Anda di halaman 1dari 7

Model Manajemen Dan Administrasi Modern Dalam Zakat.

Abstrak
Zakat sebagai kewajiban dasar memiliki manfaat tertentu tergantung pada ruang
lingkup yang diatur oleh syariah. Selain untuk tujuan ibadah, zakat juga bertujuan untuk
memenuhi fungsi sosial dan ekonomi masyarakat Islam. Merevitalisasi bisnis organisasi
Zakat dan mematuhi standar kontrol kualitas menjadi lebih baik sangat penting untuk
mendapatkan kepercayaan masyarakat dan mencapai tujuan Undang-Undang Zakat, dan
nilai-nilai Syariah dan kerangka kerja Syariah. Harus berdasarkan prinsip). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membuat model pengendalian kualitas untuk BAZNAS
berdasarkan nilai-nilai Syariah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
pendekatan kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa kepustakaan dan dokumen serta dianalisis menggunakan metode
deskriptif. Membangun model ini diperlukan untuk membangun, mengembangkan dan
memperkuat ekonomi Islam, khususnya di bidang manajemen, melalui penelitian yang
berkelanjutan.
Kata kunci: Zakat, Manajemen, Administrasi, BAZNAS.

Pendahuluan
Islam menekankan bahwa segala sesuatu harus dilakukan dan dikelola dengan
benar, tertib, tertib dan benar. Semua prosedur yang ditetapkan harus diikuti dan aturan
tidak boleh dilanggar. Dalam pengertian lain, Islam mengharuskan semua pekerjaan
dilakukan dengan kontrol atau aturan terukur yang terarah untuk hasil yang maksimal.
Dalam Islam, praktik bisnis telah menjadi fokus perhatian sejak zaman Nabi
Muhammad. Sampai dengan sistem khalifah. Manajemen yang berarti menjalankan atau
memimpin suatu organisasi digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain
dakwah, ekonomi, politik, militer, dan bidang kehidupan sosial lainnya. Pemikiran
manajemen dalam Islam didasarkan pada teks Alquran dan petunjuk Sunnah. Hal ini juga
didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan yang berkembang di masyarakat saat itu.
Berbeda dengan manajemen tradisional, itu adalah sistem di mana penerapannya tidak
ada nilainya dan diarahkan semata-mata untuk kepentingan duniawi.
Manajemen tradisional berusaha untuk diwarnai dengan nilai-nilai, tetapi tidak
dapat dilakukan di tengah jalan karena tidak didasarkan pada petunjuk Syariah yang
sempurna, komprehensif dan benar. Zakat sebagai kewajiban pokok memiliki
keuntungan tertentu tergantung pada besarnya yang diatur oleh Syariah. Selain untuk
tujuan ibadah, zakat juga bertujuan untuk memenuhi fungsi sosial, ekonomi dan
kapitalis masyarakat Islam. Pembayaran zakat merupakan kewajiban sebagai akibat dari
ketaatan kepada perintah Allah, dan penggunaannya membantu memecahkan masalah
ekonomi (muamara) yang dihadapi masyarakat. Zakat Islam tidak hanya dikumpulkan,
tetapi juga dikelola, dikembangkan, dan didistribusikan secara kreatif. Dengan kata lain,
kepercayaan dan keuntungan lahir pada saat yang bersamaan. Tanpa kepercayaan,
orang ragu untuk menyerahkan bagian kekayaan mereka. Orang cenderung memilih
kepada siapa mereka mengarahkan kekayaan mereka. Kedua, jaringan yang tidak
digunakan tidak lebih dari pohon tua yang tidak berbuah, karena hanya berlaku untuk
dirinya sendiri.
Oleh karena itu, zakat perlu dikelola secara profesional melalui quality control dan
quality control. Sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dan menyalurkan uang
Zakat dari umat Islam, OPZ, dalam hal ini BAZNAS, harus sesuai dengan prinsip dan nilai
syariat Islam selain memenuhi standar kualitas pengelolaan. Oleh karena itu,
pengendalian kualitas yang diterapkan oleh lembaga-lembaga tersebut tidak terlepas
dari kerangka syariah. Syariah merupakan pilar penting bagi pembangunan
berkelanjutan dari lembaga keuangan Islam. Prinsip-prinsip Syariah adalah kekuatan
pendorong inovasi dan kreativitas, dan tidak "halus", termasuk berbagai struktur, proses
dan pengaturan tata kelola yang memastikan bahwa semua operasi dan aktivitas
layanan dan bisnis keuangan Islam sesuai dengan hukum Syariah.

Kajian Teori
Zakat
Kata zakat merupakan bentuk maṣdar dari kata zakâ yang berarti berkah, tumbuh,
bersih, dan baik. Dalam istilah fiqih, zakat adalah sebutan atau nama bagi sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah Swt supaya diserahkan kepada orang-orang yang berhak
(mustahik). Zakat dalam definisi para fuqaha menurut Wahbah az-Zuhailî dalam kitab al-
Fiqhul-Islâmî wa Adillatuhu adalah memberikan hak yang wajib pada harta. Zakat dalam
‘urf fuqaha digunakan juga untuk pengertian bagian tertentu dari harta yang telah
ditetapkan oleh Allah sebagai hak orang orang fakir. Zakat dinamakan ṣadaqah karena
menunjukkan kejujuran hamba dalam beribadah dan taat kepada Allah Swt.
Zamakhsyarî dalam kitab al-Fâ’iq, sebagaimana dikutip oleh Dr. Yusuf Qardawi dalam
karyanya Fiqh az- Zakâh, mendefinisikan zakat dari segi istilah fiqih sebagai sejumlah
harta tertentu yang diwajibkan Allah Swt diserahkan kepada orang- orang yang berhak.
Dalam Alquran, kata-kata zakat diungkapkan dalam beberapa istilah, di antaranya
adalah zakat, ṣadaqah, nafaqah, haq dan ‘afw. Keseluruhan istilah tersebut merujuk
pada satu makna yaitu zakat. Namun demikian terdapat perbedaan dalam beberapa
aspek, seperti aspek kewajiban, syarat-syarat penunaian dan pihak-pihak penerimanya.
Khusus kata sedekah disebutkan sebanyak lima kali dalam Alquran dengan makna zakat
wajib, sehingga al-Mawardi mengatakan bahwa “sedekah itu adalah zakat dan zakat itu
adalah sedekah; berbeda nama tetapi arti sama.”
Pengelolaan Zakat
Adanya kewajiban dan peraturan yang jelas terkait zakat, menyebabkan
penerimaan zakat lebih banyak dan diharuskan adanya sistem pengelolaan yang lebih
terstruktur. Oleh karena itu, Rasulullah saw membuat tempat pengumpulan dan
pengelolaan distribusi zakat yang bernama Baitul Mâl (rumah harta), yang saat itu
terletak di masjid Nabawi. Pada saat itu, Rasulullah saw juga mengutus para sahabatnya
untuk menjadi amil (pengelola zakat) di daerah jazirah Arab termasuk di dalamnya kota
Yaman, seperti: ‘Umar bin Khaṭṭâb, Ibnu Qaiz ‘Ubaidah bin Samit dan Mu‘âz bin Jabal.
Merujuk kepada UU Nomor 23 Tahun 2011, zakat di Indonesia dikelola langsung
oleh negara yang berasaskan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian
hukum, terintegrasi dan akuntabilitas. Sedangkan tujuan pengelolaan zakat adalah
efektivitas dan efisiensi pengelolaan zakat, serta manfaat zakat untuk kesejahteraan dan
penanggulangan kemiskinan.
Tata Kelola Pada Lembaga Zakat
Berdasarkan sifat dan karakteristik organisasi, maka lembaga pengelola zakat
merupakan organisasi nirlaba, karena tidak berorientasi untuk mengumpulkan
keuntungan dari kegiatan operasionalnya. Jika dilihat dari kegiatan yang dilakukan oleh
lembaga pengelola zakat, maka dapat dikategorikan sebagai lembaga keuangan. Definisi
umum yang dimaksud dengan lembaga keuangan menurut undang-undang adalah
semua badan yang melalui kegiatan- kegiatannya di bidang keuangan menaruh uang
dari dan
menyalurkannya ke dalam masyarakat.
Islam secara kuat menganjurkan semua bentuk tata kelola yang positif, dan
selama ini, nilai-nilai ini sudah dibangun dan inheren di dalam masyarakat. Tata kelola
lembaga keuangan Islam berfungsi melalui prinsip-prinsip pokok Islam tentang
kesejahteraan ekonomi, persaudaraan universal, keadilan, akuntabilitas, dan distribusi
pemasukan yang setimpal. Keutamaan Islam selalu menganjurkan tata kelola lembaga
yang tepat dan, berdasarkan ini, lembaga-lembaga keuangan Islam harus
mengabungkan tata kelola lembaga yang tepat ke dalam semua aspek operasionalnya,
seperti halnya lembaga pengelola zakat.
Sebagai lembaga keuangan non-profit dan nirlaba, lembaga zakat memerlukan tata
kelola yang berdasarkan pada nilai-nilai syariah untuk memberikan arah standar operasi
yang terukur, sehingga mencapai sasaran dan tujuan dengan efektif dan efisien. Dalam
hal ini, perlu dirumuskan suprastruktur pengelolaan zakat, baik yang berasal dari aturan
fikih, undang-undang, maupun konsep tata kelola dan manajemen yang baik. Dengan
diterapkannya tata kelola syariah, maka pengelolaan zakat akan mencapai tujuan dan
prinsip- prinsip disyariatkannya zakat oleh Allah Swt (maqâṣid asy-syarî’ah).
Manajemen Zakat
Pada masa awal perkembangan Islam, manajemen dianggap sebagai ilmu dan
teknologi kepemimpinan (seni), dan tidak ada definisi baku tentang apa yang disebut
manajemen Islam. Pendapat lain adalah bahwa kristalisasi pemikiran manajemen dalam
Islam terjadi setelah Allah SWT menurunkan pesan-Nya kepada Nabi Muhammad. Istilah
manajemen disebut dalam bahasa Arab alidârah yang tidak ada dalam Al-Qur'an
maupun hadits Nabi Muhammad. Hal ini menunjukkan sesuatu yang baru tentang
penggunaan istilah Aridara dalam Islam. Suatu tujuan yang ditetapkan yang dicapai dari
kontrol Islam, atau berdasarkan nilai-nilai Syariah, dan dilakukan dengan sungguh-
sungguh.
Manajemen adalah filosofi perbaikan terus-menerus, yang menyediakan
seperangkat alat praktis bagi institusi mana pun untuk memenuhi kebutuhan, keinginan,
dan harapan pelanggan saat ini dan masa depan48. Ini adalah cara berpikir dan kegiatan
praktis. Definisi lain dari kendali mutu adalah sistem manajemen mutu yang didasarkan
pada filosofi bahwa memenuhi kebutuhan pelanggan sebanyak mungkin adalah hal yang
terpenting bagi perusahaan mana pun. Pengendalian mutu syariah dalam penelitian ini
merupakan rangkaian sistem pengendalian mutu kelembagaan yang berlandaskan nilai-
nilai Islam (Syariah).
Metodelogi
Dalam menulis artikel ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan metodologi
menggunakan literatur review. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat, serta mengelolah bahan penelitian.

Hasil dan Pembahasan


Pengendalian mutu lembaga pengelola zakat merupakan wacana yang relatif baru,
dan sejauh ini belum ada model pengelolaan BAZNAS yang diterima secara umum
karena berbagai alasan. Dalam Islam, istilah manajemen kelembagaan mengacu pada
seperangkat pengaturan organisasi yang berkaitan dengan bagaimana suatu lembaga
dioperasikan, diatur, dikelola, dan diawasi. Dibandingkan dengan konsep Barat seperti
model Anglo-Saxon dan model Eropa, desain model tata kelola institusional memiliki
nilai jual dan fitur tersendiri. Secara keseluruhan, landasan model manajemen
kelembagaan BAZNAS dalam Islam terkait dengan epistemologi tauhid dan prinsip dan
prinsip manajemen umum.
Pengendalian kualitas Syariah adalah BAZNAS di Jambi, dengan
mengkomunikasikan transparansi, kepercayaan, akuntabilitas dan kredibilitas, selain
prinsip-prinsip manajemen terbaru berdasarkan keyakinan dasar (aqidah), Syariah dan
etika (moralitas) Tingkatkan kerangka manajemen Anda. Zakat telah mengalami
transformasi yang utuh dari ranah zakat ke ranah pemberdayaan dan pembangunan
umat dan bangsa. Melalui kontrol kolektif, Zakat menjadi gerakan sosial ekonomi yang
mandiri melalui kontrol kualitas, memungkinkan peningkatan kesejahteraan. Dikelola
dengan kontrol kualitas Syariah yang baik, Zakat menjadi strategis dalam rangka
meningkatkan efisiensi Zakat sebagai lembaga sosial ekonomi. Berdasarkan manajemen
yang andal dan efisien serta nilai-nilai Syariah, Zakat berubah dari pengabdian pribadi
menjadi gerakan sosial ekonomi. Oleh karena itu, zakat mendekat dan menjadi lebih
efektif sebagai tujuan utamanya sebagai sarana pengentasan kemiskinan.
Sudah saatnya pengelolaan zakat beralih dari model yang tradisionalkonvensional ke
modern dan profesional. Dalam hal ini, model pengelolaan tradisionalkonvensional
adalah pengelolaan yang dilakukan sambil lalu atau sekadarnya saja, temporer (pendek
terbatas), dan dikelola oleh orang-orang yang kurang kompeten. Pengelolaan zakat yang
sekadar berbekal semangat seadanya ini sudah seharusnya diubah menjadi model
pengelolaan zakat yang berkualitas, modern- profesional. Untuk mewujudkan model
pengelolaan zakat yang modern dan profesional diperlukan adanya upaya yang
dilakukan secara konsisten baik yang berkaitan dengan prinsip-prinsip, visi, misi dan
tujuan, perencanaan, model perekrutan, maupun transfaransi pengelolaan keuangan,
lalu perlu pula memadukan manajemen modern dengan spiritual manajemen agar
menghasilkan hasil yang luar biasa.
Model pengelolaan zakat yang modern dan profesional memiliki beberapa ciri utama
sebagai berikut:
 Pengelolaan zakat secara full time,yaitu pengelolaan zakat yang dilakukan
dalamjam kerja sehari sekitar 8 jam dengan jumlah hari kerja minimal lima hari
dalamseminggu.
 Harta zakat dikelola oleh orang-orang ayng memiliki kompetensi, yaitu setiap
tenaga 9amil Zakat) memiliki kapasitas dan kapabilitas sesuai dengan pos
kerjanya masing-masing.
 Seluruh pengelola (amil zakatnya) mendapatkan balasan jasa yang wajar, yatu,
eluruh pengelola ayng terlibat dalam pengelolaan harta zakat tersebut
mendapatkan gaji atau upah yang layak, sekurang- kurangnyya memenuhi
keperluan standar untuk hidup dan menghidupi keluarga tentunya dengan
mengunakan standar sesuai peraturan daerahnya.
 Orentasi penilaian di dalam lembaga zakat pada orentasi perestasi, yaitu setiap
orang yang terlibat didalam pengeleloaan zakat tersebut berorentasi pada
perestasi, lembaga juga menilai setiap orang dengan konribusi yang diberikan
dalam pencapaian perestasi lembaga, namun bila ada orang yang tidak memiliki
kemampuan sehingga tidak bisa memberikan sumbangsih pada pengelolaan
lembaga hendaknya dihindari.
 Setelah mengggunakan atau melakukan cara-cara sesuai dengan setandar
menejemen modern, mekanisme yang dijalankan oleh lembaga zakat tersebut
telah memenuhi standar menejemen modern, seperti nya visi misi, perencanaan
tahunan, penyusunan personel, penyusunan anggaran, dan melakukan evaluasi
sesuai dengan perkembangan.

Kesimpulan
Zakat, salah satu rukun Islam, menunjukkan semangat mendukung ekonomi yang
adil, dengan penekanan pada mekanisme redistribusi untuk mengatasi berbagai
kesenjangan ekonomi dan sosial. Pengelolaan zakat memiliki karakteristik dan risiko
yang sama dengan pengelolaan aset publik lainnya. Jika zakat dijalankan dengan
manajemen yang berkualitas dan sekaligus diterapkan nilai-nilai syariah dalam
pengelolaan tersebut, maka zakat akan berdampak positif bagi perekonomian.
Pengelolaan yang baik memerlukan fungsi pengaturan dan pengawasan yang efektif,
organisasi pengelola zakat yang profesional, dan sistem pengelolaan kelembagaan yang
mendukung dan memiliki prinsip kualitas yang baik. Pengelolaan zakat dengan
pendekatan yang berkualitas memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan dan inklusi
program pembangunan nasional.

Daftar Pustaka
Abdul Halim Usman. Manajemen Strategis Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim, 2015.
Atabik, A. (2016). Manajemen pengelolaan zakat yang Efektif di Era
Kontemporer. ZISWAF: Jurnal Zakat dan Wakaf, 2(1), 40-62.
Zaki, M., Nuruddin, A., & Siregar, S. (2019). Konstruksi Model Manajemen Mutu Syariah
Dalam Pengelolaan Zakat di Baznas Provinsi Jambi. NUR EL-ISLAM: Jurnal Pendidikan
Dan Sosial Keagamaan, 6(2), 167-195.
Zabir, M. (2017). Manajemen pendistribusian zakat melalui program unggulan beasiswa
oleh baitul mal aceh. Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam, 1(1), 131-151.

Anda mungkin juga menyukai