Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENELITIAN

WISATA KULINER SELAMA PANDEMI COVID-19

Oleh:

Bunga Wahdah Wafiqoh (F1A019014)

Disusun Sebagai Tugas Matakuliah Metode Penelitian Kualitatif 1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI S1 SOSIOLOGI
PURWOKERTO
2021
HALAMAN PENGESAHAN
BERSEPEDA PADA MASA PANDEMI: ANTARA HIDUP SEHAT DAN BERGAYA MELALUI
SEPEDA

Oleh:

Bunga Wahdah Wafiqoh (F1A018014)

Telah disetujui dan disahkan pada:


Hari : ……………………
Tanggal : …………………….
di Purwokerto

Dr. Hendri Restuadhi, M.Si., MA (Soc).


Dosen Pembimbing (……………………………..)

Mengetahui,
Dekan FISIP Unsoed,

Dr. Djarot Santoso, M.Si.


NIP 195710291986011001

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Covid-19 merupakan jenis virus baru dari kelompok coronavirus yang menyerang
sistem pernapasan manusia. Menurut World Health Organization (WHO), Covid-19 adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan.  Virus baru dan
penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok,
bulan Desember 2019. Covid-19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak
negara di seluruh dunia. Dampak yang ditimbulkan dari pandemi Covid-19 dirasakan di semua
aspek kehidupan masyarakat. Pasalnya, berbagai sistem yang ada sebelumnya harus
beradaptasi menyesuaikan kondisi saat ini. Kebijakan-kebijakan baru pun dibuat guna
memulihkan negara dari kasus Covid-19, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
Work from Home (WFH), dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang
mengharuskan masyarakat serta berbagai tatanan yang sudah ada menyesuaikan kembali
dengan kebijakan-kebijakan tersebut.

Selain sektor pokok dan esensial seperti pendidikan, ekonomi, kesehatan, transportasi,
dan sebagainya, dampak yang ditimbulkan dari pandemi Covid-19 juga sangat dirasakan oleh
sektor non esensial  yaitu sektor pariwisata. Pariwisata ini berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat tersier atau kurang dibutuhkan maupun kurang penting dalam kehidupan masyarakat
seperti kegiatan rekreasi, berbelanja, olahraga dan sebagainya. Padahal banyak pihak yang
menggantungkan nasibnya di sektor ini seperti perusahaan travel, restoran, perhotelan, hingga
ke level mikro yakni Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan sektor informal. Berdasarkan  
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM
merupakan bisnis yang dijalankan individu, rumah tangga, atau badan usaha ukuran kecil.
Penggolongan UMKM biasanya dilakukan dengan batasan omzet per tahun, jumlah kekayaan
atau aset, serta jumlah karyawan (Idris, 2021). Sedangkan sektor informal adalah unit usaha
tidak resmi berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang maupun jasa tanpa
adanya izin dari pihak yang berwenang (Hestanto, 2018).

Biasanya UMKM dan sektor informal bergerak pada bisnis kuliner. Menurut Ardianti,
dkk (2020), bisnis kuliner menjadi pilihan yang menjanjikan disaat kondisi saat ini. Semua
orang butuh makan dan mereka yang mempunyai skill memasak berusaha menyajikan berbagai
jenis makanan unik. Terutama di masa pandemi Covid-19 ini, banyak para pekerja yang
dirumahkan menambah semakin banyak jumlah pekerja di sektor informal. Sektor usaha
informal menjadi bentuk usaha yang banyak ditemukan di lingkungan masyarakat. Modal yang
dikeluarkan dalam sektor informal biasanya minim dan tidak perlu mengenyam pendidikan
secara khusus biasanya mengandalkan pengalaman selama bekerja sehingga sangat terbuka
untuk siapapun yang ingin menghasilkan uang. Kegiatan usaha di sektor informal tidak hanya
membantu masyarakat memperoleh pekerjaan, namun membantu untuk mendapatkan dan
meningkatkan penghasilan sehingga kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi (Putri, 2021). Jika
melihat dari pihak konsumennya, di masa pandemi Covid-19 ini, masyarakat lebih banyak
menghabiskan waktu di rumah. Hal tersebut mempengaruhi kejenuhan serta tingkat konsumtif
masyarakat. Wisata kuliner pun menjadi pilihan alternatif di kala pandemi. Banyaknya penjual
makanan yang menjamur di sepanjang jalan membuat masyarakat dapat menyalurkan rasa
bosan mereka selama pandemi Covid-19.

Wisata kuliner didefinisikan sebagai kunjungan ke suatu tempat untuk berekreasi dan
menikmati masakan tradisional atau masakan yang menjadi ciri khas di daerah tempat wisata
tersebut (informatif.id, 2021). Wisata kuliner menjadi segmen industri wisata yang sedang
berkembang dan sering dikaitkan dengan aktivitas budaya. Jadi, seni dalam kuliner ini
mempelajari tentang makanan dan minuman, mulai dari persiapan, pengolahan, penyajian, dan
penyimpanannya (Didin, Chairil, dan Acep, 2018 : 59). Namun, selama pandemi wisata kuliner
tidak banyak dilakukan karena harus menaati protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah
guna meminimalisir penyebaran Covid-19. Oleh karena itu, selama pandemi ini wisata kuliner
lebih berkaitan erat dengan kondisi dimana masyarakat pergi ke suatu tempat (di lingkungan
sekitar) untuk menikmati berbagai makanan yang disuguhkan oleh para pelaku usaha kuliner.
Biasanya, tempat yang dijadikan sarana untuk melakukan wisata kuliner adalah alun-alun,
lapangan luas, pusat kota, pasar tradisional, dan di daerah tempat wisata.

Peneliti tertarik untuk membahas mengenai wisata kuliner selama pandemi Covid-19,
terkait bagaimana aktivitas di pusat-pusat wisata kuliner selama pandemi Covid-19. Karena
selama pandemi ini pelaku sektor informal maupun UMKM meningkat jumlahnya khususnya
pada bisnis kuliner. Selain itu, berbagai kebijakan tentang pandemi Covid-19 menjadikan
masyarakat mudah jenuh, hal tersebut menjadikan wisata kuliner sebagai pilihan alternatif
yang bisa di akses untuk tetap dapat berekreasi dan berinteraksi di tengah keterbatasan selama
pandemi Covid-19.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana aktivitas di tempat wisata kuliner selama pandemi Covid-19?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan aktivitas di


tempat wisata kuliner selama pandemi Covid-19.

D. Manfaat Peneliti

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian
sosiologis, khususnya pengkajian  tentang wisata kuliner selama pandemi Covid-19.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
referensi kepada pembaca terkait dengan fenomena wisata kuliner di masa pandemi
Covid-19.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. SEKTOR INFORMAL

Berdasarkan resolusi International Conference on Labor Statisticians (ICLS) ke-17 tahun


2003, sektor informal adalah unit-unit yang terlibat dalam produksi barang atau jasa dengan
tujuan utama menciptakan lapangan kerja dan pendapatan. Sektor informal muncul karena
ketidakmampuan sektor formal dalam menyerap tenaga kerja secara maksimal. Menurut jurnal
Analisa Pengelolaan Sumber Daya Manusia Sektor Formal dan Sektor Informal di Jawa Timur
karya Yupi Kurniawan Sutopo dan R.R. Retno Ardianti (2014), ciri-ciri sektor informal di
antaranya:

1.       Kegiatan usahanya tidak terorganisasi dengan baik

2.       Usaha yang tergolong sektor informal biasanya tidak memiliki izin resmi

3.       Kegiatan usahanya memiliki pola yang tidak teratur dengan baik

4.      Unit usaha yang dilakukan sering berganti dari satu sektor ke sektor yang lain

5.       Teknologi yang digunakan masih bersifat tradisional dan sederhana

6.       Skala operasi kegiatan sektor informal tergolong kecil

7.       Tidak memerlukan pendidikan formal untuk menjalankan usahanya.


Meskipun tergolong usaha kecil, keberadaan sektor informal tidak bisa dipungkiri.
Sektor informal turut berperan penting dalam perekonomian suatu negara, yaitu dapat
membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran, meningkatkan penghasilan,
meningkatkan daya beli masyarakat, karena barang dan jasa yang ditawarkan memiliki kualitas
yang baik tetapi dengan harga yang tidak terlalu tinggi, dan membantu distribusi barang oleh
pihak swasta. Dalam artikel jurnal berjudul Sektor Informal dan Kontribusinya dalam Kehidupan
Sosial-Ekonomi Warga Kota Kupang (2018) karya Laurensius P. Sayrani, sektor informal
menjadi sektor yang menopang ekonomi  masyarakat usia kerja produktif di Kota Kupang. Hal
ini karena banyak tenaga kerja terdidik yang belum mampu terserap secara memadai di sektor
formal sehingga mereka beralih ke sektor informal yang lebih mudah diakses.

Salah satu contoh sektor informal adalah pedagang kaki lima (PKL).  Berdasarkan artikel
jurnal Wisata Kuliner sebagai Penyelamat PKL di Kota Surabaya (2010) karya Dewa Gde Satrya,
PKL dapat memberikan kontribusi pada kota dan mendapatkan keuntungan langsung dari
aktivitas kepariwisataan dengan cara dikemas sebagai destinasi wisata kuliner. Pola
pengembangannya yaitu dengan cara community-based tourism, di mana hal tersebut dapat
menjadi solusi sekaligus kontribusi sektor pariwisata dalam pemenuhan hak ekonomi PKL.
Dengan adanya wisata kuliner, sektor informal PKL dapat semakin berkembang sejalan dengan
berkembangnya wisata kuliner tersebut.

2. WISATA KULINER

Wisata kuliner terdiri dari dua kata, yakni wisata dan kuliner. Wisata adalah kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan Bab 1 Pasal 1). Sedangkan kuliner merupakan kata serapan dari bahasa
inggris yaitu culinary, yang berarti hal yang berhubungan dengan dapur dan keahlian masak-
memasak.

 Berdasarkan ringkasan dari laman resmi Dinas Pariwisata Kabupaten Bone (2019),
wisata dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu wisata edukasi, wisata kuliner, wisata minat
khusus, wisata religi, wisata bahari, wisata industri, wisata budaya, dan wisata cagar alam.
Wisata menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk beralih sejenak dari aktivitas sehari-
harinya. Menurut Teori Inversi (Graburn), manusia memiliki kecenderungan untuk sesekali
keluar dari lingkungannya menuju ke lingkungan yang berbeda. Selain itu, terdapat juga faktor
pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata yang dikemukakan oleh Ryan, 1991 (dalam
Ajeng Raudya, 2018 ) di antaranya:

1. Relaxation, adanya keinginan untuk relaksasi.


2. Escape, adanya keinginan untuk melepaskan diri dari kejenuhan aktivitas di
lingkungannya.
3. Play, adanya keinginan untuk menikmati kesenangan.
4. Strengthening family bonds, adanya keinginan untuk mempererat hubungan
kekerabatan setelah sekian lama tidak bertemu.
5. Social interaction, adanya keinginan untuk dapat melakukan hubungan sosial dengan
orang luar.
6. Educational opportunity, adanya keinginan untuk mempelajari hal-hal baru.
7. Self-fulfilment, adanya keinginan untuk mencari jati diri.
8. Wish-fulfilment, adanya keinginan untuk memenuhi impian yang dicita-citakan sejak
lama.

Setiap jenis tempat wisata memiliki daya tariknya masing-masing yang memberikan
kepuasan bagi para pengunjung. Sebagaimana dalam penelitian yang dilakukan oleh Hary
Hermawan (2017) dengan judul Pengaruh Daya Tarik Wisata, Keselamatan, dan Sarana Wisata
terhadap Kepuasan serta Dampaknya terhadap Loyalitas Wisatawan. Hasil penelitian tersebut
menyebutkan bahwa daya tarik wisata menjadi faktor penentu yang mempengaruhi kepuasan
dan loyalitas wisatawan. Sejalan juga dengan Wiradiputra (2016) dalam penelitiannya yang
berjudul Analisis Persepsi Wisatawan Mengenai Penurunan Kualitas Daya Tarik Wisata terhadap
Minat Berkunjung, menyebutkan bahwa daya tarik wisata mempengaruhi minat wisatawan
untuk berkunjung, dimana semakin menurun kualitas destinasi wisata maka semakin menurun
juga minat wisatawan untuk berkunjung.

Sebagai salah satu jenis wisata, wisata kuliner menjadi pilihan alternatif masyarakat
untuk menyegarkan pikiran. Wisata kuliner adalah mengunjungi suatu tempat dengan tujuan
menikmati masakan yang terkenal di tempat tersebut. Menurut Asosiasi Pariwisata Kuliner
Internasional (International Culinary Tourism Association/ ICTA), wisata kuliner merupakan
kegiatan makan dan minum yang khas dilakukan oleh setiap wisatawan yang berwisata ke
suatu tempat. Menurut Bondan Winarno (dalam Eri Besra, 2012 ), adanya keberagaman
makanan dan minuman yang khas di setiap daerah di Indonesia, membuatnya memiliki potensi
yang besar untuk mengembangkan industri kuliner menjadi destinasi wisata bagi para
wisatawan. Sehingga wisata kuliner memiliki potensi untuk meningkatkan pariwisata di suatu
tempat. Hal ini karena akan terasa kurang apabila suatu tempat wisata tidak didukung dengan
adanya wisata kuliner yang menyajikan makanan dan minuman khasnya. Seperti yang
disebutkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ira Mayasari dan Adrian Sesar Pasaribu
(2021) tentang Analisis Potensi Wisata Kuliner dalam Pengembangan Pariwisata di Kota
Pontianak, menunjukkan bahwa keberadaan wisata kuliner berdampak positif dan memberikan
peluang pengembangan minat khusus terhadap makanan tradisional nusantara.

3. DAMPAK PANDEMI COVID-19 PADA WISATA KULINER

Merebaknya pandemi covid-19 menjadi pukulan berat bagi banyak orang khususnya
yang berkecimpung dalam industri makanan dan minuman. Pandemi covid-19 merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 atau SARS-CoV-2). Virus ini termasuk dalam keluarga besar
Coronavirus yang dapat menyerang hewan. Ketika menyerang manusia, Coronavirus biasanya
menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan, seperti flu, MERS (Middle East Respiratory
Syndrome), dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). COVID-19 sendiri merupakan
coronavirus jenis baru yang ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019. Karena itu,
Coronavirus jenis baru ini diberi nama Coronavirus disease-2019 yang disingkat menjadi
COVID-19. COVID-19 sejak ditemukan menyebar secara luas hingga mengakibatkan pandemi
global yang berlangsung sampai saat ini. Gejala COVID-19 umumnya berupa demam 38°C, batuk
kering, dan sesak nafas serta dampak paling buruk untuk manusia ialah kematian. Sampai 19
April 2020 pukul 10:38:37 WIB, dilaporkan terdapat 2.329.539 kasus terkonfirmasi dari 185
negara yang 160.717 orang diantaranya meninggal dunia serta 595.229 orang bisa
disembuhkan (Johns Hopkins CSSE, 2020).

Pada tanggal 11 Maret 2020 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa
wabah virus corona atau Covid-19 secara resmi telah mencapai tingkat pandemi. Istilah
pandemi menurut KBBI dimaknai sebagai wabah yang berjangkit serempak di mana-mana,
meliputi daerah geografi yang luas. Wabah penyakit yang masuk dalam kategori pandemi
adalah penyakit yang menular dan memiliki garis infeksi berkelanjutan. Untuk menghentikan
mata rantai penularan virus corona sambil tetap berupaya untuk menggerakkan ekonomi, dunia
menerapkan tatanan kehidupan baru, yaitu menjaga kehidupan tetap produktif namun aman
dari wabah Covid-19 ini. Tatanan, kebiasaan dan perilaku yang baru berbasis pada adaptasi
untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat inilah yang kemudian disebut sebagai
new normal.
Disimpulkan dari berbagai informasi, bahwa konsep new normal adalah kebijakan
membuka kembali aktivitas ekonomi, sosial, dan kegiatan publik secara terbatas dengan
menggunakan standar kesehatan yang belum pernah ada sebelum pandemi. Untuk bisnis
kuliner seperti kedai, rumah makan, restoran, cafe dan sebagainya, diwajibkan menerapkan
protokol new normal. Standar baru pelayanan kuliner itu tidak saja ditujukan untuk konsumen,
tetapi juga dilakukan oleh internal pelayanan dan berlaku sejak kedatangan konsumen, proses
penyajian hidangan sampai meninggalkan lokasi kuliner. Mengecek suhu tubuh pengunjung
sebelum masuk, menggunakan masker, face shield dan sarung tangan latex, memasang sekat
kaca di setiap meja, meningkatkan sistem kebersihan restoran, hingga menerapkan konsep
social distancing dengan membatasi jumlah tamu. Protokol kesehatan tidak saja untuk
konsumen, tetapi juga dilakukan internal pelayanan. Standar baru untuk pelayanan kuliner
seperti waitress yang menggunakan face shield dan sarung tangan latex. Ini berlaku sejak
kedatangan konsumen, proses penyajian hidangan sampai meninggalkan lokasi kuliner. Hingga
wacana menggunakan taplak sekali pakai untuk meja. Hal ini lah yang membuat banyak
pengusaha restoran di berbagai negara mulai menyesuaikan situasi ini dengan mengikuti tren
kuliner new normal di berbagai negara. Memasang sekat kaca di setiap meja, mengecek suhu
pengunjung sebelum masuk, meningkatkan sistem kebersihan restoran, hingga menerapkan
konsep social distancing dengan membatasi jumlah tamu.

Sebagaimana penjelasan di atas, pandemi Covid-19 saat ini memberikan dampak yang
cukup besar terhadap usaha-usaha kuliner yang ada. Dikutip dari CNN Indonesia (2021),
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) memprediksi pertumbuhan
industri makanan dan minuman di tengah pandemi Covid-19 sekitar 5%-7%. Para pelaku usaha
mesti beradaptasi dengan situasi yang ada, mulai dari perubahan jam operasional hingga
masalah pelanggan yang berkurang selama masa pandemi. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Fajar Adi Prakoso (2020) dengan judul Dampak Coronavirus Disease (Covid-19) terhadap
Industri Food and Beverages, menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 memberikan dampak yang
sangat besar terhadap keberlangsungan industri makanan dan minuman terutama mengenai
bagaimana para pelaku usaha dapat bertahan di kondisi ini. Apalagi dengan diberlakukannya
new normal memberikan pengaruh terhadap perubahan perilaku dan konsumsi konsumen.  

Meskipun demikian, wisata kuliner bisa dikatakan mampu bertahan di tengah situasi
pandemi seperti saat ini. Dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM), wisata kuliner tetap bisa beroperasi. Apalagi dengan sudah tersebarnya vaksin, kini
masyarakat sudah diperbolehkan melakukan aktivitas di  berbagai fasilitas publik, sehingga
kegiatan wisata kuliner dapat kembali berjalan dan menjadi tujuan destinasi masyarakat
walaupun dengan tetap mengikuti protokol kesehatan dan pembatasan jam operasional.
BAB III

METODOLOGI DAN METODE PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan aktivitas di pusat


wisata kuliner selama pandemi. Penelitian ini akan dilakukan dengan dua cara yaitu mengambil
foto pedagang di wisata kuliner dan menganalisis aktivitas di pusat wisata kuliner dengan
menunjukkan gambar atau foto yang telah diambil. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif. Metode ini digunakan untuk mengetahui dan menganalisis
aktivitas di pusat wisata kuliner. Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami
kondisi suatu konteks dengan mengarahkan pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam
mengenai potret kondisi dalam suatu konteks yang alami (natural setting), tentang apa yang
sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studi (Nurgrahani, 2014 :4). 

B. Metode Penelitian

B. 1. Bahan Kajian

Bahan kajian dalam penelitian ini adalah foto-foto yang menggambarkan wisata kuliner
selama masa pandemi di beberapa lokasi penelitian.

B.2. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan, situasi,
dan kondisi di lapangan. Tahapan dalam melakukan penelitian kualitatif antara lain:

1. Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah dengan mengambil foto-
foto wisata kuliner yang ada di setiap daerah sekitar peneliti. Sedangkan untuk
pengumpulan data sekunder dengan mengumpulkan data kepustakaan yang dapat berupa
jurnal, artikel ilmiah, dan penelitian terdahulu yang masih berkaitan dengan pokok bahasan
dalam penelitian.

2. Identifikasi Data
Tahap identifikasi data dilakukan dengan memilih foto-foto wisata kuliner yang sesuai
dengan fokus penelitian. 

3. Analisis Data

Tahap analisis data dilakukan dengan mengamati setiap foto wisata kuliner. Kemudian
dari foto-foto tersebut dibaca dan dianalisis tanda, simbol serta makna yang terkandung
dalam foto tersebut.

4. Penulisan Laporan

Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan laporan dengan menuliskan hal-hal yang
telah didapatkan serta menjawab rumusan masalah dalam penelitian.

B.3. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika. Semiotika
adalah ilmu yang mempelajari mengenai lambang dan tanda dengan tujuan mencari makna.
Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand De Saussure dan Charles
Sander Peirce. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiology. Semiologi menurut
Saussure didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia
membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada dibelakangnya sistem
pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda di sana ada sistem
Teori semiotik dari Peirce, lebih menekankan pada logika dan filosofi dari tanda-tanda yang ada
di masyarakat dan seringkali disebut sebagai ‘grand theory’ dalam semiotika  (Mudjiyanto,
2013).

    Semiotika memfokuskan kajiannya pada tiga wilayah, yaitu (1) Tanda. Berkenaan dengan
makna dan orang-orang yang menggunakannya. (2) Kode-kode atau sistem dimana tanda-tanda
diorganisasi. (3) Budaya dimana tanda dan kode beroperasi. Menurut Mudjiyanto (2013),
analisis ini bersifat subjektif. Peneliti berdiri seolah-olah ia memahami pemikiran subjek yang
dirisetnya. Tentu saja peneliti harus menyertakan konteks sosiobudaya, teori-teori, konsep-
konsep dan data-data untuk menjelaskan analisis dan interpretasinya.

B.4. Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Data Primer

Data primer merupakan data utama yang diperoleh dari objek penelitian yaitu
gambar/foto tempat wisata kuliner, pedagang kaki lima dan/umkm lainya.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung untuk melengkapi data primer yang
diperoleh dari sumber-sumber lain seperti literatur, referensi, ataupun dokumentasi
lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Bahan Penelitian


Bahan penelitian  yang digunakan yaitu gambar/foto para pedagang di
pinggir jalan besar, pedagang warung lesehan, dan pedagang di rumah
makan. Objek penelitian ini yaitu pedagang kaki lima di pinggir jalan,
keramaian pelanggan di rumah makan tempat wisata, keramaian wisata
kuliner kaki lima di malam hari, suasana pedagang kaki lima di tepi jalan
raya, pedagang kaki lima di depan minimarket, pedagang makanan
tradisional di pinggir jalan, dua keluarga yang sedang makan di lesehan
dan keramaian di GOR, dan keramaian pedagang kaki lima di pasar beji.

B. Pembahasan
Deskripsi Foto

Gambar : pedagang kaki lima pinggir jalan besar

Obyek pemotretan foto ini yaitu pedagang kaki lima yang berada di pinggir jalan besar.
Lokasi pemotretan di Alun-Alun Klaten yang beralamat di Losmenan, Alun-Alun, Klaten
Tengah, Kabupaten Klaten. Foto diambil pada hari Sabtu, 20 November 2021 pukul
16.50 WIB.

Analisis Foto
Pada gambar terlihat bahwa sore itu nampak para pedagang kaki lima sudah mulai
berjualan, seusai hujan deras mengguyur Kabupaten Klaten. Meskipun baru huka,
namun sudah ada beberapa pembeli. Terlihat beberapa pedagang kaki lima tersebut
sudah berjajar rapi untuk berjualan mengais rezeki untuk bertahan hidup. Walaupun
cuaca habis diguyur hujan tetapi mereka tetap bersemangat dalam menjemput rezeki.
Deskripsi Foto

Obyek pemotretan foto ini yaitu pelanggan di Rumah Makan tempat wisata yang berlokasi di
Rumah Makan Cipta Rasa, Jl. Pantai Depok, Parangtritis, Pantai Parangtritis, Kecamatan Kretek,
Bantul, Daerah Istimew Yogyakarta. Foto diambil pada haru Munggu, 28 November 2021 pukul
14.37 WIB.

Analisis Foto

Pada hari minggu, wisatawan tampak memenuhi Rumah Makan Makan Cipta Rasa yang
berlokasi di Pantai Depok. Meskipun pandemi, namun para wisatawan tetap berwisata ke
Pantai Depok dan menyempatkan diri untuk mampir menyantap kuliner khas setempat.  Dalam
foto tersebut terlihat para wisatawan sedang bergerumbul menunggu hidangan makanan dari
Rumah Makan tersebut. Terlihat Rumah Makan sangat ramai pengunjung, sampai bangku dalam
Rumah Makan tersebut hampir dipenuhi oleh para pengunjung.
Deskripsi Foto

Obyek pemotretan foto ini yaitu keramaian wisata kuliner kaki lima di malam hari. Lokasi
kulineran tersebut di lapangan lembaga kerapatan adat (LKA) Ujung Batu, Kabupaten Rikan
Hulu, Riau. Foto diambil pada hari Sabtu, 27 November 2021 pukul 20.04.

Analisis Foto

Pada malam hari di sebuah pasar malam ini terlihat cukup ramai, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya kendaraan yang terparkir rapi ditempat yang disediakan juga padatnya penjual
serta banyak nya pengunjung. Seperti yang terlihat pada gambar terdapat seorang pembeli
makanan khas empek-empek sumatera. Meski masih dalam masa pandemi wisata pasar
malam ini tetap beroperasi dengan tetap menjalankan protokol, meskipun sebagian
pedagang ada yang tidak memakai masker. Dapat dilihat dari foto tersebut wisata kukiner
kaki lima di malam hari dipenuhi oleh kendaraan para pengunjung, dapat dipastikan wisata
kuliner tersebut sangat ramai pembeli dari banyaknya kendaraan yang terpakir dapi didepan
pedagang kaki lima. Dari foto dapat dilihat bahwa pedagang kaki kima menjual makanan
seperti bakso, empek-empek, jajanan sempilan, dan lain sebagainya.
Deskripsi Foto

Obyek pemotretan foto ini yaitu suasana pedagang kali lima di tepi jalan raya yang berlokasi di
Kl. Kulintang No.126, Ujung Batu, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Foto diambil pada hari Rabu, 1
Desember 2021 pukul 14.30.

Analisis Foto

Disiang hari yang cukup terik para pedagang dipinggir jalan sudah mulai berjualan, biasanya
para pedagang ini berjualan hingga malam hari. Dapat dilihat masih belum ada pembeli
yang datang dan jalanan yang cukup lenggang. Dalam foto dapat terlihat bahwa pedagang
kaki lima tersebut menjual martabak mesir dan sate, dapat dilihat dari gerobak jualannya
yang bertuliskan martabak mesir dan sate. Dengan nama kedai yaitu pondok sate dan
martabak mesir in. Pada foto tersebut dapat dilihat belum ada keramaian pembeli yang
datang pada pedagang tersebut, karena mungkin masih baru buka karena masih siang,
biasanya pedagang tersebut laris pada malam hari.
Deskripsi Foto

Obyek pemotretan foto ini yaitu pedagang kaki lima yang berjualan di depan minimarket.
Lokasinya dj Jl. Gentengwetan, Panimbang, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap. Foto
diambil pada hari Minggu, 28 November 2021 pukul 14.52

Analisis Foto

Para pedagang mulai membuka kedainya dari pagi dan berjualan di lokasi tersebut setiap
hari. Suasana sore itu nampak mendung. Pada saat pengambilan gambar terlihat ada
seorang yang sedang membeli dagangan di salah satu kedai. Dalam foto terlihat para
pedagang yang berjualan tetapi nampak belum ramai pembeli. Hanya satu pembeli yang
berada di kedau Cappucino Cincau. Dalam foto tersebut deretan pedagang mulaia
berjualan, dari yang berjualan jasuke, jamur krispi, minuman sampai makanan berat.
Deskripsi Foto

Obyek pemotretan foto ini yaitu pedagang makanan tradisional di pinggir jalan. Lokasi foto
tersebut di Karangpucung, Kecamatan Karangpucung, Kabupaten Cilacap. Waktu pengambilan
foto pada haru Rabu, 1 Desember 2021 pukul 07.21

Analisis Foto
Terlihat pedagang makanan tradisional sudah menjajakan dagangannya di pagi hari.
Suasana pagi di hari itu sangat cerah dan kondisi jalan yang lumayan ramai. Terlihat ada
seorang pembeli yang sedang memilih makanan. Dalam foto tersebut terlihat pedagang
jajanan tradisional sedang melayani pembeli, dapat dilihat jajanan yang ditawarkan seperti
kue basah, lumpia, risoles, agar-agar, lemper dan lainnya
Deskripsi Foto

Obyek pemotretan foto ini yaitu dua keluarga yang sedang makan lesehan dan keramaian di
GOR. Lokasi foto tersebut di GOR Goentoer Darjono, Jl. Wiramenggala, Kab. Purbalingga,
Jawa Tengah. Waktu pengambilan foto hari Minggu, 7 November 2021 jam 06.58.

Analisis Foto

Foto ini menggambarkan dua keluarga yang sedang duduk lesehan sembari menikmati
makanannya yaitu berupa sate ayam. kondisi di sekitarnya sangat ramai dengan para
pengunjung lain yang melakukan berbagai aktivitas. Dalam foto tersebut terlihat banyak
orang-orang yang sedang menikmati waktunya berkumpul bersama keluarga dengan makan
makanan lesehan yang berada di dekat GOR tersebut, dapat dilihat mereka sangat
menikmati kebersamaan bersama keluarganya. Banyak sekali pedagang yang dikerumuni
oleh keluarga yang membeli makanan tersebut.
Deskripsi Foto

Obyek pemotretan foto ini yaitu keramaian pedagang kaki lima yang berada di pasar beji. Lokasi
foto tersebut di Jl. raya owabong, kec. bojongsari, kab. Purbalingga. Foto tersebut diambil
pada tanggal 30 November 2021 jam 07.19

Analisis Foto

Foto ini menggambarkan ramainya PKL di sepanjang jalan serta aktivitas jual beli di Pasar
beji yang dilakukan oleh ibu-ibu, terlihat sedang membeli makanan di pinggir jalan. Dapat
terlihat pada foto tersebut keramaian di sepanjang jalan memenuhi deretan pedagang kaki
lima, meski belum ramai pengunjung tapi ada beberapa pembeli yang membeli pada
pedagang kaki lima tersebut.
DAFTAR PUSTAKA 

Ali, Baginda Syah. 2015. Strategi Pengemabangan Fasilitas Guna Meningkatkan Daya Tarik Minat
Wisatawan di Darajat Pass (Waterpark) Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut. S1
thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/21523/5/S_MRL_0901658_Chapter2.pdf. (diakses pada 20
September 2021)

Amri, Andi. "Dampak covid-19 terhadap UMKM di Indonesia." BRAND Jurnal Ilmiah Manajemen
Pemasaran 2.1 (2020): 123-131. https://ejournals.umma.ac.id/index.php/brand.
(diakses pada 21 September 2021)

Besra, Eri. 2012. Potensi Wisata Kuliner dalam Mendukung Pariwisata di Kota Padang. Jurnal
Riset Akuntansi dan Bisnis, 12(01):83.
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/akuntan/article/view/402/367. (diakses pada 21
September 2021)

CNN Indonesia. 2021. Pengusaha Proyeksi Industri Mamin Tumbuh Hingga 7 Persen.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210713175845-92-667202/pengusaha-
proyeksi-industri-mamin-tumbuh-hingga-7-persen. (diakses pada 28 September 2021)

Dinas Pariwisata Kabupaten Bone. 2019. Jenis-jenis Tempat Wisata Berdasarkan Motif 
Wisatawan, Lokasi Tujuan, dan Perjalanan. https://dispar.bone.go.id/2019/02/jenis-
jenis-tempat-wisata-berdasarkan-motif-wisatawan-lokasi-tujuan-dan-perjalanan/.
(diakses pada 27 September 2021)

Ezizwita, Ezizwita, dan Tri Sukma. 2021. "Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Bisnis Kuliner
Dan Strategi Beradaptasi di Era New Normal." Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma
Andalas 23.1: 51-63. http://www.jurnal.unidha.ac.id/index.php/JEBD/article/view/169
(diakses pada 23 September 2021).

Hermawan, Hary. 2017. Pengaruh Daya Tarik Wisata, Keselamatan, dan Sarana Wisata terhadap
Kepuasan serta Dampaknya terhadap Loyalitas Wisatawan. Jurnal Media Wisata. 15(01):
257. https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS/article/view/213/120 (diakses pada
20 September 2021)

Hestanto. Tanpa Tahun. “Pengertian Sektor Informal.”               


https://www.hestanto.web.id/pengertian-sektor-informal/ (diakses pada 21 September
2021)

Idris, Muhammad. 2021. “Apa itu UMKM: Pengertian, Kriteria, dan Contohnya”.
https://money.kompas.com/read/2021/03/26/153202726/apa-itu-umkm-pengertian-
kriteria-dan-contohnya?page=all (diakses pada 21 September 2021)

Informatif.id. 2021. “Pengertian Apa itu Kuliner dan Wisata Kuliner Lengkap”.
https://www.informatif.id/2021/02/pengertian-definisi-kuliner-dan-wisata.html
(diakses pada 21 September 2021)

Makanabis.com. 2020. “New Normal dan Dampaknya Pada Bisnis Kuliner”.


https://www.makanabis.com/post/article/new-normal-dan-dampaknya-pada-bisnis-
kuliner. (diakses pada 23 September 2021)
Mayasari, Ira dan Adrian Sesar P. 2021. Analisis Potensi Wisata Kuliner dalam Pengembangan
Pariwisata di Kota Pontianak Kalimantan Barat. Jurnal Pendidikan dan Perhotelan. 1(1):
10. http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpp/article/view/20068/10599. (diakses
pada 21 September 2021)

Mudjiyanto, Bambang dan Emilsyah Nur. 2013. "Semiotika Dalam Metode Penelitian
Komunikasi Semiotics In Research Method of Communication." Jurnal 16.1
https://media.neliti.com/media/publications/222421-semiotics-in-research-method-
of-communic.pdf (diakses pada 27 September 2021)

Nugrahani, Farida. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta. 

http://digilibfkip.univetbantara.ac.id/materi/Buku.pdf ( diakses pada 23 September


2021 )

Prakoso, Fajar Adi. Dampak Coronavirus Disease (COVID-19) terhadap Industri Food &
Beverages. Jurnal manajemen bisnis, 33(2): 1-6.
https://ejournal.stieibbi.ac.id/index.php/jmb/article/view/81. (diakses pada 21
September 2021)

Putri, Vanya K.M. 2021. “Ekonomi Sektor Informal: Pengertian, Ciri-ciri, Istilah, dan Perannya”.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/30/102821969/ekonomi-sektor-
informal-pengertian-ciri-ciri-istilah-dan-perannya. (diakses pada 22 September 2021)

Satrya, Dewa Gde. 2010. Wisata Kuliner sebagai Penyelamat PKL di Kota Surabaya. Jurnal
Berkala Ilmu Ekonomi, 4(1), 1-17. https://journal.trunojoyo.ac.id/neo-
bis/article/view/578/548. (diakses pada 22 September 2021)

Sayrani, L. P. (2018). Sektor Informal dan Kontribusinya dalam Kehidupan Sosial-Ekonomi


Warga Kota Kupang. Jurnal Inovasi Kebijakan, 3(1), 1–13.
http://jurnalinovkebijakan.com/index.php/JIK/article/view/22/18. (diakses pada 22
September 2021)

Sutopo, Y.K dan R.R. Retno Ardianti. 2014. Analisa Pengelolaan Sumber Daya Manusia Sektor
Formal dan Sektor Informal. Agora, 2(1): 2.
http://publication.petra.ac.id/index.php/manajemen-bisnis/article/view/1498.
(diakses pada 27 September 2021)

Syarifuddin, Didin, Chairil M. Noor, and Acep Rohendi. 2018. "Memaknai Kuliner Lokal Sebagai
Daya Tarik Wisata Kota Bandung." Jurnal Abdimas BSI: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat 1.1.

Wiradiputra, Faikar Adam dan Erlangga Brahmanto. 2016. Analisis Persepsi Wisatawan
Mengenai Penurunan Kualitas Daya Tarik Wisatawan terhadap Minat Berkunjung. Jurnal
Pariwisata, 3(2): 136.
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp/article/view/1561/1159. (diakses pada
26 September 2021)

World Health Organization. https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-


for-public. (diakses pada 21 September 2021)

Anda mungkin juga menyukai