Anda di halaman 1dari 3

Perbandingan Pola Pemukiman

Dalam jurnal PELESTARIAN POLA PERMUKIMAN TRADISIONAL SUKU SASAK


DUSUN LIMBUNGAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR
 Pola rumah tradisional di Dusun Limbungan membentuk ruang-ruang yang communal
space, yaitu di antara jejeran bale yang berhadapan ini merupakan daerah comunal space
bagi penduduk dusun, yaitu terdapatnya lumbung dan berugaq sebagai tempat
bersosialisasi penduduk dusun. Selain itu dapat dilihat perletakkan bale yang berhadapan
dan sejajar dengan panteq yang terdiri dari Lumbung dan berugaq yang telah menerapkan
konsep Islam yaitu konsep tawazun dan fungsional.
 Dusun Limbungan yang terletak di kawasan kaki Gunung Rinjani ini memiliki kawasan
rumah adat menempati dua gugus, yaitu Limbungan Timur sebanyak 68 unit rumah dan
Limbungan Barat sebanyak 71 unit rumah. Pola tata ruang permukiman tradisional serta
gaya arsitektur tradisional yang terdapat di Dusun Limbungan merupakan salah satu
bentuk pusaka budaya yang kaya akan nilai sejarah, filosofi, seni, dan budaya masyarakat
setempat.
 Pembentukan elemen-elemen yang berjajar yang disebut suteran, dan di antara suteran
terdapat lorong atau penggorong. Kumpulan Suteran disebut gubug, kampu atau dasan.
yang membentuk ruang permukiman menggunakan Bale, Panteq yang terdiri dari
Lumbung dan Berugaq serta istilah dalam permukiman tradisional Dusun Limbungan
terdapat rumah yang berjajar yang disebut suteran, dan di antara suteran terdapat lorong
atau penggorong. Kumpulan Suteran disebut gubug, kampu atau dasan.
 Kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang, biasanya terdapat pada bukit-bukit tinggi
tersebutlah roh nenek moyang bersemayam. Oleh sebab itu, mereka menyembah dan
memuja roh-roh agar tidak terjadi bencana alam, mengakibatkan sebagian masyarakat
Sasak di limbungan mengekeramatkan benda, dan makam keramat. Dalam kehidupan
beragama, masyarakat Sasak limbungan merupakan masyarakat Islam tradisional yang
fanatik.
 Masyarakat Suku Sasak Limbungan meyakini Gunung Rinjani sebagai sumber kekuatan
supranatural di Lombok dan tempat bermukimnya Dewi Anjani yang dihormati oleh
Suku Sasak. Semakin tinggi suatu tempat dan semakin mendekati gunung rinjani maka
sifat kesakralannya semakin tinggi, Dalam struktur pembangunan rumah, maka sang
orang tua selalu bertempat tinggal di tempat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
tempat tinggal anak- anaknya. Begitu pun juga untuk anak yang tertua, maka peletakan
posisi rumahnya berada pada bagian yang paling tinggi jika dibandingkan dengan adik-
adiknya. Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya bahwa orang tua harus
menurunkan/memberikan panutan dengan sifat- sifat leluhur pada anaknya.
 Bale Adat (rumah adat), selain sebagai tempat tinggal juga sebagai pusat aktivitas. Bale
adat merupakan inti dari Dusun Limbungan, karena fungsinya dimanfaatkan penduduk
Limbungan selain sebagai tempat tinggal juga sebagai kegiatan upacara adat, dan ritual
budaya. Rumah yang dibangun seragam baik dari bentuk dan bahannya yang
mencerminkan kekompakan penduduknya, yang masih memegang teguh adat dan
budayanya serta menjaga tradisi gotong royong penduduknya dalam melakukan
pelaksanaan setiap upacara.

Word
 Pola pemukiman penduduk di Kampung Naga memiliki ciri khas yang tidak didapati di
wilayah lainnya. Terdapat pembagian tiga wilayah yang saling terpisah dan dibatasi
oleh Jaga Kandang  pada masing-masing areanya. Area pertama adalah area yang
digunakan untuk hal-hal yang sifatnya kotor seperti jamban (pacilingan), balong,
kandang kambing, saung lisung dan di bagian timur terdapat sungai Ciwulan
dengan leuweung karamatnya. Kawasan hutan ini juga diyakini merupakan kawasan
kotor karena merupakan tempat bagi dedemit dan jurig yang dikalahkan dan ditempatkan
di sana oleh Sembah Dalem. Area berikutnya adalah kawasan pemukiman penduduk,
kawasan ini merupakan tempat bagi penduduk Kampung Naga untuk mendirikan
bangunan bumi/imah  sebagai tempat tinggal. Terdapat 113 bangunan dengan 108 rumah
penduduk, sisanya adalah masjid.
 Penempatan rumah-rumah warga diatur sedemikian rupa dengan pertimbangan nilai-nilai
kekeluargaan, misalnya rumah harus berhadap-hadapan diharapkan akan terjadi interaksi
yang intensif antar warga terutama ketika mereka duduk-duduk di tepas imah.
 Dinding sasag  akan dengan mudah melihat dalam rumah ketika terjadi kebakaran atau
kecelakaan yang berada di rumah. Jarak antar rumah yang satu dengan rumah sebelahnya
kurang lebih 1 meter, sementara jarak berhadapan antara satu rumah dengan rumah yang
lainnya bervariasi, dari 2,5 meter hingga 1,5 meter. Seluruh rumah di Kampung Naga
menggunakan sistem panggung dengan jarak 60-80 cm dari permukaan tanah. Tipe
rumah panggung terbukti tahan terhadap gempa dan bebas dari gangguan binatang
melata.
 Kampung Naga terletak di sebuah lembah yang subur yang dikelilingi oleh sawah di
bagian utara dan selatan, sementara di bagian barat terdapat sebuah bukit, sedangkan di
bagian timur terdapat sungai Ciwulan dan sebuah dataran tinggi di atasnya. Jumlah
penduduknya sebanyak 314 jiwa dengan 108 Kepala Keluarga.  Secara administrasi
kampung ini masuk ke dalam wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten
Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat.
 Saat ini seluruh keluarga tersebut menjadi satu Rukun tetangga (RT) yaitu RT 01 RW 01.
Sebenarnya dahulu Kampung Naga terdapat 4 RT kemudian dikurangi lagi menjadi 2 RT
dan sekarang disatukan menjadi satu Rukun Tetangga.

Anda mungkin juga menyukai