingga
2
Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Hal 72
3
Maulana Hasan, “Sejarah Pertumbuhan Pondok Pesantren Di Indonesia”, 02 Agustus 2016.
6
dalam konteks penyebaran islam itulah maka pesantren mulai terbentuk dan
tumbuh di Indonesia.
Dan adapun dalam sejarah mengatakan bahwa pada zaman wali
songo itulah timbul istilah pondok pesantren mulai dikenal di
Indonesia.Yang dimana ketika itu Sunan Ampel dapat mendirikan sebuah
padepokan di Ampel Surabaya dan menjadikannya sebagai pusat pendidikan
yang ada di Jawa.Dan para santri dari Jawa dtang untuk menuntut ilmu
agama.Sehingga padepokan Sunan Ampel inilah yang menjadi cikal bakal
berdirinya pondok pesantren di Indonesia. Dan pesantren pada zaman Wali
Songo ini digunakan sebagai tempat untuk memperoleh suatu ilmu
sekaligus untuk mendidik para santri agar dapat menyebarluakan ajaran
agama islam. Hal ini dapat dilihat bahwa islam menjadi agama mayoritas di
Indonesia dan bahkan bukan hanya itu, jumlah pengikutnya pun terbanyak di
dunia. Kemudian setelah itu muncul lah pesantren-pesantren lain yang
dimana nmereka juga mengajarkan ilmu agama diberbagai bidang
berdasarkan kitab-kitab salaf.
C. Pola-Pola Pondok Pesantren Di Indonesia
1. Karakteristik Pendidikan Pondok Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik dan sulit
didefinisikan secara sempurna, akan tetapi kita bisa mengidentifikasi
ciri-ciri pendidikan pesantren. Ciri-ciri tersebut antara lain :4
a. Adanya hubungan yang angkrab antara santri dengan kyainya.
Yang dimana Kyai sangat memperhatikan santrinya.
b. Kepatuhan santri kepada kyai. Para santri menganggap bahwa
menentang kyai , selain tidak sopan juga dilarang dalam agama.
c. Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam
lingkungan pesatren.
d. Kemandirian sangat terasa di pesantren. Yang dimana para
santri mencuci pakaian sendiri, membersihkan kamar tidurnya
sendiri dan memasak sendiri.
e. Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangatlah kuat
dalam pondok pesantren.
4
M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo, “Manajemen Pondok Pesantren Dalam Perspektif Global”, (Yogyakarta: LB.
Pressindo, 2006). Hal 12-13
7
f. Kehidupan dangan tingkat religius yang tinggi, sehingga berani
menderita untuk mencapai tujuan.
5
Masjkur Anhari, “Integrasi Sekolah ke dalam sistem Pendidikan”… Loc. Cit. , hal 22
8
Adapun metode atau model bentuk pembelajaran yang
digunakan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam, di mana ketiganya mempunyai cirikhas tersendiri, yaitu :6
a. Metode Sorongan, Maksudnya suatu sistem belajar secara
individualyang di mana seorang santri berhadapan dengan
seorang guru, nah disanalah terjadi interaksi saling mengenal
di antara keduanya. Seorang kyai menghadapi santri
satupersatu, secara begantian. Pelaksanaanya, santri yang
banyak datang bersama, kemudian mereka antri menuggu
giliran masing-masing.
b. Metode Bondangan, Metoda ini sering disebut dengan halaqah,
yang di mana dalam pengajian, kitab yang dibaca oleh kyai
hanya satu, sedangkan para santrinya membawa kitab yang
sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan kyai.
c. Metode Weton, yang dimana kyai membaca kitab yang dikaji
sedangkan santri hanya menyimak dan mendengarkan apa
yang dibacakan oleh para Kyai. Dan metode weton ini tidak
mengharuskan para santri untuk membawa kitab.
D. Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia
Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia-Deskripsi tentang
perkembangan pesantren tidak bisa terlepas dengan penyebaran dan
penyiaran Agama Islam di bumi Indonesia ini, sehingga dalam mengkaji
perkembangan pesantren ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa fase,
yaitu7 :
1. Fase masuknya Islam ke Indonesia
2. Fase penjajahan Belanda
3. Fase penjajahan Jepang
4. Fase Indonesia merdeka
9
Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia-Berdirinya dan
perkembangan pesantren, tidak dapat dipisahkan dengan zaman Walisongo,
sehingga tidak berlebihan bila dikatakan pondok pesantren yang pertama kali
adalah pondok pesantren yang didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Syekh Maulana Malik Ibrahim yang wafat pada 12 Rabi‟ul Awal 822 H
bertepatan dengan 8 April 1419 M adalah orang pertama dari walisongo yang
menyebarkan Agama Islam di Jawa, sehingga dapat disimpulkan bahwa
lembaga pesantren itu sudah ada sejak abad ke-15.
Keadaan dan kondisi pesantren pada masa awal masuknya Islam tidak
seperti yang kita lihat sekarang, fungsi dan kedudukannya pun tidak
sekompleks sekarang, pada saat itu pesantren hanya berfungsi sebagai alat
Islamisasi dan sekaligus memadukan tiga unsur pendidikan, yakni ibadah
untuk menanamkan iman, tablig untuk menyebarkan ilmu dan amal untuk
mewujudkan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.
10
2. Fase Penjajahan Belanda
11
melakukan penutupan terhadap madrasah-madrasah dan pesantren-pesantren
yang tidak memiliki izin dari pemerintah.
12
3. Berontak dan mengadakan perlawanan fisik terhadap Belanda,
dengan silih berganti selama berabad-abad kalangan pesantren
senantiasa berjuang mengusir penjajah dari bumi nusantara ini
sehingga lahirlah nama-nama pejuang besar yang berlatar
belakang santri seperti Imam Bonjol, Pangeran Antasari, Sultan
Agung, Ahmad Lucy (Pattimura) dan lainnya.
Bahkan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, lahir kegairahan dan
semangat baru dari kalangan muslim, pesantren berusaha keluar dari
ketertinggalannya, dipelopori oleh para kiai muda yang baru menyelesaikan
studinya di Mekah, berusaha membuka sistem pendidikan yang sebanding dengan
sistem sekolah, yaitu sistem madrasah. Dengan sistem ini pesantren dapat
berkembang kembali dengan baik dan cepat, dan mampu menyaingi sekolah-
sekolah Belanda seperti contoh pesantren Tebu Ireng yang memiliki lebih dari
1500 santri.
13
Selain itu, kaum santri juga mengalami tumbuhnya kesadaran untuk bersatu
dan mengatur dirinya secara baik, sehingga bermunculan organisasi-organisasi
Islam, seperti SI (Serikat Islam), Muhammadiyah dan NU. Organisasi-organisasi
itu bertujuan untuk membela dan meningkatkan kualitas beragama, bermasyarakat
dan bernegara.
14
3. Sekolah negeri diberi pelajaran Budi Pekerti yang isinya identik
dengan ajaran agama.
4. Umat Islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang
disebut Majlis Islam A‟la Indonesia (MIAI) yang bersifat
kemasyarakatan.
15
bermunculan dan berusaha untuk senantiasa eksis dan berbenah diri untuk
meningkatkan daya saingnya bersama lembaga-lembaga lain.
Hal ini akan merubah penafsiran bahwa pesantren itu identik dengan
kekolotan, tradisional, bangunannya yang sempit, kumuh dan terisolasi di
pedesaan kepada pandangan yang menilai bahwa pesantren adalah lembaga
pendidikan yang unggul dan dapat dibanggakan, yang bisa menjadi alternatif
sistem pendidikan modern.
16
Pesantren pada masa orde baru mendapat perhatian yang besar dari
pemerintah yang senantiasa mendorong agar pesantren dapat menjadi salah
satu agen perubahan dan pembangunan masyarakat. Pembaharuan-
pembaharuan yang dilakukan ini tidak lain bertujuan agar pesantren dalam
masa ini mengarah pada pengembangan pandangan dunia dan substansi
pendidikan pesantren agar lebih responsif terhadap kebutuhan tantangan
zaman.
Oleh karena itu pesantren untuk masa sekarang dan yang akan datang
harus dapat dijadikan wahana dalam melanjutkan perjuangan, yakni berjuang
melalui pembangunan jasmani dan rohani, terutama di pedesaan yang
merupakan tempat tinggal sebagian besar rakyat Indonesia. Bahkan telah
ditetapkan Hari Santri Nasional oleh pemerintah Indonesia.
17
KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa pesantren itu sendiri adalah sebagai tempat
tinggal santri yang dimana para santri tersebut dapat memperoleh atau belajar ilmu
agama dipondok pesantren tersebut dengan tujuan agar dapat mendidik santri
menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah Swt dan mampu mendidik santri
menjadi manusia muslim yang ikhlas, tabah dan bertanggung jawab atas amalan
ilmunya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Masjkur Anhari, “Integrasi Sekolah ke dalam sistem Pendidikan”… Loc. Cit. , hal
22
19
20