Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN MIKROBIOLOGI

KULTUR BAKTERI
RESPIRASI II

Nama : Shavira Widyanasari


NIM : 019.06.0086
Kelompok : Kelas B
Modul : Blok Respirasi II

LABORATORIUM TERPADU I
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan konsistensinya, media pembiakan bakteri dapat dibagi menjadi media cair,
media padat dan semi solid. Kaldu nutrisi (pepton dan ekstrak daging) dan agar nutrisi (pepton,
ekstrak daging dan agar)merupakan contoh medium cair dan padat yang sering digunakan.
Berbagai komponen dapat ditambahkan ke dalam medium untuk menghasilkan medium
dengan sifat tertentu. Untuk menumbuhkan bakteri yang membutuhkan nutrisi tinggi
(fastidious microorganisme), medium dapat diperkaya dengan menambahkan darah, serum,
vitamin dan komponen-komponen lain. Medium tersebut termasuk dalam medium di perkaya,
contoh medium tersebut adalah agar darah. Isolasi bakteri menggunakan medium selektif yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara selektif. Medium yang termasuk dalam
medium selektif adalah agar Salmonella Shigella (SS).Meddium lain yang menggunakan untuk
membedakan beberapa jenis bakteri disebut medium diferensial, medium yang banyak
dikembangkan pada anak saat ini memiliki sifat selektif dan diferensial. Contoh medium
tersebut adalah agar Eosin Methylene Blue (EBM). Bila pengambilan spesimen di luar
laboratorium, maka untuk mencegah kematian bakteri, spesimen dapat ditanam pada medium
transpor sebelum dipindahkan pada media pertumbuhan yang diperlukan. Contoh medium
transpor yang sering digunakan di laboratorium antara lain Carry-Blair, Amies dan Stuart.

Uji kepekaannya bakteri terhadap antibiotik dilakukan pada isolat yang mungkin
merupakan penyebab infeksi. Bila suatu isolat telah diketahui sifat kepekaannya terhadap
antibiotik tertentu, maka uji kepekaan tidak perlu dilakukan. Sebagai contoh uji kepekaan
Streptococcus beta-hemolitikus terhadap penisilin tidak perlu dilakukan secara rutin karena
sampai saat ini penisilin masih merupakan obat pilihan untuk isolate tersebut. Beberapa tahun
yang lalu, oxasilin merupakan obat pilihan untuk Staphylococcus aureus, tetapi pada saat ini
harus dilakukan uji kepekaan karena telah ditemukan isolate yang resisten terhadap bakteri
tersebut.Metode uji kepekaan antibotik dan pemilihan jenis antibiotik yang diuji maupun cara
interpretasinya diatur dalam standar yang disusun oleh berbagai Negara. Pada umumnya
leboratorium mikrobiologi di Indonesia menggunakan standar CLSI (Clinical and Laboratory
Standards Institute) yang disusun di Amerika Serikat dan selalu direvisi setiap tahunnya.

2
1.2. Tujuan Praktikum (Metode Difusi Cakram)

1. Memahami berbagai metode untuk uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik.

2.Melakukan interprestasi hasil uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik

1.3. Prinsip Praktikum (Metode Difusi Cakram)

Menggunakan cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotik dengan kadar tertentu
dan diletakkan diatas lempeng agar Muller-Hinton yang telah dinokulasi bakteri. Diameter
zona hambat pertumbuhan bakteri yang tampak menunjukkan adanya kepekaan bakteri
tersebut terhadap antibiotik bersangkutan. Penilaian terhadap zona hambat dilakukan dengan
membandingkan besarnya diameter zona hambat (dalam mm) dengan tabel standar interpretasi
diameter zona hambat dan MIC (CLSI terbaru). Hasil penilaiannya berupa sensitive, resisten
dan intermediate.

1.4.Tujuan Praktikum (Kultur)

1. Untuk mendeteksi bakteri pada dahak

3
BAB II

PROSEDUR KERJA
Alat dan bahan (Metode Difusi Cakram)
1. Pinset kecil/disc dispenser
2. Cotton swab
3. Kaldu BHI
4. Biakan bakteri
5. Lempeng agar Mueller Hinton (MH) berdiameter 10 cm
6. Cakram antibiotik
7. Kapiler/penggaris dengan skala ukuran mm
8. Tabel standar interpretasi diameter zona hambat
Cara kerja
1.Buat suspensi bakteri dalam kaldu BHI. Suspensi disesuaikan kekeruhannya dengan standar
kekeruhan Mac Farlan 0,5
2. Pada lempeng agar MH usapkan suspensi kuman tadi dengan swab kapas steril secara
merata.
3. Dengan pinset yang telah disterilkan diatas api, ambil cakram antibiotika yang tersedia dan
letakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman.
4. Inkubasi lempeng agar tersebut dalam inkubator selama 18-24 jam.
5. Setelah 24 jam, ukur zona hambat yang terbentuk (dalam mm)

Alat dan bahan (Kultur)

1. Bunsen
2. Korek api
3. Cotton swab
4. Media agar
5. Inkubator

Cara Kerja

1. Nyalakan Bunsen
2. Ambil specimen dahak dengan cottob swab
3. Oleskan cotton swab tsb pada permukaan media agar.
4. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37’C

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil (Metode Difusi Cakram)

Jenis Antibiotik Lebar Zona Hambat/ Interpretasi hasil


berdasarkan Berdasarkan Tabel CLSI

A 25mm SENSITIVE

B 20mm INTERMEDIATE

C 25mm SENSITIVE

D - RESISTEN

Interpretasi Hasil

• Sensitif : apabila diameter zona hambat diameter zona hambat standar.


• Intermediate : Apabila diameter zona hambat diantara resisten dan sensitif
• Resisten : Apabila diameter zona hambat diameter zona hambat standar

5
Hasil (Kultur)

Pembahasan (Metode Difusi Cakram)

Uji dapat dilakukan dengan metode difusi cakram atau dilusi tabung. Metode dilusi dapat
memberikan hasil Konsentrasi Hambat Minimal (KHM=Minimum Inhibitory
Concentration/MIC), sedangkan metode difusi cakram akan memberikan hasil sensitif,
intermediate atau resisten berdasarkan diameter zona hambat. Metode difusi cakram lebih
banyak digunakan secara rutin karena biaya operasional yang jauh lebih murah. Hasil dari
kedua metode tesebut dapat membantu klinisi untuk menentukan pengobatan.Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi hasil uji kepekaan, antara lain ketebalan media, kekeruhan suspensi
bakteri yang digunakan, konsentrasi antibiotic yang digunakan, suhu dan lama inkubasi. Hasil
dibaca dengan mengukur diameter zona inhibisi yang terjadi setelah masa inkubasi (dalam
mm). Hasil pengukuran dicocokan dengan tabael CLSI untuk menentukan isolat sensitive,
intermediate atau resisten terhadap antibiotic yang diujikan.

Difusi merupakan uji semikualitatif dengan melakukan pengamatan visual serta


pengukuran diameter zona hallo. Hasil penelitian menunjukkan adanya respon hambatan pada
bakteri uji, yang ditandai dengan terbentuknya zona penghambatan. Dari hasil pengukuran

6
zona diameter hambatan pada ke-4 cakram antibiotik yang diujikan, bagian A,B,C dan D
menunjukkan hasil sensitif ,intermediate dan resisten dimana pada antibiotic bagian A dan C
yaitu sensitive,bagian B intermediate dan bapada bagian D gambarannya resisten (tidak dapat
diukur) .

7
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Pada praktikum metode difusi cakram didapatkan hasil adanya respon hambatan pada
bakteri uji, yang ditandai dengan terbentuknya zona penghambatan. Dari hasil pengukuran
zona diameter hambatan pada ke-4 cakram antibiotik yang diujikan, bagian A,B,C dan D
menunjukkan hasil sensitif ,intermediate dan resisten dimana pada antibiotic bagian A dan C
yaitu sensitive,bagian B intermediate dan bapada bagian D gambarannya resisten (tidak dapat
diukur) .

8
DAFTAR PUSTAKA

Antibacterial Assay of Ethanolic Extract Musi Tribe Medicinal Plant in Musi Banyuasin, South
Sumatera Jurnal Kefarmasian Indonesia Uji Aktivitas AntibakVtoelr.i7ENkos.t2r-
aAkg.u..s.tu(Ms 2u0h1a7r:n1i2,7d-1k3k5)

Jurnal Teknologi Hasil Peternakan, 1(2):41-46. September 2020


http://journal.unpad.ac.id/jthp/index

Diani Sri Hidayati,S.Si.,M.Si dan Sabariah,S.Pd.,M.Biomed Fakultas Kedokteran UNIZAR


2021,Buku Panduan Praktikum Mikrobilogi ‘Kultur Bakteri’.

Staf pengajar Departemen Mikrobiologi FKUI. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi


Kedokteran, PT Medical Multimedia Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai