Disusun oleh :
Kelompok 19 J & K
Ni Nengah Bela Ariyanti (018.06.0007)
Baiq Gita Farishia (018.06.0014)
Irham Hari Purnama (015.06.0007)
Nabila Nuralia Rosi (018.06.0015)
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Tujuan .................................................................................... 1
1.3 Manfaat................................................................................... 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 3
BAB III : LAPORAN KEGIATAN..................................................... 17
3.1 Laporan Kasus (Identitas Pasien) ............................................ 17
3.2 Heteroanamnesis ..................................................................... 17
3.3 Pemeriksaan Fisik ................................................................... 18
3.4 Pemeriksaan Penunjang........................................................... 18
3.5 Hasil Pemeriksaan .................................................................. 18
3.6 Diagnosis Pemeriksaan .......................................................... 20
3.7 Planning Terapi ..................................................................... 20
3.8 Pembahasan ........................................................................... 20
3.6.1 Covid-19 ....................................................................... 20
3.6.2 Travel Bubble ............................................................... 22
3.9 Laporan Kegiatan.................................................................... 22
3.9.1 Bidang PKSE ............................................................... 22
3.9.2 Bidang UKLW .............................................................. 25
3.9.3 Bidang PRL................................................................... 27
BAB IV : PENUTUP............................................................................ 27
4.1 Kesimpulan ..................................................................................... 27
4.2 Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui trevel medicine mengenai konsultasi pra, during dan
post travel di masa pandemi
1.2.2 Untuk mengetahui kegiatan KKP cegah tanagkal penyakit melalui
kegiatan pengawasan dan pemeriksaan pelaku perjalanan domestik dan
Internasional dimasa pandemi.
1
1.3 Manfaat
1.3.1 Dapat mengetahui trevel medicine mengenai konsultasi pra, during dan
post travel di masa pandemi
1.3.2 Dapat mengetahui kegiatan KKP cegah tanagkal penyakit melalui
kegiatan pengawasan dan pemeriksaan pelaku perjalanan domestik dan
Internasional dimasa pandemi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
COVID-19). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru
yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab
COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah
menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan
Dunia/ Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC).
Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi
penyebaran antar negara.
Dalam rangka implementasi International Health Regulation/ IHR (2005),
pelabuhan, bandara, dan Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN) melakukan
kegiatan karantina, pemeriksaan alat angkut, pengendalian vektor serta tindakan
penyehatan. Implementasi IHR (2005) di pintu masuk negara adalah tanggung
jawab Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) beserta segenap instansi di pintu
masuk negara. Kemampuan utama untuk pintu masuk negara sesuai amanah IHR
(2005) adalah kapasitas dalam kondisi rutin dan kapasitas dalam kondisi
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD).
Kegiatan di pintu masuk negara meliputi upaya detect, prevent, dan respond
terhadap COVID-19 di pelabuhan, bandar udara, dan PLBDN. Upaya tersebut
dilaksanakan melalui pengawasan alat angkut, orang, barang, dan lingkungan
yang datang dari wilayah/ negara terjangkit COVID-19 yang dilaksanakan oleh
KKP dan berkoordinasi dengan lintas sektor terkait.
Dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi ancaman COVID-19 maupun
penyakit dan faktor risiko kesehatan yang berpotensi Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat (KKM) lainnya di pintu masuk (pelabuhan, bandar udara, dan
PLBDN), diperlukan adanya dokumen rencana kontinjensi dalam rangka
menghadapi penyakit dan faktor risiko kesehatan berpotensi KKM. Rencana
Kontinjensi tersebut dapat diaktifkan ketika ancaman kesehatan yang berpotensi
KKM terjadi. Rencana kontinjensi disusun atas dasar koordinasi dan kesepakatan
bersama antara seluruh pihak terkait di lingkungan bandar udara, pelabuhan, dan
PLBDN. Dalam rangka kesiapsiagaan tersebut perlu dipersiapkan beberapa hal
meliputi norma, standar, prosedur, kriteria (NSPK), kebijakan dan strategi, Tim
Gerak Cepat (TGC), sarana prasarana dan logistik, serta pembiayaan. Secara
4
umum kesiapsiagaan tersebut meliputi:
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
• Membentuk atau mengaktifkan TGC di wilayah otoritas pintu masuk
negara di bandara/ pelabuhan/ PLBDN. Tim dapat terdiri atas petugas
KKP, Imigrasi, Bea Cukai, Karantina Hewan dan unit lain yang relevan di
wilayah otoritas pintu masuk negara yang memiliki kompetensi yang
diperlukan dalam pencegahan importasi penyakit.
• Peningkatan kapasitas SDM yang bertugas di pintu masuk negara dalam
kesiapsiagaan menghadapi COVID-19 dengan melakukan pelatihan/drill,
table top exercise, dan simulasi penanggulangan COVID-19.
• Meningkatkan kemampuan jejaring kerja lintas program dan lintas sektor
dengan semua unit otoritas di bandara/ pelabuhan/ PLBDN.
b. Sarana dan Prasarana
• Tersedianya ruang wawancara, ruang observasi, dan ruang karantina untuk
tatalaksana penumpang. Jika tidak tersedia maka menyiapkan ruang yang
dapat dimodifikasi dengan cepat untuk melakukan tatalaksana penumpang
sakit yang sifatnya sementara.
• Memastikan alat transportasi (ambulans) penyakit menular ataupun
peralatan khusus utk merujuk penyakit menular yang dapat difungsikan
setiap saat untuk mengangkut ke RS rujukan. Apabila tidak tersedia
ambulans khusus penyakit menular, perujukan dapat dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi (menggunakan Alat Pelindung Diri/
APD lengkap dan penerapan disinfeksi)
• Memastikan fungsi alat deteksi dini (thermal scanner) dan alat penyehatan
serta ketersediaan bahan pendukung.
• Memastikan ketersediaan dan fungsi alat komunikasi untuk koordinasi
dengan unit-unit terkait.
• Menyiapkan logistik penunjang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
antara lain obat-obat suportif (life-saving), alat kesehatan, APD, Health
Alert Card (HAC), dan melengkapi logistik lain, jika masih ada
kekurangan.
5
• Menyiapkan media komunikasi risiko atau bahan Komunikasi, Informasi,
dan Edukasi (KIE) dan menempatkan bahan KIE tersebut di lokasi yang
tepat.
• Ketersediaan pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 untuk
petugas kesehatan, termasuk mekanisme atau prosedur tata laksana dan
rujukan pasien.
6
5. PPDN dengan kondisi kesehatan khusus atau penyakit komorbid yang
menyebabkan pelaku perjalanan tidak dapat menerima vaksinasi,
dikecualikan terhadap syarat vaksinasi, tidak wajib menunjukkan hasil
negatif tes RT-PCR atau rapid test antigen dan wajib melampirkan surat
keterangan dokter dari Rumah Sakit Pemerintah yang menyatakan bahwa
yang bersangkutan belum dan/atau tidak dapat mengikuti vaksinasi Covid-19.
6. Ketentuan sebagaimana diatur dalam angka 2, angka 3 dan angka 5
dikecualikan bagi PPDN pengguna moda transportasi perintis termasuk di
wilayah perbatasan, daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), dan pelayaran
terbatas.
SE N0 24 TAHUN 2022
7
Imigrasi, dsb.
b. Pengawasan Kedatangan Barang
Meningkatkan pengawasan barang (baik barang bawaan maupun barang
komoditi), khususnya yang berasal dari negara-negara terjangkit, terhadap
penyakit maupun faktor risiko kesehatan, melalui pemeriksaan dokumen
kesehatan dan pemeriksaan faktor risiko kesehatan pada barang (pengamatan
visual maupun menggunakan alat deteksi).
c. Pengawasan Lingkungan
Meningkatkan pengawasan lingkungan pelabuhan, bandar udara, PLBDN,
dan terbebas dari faktor risiko penularan COVID-19.
d. Komunikasi risiko
Melakukan penyebarluasan informasi dan edukasi kepada pelaku perjalanan
dan masyarakat di lingkungan pelabuhan, bandar udara, dan PLBDN. Dalam
melaksanakan upaya deteksi dan respon, KKP berkoordinasi dengan lintas
sektor terkait lainnya, seperti Dinkes di wilayah, RS rujukan, Kantor Imigrasi,
Kantor Bea dan Cukai, maupun pihak terkait lainnya, serta menyampaikan
laporan kepada Dirjen P2P, melalui PHEOC apabila menemukan pasien
dalam pengawasan dan upaya-upaya yang dilakukan.
e. Pengawasan Kedatangan Orang
Secara umum kegiatan penemuan kasus COVID-19 di pintu masuk negara
diawali dengan penemuan pasien demam disertai gangguan pernanapasan
yang berasal dari negara/wilayah terjangkit. Berikut kegiatan pengawasan
kedatangan orang:
• Meningkatkan pengawasan terhadap pelaku perjalanan (awak/personel,
penumpang) khususnya yang berasal dari wilayah/negara terjangkit,
melalui pengamatan suhu dengan thermal scanner maupun thermometer
infrared, dan pengamatan visual.
• Melakukan pemeriksaan dokumen kesehatan pada orang.
• Jika ditemukan pelaku perjalanan yang terdeteksi demam dan
menunjukkan gejala-gejala pneumonia di atas alat angkut, petugas KKP
melakukan pemeriksaan dan penanganan ke atas alat angkut dengan
8
menggunakan APD yang sesuai.
• Pengawasan kedatangan orang dilakukan melalui pengamatan suhu tubuh
dengan menggunakan alat pemindai suhu massal (thermal scanner)
ataupun thermometer infrared, serta melalui pengamatan visual terhadap
pelaku perjalanan yang menunjukkan ciri-ciri penderita COVID-19.
• Jika ditemukan pelaku perjalanan yang terdeteksi demam melalui thermal
scanner/thermometer infrared maka pisahkan dan lakukan wawancara dan
evaluasi lebih lanjut.
• Tatalaksana terhadap pelaku perjalanan dilakukan sesuai dengan kriteria
kasus dan kondisi. Jika memenuhi kriteria PDP maka dilakukan:
1. Tatalaksana sesuai kondisi pasien:
a. Gejala ringan: Isolasi diri di rumah
b. Gejala sedang: Rujuk ke RS Darurat
c. Gejala berat: Rujuk ke RS Rujukan (lihat Kepmenkes Nomor
HK.01.07/MENKES/169/2020 tentang Penetapan RS Rujukan
Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu) dengan
menggunakan ambulans penyakit infeksi dengan menerapkan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
2. Melakukan tindakan penyehatan terhadap barang dan alat angkut
3. Mengidentifikasi penumpang lain yang berisiko (kontak erat/OTG)
4. Terhadap kontak erat (dua baris depan belakang kanan kiri) dilakukan
observasi menggunakan formulir.
5. Melakukan pemantauan terhadap petugas yang kontak dengan pasien.
Pencacatan pemantauan menggunakan formulir.
6. Pemberian HAC dan komunikasi risiko
7. Notifikasi ≤ 24 jam ke Ditjen P2P melalui PHEOC ditembuskan ke
Dinas Kesehatan Provinsi dan dilakukan pencatatan menggunakan
formulir notifikasi HAC dan penemuan kasus. Notifikasi ke Dinas
Kesehatan dimaksudkan untuk koordinasi pemantauan kontak
erat/OTG.
9
Bila memenuhi kriteria ODP maka dilakukan:
1. Tatalaksana sesuai diagnosis yang ditetapkan
2. Orang tersebut dapat dinyatakan laik/tidak laik melanjutkan perjalanan
dengan suatu alat angkut sesuai dengan kondisi hasil pemeriksaan
3. Pemberian HAC dan komunikasi risiko mengenai infeksi COVID-19,
informasi bila selama masa inkubasi mengalami gejala perburukan maka
segera memeriksakan ke fasyankes dengan menunjukkan HAC kepada
petugas kesehatan. Selain itu pasien diberikan edukasi untuk isolasi diri di
rumah dan akan dilakukan pemantauan dan pengambilan spesimen oleh
petugas kesehatan.
4. KKP mengidentifikasi daftar penumpang pesawat. Hal ini dimaksudkan bila
pasien tersebut mengalami perubahan manifestasi klinis sesuai definisi
operasional PDP maka dapat dilakukan pemantauan terhadap kontak erat
5. Notifikasi ≤ 24 jam ke Dinkes Prov dan Kab/Kota menggunakan formulir
notifikasi HAC dan penemuan kasus (lampiran 1) untuk dilakukan
pemantauan di tempat tinggal.
Pada penumpang dan kru lainnya yang tidak berisiko dan tidak bergejala
juga dilakukan pemeriksaan suhu menggunakan thermal scanner, pemberian
HAC, notifikasi ke wilayah dan komunikasi risiko. Kegiatan surveilans merujuk
pada kegiatan surveilans bagi pelaku perjalanan dari area/negara terjangkit atau
dari area/negara dengan transmisi lokal COVID-19.
10
3. PPLN yang terdeteksi memiliki gejala yang berkaitan dengan Covid-19
dan/atau memiliki suhu tubuh di atas 37,5 derajat Celcius, wajib menjalani
pemeriksaan konfirmasi RT-PCR.
4. PPLN yang terdeteksi tidak memiliki gejala yang berkaitan dengan Covid-
19 dan memiliki suhu tubuh di bawah 37,5 derajat Celcius, diperkenankan
untuk melanjutkan perjalanan dan dianjurkan untuk melakukan pemantauan
kesehatan mandiri terhadap gejala Covid-19 selama 14 hari dengan
menerapkan protokol kesehatan ketat.
11
Mekanisme Tindak Lanjut Kasus Positif dan Isolasi/Perawatan
1. PPLN dengan hasil pemeriksaan konfirmasi RT-PCR positif tanpa disertai
gejala atau mengalami gejala ringan wajib menjalankan
isolasi/perawatan di hotel isolasi atau fasilitas isolasi terpusat yang
ditetapkan pemerintah atau isolasi mandiri di tempat tinggal dengan
waktu isolasi/perawatan sesuai anjuran Kementerian Kesehatan.
Pembiayaan
1. Biaya pemeriksaan konfirmasi RT-PCR di entry point sebagaimana
dimaksud pada huruf K.3. bagi WNA ditanggung secara mandiri,
sedangkan bagi WNI ditanggung oleh pemerintah.
2. Biaya penanganan Covid-19 dan evakuasi medis bagi WNA dibebankan
secara mandiri, sedangkan bagi WNI ditanggung pemerintah.
3. Biaya vaksinasi di entry point bagi WNI PPLN sebagaimana dimaksud
pada huruf M.1. ditanggung oleh pemerintah.
4. Dalam hal WNA PPLN tidak dapat membiayai pemeriksaan konfirmasi
RT-PCR di entry point dan isolasi/perawatan ketika hasil pemeriksaan
12
konfirmasi RT-PCR menunjukkan hasil positif, sebagaimana dimaksud
pada angka 1 dan angka 2, maka pihak Sponsor,
Kementerian/Lembaga/BUMN yang memberikan pertimbangan izin
masuk bagi WNA tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban yang
dimaksud.
13
2. Ketika Melakukan Proses Wawancara
a. Menjaga jarak minimal satu meter dari pos wawancara ketika
menunggu giliranwawancara dengan petugas.
b. Penumpang yang akan dilakukan wawancara dan anamnesa
menggunakan maskeryang diberikan oleh petugas kesehatan.
c. Bertindak kooperatif dengan melaksanakan arahan petugas
14
ALUR PENGAWASAN KEBERANGKATAN PENUMPANG DOMESTIK
15
• Penyusunan rencana, kegiatan, dan anggaran
• Pelaksanaan pengawasan terhadap penyakit dan faktor risiko
kesehatan dan alat angkut, orang, barang, dan/atau lingkungan
• Pelaksanaan pencegahan terhadap penyakit dan faktor risiko
kesehatan dan alat angkut, orang, barang, dan/atau lingkungan
1. Pelaksanaan respon terhadap penyakit dan faktor risiko kesehatan dan alat
angkut, orang, barang, dan/atau lingkungan
2. Penatalaksanaan pelayanan kesehat pada kegawatdaruratan dan situasi
khusus
3. Pelaksanaan penindakan pelanggaran di bidang kekarantinaan kesehatan
4. Pengelolaan data dan informasi di bidang kekarantinaan kesehatan
5. Pelaksanaan jejaring, koordinasi, dan kerja sama di bidan kekarantinaan
kesehatan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang kekarantinaan
kesehatan
6. Pelaksaan urusan administrasi KKP
7. Pelaksanaan bimbingan teknis di bidang kekarantinaan kesehatan.
16
menghambat perjalanan orang/ barang/ alat angkut. Surveilans epidemiologi
yang dilakukan akan menjadi bahan pengambilan keputusan dan perencanaan di
Kantor Kesehatan Pelabuhan. Selain itu meningkatkan kemampuan petugas
KKP di bidang kekarantinaan juga perlu dilakukan sebagai upaya meningkatkan
pelayanan kekarantinaan. (KKP Mataram, 2019).
17
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
3.2 Heteroanamnesis
Petugas kepolisan dari polsek KP3 (Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan
Pelabuhan ) bersama satu orang tahanan dari Lapas Kuripan yang akan
menjalani persidangan mejalankan prosedur Rapid Tes Antigen COVID-19
sebagai syarat untuk masuk ke ruang sidang dan masuk sel tahanan di Polsek
Lombok Barat.
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Hipertensi : (-)
• Diabetes Melitus : (-)
• Penyakit Jantung : (-)
18
3.3 Pemeriksaan Fisik
• GCS : Compos Mentis
• TTV : 120/90 mmHg
• Suhu : 36,3 C
• Nadi : 73 x/menit
• RR : 22 x/menit
2 Surat Keterangan
19
3 Pemeriksaan rapid
20
diperlukan. Dalam konsultasi pra wisata diberikan nasihat perjalanan dalam
bentuk konsultasi dan edukasi mengenai risiko terhadap kesehatan, keamanan dan
pencegahannya disamping menilai kondisi fisik calon wisatawan. Informasi yang
diberikan adalah informasi terbaru yang akurat. Konsultasi sebaiknya dilakukan 4
– 8 minggu sebelum keberangkatan, terutama untuk wisata jangka panjang.
Namun demikian konsultasi 1- 2 hari pra wisata dapat bermanfaat juga pada
wisatawan yang mendadak harus berangkat. Untuk wisatawan yang akan
berpergian dimasa pandemi ini, fungsi dari konsultasi pra-travelling adalah
wisatawan dianjurkan untuk melakukan beberapa screening awal jika memiliki
gejala sistem pernapasan seperti batuk, flu, dan bahkan demam.
Untuk mempersiapkan calon wisatawan sebelum keberangkatannya, maka
dilakukan konsultasi pra wisata dengan cara :
1. Melakukan risk-assesment individual.
2. Memberi informasi dan edukasi calon wisata dalam hal mengenal risiko
perjalanan dan cara mencegahnya. Disamping itu informasi harus datang
ke klinik wisata seandainya pasca wisata mengalami sakit.
3. Memberikan vaksinasi, obat profilaksis dan self treatment bila diperlukan.
Setiap perjalanan wisata, tidak lepas dari kemungkinan risiko yang akan
dijumpai. Secara umum terdapat dua jenis risiko yang dinilai oleh wisatawan
selama perjalanan, yaitu risiko yang datang dari destinasi tujuan dan risiko dari
diri wisatawa sehingga persiapan yang dibutuhkan untuk travelling juga sangat
penting.
21
3.8.2 Travel Bubble
Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi perekonomian di seluruh dunia.
Sebelum pandemi Covid-19, pariwisata menjadi penggerak sosial dan ekonomi
dunia serta telah memberikan sumbangan yang sangat besar pada PDB negara
dimanapun. Sejak pandemi Covid-19 sampai hari ini porsi konstribusi kue
pariwisata telah hilang sangat signifikan. Dengan demikian, pemerintah di seluruh
dunia tak terkecuali Indonesia sedang berjuang untuk menemukan cara-cara
cerdik untuk memulihkan perekonomiannya. Salah satu cara yang ditempuh dan
tengah menjadi perbincangan hangat disebut dengan travel bubble.
Travel bubble merupakan sebuah konsep yang mengemuka sebagai respon
terhadap pembatasan perjalanan internasional di tengah pandemi. Pada
prakteknya, travel bubble akan memungkinkan perjalanan terbatas antara negara
yang menyepakatinya. Hal ini dilakukan dalam rangka mempercepat pemulihan
ekonomi bagi negara yang terdampak pandemi. Dengan travel bubble,
pengunjung dari negara-negara tersebut dapat melakukan perjalanan dengan lebih
mudah, misalnya dengan tidak diwajibkan untuk melakukan karantina mandiri
setibanya di negara tujuan.
22
Travel bubble menjadi kata kunci baru dan kian diminati oleh beberapa
negara untuk memulai kembali perjalanan lintas negara di tengah pandemi virus
corona (Covid-19). Jauh sebelum terminologi travel bubble dikenal juga istilah
tourist bubble.
23
No Kegiatan Keterangan
1 Wawancara
24
3.9.2 Bidang Unit Kesehatan dan Lintas Wilayah
1. Pemeriksaan Rapid Tes Antigen COVID-19
o Jenis Kegiatan
- Melakukan pemeriksaan TTV pada pasien
- Melakukan pemeriksaan Rapid Tes Antigen
o Langkah-langkah kegiatan
- Memakai Alat Pelindung Diri bagi petugas
- Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk Rapid Test
- Mengambil spesimen menggunakan alat yang tersedia kedalam
nasofaring pasien
- Memasukkan spesimen kedalam tabung buffer yang sudah diberi
label pasien. Putar tungkai beberapa kali hingga tercampur
- Teteskan spesimen yang telah tercampur kedalam alat tes
- Baca dan catat hasil tes setelah waktu yang ditentukan. Laporkan
hasil tes jika valid
No Hasil Keterangan
1 Negatif
25
2 Surat Keterangan
3 Pemeriksaan rapid
26
3.9.3 Bidang Pengendalian Resiko Lingkungan
1. Pengendalian Vektor (Nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan pinjal)
o Jenis Kegiatan
- Melakukan pemantauan disekitar lingkungan penduduk di area
pelabuhan
- Memantau kehidupan vektor di tempat-tempat air tergenang dan
sumur warga
o Langkah-langkah Kegiatan
- Menyiapkan alat dan bahan
- Melakukan pengecekan pada lingkungan disekitar Pelabuhan seperti
apakah ada tanda kehidupan vecktor di sekitar rumah warga
- Mencatat, menyampaikan kepadai pemilik rumah terkait penemuan
pada rumah tersebut.
o
No Kegiatan Keterangan
1 Pemeriksaan Vektor di Pemukiman
pelabuhan
27
2. Pemeriksaan Tempat Pengolahan Pangan di Pelabuhan
o Jenis Kegiatan
o Pemeriksaan Tempat Pengolahan Pangan Pelabuhan
o Memberikan rekomendasi terkait penemuan di TPP
o Langkah-langkah Kegiatan
o Menyiapkan alat dan bahan dan melaksanakan kegiatan
pemeriksaan hygiene sanitasi TPP, mengidentifikasi hasil TPP dan
rekapitulasi data hasil Pemeriksaan Hygiene Sanitasi TPP
o Melakukan pengecekan pada TPP disekitar Pelabuhan seperti
apakah ada tanda kehidupan vector di sekitar TPM
o Mencatat, menyampaikan kepadai pemilik TPP terkait penemuan
pada TPM tersebut.
No Kegiatan Keterangan
1 Pengecekan vektor pada
tempat mencuci piring TPP
3. Sanitasi Kapal
Sanitasi kapal merupakan salah satu usaha yang ditujukan terhadap faktor
risiko lingkungan dikapal untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit
guna memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan. Pada beberapa lokasi
yang perliu diperiksa dan dinilai dalam pemeriksaan sanitasi kapal. Kondisi
sanitasi kapal dapat mempengaruhi risiko penularan.
Lokasi yang diperiksa adalah:
1. Dapur
28
2. Ruang tempat penyiapan makanan
3. Gudang
4. Palka/ cargo
5. Ruangan (Kelasi, Perwira, Penumpang, Geladak)
6. Air Minum
7. Makanan
8. Limbah
9. Tangki Ballas
10. Limbah padat
11. Ruang mesin
Pemeriksaan yang dilakukan berdasaarkan cheklist yang sudah di tetapkan
sebelumnya.
No Kegiatan Keterangan
1 Pemeriksaan ruangan istirahat
penumpang
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perkembangan teknologi alat angkut yang semakin cepat membuat jarak
antar daerah seolah semakin dekat karena waktu tempuh yang semakin singkat,
sehingga mobilitas orang dan barang semakin cepat melebihi masa inkubasi
penyakit menular. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap risiko penularan
penyakit secara global. Kedokteran Wisata mempersiapkan wisatawan sebelum
memulai perjalanan dengan memberikan konsultasi pra wisata, evaluasi kondisi
kesehatan dan kebutuhan vaksinasi atau pemberian obat profilaksis sebelum
keberangkatan; rencana selama wisata, mengikuti keadaan dan kemungkinan
pengobatan yang diperlukan setelah kembali dari perjalanan. Sejak diumumkan
pertama kali ada di Indonesia, kasus COVID-19 meningkat jumlahnya dari waktu
ke waktu sehingga memerlukan perhatian. Pada prakteknya di masa pandemi,
tatalaksana COVID-19 diperlukan kerjasama semua profesi untuk menanganinya.
Pemerintah pusat dalam hal ini Kantor Kesehatan Pelabuhan telah melaksanakan
upaya cegah tangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko
kesehatan di wilayah kerja pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas darat
negara.
4.2 Saran
• Bidang Pengendalian Karantina dan Surveilens Epidemiologi
30
penanganan penyebaran dan penularan penyakit Covid-19. Tiga kerangka
strategis yang dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi kasus
lonjakan Covid-19 di Indonesia adalah: Perilaku hidup atau yang lebih
dikenal dengan 3M, deteksi dini atau 3T dan vaksinasi. KKP Kelas II
Mataram Wilayah Kerja Pelabuhan juga ikut andil dalam mensukseskan
percepatan vaksinasi Covid-19 di wilayah Pelabuhan Lembar. Pemberian
vaksinasi secara bertahap kepada masyarakat merupakan salah satu upaya
untuk dapat mengendalikan pandemi COVID-19 di masyarakat secara
kelompok sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian,
serta mendukung produktifitas ekonomi dan sosial, pemberian vaksinasi
COVID19 dilakukan dengan strategi yang tepat pada kelompok sasaran
prioritas.
• Bidang Pengendalian Resiko Lingkungan
Alur penanganan pengendalian Covid-19 di pelabuhan sudah baik serta
sudah memaksimalkan penanganan faktor risiko alat angkut, barang dan
lingkungan pelabuhan. Dalam hal lingkungan pelabuhan tidak ditemukan
keberadaan serangga dan tikus baik area terminal, perkantoran dan tempat
pengelolaan pangan (restoran dan rumah makan). Kondisi ini disebabkan
oleh pengendalian tikus di lingkungan bandara serta pengangkutan sampah
yang diawasi dengan baik.
31
DAFTAR PUSTAKA
32