Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MATA KULIAH SEJARAH MASYARAKAT ISLAM DI INDONESIA

PONDOK PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DAN


SALURAN ISLAMISASI NUSANTARA

Oleh:

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PRODI ILMU SEJARAH

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
limpahan rahmat,taufik dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Sejarah Masyarakat Islam di Indonesia yang berjudul “Pondok Pesantren Sebagai
Lembaga Pendidikan Islam dan Saluran Islamisasi Nusantara”. Tugas mata kuliah ini
dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh dosen pengampu
kami yakni bapak Laode Rabani. S.S., M.Hum. serta sebagai media pembelajaran terkait
materi mata kuliah Sejarah Masyarakat Islam di Indonesia dengan titik pusat kajian terkait
Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam.

Makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin dengan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan untuk para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari sempurna. Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan makalah.
Kami sangat berharap semoga dari makalah ini dapat diambil manfaatnya.

Terselesaikannya makalah ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran tangan
berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya kami mengungkapkan rasa terima kasih
dan penghargaan kepada seluruh teman yang membantu kami mencari struktur makalah
hingga materi-materi yang akan disampaikan dan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

Surabaya, 10 Mei 2021

Penyusun

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….

1.3 Tujuan Penulisan ………..………………………………….

1.4 Manfaat Penulisan ………………………………………….

1.5 Sistematika Penulisan ……………………………………....

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………..

2.1 Dinamika Pondok Pesantren Dalam Arus Sejarah Nusantara.

2.2 Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam..…...

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………..…

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….….


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam masuk ke Indonesia, tidak dilakukan dengan cara peperangan maupun


penjajahan. Sebaliknya penyebaran Islam di Indonesia justru dengan cara damai.1 Berbagai
cara perkembangan Islam di Indonesia diantaranya melalui jalur perdagangan, perkawinan,
pendidikan, politik, kesenian, tasawuf, yang kesemua cara tersebut banyak membantu dan
mendukung meluasnya ajaran agama Islam. Proses penyebaran Islam di Indonesia salah
satunya melalui pendidikan, seperti pendidikan Pondok Pesantren.

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia sampai


sekarang tetap memberikan kontribusi penting di bidang sosial keagamaan. Pondok pesantren
sebagai lembaga pendidikan yang memiliki akar kuat (indigenous) pada masyarakat muslim
Indonesia, dalam perjalanannya mampu menjaga dan mempertahankan keberlangsungan
dirinya (survival system) serta memiliki model pendidikan multi aspek. Berdasarkan
bangunan fisik atau sarana pendidikan yang dimiliki, pesantren mempunyai lima tipe
berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki pesantren itu sendiri.

Secara historis, pesantren telah mendokumentasikan berbagai sejarah bangsa


Indonesia, baik sejarah sosial budaya masyarakat Islam, ekonomi maupun politik bangsa
Indonesia. Sejak awal penyebaran Islam, pesantren menjadi saksi utama bagi penyebaran
Islam di Indonesia. Pesantren mampu membawa perubahan besar terhadap persepsi halayak
nusantara tentang arti penting agama dan pendidikan. 2 Artinya, sejak itu orang mulai
memahami bahwa dalam rangka penyempurnaan keberagamaan, mutlak diperlukan prosesi
pendalaman dan pengkajian secara matang pengetahuan agama mereka di pesantren.

Sejak awal pertumbuhannya, fungsi utama pesantren adalah menyiapkan santri


mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal tafaqquh fi al-din, yang
diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia
dan melakukan dakwah menyebarkan agama Islam serta benteng pertahanan umat dalam

1
Latifa Ainnum Dalimunthe, “Kajian Proses Islamisasi di Indonesia”, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, IAIN
Palang Karaya, Vol. 12, No. 1, 2016
2
A. Mujib, et. al., Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Perkembangan
Pesantren (Cet. III; Jakarta: Diva Pustaka, 2006), h. 1.
bidang akhlak.3 Sejalan dengan fungsi tersebut, materi yang diajarkan dalam pondok
pesantren semuanya terdiri dari materi agama yang diambil dari kitab-kitab klasik yang
berbahasa Arab atau lebih dikenal dengan kitab kuning.

Pesantren jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di


Indonesia, merupakan sistem pendidikan tertua dan dianggap sebagai produk budaya
Indonesia. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang dimulai sejak munculnya
masyarakat Islam di Nusantara.4 Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini
semakin teratur dengan munculnya tempat pengajian. Bentuk ini kemudian berkembang
dengan pendirian tempat-tempat menginap para santri yang kemudian disebut pesantren.
Meskipun bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pesantren merupakan satu-
satunya lembaga pendidikan yang terstruktur sehingga pendidikan ini dianggap sangat
bergengsi. Di lembaga inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam,
khususnya menyangkut praktek kehidupan keagamaan. Pesantren dalam lintasan sejarah
bangsa dinyatakan sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia, sehingga menarik untuk
dibahas lebih lanjut. Tulisan ini membahas tentang sejarah lahirnya pesantren sebagai di
Indonesia, sejarah perkembangan pesantren, sistem pendidikan di pesantren, dan
penyelenggaraan dan pengembangan pesantren masa kini.

Pesantren diklaim sebagai lembaga pendidikan yang mampu menjalankan perannya


dalam mengawal pendidikan agama Islam. Di dalamnya para santri dididik untuk bersiap
menerima pelajaran agama yang cukup serta bersiap menjadi agen religius corner pada masa
mendatang di tengah-tengah masyarakat yang tentunya akan selalu mengalami kedinamisan.
Perkembangan pesantren telah berhasil membekali lulusannya menjadi ahli dalam beragama
yang siap terjun di masyarakat.5 Hal ini tentunya sejalan dengan program pendidikan yang
relevan dimana beban pengetahuan agama dibenamkan pada diri mereka. Hal inilah yang
menjadi dasar bahwa pesantren benar-benar menjadi sebuah lembaga pendidikan yang efektif
yang mencetak generasi Robbani yang memiliki ketajaman religius yang kuat.

A. Dinamika Pondok Pesantren Dalam Arus Sejarah Nusantara

3
Tim Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Profil Pondok Pesantren Mu’a>dalah (Cet. I;
Jakarta: Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Departemen Agama, 2004), h. 3
4
Kehadiran pesantren sangat erat kaitannya dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Oleh karena itu,
membahas mengenai pesantren di tanah air, tidak dapat dipisahkan dari membahas mengenai sejarah Islam
itu sendiri. Lihat: Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII:
Akar Pembaruan Islam Indonesia (Cet. II; Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 1-6.
5
Fauziah, “PESANTREN SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN YANG EFEKTIF”, Jurnal Unwaha, Dosen
Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Malang, hlm 27.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pusat penyiaran Islam
tertua yang lahir dan berkembang sejalan dengan proses masuknya Islam di
Nusantara.6 Menurut Zaini Achmad Syis dalam buku berjudul Standarisasi
Pengajaran Agama di Pondok Pesantren (1984), konteks pendidikan pesantren yang
representatif mencitrakan sistem pendidikan Islam di Nusantara, pada dasarnya adalah
pengambilalihan bentuk lembaga pendidikan sistem biara dan asrama yang dipakai
oleh para pendeta dan bhiksu dalam belajar mengajar. 7 Oleh sebab itu, pondok
pesantren dikatakan berasal dari asimilasi lembaga pendidikan Syiwa-Budha yang
disebut “dukuh”.8 Clifford Geertz dalam Abangan-Santri-Priyayi dalam Masyarakat
Jawa (1981) mengatakan bahwa sekalipun dalam beberapa hal, sistem pondok
pesantren mengingatkan kepada biara akan tetapi muridnya (orang yang belajar)
adalah santri bukan pendeta.9
Pada akhir abad ke-15 M ditandai dengan runtuhnya kerajaan Majpahit akibat
banyaknya peperangan sehingga menyebabkan perpecahan, hal tersebut tentunya
berpengaruh pada keberadaan “dukuh” yang tidak terurus dan secara perlahan
mengalami kemunduran. Menurut P. J. Zoetmulder dalam Kalangwan (1983), seiring
lenyapnya keraton-keraton, baik sentral maupun regional, menyusul terancamnya
pusat-pusat keagamaan yang pada gilirannya akan lenyap, memiliki andil dalam
proses hilangnya sastra Jawa Kuno kakawin yang terpengaruh Hindu India, dengan
digantikannya era sastra Jawa tengahan bercorak Islam tembang. Pusat-pusat
pendidikan keagamaan lama seperti dukuh, asrama, dan padepokan muncul kembali
dalam wujud pusat-pusat pendidikan keagamaan Islam yang disebut pesantren, yang
tidak lain adalah pembaharuan dari dukuh.10
Ditinjau dari sejarahnya, pendirian sebuah pondok pesantren diawali dengan
seorang ulama menyebarkan agama Islam dengan diikuti (memiliki murid/pengikut)
yang bertindak sebagai cantrik (belajar ilmu) pada kyiai, pada akhirnya ulama
tersebut menanamkan dakwahnya kepada daerah-daerah pelosok agar masyarakat

6
Husni Rohim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: LOGOS Wacana Ilmu,2001), hal. 157.
7
Zaini Ahmad Syis dkk, Standarisasi Pengajaran Agama di Pondok Pesantren, (Jakarta: Departemen Agama,
1980),hal. 80.
8
Dukuh adalah pertapaan untuk mendidik calon pendeta yang disebut Wiku, berdasarkan nashkah-naskah kuno
berjudul Silakrama, Tingkahing Wiku, dan Wratisasana yang berasal dari era Majapahit memuat tatakrama
siswa di “dukuh” dalam menuntut ilmu yang disebut dengan Gurubakti yang berisi tata tertib, sikap hormat, dan
sujud bakti yang wajib dilakukan siswa kepada guru rohaninya.
9
Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1981), hal. 200.
10
P. J. Zoetmulder, Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang, (Jakarta: Djambatan, 1983), hal 245.
mengikuti ajaran yang dibawanya, salah satunya dengan pendirian lembaga
pendidikan pondok pesantren. Pendidikan pesantren dimulai dari pengakuan suatu
masyarakat tertentu terhadap keunggulan seseorang yang alim atau seseorang yang
meiliki ilmu, dianggap yang memiliki banyak pengetahuan sehingga kemudian orang-
orang menimba ilmu kepada ulama tersebut (Sumarsono Meistoko, 1985: 231).
Berdirinya pondok pesantren pertama kali di inisiasi oleh Syekh Maulana
Malik Ibrahim pada abad ke 13-17 M, hal tersebut didasarkan pada bukti bahwa
Malik Ibrahim pernah bermukim di Leran Gresik dan melakukan aktivitas keilmuan,
salah satu peninggalannya yakni masjid. Maulana Malik Ibrahim juga berhasil
mengislamkan pesisir Utara Jawa. Menurut Azyumardi Azra dalam Jaringan Ulama
Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII Maulana Malik
Ibrahim beberapa kali mencoba membujuk raja Majapahit Vikramavaddhana
(berkuasa 1386-1429) agar masuk Islam.11 Raden Rahmat (Sunan Ampel) mendirikan
pesantren di Kembangkuning pada tahun 1619, kemudian dipindahkan di Ampel
Denta, Surabaya. Pesantren ini kemudian menjadi lembaga pendidikan Islam yang
sangat terkenal dan berpengaruh hampir di seluruh Jawa Timur. Syekh Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) mendirikan pondok pesantren sewaktu
mengasingkan diri bersama pengikutnya dalam khalwat.12
Akar dari berdirinya pondok pesantren adalah tradisi Tarekat.13 Pondok
pesantren mempunyai kaitan erat dengan tempat pendidikan yang khas bagi kaum
sufi. Pendapat tersebut didasari fakta, bahwa penyiaran Islam di Indonesia pada
awalnya lebih banyak dikenal dengan bentuk kegiatan tarekat. Hal ini dilandasi
dengan terbentuknya kelompok-kelompok organisasi tarekat yang melaksanakan
amalan zikir dan wirid-wirid tertentu.14 Menurut Zamakhsyari Dofir, pada waktu awal
munculnya Islam, sejarah Islam lebih banyak merupakan kegiatan tarekat dimana para
kyai pimpinan tarekat mewajibkan pengikutnya untuk melaksanakan suluk15 selama

11
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII: Akar
Pembaruan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004) hal. 40
12
Khalwat adalah menarik diri dari keramaian dan menyepi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
cara menyepi.
13
Tarekat berasaldari bahasa arab “Thoriqoh” sebagai suatu istilah penerus, diartikan sebagai “jalan menuju
surga” dimana waktu melakukan amalan-amalan tarekat tersebut si pelaku berusaha mengangkat dirinya
melampaui batas-batas keduniannya sebagai manusia dan mendekatkan diri kepada Allah SWT (Zamakhsyari
Dofir, 994:135)
14
Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama
Islam, (Jakarta, 2003) hal. 10.
15
Suluk adalah tinggal bersama dalam masjid selama 40 hari untuk melaksanakan tarekat.
40 hari dalam waktu satu tahun.16 Untuk keperluan suluk,para kyai menyediakan
ruangan khusus untuk penginapan dan tempat memasak di kiri kanan masjid. Selain
amalan tarekat, pusat-pusat keagamaan semacam ini juga mengajarkan kitab-kitab
diberbagai cabang pengetahuan agama Islam kepada sejumlah pengikut inti.
Pesantren memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam dan
pemantapan ketaatan masyarakat terhadap Islam, bahkan dapat dikatakan bahwa
perkembangan Islam di Nusantara sangat tergantung pada lembaga pedidikan
keagamaan, dengan alasan:
a. Nilai ajaran agama Islam yang sah, bersifat legal dan terbuka bagi setiap orang
serta tersusun dalam naskah tulisan yang jelas, ini membedakan dengan ajaran
lain yang umum pada masa itu terbatas pada lapisan tertentu saja dan
disampaikan hanya dalam bahasa lisan
b. Pada masa itu tidak ada lembaga sosial lainnya dalam penyebaran agama Islam di
Indonesia yang dapat lebih efektif dalam melaksanakan fungsinya (Abdurrahman
Shaleh, 1982:7-8).

Kehadiran pesantren di tengah masyarakat tidak hanya sebagai lembaga


pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama dan sosial keagamaan. Dr.
Subardi dan Prof. John dalam Zamakhsyari Dhofier Tradisi Pesantren: Studi
Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia mengatakan
bahwa lembaga pesantren adalah yang paling menentukan watak keislaman dari
kerajaan-kerajaan Islam, dan yang memegang peranan penting bagi penyebaran Islam
sampai ke pelosok-pelosok.17

B. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai akar kuat pada


masyarakat muslim Indonesia, pada perjalanannya dapat menjaga dan
mempertahankan keberlangsungan diri serta mempunyai model pendidikan multi
aspek. Para santri tidak hanya mendapat didikan sebagai seseorang yang mengerti
ilmu agama, tetapi juga mendapat ilmu kepemimpinan yang alami, kemandirian,
kesederhanaan, ketekunan, kebersamaan, kesetaraan, dan sikap positif yang lain.
16
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan
Indonesia hal, (Jakarta: LP3ES, 1982) hal. 34
17
ibid hal. 17-18
Modal seperti ini yang diharapkan melahirkan masyarakat yang mempunyai kualitas
baik dan mempunyai sikap mandiri sebagai bentuk partisipasi pesantren dalam
mencapai tujuan pembangunan nasional18.

Dalam lintasan sejarah bangsa pesantren dikatakan sebagai suatu lembaga


pendidikan asli Indonesia. pesantren yaitu sistem institusi pendidikan Islam tertua.
Pesantren lahir dari suatu kearifan lokal nusantara yang bertahan secara ekstensial
selama berabad-abad19. Lembaga pendidikan di awal masuknya Islam belum bernama
pesantren. Pada abad ke-7 M terdapat komunitas muslim di Indonesia, tetapi
komunitas tersebut belum mengenal lembaga pendidikan pesantren. Lembaga
pendidikan saat itu yaitu masjid, tempat masyarakat muslim belajar agama. Lembaga
pesantren berasal dari Jawa. Para wali pada saat itu yang menyebarkan ajaran Islam
yang ada di Jawa. Para wali meneruskan penyiaran dan pendidikan Islam melalui
pesantren.

Lembaga pesantren pertama di Indonesia mempunyai perbedaan pendapat oleh


berbagai peneliti, baik nama pesantren dan tahun berdirinya. Berdasarkan hasil
pendataan yang dilakukan oleh Depatremen Agama pada 1984-1985 diperoleh
informasi bahwa pesantren tertua di Indonesia adalah Pesantren Jan Tanpes II di
Pamekasan Madura yang didirikan pada tahun 1762.10 Tetapi data Departemen
Agama ini ditolak oleh Mastuhu.Sedangkan menurut Martin van Bruinessen seperti
dikutip Abdullah Aly bahwa Pesantren Tegalsari, salah satu desa di Ponorogo, Jawa
Timur merupakan pesantren tertua di Indonesia yang didirikan tahun 1742
M.Perbedaan pendapat tersebut karena minimnya catatan sejarah pesantren yang
menjelaskan tentang keberadaan pesantren.

Pondok Pesantren adalah rangkaian kata yang terdiri dari pondok dan
pesantren. Kata pondok (kamar, gubuk, rumah kecil) yang dipakai dalam bahasa
Indonesia dengan menekankan kesederhanaan bangunannya. Ada pula kemungkinan
bahwa kata pondok berasal dari bahasa arab “fundūk” yang artinya ruang tempat
tidur, wisma atau hotel sederhana. Pada umumunya pondok pesantren memang
merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat
asalnya. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata dasar “santri” yang artinya tempat
tinggal para santri. Menurut pendapat beberapa ahli, sebagaimana yang dijelaskan
18
Muh. Idris Usman. 2013. “Pesantren Sebagai Lembaga pendidikan Islam”. Jurnal Al Hikmah. Vol 14, No 1.
19
Tatang Hidayat, Ahmad Syamsu Rizal, Fahrudin/ Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7 No. 2 (2018) 461-472
oleh Zamakhsyari yaitu Jhons, menyatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa
Tamil yang berarti guru mengaji. Sedangkan CC. Berg menyatakan bahwa istilah ini
berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku
suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Kata shastri
berasal dari kata shastra yang artinya buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-
buku tentang ilmu pengetahuan20.

Berdasarkan yang telah diuraikan diatas maka dapat dijelaskan bahwa dari segi
etimologi pondok pesantren adalah salah satu lembaga kuno yang mengajarkan
berbagai ilmu pengetahuan agama. Pada pondok pesantren terdapat sisi kesamaan
(secara bahasa) antara pesantren yang ada dalam sejarah Hindu dengan pesantren
yang lahir belakangan. Keduanya memiliki kesamaan prinsip pengajaran ilmu agama
yang telah dilakukan dalam bentuk asrama. Sedangkan secara terminologi, KH. Imam
Zarkasih menjelaskan bahwa pesantren yaitu sebagai lembaga pendidikan Islam yang
mempunyai sistem asrama atau pondok, dimana kyai sebagai figur sentral, masjid
sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam di bawah
bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya. Pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam yang memiliki ciri khas tersendiri. Lembaga pesantren
yaitu sebagai lembaga Islam tertua dalam sejarah Indonesia yang memiliki peran
besar dalam proses keberlanjutan pendidikan nasional. KH. Abdurrahman Wahid,
menjelaskan pesantren secara teknis, pesantren merupakan tempat di mana para santri
tinggal.

Pondok pesantren sebagai sebuah totalitas lingkungan pendidikan dengan


nuansanya secara menyeluruh. Pondok pesantren yaitu sebagai laboratorium
kehidupan, tempat para santri belajar hidup dan bermasyarakat dalam berbagai segi
dan aspeknya. Asal-usul dan latar belakang pondok pesantren di Indonesia
mempunyai perbedaan pendapat di kalangan para ahli sejarah. Pertama, pendapat
yang menyebutkan bahwa pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri, yaitu tradisi
tarekat. Pandangan tersebut dikaitkan dengan fakta bahwa penyebaran Islam di
Indonesia pada awalnya banyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat dengan
dipimpin oleh kyai. Salah satu kegiatan tarekat yaitu mengadakan suluk, melakukan
ibadah di masjid di bawah bimbingan kyai. Dalam keperluan tersebut, kyai
menyediakan ruang-ruang khusus untuk menampung para santri sebelah kiri dan
20
Muh. Idris Usman. 2013. “Pesantren Sebagai Lembaga pendidikan Islam”. Jurnal Al Hikmah. Vol 14, No 1.
kanan masjid. Para pengikut tarekat selain diajarkan amalan-amalan tarekat mereka
juga diajarkan kitab agama dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan agama Islam.
Aktivitas mereka itu kemudian dinamakan pengajian. Perkembangan selanjutnya,
lembaga pengajian ini tumbuh dan berkembang menjadi lembaga pesantren. Bahkan
dari segi penamaan istilah pengajian yaitu istilah baku yang digunakan pesantren, baik
salaf maupun khalaf.

Pondok pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan Islam mengalami banyak


perkembangan bentuk sesuai dengan perubahan zaman, yang utama pada kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan bentuk pondok pesantren bukan berarti
pondok pesantren kehilangan ciri khasnya sebagai pondok pesantren. Sistem pondok
pesantren merupakan sarana yang berupa perangkat organisasi yang dicapai dengan
tujuan untuk mencapai pendidikan yang berlangsung dalam pondok pesantren.
Daftar Pustaka

Ainun, Latifa. 2016. Kajian Proses Islamisasi Indomesia. Jurnal Studi Agama dan
Masyarakat. IAIN, Palang Karaya.

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII &
XVIII: Akar Pembaruan Islam Indonesia. Cet. II; Jakarta: Prenada Media, 2005.

Fauziah. Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan yang Efektif. Jurnal Unwaha. Dosen
Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Malang.

Mujib, A., et. al. Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era
Perkembangan Pesantren. Cet. III; Jakarta: Diva Pustaka, 2006.

Tim Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Profil Pondok Pesantren
Mu’a>dalah. Cet. I; Jakarta: Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren
Departemen Agama, 2004.

Azra, Azyumardi. 1994. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad
XVII dan XVIII. Bandung: Mizan.

Dhofir, Zamakhsyari. 1994. Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.
Jakarta: LP3ES.

Geertz, Clifford. 1981. The Religion of Java. Jakarta: Pustaka Jaya.

Mastuhu, 1988. Dinamika Pesantren, Dampak Pesantren dalam Pendidikan dan


Pengembangan Masyarakat. Jakarta:PEM.

________, 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian Tentang Unsur-unsur
dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: Inis.

Nurcholish, Madjid. 1998. Bilik-biiik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:


Paramadina

Muttaqien, Dadan. 1999. “Sistem Pendidikan Pondok Pesantren (Sebuah Alternatif


Mengatasi Kegagalan Sistem Pendidikan Barat)”. JPI FIAl Jurusan Tarbiyah Volume
VTahun IVAgustus 1999.
Musthofa, 2015. “KEDATANGAN ISLAM DAN PERTUMBUHAN PONDOK
PESANTREN DI INDONESIA PESPEKTIF FILSAFAT SEJARAH”. Jurnal an-nuha Vol. 2
No. 1.

Suparjo, 2008. “Islam dan Budaya: Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun
Masyarakat Muslim Indonesia”. Komunika Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol.2 no. 2.

Muh. Idris Usman. 2013. “Pesantren Sebagai Lembaga pendidikan Islam”. Jurnal Al
Hikmah. Vol 14, No 1.

Tatang Hidayat, Ahmad Syamsu Rizal, Fahrudin/ Ta’dib. 2018. “Peran Pondok Pesantren
Sebagai Pedidikan Islam di Indonesia”. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai