Anda di halaman 1dari 16

LEMBAGA PENDIDIKAN PESANTREN

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Nurul Ahsin, M.Pd.I

Penyusun :
Zulfa Alfi Salmiyah NIM. 21201164
Ahmad Sabiqul Muchtar NIM. 21201213
Zanuba Salsa Kirana NIM. 21201229

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT
dengan segala rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan
selesai. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada baginda Nabi
Muhammad Saw dan semoga kita semua mendapat syafaat beliau di akhirat kelak.
Aamiin.
Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam dengan judul “Lembaga Pendidikan Pesantren”. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang apa
iu lembaga pendidikan pesantren beserta sistem pendidikannya.
Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada bapak Nurul Ahsin,
M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah kuliah Sejarah Pendidikan Islam.
Ucapan terima kasih tak lupa juga disampaikan kepada anggota kelompok satu
yang telah membantu menyelesaikannya makalah ini.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan.
Untuk itu, penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk
pembaca.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Kediri, 26 September 2023

Tim Penyusun

2
DAFTAR

KATA PENGANTAR............................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I....................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN....................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................5

C. Manfaat...........................................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN...................................................................................................... 6

A. Sejarah Berdirinya Pesantren..........................................................................6

B. Sistem Pendidikan Di Pesantren.....................................................................8

C. Pertumbuhan Kelembagaan Pesantren..........................................................12

BAB Ⅲ...................................................................................................................15

PENUTUP..............................................................................................................15

Kesimpulan.........................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pendidikan islam di Indonesia antara lain ditandai
oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap,mulai dari
yang amat sederhana, sampai dengan tahap yang sudah terhitung modern
dan lengkap. Salah satunya adalah pesantren. Menurut Ahmad Syafi‟i Nur
“ pesantren atau pondok adalah lembaga yang dapat dikatakan merupakan
wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan dan selanjutnya,ia
dapat merupakan bapak dari pendidikan Islam“. Persoalan-persoalan
historis tentang asal-usul pesantren tidak dapat diselesaikan dan dipahami
secara keseluruhan,sebelum problematika yang lannya terselesaikan
terlebih dahulu, yaitu tentang kedatanga Islam di indonesia.
Kehadiran pesantren tidak dapat dipisahkan dari tuntutan umat.
Karena itu, pesantren sebagai lembaga pendidikan selalu menjaga
hubungan yang harmonis dengan masyarakat di sekitarnya sehingga
keberadaannya di tengah-tengah masyarakat tidak menjadi terasing.
Dalam waktu yang sama segala aktifitasnya pun mendapat dukungan dan
apresiasi dari masyarakat sekitarnya. Berdasarkan pemikiran diatas, maka
makalah ini mencoba menjelaskan sejarah berdirinya pesantren, sistem
pendidikan pesantren dan pertumbuhan kelembagaan.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Sejarah Berdirinya Pesantren?
2. Bagaimanakah Sistem Pendidikan Di Pesantren?
3. Bagaiamanakah Pertumbuhan Kelembagaan Pesantren?

C. Manfaat
1. Untuk mengetahui Sejarah Berdirinya Pesantren.
2. Untuk mengetahui Sistem Pendidikan Di Pesantren.
3. Untuk mengetahui Pertumbuhan Kelembagaan Pesantren.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Pesantren


1. Pengertian Pesantren

Secara etimologi perkataan pesantren berasal dari akar kata santri dengan
awalan “Pe” dan akhiran ”án” berarti “Tempat tinggal santri”. Selain itu,
asal kata pesantren terkadang dianggap gabungan dari kata “sant”
(manusia baik) dengan suku kata “ira” (suka menolong), sehin Kemudian
prefesor John berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil,
yang berarti guru mengaji. Secara terminologis dapat dijelaskan bahwa
pendidikan pesantren adalah merupakan tempat dimana dimensi ekstorik
(penghayatan secara lahir) Islam diajarkan.gga kata pesantren dapat
berarti tenpat pendidikan manusia baikbaik.1 Kemudian prefesor John
berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti
guru mengaji. Secara terminologis dapat dijelaskan bahwa pendidikan
pesantren adalah merupakan tempat dimana dimensi ekstorik
(penghayatan secara lahir) Islam diajarkan.2 Dari pemaparan diatas maka
dapat digambarkan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan
keagamaan yang memiliki kekhasan tersendiri dan berbeda dengan
lembaga pendidikan lainnya dalam menyelenggarakan system pendidikan
dan pengajaran agama. Ditinjau dari segi historinya pesantren sudah
dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka bahkan sebelum Islam datang
dan masuk ke Indonesia sebab lembaga serupa sudah ada semenjak Hindu
dan Buddha. Setelah Islam masuk dan tersebar di indonesia, sistem
tersebut kemudian diambil oleh Islam. Istilah pesantren sendiri seperti
halnya istilah mengaji, langgar, atau surau di Minangkabau, Rangkang di
Aceh bukan berasal dari istilah Arab, melainkan India. Namun bila kita
menengok waktu sebelum tahun 60-an, pusat-pusat pendidikan
tradisioanal di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan pondok, barangkali
istilah pondok berasal dari kata Arab funduq, yang berarti pesangrahan

1
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),5.
2
Said Agil Syiraj dkk, Pesantren Masa Depan, Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, Bandung:
Pustaka Hidayah, 1999, h. 85.
6
atau penginapan bagi para musafir.3 Selain itu pesantren merupakan salah
satu bentuk pendidikan tradisional di Indonesia yang sejarahnya telah
mengakar berabad-abad jauh sebelum Indonesia merdeka dan sebelum
kerajaan Islam berdiri. Ada juga yang mengatakan bahwa pesantren
mengandung makna keislaman dan keaslian Indonesia. Kata “pondok
pesantren” mengandung makna suatu tempat bagi para santri atau santri,
sedangkan kata “santri” diperkirakan berasal dari istilah Sansekerta
“sastri” yang berarti “melek huruf”, atau dari bahasa Jawa “ cantrik ” yang
artinya seseorang yang mengikuti gurunya kemanapun ia pergi. Dari sini
kita memahami bahwa pesantren setidaknya mempunyai tiga unsur, yaitu;
Santri, Kyai dan Asrama. Banyak masyarakat yang mengartikan pesantren
dari wujud fisik pesantren itu sendiri, berupa bangunan tradisional, santri
yang sederhana dan juga ketaatan mutlak para santri kepada kyainya, atau
sebaliknya tidak sedikit pula yang mengenal pesantren. pesantren dari
aspek yang lebih luas, yaitu besarnya peran dunia pesantren dalam sejarah
penyebaran Islam di Indonesia, serta besarnya kontribusi pesantren dalam
membentuk dan memelihara kehidupan sosial, budaya, politik, dan
agama.

3
Anik Faridah, “Pesantren, Sejarah dan Metode Pembelajarannya di Indonesia” dalam jurnal al mabsut Vol. 13
No. 2 2019, https://ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/almabsut/article/download/361/181
7
B. Sistem Pendidikan Di Pesantren
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan bentuk
sesuai dengan perubahan zaman, terutama adanya kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Perubahan bentuk pesantren bukan berarti pesantren kehilangan
ciri khasnya. Sistem pesantren adalah sarana yang berupa perangkat organisasi
yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam
pesantren.4 Adapun metode pembelajaran yang dilaksanakan di pondok pesantren
adalah sebagai berikut:
(1)Metode sorogan
Habib Chirzin mengemukakan pendapatnya seperti dalam tulisan Umiarso
dan Nur Zazin bahwa metode sorogan adalah suatu metode di mana santri
mengajukan sebuah kitab kepada kiai untuk dibaca dihadapan kiai. Kalau
dalam membaca dan memahami terdapat kesalahan maka kesalahan tersebut
langsung dibenarkan kiai. Dalam pengembangan dan aplikasinya dari metode
ini akan menuntut adanya kesabaran, kerajinan, ketelatenan dan disiplin para
santri. Sehingga dengan demikian metode ini dapat berjalan secara efektif
dalam pelaksanaannya.
(2)Metode bandongan
Sildu Galba mengatatakan sebagaimana yang dikutip Umiarso dan Nur
Zazin bahwa metode bandongan adalah sistem pengajaran di mana kiai
membaca kitab, sementara murid memberi tanda dari struktur kata atau
kalimat yang dibaca oleh kiai. Dalam praktiknya metode ini lebih
menekankan ketaatan kepada kiai. Santri dalam pengawasan kiai sepenuhnya.
Metode ini lebih menekankan aspek perubahan sikap (moral) setelah santri
memahami isi kitab yang dibacakan kiai. 5
(3)Metode wetonan
Metode wetonan adalah kiai membaca suatu kitab dalam waktu tertentu dan
santri membaca kitab yang sama, kemudian santri mendengarkan dan
menyimak bacaan kiai tersebut. Dalam metode ini tidak ada ikatan yang
mengikat kepada santri untuk harus mengikuti hal tersebut, artinya santri
diberi kebebasan untuk datang dan mengikutinya, atau bahkan santri diberi
kebebasan untuk tidak datang ataupun tidak mengikutinya.

4
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum (Cet. III; Jakarta: Bina Aksara.1995), h. 257
5
Umiarso, Nur Zazin, Op.Cit.,, hlm. 38-39
8
(4)Metode Halaqah
Halaqah dalam arti bahasanya adalah lingkaran santri. Sedangkan yang
dimaksud dengan halaqah di sini adalah sekelompok santri yang belajar di
bawah bimbingan seorang guru atau ustadz atau kiai yang belajar bersama
dalam satu tempat untuk mendiskusikan pemahaman terhadap suatu masalah
atau suatu kitab tertentu. Dalam metode ini kiai dan santri bersama-sama
berada dalam satu tempat tertentu mempelajari dan mendiskusikan suatu kitab
tertentu secara bersama-sama.
(5)Metode Mudzakarah/ musyawarah
Mudzakar adalah melakukan pertemuan ilmiah secara khusus membahas
persoalan agama pada umumnya. Yang mana dengan penerapan metode ini
berfungsi agar santri terlatih untuk memecahkan suatu permasalahan dengan
menggunakan suatu rujukan kitab kitab yang tersedia.
(6)Metode Majlis Ta’lim
Majlis ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki
kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur dan diikuti
oleh jama’ah yang relatif banyak dengan tujuan untuk membina dan
mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan
Allah SWT, antara manusia dengan sesamanya, serta antara manusia dengan
lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada
Allah SWT. 6
Dalam pelaksanaannya, metode ini dilaksanakan biasanya hanya
satu minggu satu kali, satu bulan sekali dengan materi yang bersifat umum
serta berisi nasehat- nasehat atau wejangan-wejangan keagamaan amar
ma’ruf nahi munkar yang mana hal tersebut diambil dari kitab-kitab tertentu.
Jadi metode majlis ta’lim ini boleh diikuti oleh masyarakat yang berminat
untuk menuntut ilmu keagamaan yang berdomisili disekitar pondok pesantren
tersebut.

Secara faktual, pesantren dapat dipolakan pada dua tipe atau pola, yaitu
berdasarkan bangunan fisik dan berdasarkan kurikulum.
a. Tipe pesantren berdasarkan bangunan fisik.7

6
Ibid, hlm. 39
7
Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: Kencana Media Group, 2007), h. 66.
9
Berdasarkan bangunan fisik atau sarana pendidikan yang dimiliki, pesantren
mempunyai lima tipe, yaitu:
Tipe Keterangan
Tipe I: Pesantren ini masih bersifat sederhana, di mana kyai menggunakan
 Masjid masjid atau rumahnya sendiri untuk mengajar. Tipe ini santri hanya
 Rumah Kyai datang dari daerah pesantren ini sendiri, namun mereka telah
mempelajari agama secara kontinyu dan sitematis.
Tipe II: Tipe pesantren ini telah memiliki pondok atau asrama yang
 Masjid disediakan bagi santri yang datang daerah di luar pesantren.
 Rumah Kyai
 Pondok/Asrama
Tipe III: Pesantren ini telah memakai sistem klasikal, santri yang tinggal di
 Masjid pesantren mendapat pendidikan di madrasah. Adakalanya santri
 Rumah Kyai madrasah itu datang dari daerah sekitar pesantren itu sendiri. Di
 Pondok/Asrama samping sistem klasikal, kyai memberikan pengajian dengan sistem
 Madrasah wetonan.
Tipe IV: Dalam tipe ini di samping memiliki madrasah, juga memiliki tempat-
 Masjid tempat keterampilan. Misalnya: peternakan, pertanian, tata busana,
 Rumah Kyai tata boga, toko, koperasi, dan sebagainya.
 Pondok/Asrama
 Madrasah
Tempat
Keterampilan
Tipe V: Tipe pesantren ini sudah berkembang dan bisa digolongkan pesantren
 Masjid mandiri. Pesantren ini seperti ini telah memiliki perpustakaan, dapur
 Rumah Kyai umum, ruang makan, rumah penginapan tamu, dan sebagainya. Di
 Pondok/Asrama samping itu pesantren ini mengelola SMP, SMA dan SMK.
 Madrasah
Tempat
Keterampilan
 Sekolah Umum
 Perguruan Tinggi
 Gedung
Pertemuan 
Tempat Olahraga

b. Tipe pesantren berdasarkan kurikulum.


Berdasarkan kurikulum atau sistem pendidikan yang dipakai, pesantren
mempunyai tiga tipe, yaitu:
1) Pesantren Tradisional (salāf)
Pesantren ini masih mempertahankan bentuk aslinya dengan mengajarkan kitab
yang ditulis oleh ulama abad ke-15 dengan menggunakan bahasa Arab. Pola
pengajarannya dengan menerapkan sistem halaqah atau mangaji tudang yang
dilaksanakan di masjid. Hakikat dari sistem pengajaran halaqah ini adalah
10
penghapalan yang titik akhirnya dari segi metodologi cenderung kepada
terciptanya santri yang menerima dan memiliki ilmu. Artinya ilmu tidak
berkembang ke arah paripurnanya ilmu itu, melainkan hanya terbatas pada apa
yang diberikan kyai. Kurikulum sepenuhnya ditentukan oleh para kyai pengasuh
pondok.
2) Pesantren Modern (khalaf atau asri)
Pesantren ini merupakan pengembangan tipe pesantren karena orientasi
belajarnya cenderung mengadopsi seluruh sistem belajar klasikal dan
meninggalkan sistem belajar tradisional. Penerapan sistem belajar modern ini
terutama tampak pada penggunaan kelas belajar baik dalam bentuk madrasah
maupun sekolah. Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum nasional. Kedudukan
para kyai sebagai koordinator pelaksana proses pembelajaran dan sebagai
pengajar di kelas. Perbedaannya dengan sekolah dan madrasah terletak pada porsi
pendidikan agama Islam dan bahasa Arab lebih menonjol sebagai kurikulum
lokal.
3) Pesantren Komprehensif.
Tipe pesantren ini merupakan sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara
tradisional dan modern8 Pendidikan diterapkan dengan pengajaran kitab kuning
dengan metode sorongan, bandongan dan wetonan yang biasanya diajarkan pada
malam hari sesudah salat Magrib dan sesudah salat Subuh. Proses pembelajaran
sistem klasikal dilaksanakan pada pagi sampai siang hari seperti di
madrasah/sekolah pada umumnya. Ketiga tipe pesantren tersebut memberikan
gambaran bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang berjalan
dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Dimensi kegiatan sistem
pendidikan dilaksanakan oleh pesantren bermuara pada sasaran utama yaitu
perubahan baik secara individual maupun kolektif. Perubahan itu berwujud pada
peningkatan persepsi terhadap agama, ilmu pengetahuan dan teknologi. Santri
juga dibekali dengan pengalaman dan keterampilan dalam rangka meningkatkan
sumber daya manusia.
Ada beberapa ciri umum dimiliki pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
sekaligus sebagai lembaga sosial yang secara informal terlibat dalam
pengembangan masyarakat. Zamakhsyari Dhofier mengajukan lima unsur yang

8
M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan: Kasus Pondok Pesantren An-Nuqayah
Guluk-Guluk Sumenep, Madura (Cet. I; Jakarta: Pedoman Ilmu, 2001), h. 14.
11
merupakan elemen pesantren, yaitu pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab Islam
klasik, santri, dan kyai.9
C. Pertumbuhan Kelembagaan Pesantren
Akar Historis keberadaan pesantren dapat dilacak jauh kebelakang kemasa-
masa sebelum kemerdekaan Indonesia. Ketika para wali songo menyiarkan
dan menyebarkan Islam di tanah Jawa, mereka memanfaatkan Masjid dan
pondok pesantren sebagai sarana dakwah yang efektif. Para wali songo itu
mendirikan masjid dan padepokan (Pesantren) sebagai pusat kegiatan mereka
dalam mengajarkan dan mendakwahkan agama Islam. Misalnya, Raden
rahmat (Yang dikenal sebagai sunan Ampel) mendirikan pesantrennya
didaerah kembang kuning (Surabaya). Pesantren ini pada mulanya hanya
mempunyai tiga orang santri, yaitu Wiryo Suryo, Abu Hurairoh dan Kiai
Bangkuning .10 Pada perkembangan selanjutnya, epistemologi pesantren
direduksi dengan munculnya istilah pesantren virtual atau pesantren online.
Berbeda dengan konsep pesantren yang sudah mapan pada saat ini, pesantren
virtual mengurangi beberapa aspek yang sudah lazim terdapat dalam sebuah
pesantren. Keberadaan Masjid, pemondokan/asrama dan Kyai sudah tidak
menjadi persyaratan dalam pesantren virtual. Salah satu aspek yang memiliki
kesamaan antara pesantren virtual dan pesantren non virtual terletak pada
materi pelajaran dan santri/peserta didik, meskipun sebagian peneliti masih
meragukan konsep santri dalam pesantren virtual. Pesantren virtual banyak
bermunculan setelah keberhasilan fenomena fatwa online yang berkembang
pada akhir 2000an. Setelah melalui beberapa kurun masa pertumbuhan dan
perkembangannya, pondok pesantren bertambah banyak jumlahnya dan
tersebar di pelosok-pelosok tanah air. Pertumbuhan dan perkembangan
pesantren ini didukung oleh beberapa faktor sosio-kutural-keagamaan yang
kondusif sehingga eksistensi pesantren ini semakin kuat berakar dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam Bukunya Dr. Faisal Ismail MA,
Paradigma Kebudayaan islam Studi Kritis dan refleksi Historis, bahwa
Faktor-Faktor yang menopang menguatnya keberadaan pesantren ini antara
lain dapat disebutkan sebagai berikut:
a.Karena agama islam telah semakin tersebar dipelosok-pelosok tanah air,
9
Zamakhsyari Dhofier, op. cit., h. 44-60.
10
Dawam rahardo,M. (Ed.),Pesantren Dan Pembaharuan,LP3ES,Jakarta,1974Hasbullah, Drs.,Sejarah
pendidikan Islam di Indonesia,Raja Grafindo Persada,Jakarta,1996
12
maka masjid-masjid dan pesantren-pesantren semakin banyak pula didirikan
oleh umat islam untuk dijadikan sarana pembinaan dan pengembangan syiar
islam.
b.Siasat belanda yang terus memecahbelah antara penguasa dan ulam telah
mempertinggi semangat jihad umat islam untuk melawan belanda.
Menghadapi situasi ini, para ulama hijrah ketempat-tempat yang jauh dari
kota dan mendirikan pesantren sebagai basis pemusatan kekuatan mereka.
c.Kebutuhan Umat Islam yang semakin mendesak akan sarana pendidikan
yang islami, karena sekolah-sekolah belanda secara terbatas hanya menerima
murid-murd dari kelas sosial tertentu.
d.Semakin lancarnya hubungan antara indonesia dan tanah suci Mekkah yang
memungkinkan para pemuda islam indonesia untuk belajar ke Mekkah yang
merupakan pusat studi Islam. Sepulangnya dari mekah, banyak diantara
mereka yang mendirikan pesantren untuk mengajarkan dan mengembangkan
agama islam di daerah asal mereka masing-masing .
Demikianlah, pada masa awal pembentukannya pondok pesantren telah
tumbuh dan berkembang secara subur dengan tetap menyandang ciri-ciri
tradisionalnya. Setelah berabad-abad lamanya, pesantren semakin
berkembang dan kini jumlahnya mencapai ribuan. Menurut buku laporan
yang dikeluarkan oleh Departemen Agama pada tahun 1982, jumlah
pesantren yang ada di Indonesia tercatat sebanyak 4.890 buah.

13
14
BAB Ⅲ

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1.Tidak jelas dan tidak banyak referensi yang menjelaskan kapan pesantren
pertama berdiri, bahkan istilah pesantren, kiai dan santri masih diperselisihkan.

2.Akar Historis keberadaan pesantren dapat dilacak jauh kebelakang kemasa-masa sebelum
kemerdekaan Indonesia. Ketika para wali songo menyiarkan dan menyebarkan Islam di
tanah Jawa, mereka memanfaatkan Masjid dan pondok pesantren sebagai sarana dakwah
yang efektif. Para wali songo itu mendirikan masjid dan padepokan (Pesantren) sebagai
pusat kegiatan mereka dalam mengajarkan dan mendakwahkan agama Islam.

3.Untuk mengetahui karakteristik pendidikan pesantren,maka dapat dilacak dari berbagai


segi yang meliputi keseluruhan sistem pendidikan:seperti materi pelajaran dan metode
pengajaran,prinsip-prinsip pendidikan,sarana dan tujuan pendidikan pesantren,kehidupan
kiai dan santriserta hubungan keduanya.

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai