Anda di halaman 1dari 20

Industri wisata bahari di masa pandemi covid-19

Disusun oleh :
Nadira Utami (230204200022)

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Program Studi Pariwisata Bahari
Universitas Padjadjaran
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama
dengan judul “Ekonomi Maritim dari Sektor Industri Pariwisata Bahari di Tengah
Pandemik Covid- 19”.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi melalui jurnal junal nasional dan
internasional dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah
yang dapat di pertanggung jawabkan hasilnya. Saya ucapkan terima kasih kepada pihak
terkait yang telah membantu kami dalam menghadapi berbagai tantangan dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah
ini. Oleh karena itu kritik dan sarn dari pembaca yang bersifat membangun sangat saya
harapkan Terima kasih dan Semoga Makalah ini dapat memberikan sumbangan positif bagi
kita semua.

Jakarta , 3 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………...3

1.1 Latar belakang…………………………………………………………………...3-4


1.2 Rumusan masalah………………………………………………………………….4
1.3 Tujuan penelitian………………………………………………………………...4-5
1.4 Manfaat penelitian …………………………………………………………………5

BAB II STUDI LITERATUR……………………………………………………………….6

BAB III PEMBAHASA……………………………………………………………………..7

3.1 Definisi Pariwisata dan Wisata bahari…………………………………………...7-8


3.2 Pelaku pariwisata ………………………………………………………………..8-9
3.3 Dampak pariwisata terhadap perekonomian …………………………………...9-11
3.4 Dampak Pandemik Covid 19 pada ekonomi maritim di sektor pariwisata….…11-
14
3.5 Data Sekunder ………………………………………………………………...14-16

BAB IV KESIMPULAN …………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhir tahun 2019 dunia dikejutkan dengan adanya new emerging


infectious disease di China yang disebabkan oleh Coronavirus Disease
(Covid-19). Covid-19 merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan
dengan gejala demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak napas, letih, dan
lesu. Pada kasus berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan
akut, hingga kematian
Akhir tahun 2019 dunia dikejutkan dengan adanya new emerging
infectious disease di China yang disebabkan oleh Coronavirus Disease
(Covid-19). Covid-19 merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan
dengan gejala demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak napas, letih, dan
lesu. Pada kasus berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan
akut, hingga kematian
Akhir tahun 2019 dunia dikejutkan dengan adanya new
emerginginfectious disease di China yang disebabkan oleh Coronavirus
Disease(Covid-19). Covid-19 merupakan virus yang menyerang sistem
pernapasandengan gejala demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak napas, letih,
danlesu. Pada kasus berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasanakut,
hingga kematian. Pada awalnya virus ini diduga akibat paparan pasar grosir makanan
laut huanan yang banyak menjual banyak spesies hewan hidup. Penyakit ini dengan
cepat menyebar di dalam negeri ke bagian lain China (Dong et al., 2020). Tanggal 18
Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat lima pasien yang dirawat dengan Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) (Ren L et al., 2020). Sejak 31 Desember
2019 hingga 3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat, ditandai dengan
dilaporkannya sebanyak 44 kasus (Susilo et al., 2020).

Akibat dari pandemic covid -19 ini banyak Negara yang ikut terjangkit dengan virus
covid -19 ini. Indonesia merupakan salah satu Negara yang terjangkit Virus covid-19 ini.
Hingga Rabu (2/12/2020) sinang, tercatat bahwa ada 5.533 kasus baru. Sehingga total kasus
virus covid 19 di Indonesia menjadi 549.508 orang. Untuk jumlah pasien yang sembuh
bertambah sebanyak 4.001 orang. Sehingga total yang sembuh sampai sekarang adalah

1
458.880 orang. Sednagkan 17.199 pasien positif virus covid 19 dilaporkan meninggal
dunia.Jumlah tersebut bertambah 118 dari pengumuman di hari sebelumnya. Penyebaran
virus covid 19 di Indonesia tersebar dalam 34 provinsi di Indonesia. (tribunnews.com, 2
Desember 2020). Dari adanya data diatas maka pandemic Covid 19 telah menjadi
permasalahan global dan menimbulkan banyak dampak bagi aktivitas masyarakat
internaisonal. Seperti permasalahan pada sector ekonomi saya merupakan permasalah yang
sangat terasa pada saat pandemic covid 19 ini

Langkah langkah Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, telah melakukan


berbagai langkah pencegahan masuknya COVID-19 ke wilayah Indonesia,
yaituMenerbitkan surat edaran kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota,
Rumah Sakit Rujukan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), dan Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan (BTKL), untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam
menghadapi kemungkinan masuknya penyakit ini. Kementerian Kesehatan membuka
kontak layanan yang dapat diakses masyarakat untuk mencari informasi perihal virus
corona. Nomor layanan informasi yang dapat dihubungi adalah 0215210411 dan
+6281212123119. Serta banyak nya penundaan seluruh penerbangan dan acara acara yang
akhirnya menimbulkan keramaian atau kerumunan.

Dari adanya pandemic covid 19 meneyebabkan penurunan dari sector wisatawan yang
berkunjung di Indonesia. Bisnis wisata selam yang anjlok ini membuat seluruh pelaku
usaha wisata selam (wiisata bahari) memutar otak untuk bertahan hidup semampu mungkin.
Semua pelaku usaha banting setir untuk bertahan hidup demi mencukupi kebutuhan rumah
tangga, salah satunya menjual hasil laut. Sementara itu bagi pelaku usaha wisata selam
yang berada di kota besar, ia bersama rekan rekan lainnya hanya bertahan di rumah dan
sebagian memulai berdagang lewat platform online. Sehingga banyak daerah yang sector
pariwisata bahari nya sangat berdampak adalah Bali, Kepulauan Riau, Bangka Belitung,
Jakarta, Medan , Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah

 Definisi Pariwisata dan Wisata bahari

2
 pelaku pariwisata
 Dampak pariwisata terhadap perekonomian
 Dampak Pandemik Covid 19 pada ekonomi maritim di sector pariwisata!
 Data Sekunder tentang kondisi Ekonomi Maritim di sektor pariwisata baharipada saat
pandemic Covid 19

1.3 Tujuan Penelitian

 Untuk menngetahui pngertian pariwisata dan wisata bahari


 Untuk menngetahui siapa pelaku pariwisata ?
 Untuk menngetahui dampak pariwisata terhadap perekonomian
 Untuk menngetahui dampak pandemik covid 19 pada ekonomi maritim di sector
pariwisata
 Untuk menngetahui Data Sekunder tentang kondisi Ekonomi Maritim di sektor
pariwisata baharipada saat pandemic Covid 19

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat yang diharapkan dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut :

1) Manfaat Teoritis
Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan lebih luas mengenai
laporan keuangan manufaktur. Mengetahui pengertian laporan keuangan
manufaktur. mengetahui komponen dan elemen yang terdapat dalam perushaan
manufaktur, mengetahui perbedaan laporan keuangan perusahaan manufaktur
dengan laporan keuangan perusahaan jasa dan dagang, mengetahui jenis-jenis yang
terdapat dalam laporan keuangan manufaktur, dan dapat mengetahui cara menyusun
laporan keuangan manufaktur.

2) Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca

3
Untuk dijadikan referensi dalam mengetahui dampak pamdemi covid 19 pada
ekonomi maritime dari sektor industry pariwisata bahari
b. Bagi Penulis
Untuk sarana menambah ilmu pengetahuan dan penerapan teori yang diperoleh
dengan praktek yang sesungguhnya. Serta mengetahui apa yang terjadi pada
ekonomi maritime dari sektor industry pariwisata bahari di tengah pamdemi
covid 19
BAB II
STUDI LITERATUR

Secara etimologis; pariwisata berasal dari bahasa Sanskerta, “pari” berarti banyak,
berkali-kali, dan “wisata” berarti perjalanan atau bepergian. Menurut Yoeti (1996) dalam
Kodhyat (1996), berdasarkan waktu pengembangan, sejarah pariwisata Indonesia dibagi
menajdi 3, yaitu masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, dan masa setelah
Kemerdekaan.

Menurut Undang-Undang Dasar No. 10 Tahun 2009 tentang pariwisata, pariwisata


adalah kegiatan wisata dan didukung dengan berbagai fasilitas, serta dukungan layanan
yang tersedia dan disediakan oleh masyarakat sekitar, pemerintah pusat, dan pemerintah
daerah..

Merujuk kepada permasalahan penurunan angka pengunjung sektor pariwisata,


menurut sebuah data riset yang dipublikasi oleh BPS daei bulan Januari hingga Juli,
persentase kondisi kunjungan saat ini hanya berkisar 66,26% dari total kunjungan
wisatawan dalam periode yang dimaksud.

Sebuah data yang dibentuk oleh Bidang Pariwisata DKOKP bahkan menyebutkan
bahwa angka kunjungan wisatawan pada triwulan hanya sekitar 64,924 orang, dan hanya
meningkat sekitar 2,026 orang untuk masa triwulan III. Selama pemberlakuan PSBB,
okupasi hotel disekitar perairan juga turut merasakan dampak dari pandemi. Tercatata,

4
bahwa omzet yang dicapai hanya berada di bawah angka 50% dari keuntungan semula
sebelum pandemo.

BAB III

5
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Pariwisata dan Wisata bahari

Menurut terminologi pariwisata diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata dapat


terbentuk apabila ada pelaku wisata (demand) yang memang mempunyai motivasi untuk
melakukan perjalanan wisata, ketersediaan infrastruktur pendukung, keberadaan obyek
wisata dan atraksi wisata yang didukung dengan sistem promosi dan pemasaran yang baik
serta pelayanan terhadap para pelaku wisata (supply). Terkait dengan Undang-undang
No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Menurut World Tourism Organization (WTO) (Pitana,2009 dalam Pengantar Ilmu


Pariwisata), pariwisata didefinisikan sebagai kegiatan seseorang yang bepergian ke atau
tinggal di suatau tempat di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu
tahun secara terus-menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya.

Menurut Gamal (2002), pariwisata merupakan sebagai bentuk suatu proses


kepergian sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya.
Charles R. Goeldner, J. R. Brent Ritchie (2009) dalam Tourism: Principles, Practices,
Philosophies menyatakan bahwa setiap usaha untuk mendefinisikan pariwisata dan untuk
menggambarkan ruang lingkungan sepenuhnya harus mempertimbangkan berbagai
kelompok yang dipengaruhi dan berpartisipasi dalam industri ini. Perspektif mereka sangat
penting bagi perkembangan suatu definisi yang komprehensif.

Wisata Bahari adalah seluruh kegiatan yang bersifat rekreasi yang aktifitasnya
dilakukan pada media kelautan atau bahari dan meliputi daemh pantai, pulau-pulau
sekitamya, serta kawasan lautan dalam pengertian pada permukaannya; dalamnya, ataupun
pada dasarnya termasuk didatamnya taman taut I. Aktifitas Wisata Bahari pada dasarnya
mengundang tantangan, keberanian, ketenangan, historis,dan yang lebih penting adalah
cinta terhadap alam lingkungan laut dan kehidupannya. Pada umumnya Taman Wisata
Bahari berlokasi pada tempat yang memiliki lingkungan yang alami, sejuk dall sehat

6
sehingga' dapat mencapai suatu kegiatan rekreasi yang optimal. Dengan melihat kegiatan
yang bersifat rekreasi , maka suatu Taman Wisata Bahari harus memiliki beberapa fasilitas,
didntaranya: Marina (Dermaga), Club· House, Akuarium Laut, Ruang Rekreasi Aktif
Kolam Renang, Area Bermain Anak, Area Bermain Dewasa, Area Tunggang), Ruan
Rekreasi Pasif (Area Berjemur, area Berkemah, Panggung Terbuka), Fasilitas Pengi
Il~lpan, Sarana Restaurant, Cafe, Galeri Seni, Pasar Seni.

3.2 Pelaku Pariwisata

Pelaku pariwisata adalah setiap pihak yang berperan dan terlibat dalam kegiatan
pariwisata. Adapun yang menjadi pelaku pariwisata menurut Damanik dan Weber (2006:
19) adalah:

1. Wisatawan; adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan. Wisatawan


memiliki beragam motif dan latar belakang (minat, ekspektasi, karakteristik sosial,
ekonomi, budaya, dan sebagainya) yang berbeda-beda dalam melakukan kegiatan
wisata. Dengan perbedaan tersebut, wisatawan menjadi pihak yang menciptakan
permintaan produk dan jasa wisata.
2. Industri Pariwisata/ Penyedia Jasa; adalah semua usaha yang menghasilkan barang
dan jasa bagi pariwisata. Mereka dapat digolongkan ke dalam dua golongan utama,
yaitu: a) Pelaku Langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara
langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan.
Termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi
wisata, atraksi hiburan, dan lain-lain. b) Pelaku Tidak Langsung, yaitu usaha yang
mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung
pariwisata, misalnya usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembaran panduan
wisata, dan sebagainya.
3. Pendukung Jasa Wisata; adalah usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk
dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa
dan produk itu. Termasuk di dalamnya adalah penyedia jasa fotografi, jasa
kecantikan, olahraga, penjualan BBM, dan sebagainya.

7
4. Pemerintah; sebagai pihak yang mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan,
dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata.
Tidak hanya itu, pemerintah juga bertanggungjawab dalam menentukan arah yang
dituju perjalanan pariwisata. Kebijakan makro yang ditempuh pemerintah
merupakan panduan bagi stakeholder yang lain dalam memainkan peran
masingmasing.
5. Masyarakat Lokal; adalah masyarakat yang bermukim di kawasan wisata. Mereka
merupakan salah satu aktor penting dalam pariwisata karena sesungguhnya
merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan
kualitas produk wisata. Selain itu, masyarakat lokasi merupakan pemilik langsung
atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan,
dan lanskap yang merupakan sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi oleh
wisatawan dan pelaku wisata lainnya beraa di tangan mereka. Kesenian yang
menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Oleh
sebab itu, perubahan-perubahan yang terjadi di kawasan wisata akan bersentuhan
langsung dengan kepentingan mereka.
6. Lembaga Swadaya Masyarakat; merupakan organisasi non-pemerintah yang sering
melakukan aktivitas kemasyarakatan di berbagai bidang, termasuk di bidang
pariwisata, seperti proyek WWF untuk perlindungan Orang Utan di Kawasan
Bahorok Sumatera Utara atau di Tanjung Putting Kalimantan Selatan, Kelompok
Pecinta Alam, Walhi, dan lain-lain

3.3 Dampak pariwisata terhadap perekonomian !

Pariwisata seringkali dipersepsikan sebagai mesin penggerak ekonomi atau


penghasil devisa bagi pembangunan ekonomi di suatu negara, tanpa terkecuali di Indonesia.
Namun demikian pada kenyataannya, pariwisata memiliki spektrum fundamental
pembangunan yang lebih luas bagi suatu negara. Seiring dengan hal di atas, menurut
IUOTO (International Union of Official Travel Organization) yang dikutip oleh Spillane
(1993), pariwisata mestinya dikembangkan oleh setiap negara karena delapan alasan utama
seperti berikut ini: (1) Pariwisata sebagai faktor pemicu bagi perkembangan ekonomi

8
nasional maupun international; (2) Pemicu kemakmuran melalui perkembangan
komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya; (3) Perhatian khusus
terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi; (4) Pemerataan
kesejahteraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi wisatawan pada sebuah destinasi; (5)
Penghasil devisa; (6) Pemicu perdagangan international; (7) Pemicu pertumbuhan dan
perkembangan lembaga pendidikan profesi pariwisata maupun lembaga yang khusus yang
membentuk jiwa hospitality yang handal dan santun, dan (8) Pangsa pasar bagi produk
lokal sehingga aneka ragam produk terus berkembang, seiring dinamika sosial ekonomi
pada daerah suatu destinasi.

Pada sisi yang berbeda, walaupun pariwisata telah diakui sebagai faktor penting
stimulator penggerak perekonomian di beberapa negara di dunia, namun pariwisata juga
menyembunyikan beberapa hal yang jarang diungkap dan dihitung sehingga sangat sulit
untuk ditelusuri perannya atau kerugiannya. Berikut beberapa dampak pariwisata terhadap
perekonomian.

Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian:

1. Foreign Exchange Earnings


Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian masyarakat lokal
menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan sektor keuangan
bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya. Pengalaman di beberapa
negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi wisata juga menyebabkan
bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk memberikan pelayanan dan kemudahan
bagi wisatawan selama mereka berwisata.
2. Contributions To Government Revenues
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi dua,
yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari
pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis
pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan
suatu destinasi. Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap

9
pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di
import dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung.
3. Employment Generation
Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti bahwa
sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap penciptaan
peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi,
restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.
4. Infrastructure Development
Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah lokal untuk
menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik,
telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai
konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik
wisatawan dan juga masyarakat local itu sendiri sebagai tuan rumah.
5. Development of Local Economies
Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk mengukur nilai ekonomi
pada suatu kawasan wisata. Sementara ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit
untuk dihitung karena tidak semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan
jelas seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir taksi tidak
resmi, pramuwisata tidak resmi, dan lain sebagainya.

3.4 Dampak Pandemik Covid 19 pada ekonomi maritim di sector pariwisata

Sejak diberlakukannya kebijakan social distancing atau pembatasan sosial atau menjaga
jarak hingga PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sebagai upaya pencegahan
penyebaran Covid-19 di Indonesia. Segala aktivitas menjadi lumpuh termasuk aktivitas
perekonomian. Salah satu sektor perekonomian yang terkena imbas dari Covid-19 ini
adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata yang digaungkan menjadi pemberi kontribusi
besar terhadap devisa negara di tahun 2020 menjadi runtuh dikarenakan dampak dari
Covid-19. Adapun dampak dari Covid-19 terhadap wisata bahari di Indonesia berpengaruh
terhadap:

10
1. Pendapatan Asli Daerah

Kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor non-migas yang diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Negara. Usaha
mengembangkan dunia pariwisata ini didukung dengan UU No 10 Tahun 2009 yang
menyebutkan bahwa keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan sangat
menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatnya
taraf hidup masyarakat dan memperluas kesempatan kerja mengingat semakin banyaknya
pengangguran saat ini, meningkatkan rasa cinta lingkungan serta melestarikan alam dan
budaya setempat.

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada era otonomi daerah pada sektor
kepariwisataan, dengan sifatnya yang multi sektor dan multi efek berpotensi untuk
menghasilkan pendapatan yang besar. Dengan berkembangnya sektor kepariwisataan akan
menghasilkan pendapatan wilayah dari berbagai sisi diantaranya retribusi masuk obyek
wisata, pajak hotel, restoran dan industri makanan, perijinan usaha pariwisata maupun
penyerapan tenaga kerja dari sektor formal maupun informal.

Namun, sektor pariwisata yang diharapkan menjadi pemberi kontribusi terbesar bagi
devisa negara terhambat karena adanya Covid-19 ini. Destinasi-destinasi wisata di
Indonesia mengalami penurunan pengunjung yang cukup drastis. Bali misalnya, destinasi
wisata yang sumber pemasukan nomor satunya adalah wisatawan mancanegara merasakan
imbas yang besar dari adanya Covid-19 ini. Terlebih wisatawan asing yang menjadi
penyumbang pendapatan terbanyak adalah wisatawan dari China. Dilansir dari laman
CNBC Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS), wisatawan China
memberi kontribusi sekitar 12% terhadap total wisatawan asing yang datang ke Indonesia
hingga Oktober 2019. Setiap tahun secara total sekitar 2 juta wisatawan China ke
Indonesia. Namun, sejak merebaknya Covid-19, pemerintah China telah menghentikan
sejumlah rencana perjalanan ke luar negeri, ini berarti akan mempengaruhi pendapatan
pariwisata Indonesia. Indonesia juga menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) di beberapa daerah dan ada pula beberapa daerah yang telah menutup akses keluar-

11
masuk daerah tersebut. Hal ini berarti tidak ada aktivitas di luar rumah baik itu aktivitas
perekonomian maupun yang lainnya.

Destinasi pariwisata yang seharusnya meningkatkan kehidupan perekonomian


masyarakat di daerah menjadi lumpuh karena adanya Covid-19. Pendapatan dari berbagai
sisi diantaranya retribusi masuk obyek wisata, pajak hotel, restoran dan industri makanan
serta perijinan usaha pariwisata lumpuh akibat tidak adanya pengunjung atau wisatawan
baik mancanegara maupun domestik. Beberapa hotel dan restoran yang menjadi bagian dari
sektor pariwisata benar-benar merasakan dampak dari Covid-19 ini. Bahkan tidak sedikit
restoran dan hotel yang terpaksa harus mem-PHK para pekerjanya karena harus
menghitung resiko yang ditanggungnya.

Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa Covid-19 memberikan dampak
negatif yang besar terhadap pendapatan asli daerah karena pendapatan-pendapatan yang
seharusnya menjadi kontribusi bagi daerah tersebut menjadi lumpuh dikarenakan tidak
adanya pengunjung di sektor pariwisata ini.

2. Perekonomian UMKM Sektor Pariwisata

Pembangunan pada sektor pariwisata nasional dan daerah bertujuan untuk


menggerakan kegiatan ekonomi, sekaligus menciptakan peluang lapangan dan kesempatan
kerja dan usaha bagi masyarakat daerah tersebut. Pariwisata adalah salah satu jenis industri
baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja,
peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya.
Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga merealisasi industri - industri lokal seperti
industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.

Pengembangan ekonomi lokal merupakan suatu konsep pembangunan ekonomi


yang mendasarkan pada pendayagunaan sumber daya lokal yang ada pada suatu
masyarakat, sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya kelembagaan.
Pendayagunaan sumberdaya tersebut dilakukan oleh masyarakat itu sendiri bersama
pemerintah lokal maupun kelompok-kelompok kelembagaan berbasis masyarakat yang ada.

12
Adanya sektor pariwisata yang menjanjikan, mutlak diperlukan suatu sarana
pendukung untuk dapat memfasilitasi wisatawan. Salah satu pendukung sektor pariwisata
adalah adanya usaha mikro kecil menengah yang kian pesat berkembang. UMKM sangat
berperan dalam pembangunan pariwisata. Ciri khas suatu daerah biasanya sering dicari oleh
wisatawan dan tidak jarang yang mampu menyediakan kebutuhan kekhasan suatu daerah
adalah berawal dari UMKM.

UMKM merupakan sektor informal dengan kegiatan produksi barang dan jasa,
berskala kecil, unit-unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak
menggunakan tenaga kerja (padat karya), dan teknologi yang dipakai relatif sederhana.
UMKM berperan penting menciptakan pasar-pasar, mengembangkan perdagangan,
mengelola sumber alam, mengurangi kemiskinan, membuka lapangan kerja, membangun
masyarakat dan menghidupi keluarga mereka. UMKM di sektor pariwisata menyediakan
kebutuhan bagi wisatawan yang kian hari semakin tumbuh berkembang.

Dengan adanya Covid-19 ini berimbas langsung terhadap penurunan ekonomi


UMKM, terlebih bagi para pelaku UMKM yang bergantung pada wisatawan di destinasi
pariwisata suatu daerah. Sepi pengunjung bahkan tidak ada sama sekali pengujung destinasi
wisata melumpuhkan perekonomian UMKM. UMKM ini terdiri dari pengusaha kerajinan,
pembuatan souvenir, penjual cinderemata atau oleh-oleh, penyedia jasa penukaran uang,
pemandu wisata dan seluruh elemen pendukung jasa wisata terpaksa kehilangan mata
pencaharian dan pendapatan.

Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan UMKM sebagai sektor yang
bertahan pada masa krisis ekonomi 1998 pun tidak dapat menghindar dari dampak wabah
Covid-19 ini. Banyak UMKM yang tidak dapat lagi beroperasi dikarenakan permintaan
yang semakin menurut akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Permintaan akan
suatu barang atau jasa yang semakin menurun secara otomatis berimbas pada penurunan
pendapatan para pelaku UMKM.

3.5 Data Sekunder

13
Wisatawan Mancanegara yang Datang ke Indonesia Melalui 26 Pintu Masuk Utama (orang)
Tahun 2014 – Maret 2020

Memasuki awal tahun 2020, dunia pariwisata mengalami penurunan kinerja sejalan
dengan meluasnya pandemi ke berbagai negara. Banyak negara mulai membatasi bahkan
menutup aktivitas perjalanan wisata. Fenomena tersebut membuat sektor pariwisata
semakin menurun, termasuk di Indonesia. Meluasnya pandemi menyebabkan kunjungan
wisatawan mancanegara hingga bulan Maret terus mengalami penurunan. Pada Januari,
kunjungan wisman melalui 26 pintu masuk utama tercatat sebesar 1,27 juta pengunjung
atau menurun 7,62 persen dibandingkan Desember 2019 (Tabel 9.1). Sementara pada bulan
Februari, kunjungan wisman menurun sebesar 32,08 persen menjadi 863,96 ribu wisman.
Kondisi tersebut terus berlanjut hingga bulan Maret, dimana kunjungan wisman mencapai
470,90 ribu atau menurun sebesar 45,50 persen dari bulan sebelumnya.

14
Apabila dilihat lebih lanjut, pada Januari hingga Maret 2020 grafik kunjungan
wisman terus menunjukkan penurunan. Bandara Ngurah Rai di Bali masih menjadi pintu
masuk dengan kedatangan wisman tertinggi. PadacJanuari 2020, jumlah wisman yang
datang melalui Bandara Ngurah Rai tercatatcsebanyak 526,823 ribu. Selanjutnya, diikuti
oleh Bandara Soekarno-Hatta dengan kedatangan wisman mencapai 173,45 ribu, Bandara
Hang Nadim di Batam sebanyak 156,75 ribu, dan Bandara Juanda sebanyak 17,05 ribu.
Pada Februari dan Maret, jumlah wisman yang datang ke Indonesia menurun di semua
pintu masuk utama. Di Bandara Ngurah Rai misalnya, terjadi penurunan jumlah kedatangan
wisman sebesar 24,46 persen pada bulan Februari dibandingkan bulan Januari 2020.
Selanjutnya, pada Maret wisman yang datang melalui Bandara Ngurah Rai hanya mencapai
155,85 ribu atau menurun sebesar 56,50 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi
yang sama juga terjadi pada Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Juanda, dan Bandara Hang
Nadim dimana kunjungan wisman terus mengalami penurunan hingga 50 persen secaram
month to month.

15
BAB IV

KESIMPULAN

Indonesia memiliki potensi wisata untuk dikembangkan menjadi destinasi


pariwisata tingkat dunia. Bangsa kita memiliki keindahan alam, kekayaan budaya nan
beragam, serta penduduk yang watak dan moralitasnya mendukung kenyamanan wisatawan
berkunjung. Potensi sektor pariwisata Indonesia sudah pasti dapat memberikan kontribusi
yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata yang digaungkan menjadi
pemberi kontribusi besar terhadap devisa negara di tahun 2020 menjadi runtuh dikarenakan
dampak dari Covid-19. Adapun dampak dari Covid-19 terhadap wisata bahari di Indonesia
berpengaruh terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Perekonomian
UMKM Sektor Pariwisata.

Covid-19 memberikan dampak negatif yang besar terhadap pendapatan asli daerah
karena pendapatan-pendapatan yang seharusnya menjadi kontribusi bagi daerah tersebut
menjadi lumpuh dikarenakan tidak adanya pengunjung di sektor pariwisata ini. Banyak
UMKM yang tidak dapat lagi beroperasi dikarenakan permintaan yang semakin menurun
sebagai imbas dari Covid-19. Upaya pemerintah Indonesia dalam mempertahankan sektor
pariwisata dari dampak negatif Covid-19 dengan pemberian insentif terhadap industri
pariwisata dan pemberian diskon kepada wisatawan. Akan tetapi pemberian diskon kepada
wisatawan tidak banyak membantu sampai virus ini mereda.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/343012086_Indonesia_dalam_Menghadapi_Pand
emi_Covid-19

https://www.hestanto.web.id/definisi-pariwisata-indikator-perkembangan-objek-dan-daya-
tarik/

https://www.tubancity.com/definisi-wisata-bahari.html

https://text-id.123dok.com/document/ozlr71doz-pelaku-wisata-pariwisata-a-pengertian-
pariwisata.html

https://www.bps.go.id/publication/download.html?
nrbvfeve=YmU3NTY4YWQ0OTY4MjlmMzVjZWE0YjI3&xzmn=aHR0cHM6Ly93d3cu
YnBzLmdvLmlkL3B1YmxpY2F0aW9uLzIwMjAvMDkvMTYvYmU3NTY4YWQ0OTY
4MjlmMzVjZWE0YjI3L2xhcG9yYW4tcGVyZWtvbm9taWFuLWluZG9uZXNpYS0yMD
IwLmh0bWw%3D&twoadfnoarfeauf=MjAyMC0xMi0wMyAxMDoyODowMw%3D%3D

Budiyanti, Eka. 2020. “Dampak Virus Corona Terhadap Sektor Perdagangan Dan
Pariwisata Indonesia”, Jurnal Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Info Singkat: Kajian
Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis, Vol. 12 No.4.
Lisbet. 2020. “Penyebaran Covid-19 Dan Respons Internasional”, Jurnal Bidang
Hubungan Internasional Info Singkat: Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis,
Vol. 12 No.5.
Ayuni Kesuma, Nurmalaika dan Supriono. 2019. “Analisis Pengembangan Potensi Wisata
Bahari (Studi Pada Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo)”, Jurnal Administrasi Bisnis.
Vol. 71 No. 1.

iii

Anda mungkin juga menyukai