Anda di halaman 1dari 29

KARYA TULIS ILMIAH

Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap


Lingkungan Hidup di Indonesia

Jessica Inri Maramis


Advokasi Lingkungan
MINAHASA UTARA

PUTRA PUTRI PENDIDIKAN


MANADO MINAHASA UTARA
TAHUN 2020
Kata Pengantar

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan karya tulis
ilmiah ini.
Penulisan karya tulis ilmiah berjudul “Pencemaran Lingkungan Hidup Di
Tengah Pandemi COVID-19” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Saya
berharap karya tulis ilmiah tentang “Pencemaran Lingkungan Hidup Di Tengah
Pandemi COVID-19” ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik pada
lingkungan. Selain itu, saya juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut
pandang baru setelah membaca karya tulis ilmiah ini.
Dikesempatan ini saya mau mengucapkan banyak terima kasih kepada
kepada kak Chakra dan kak Biel, sebagai pembimbing/mentor kelompok 9 dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Saya sebagai penulis menyadari makalah ini masih memerlukan


penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Saya menerima segala bentuk kritik dan
saran pembaca demi penyempurnaan karya tulis ilmiah. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada karya tulis ilmiah ini, saya memohon maaf.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah
ini dapat bermanfaat.

Minahasa Utara, 12 November 2020

Jessica Inri Maramis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………..………………………….……….…………..….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………..…………………..…………………….…..ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………....……………………….1
1.2 RUMUSAN MASALAH ………………………………………………..…..…….……………..2
1.3 TUJUAN PENELITIAN………………………………………………….…..………….…..…...3
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Covid-19 ……………………………………………………………………………………………4
2.2 Beberapa Protokol yang Dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI….4
2.2.1 Protokol Komunikasi Publik
2.2.2 Protokol Kesehatan
2.2.3 Protokol di Area dan Transportasi Publik
2.2.4 Protokol di Area Institusi Pendidikan
2.2.5 Protokol dalam Lingkup Khusus Pemerintahan
2.2.6 Lockdown
2.3 Pengertian Lingkungan Menurut Darsono………………………………………….11
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Pandemi dan Lingkungan Hidup…………………………………………………………15
BAB 4 PENUTUP
4.1 KESIMPULAN …………………………………………………………………………………….24
4.2 SARAN …………………………………………………………………………………………….…24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………..26

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Jauh sebelum terjadinya pandemi Covid-19, berbagai negara di dunia telah
dihadapkan pada permasalahan lingkungan global, yakni perubahan iklim.
Penanganan perubahan iklim merupakan salah satu dari 17 tujuan global yang
tersusun dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030. Pandemi Covid-19
telah berdampak pada capaian tujuan global tersebut. Tulisan ini bertujuan
mengkaji dampak pandemi Covid-19 pada lingkungan global.
Parameter lingkungan yang cenderung membaik saat pandemi antara lain
penurunan emisi CO2 dan NO2, peningkatan kualitas udara perkotaan, serta
terjaganya keanekaragaman hayati. Sedangkan parameter persampahan dan
kehutanan menunjukkan adanya penurunan. Membaiknya beberapa
parameter lingkungan tersebut dikhawatirkan hanya bersifat sementara dan
akan kembali memburuk jika aktivitas masyarakat serta ekonomi berjalan
normal kembali. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi harus tetap diiringi
upaya pengurangan emisi. DPR RI perlu terus mengawasi agar berbagai
kebijakan dan strategi yang dilakukan pemerintah sejalan dengan upaya
mitigasi, adaptasi, maupun pengurangan dampak dari perubahan iklim.
Kasus ini diawali dengan informasi dari Badan Kesehatan Dunia/World
Health Organization (WHO) pada tanggal 31 Desember 2019 yang
menyebutkan adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas
di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Kasus ini terus berkembang hingga adanya
laporan kematian dan terjadi importasi di luar Cina. Pada tanggal 30 Januari
2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC)/Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
Meresahkan Dunia (KKMMD). Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi
menetapkan penyakit virus Corona pada manusia ini dengan
sebutan Coronavirus Disease (Covid-19). Pada tanggal 2 Maret 2020 Indonesia

1
telah melaporkan dua kasus konfirmasi Covid-19. Pada tanggal 11 Maret 2020,
WHO sudah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi.
Virus Corona adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat. Diketahui ada dua jenis virus corona yang
menyebabkan dan menimbulkan penyakit gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab Covid-19 ini
dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan
dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing
luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan
yang menjadi sumber penularan Covid-19 ini sampai saat ini masih belum
diketahui.
World Healt Organization (WHO) China Country Office melaporkan kasus
pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei,
Cina, pada tanggal 31 Desember 2019. Cina mengidentifikasi pneumonia yang
tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus
(coronavirus disease, Covid-19) pada tanggal 7 Januari 2020. WHO telah
menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan
Dunia/Public Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC)
pada tanggal 30 Januari 2020. Penambahan jumlah kasus Covid-19
berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Sampai
pada tanggal 23 Maret 2020, secara global dilaporkan 338.724 kasus konfimasi
di 192 negara, dengan rasio kematian 43,5%. Di antara kasus tersebut, sudah
ada beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi dan meninggal
dunia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Apa itu COVID-19?, Kenapa kita harus menjaga lingkungan di tengah pandemic
COVID-19?, Apa pengaruh COVID-19 dalam kehidupan sehari-hari?

2
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Dapat mengetahui apa itu COVID-19, Megetahui manfaat menjaga lingkungan,
Mengetahui cara-cara agar terhindar dari COVID-19, Menambah pengetahuan
dan pemahaman pembaca tentang pengaruh COVID-19 terhadap lingkungan
hidup.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Covid-19


Novel Coronavirus (Covidn-19) adalah jenis virus baru penyebab penyakit
saluran pernafasan. Virus ini bermula dari Cina. Novel coronavirus merupakan
salah satu keluarga dengan virus penyebab SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome).
Tanda dan gejala umum infeksi Covid-19 antara lain gejala gangguan
pernafasan akut seperti demam, batuk, sesak nafas, sakit tenggorokan, pilek,
pneumonia ringan hingga berat. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa
inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus berat Covid-19 dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernafasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus
adalah demam ?38?C, kesulitan bernafas, dan hasil rontgen menunjukkan
infiltrat pneumonia luas di kedua paru.
Berdasarkan penelitian dan bukti ilmiah, Covid-19 dapat menular dari
manusia ke manusia melalui sentuhan fisik dan cairan batuk/bersin. Orang
yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan
pasien Covid-19 termasuk yang merawat pasien Covid-19. Rekomendasi
standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara
teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara
langsung dengan manusia, ternak, hewan liar dan menghindari kontak dekat
dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernafasan seperti batuk
dan bersin. Selain itu, menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat darurat.
2.2 Beberapa Protokol yang Dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19) sebagai Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia

4
(KKMMD), atas pertimbangan peningkatan kasus yang signifikan dari negara-
negara yang melaporkan kasus. Saat ini di Indonesia telah terdapat beberapa
kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19. Pada tanggal 12 Maret 2020,
Menteri Kesehatan RI Dr. Terawan Agus Putranto telah mengeluarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/104/2020 tentang
Penetapan Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-ncov) sebagai penyakit yang
dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangannya. Covid-19 telah
ditetapkan sebagai penyakit yang berpotensi mewabah di Indonesia, sehingga
perlu dilakukan langkah-langkah penanggulangan termasuk aspek komunikasi
penanganannya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik
Indonesia mengeluarkan pernyataan, sebagaimana termuat dalam poin C,
demikian: “Penyebaran Covid-19 semakin meluas dan menyebabkan jatuhnya
banyak korban jiwa, kerugian harta benda, dampak psikologis pada
masyarakat, serta mengancam dan menggangu kehidupan dan penghidupan
masyarakat.” Menyikapi situasi keganasan virus Corona ini, BNPB menetapkan
perpanjangan status keadaan darurat bencana wabah penyakit akibat virus
Corona di Indonesia, terhitung sejak tanggal 29 Februari 2020 sampai dengan
29 Mei 2020.
Kementerian Kesehatan telah menerbitkan beberapa protocol penanganan
Covid-19, antara lain: Protokol Komunikasi Publik, Protokol Kesehatan,
Protokol di Area dan Transportasi Publik, Protokol di Area Institusi Pendidikan,
Protokol di Pintu Masuk Wilayah Indonesia (Bandara dan Pelabuhan Nasional,
PLBDN), Protokol dalam Lingkup Khusus Pemerintahan (VVIP), dan Protokol
Isolasi Diri Sendiri.
2.2.1 Protokol Komunikasi Publik
Protokol komunikasi publik menjelaskan beberapa hal terkait komunikasi
penanganan Covid-19, sebagai respon atas berkembangnya angka pasien dan
korban jiwa dari Covid-19 yang terindentifikasi pertama kali di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Cina. Dokumen ini memberikan petunjuk teknis untuk

5
Indonesia yang akan membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dalam menanggapi dan menyampaikan informasi tentang Covid-19 kepada
masyarakat. Dokumen ini diperbarui sesuai dengan perkembangan informasi
tentang Covid-19 di dunia. Protokol ini diadopsi dari beberapa protokol yang
ada, khususnya yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan empat pilar
komunikasi publik terkait Covid-19, antara lain: a) himbauan kepada
masyarakat agar tetap tenang dan waspada; b) koordinasi dengan instansi
terkait; c) pemberian akses informasi ke media; d) melaksanakan gerakan cuci
tangan pakai sabun (CTPS). Narasi utama dalam penyampaian komunikasi oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah kepada masyarakat adalah:
“Pemerintah serius, siap dan mampu menangani Covid-19. Masyarakat tetap
tenang dan waspada. Covid-19 bisa sembuh”.
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi penanganan Covid-19,
antara lain: a) Instalasi Kesehatan Tingkat Pertama; b) Rumah Sakit Rujukan; c)
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kota/Kabupaten; d) Dinas Kominfo Provinsi dan
Kota/Kabupaten; e) Kementerian Kesehatan RI; f) Kementerian Komunikasi dan
lnformatika RI; g) Kantor Staf Presiden RI. Baik Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah bersama-sama menyusun dan menyebarkan produk
komunikasi secara nasional dan spesifik sesuai dengan daerah masing-masing.

2.2.2 Protokol Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI membagi dalam dua klaster protokol ini, yakni
untuk mereka yang merasa tidak sehat dan yang masih sehat. Untuk klaster
pertama, kriteria tidak sehat menurut protokol ini memberi ciri-ciri, yakni
demam >38°C dan batuk/pilek/nyeri tenggorokan. Mereka yang tidak sehat
disarankan beristirahat di rumah dan meminum air yang cukup. Bila tetap
merasa tidak nyaman, keluhan berlanjut, atau disertai dengan kesulitan

6
bernafas (sesak atau nafas cepat), segera memeriksakan diri ke fasilitas
pelayanan kesehatan (fasyankes). Pada saat berobat ke fasyankes, harus
melakukan tindakan berikut: a) gunakan masker; b) apabila tidak memiliki
masker, ikuti etika batuk/bersin yang benar dengan cara menutup mulut dan
hidung dengan tisu atau lengan atas bagian dalam; c) usahakan tidak
menggunakan transportasi massal.
Klaster kedua, bagi mereka yang sehat, namun memiliki riwayat perjalanan
14 hari yang lalu ke negara dengan transmisi lokal Covid-19, sangat disarankan
melakukan self monitoring melalui pemeriksaan suhu tubuh 2 kali. Jika muncul
demam >38°C atau gejala pernafasan seperti batuk/pilek/nyeri
tenggorokan/sesak nafas segera memeriksakan diri ke fasyankes. Apabila,
seseorang merasa pernah kontak dengan kasus konfirmasi Covid-19,
disarankan agar segera melapor ke petugas kesehatan dan memeriksa diri ke
fasyankes. Selanjutnya petugas kesehatan akan memeriksa spesimen Covid-19
dalam diri pasien.

2.2.3 Protokol di Area dan Transportasi Publik


Beberapa propotokol pencegahan penularan Covid-19 di area publik
meliputi pusat perbelanjaan, terminal, pelabuhan, stasiun, bandara, dan
tempat-tempat hiburan. Isi protokol tersebut, antara lain:
a. Memastikan seluruh area publik bersih dengan cara melakukan
pembersihan lantai, permukaan pegangan tangga/eskalator, tombol lift,
pegangan pintu, mesin ATM, mesin kasir, alat pembayaran elektronik, metal
detector, kaca etalase, area bermain anak, musholla, toilet dan fasilitas
umum lainnya dengan desinfektan (cairan pembersih) secara berkala
minimal 3 kali sehari.
b. Menyediakan sarana cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air
mengalir di toilet dan menyediakan hand sanitizer di setiap pintu masuk,
lift, dan tempat lain yang mudah diakses.

7
c. Tidak dianjurkan menyediakan dispenser di area yang banyak dilewati
oleh pengunjung.
d. Memasang pesan-pesan kesehatan (cara mencuci tangan yang benar
dan etika batuk/bersin) di tempat-tempat strategis seperti di pintu masuk.
Menginformasikan kepada pengunjung untuk menggunakan alat-alat
ibadah pribadi.
e. Lakukan pemeriksaan suhu tubuh di setiap titik pintu masuk dan amati
kondisi umum pengunjung. Apabila terdapat pengunjung dengan suhu di
atas 38°C, maka tidak diizinkan untuk memasuki area dan segera
menghubungi petugas kesehatan. Apabila diamati ada pengunjung dengan
gejala pilek, batuk, sesak nafas disarankan untuk segera menghubungi
petugas kesehatan.
f. Pengelola area publik harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan
setempat secara berkala.

2.2.4 Protokol di Area Institusi Pendidikan


Di sini akan dimuat dua protokol dalam bentuk tabel: satu yang dikeluarkan
oleh Menteri Kesehatan dan satu lagi yang dikeluarkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI.
2.2.5 Protokol dalam Lingkup Khusus Pemerintahan
Dokumen ini memuat beberapa protokol dalam lingkup khusus
pemerintahan, yakni:
a. memastikan adanya pembersih tangan berbasis alkohol pada pintu
masuk gedung dan wilayah umum.
b. Memastikan setiap orang yang memasuki bangunan/lingkungan untuk
mencuci tangan dengan pembersih tangan berbasis alkohol.
c. Melakukan pembersihan dan disinfeksi wilayah umum minimal 3 kali
sehari (terutama pada jam padat aktivitas), khususnya pada bagian-bagian
yang sering disentuh, misalnya toilet, elevator, pegangan pintu, tempat air,
dan sebagainya.

8
d. Melakukan pemeriksaan temperatur pada orang dan pengunjung yang
memasuki gedung.
e. Menempatkan media komunikasi, informasi dan edukasi terkait upaya
pencegahan Covid-19, termasuk cara mencuci tangan dan etika
batuk/bersin yang benar pada wilayah umum, seperti toilet, lift, dan
koridor.

2.2.6 Lockdown
Wabah Covid-19 yang semakin mengganas membuat sejumlah negara
mengambil keputusan untuk melakukan lockdown. Negara-negara tersebut
antara lain China, Italia, Spanyol, Prancis, Irlandia, El-Savador, Belgia, Polandia,
Argentina, Belanda, Denmark, Malaysia, Filipina dan Libanon. Lima belas
negara ini telah menutup akses masuk ke negara mereka. Namun demikian,
Presiden Indonesia lebih memilih social distancing measure sebagai langkah
membendung Covid-19.
Para pakar kesehatan Indonesia telah menuliskan rekomendasi yang
diterbitkan pada tanggal 14 Maret 2020, meminta pemerintah Indonesia
segera melakukan lockdown nasional, untuk mengurangi potensi pandemik
Covid-19 di Indonesia. Realisasi rekomendasi ini bertujuan untuk memperkecil
peluang penularan. Salah satu alasan lockdown adalah hanya beberapa saja
rumah sakit yang memiliki peralatan dan deteksi dini. Karena itu, mereka
mendesak Presiden Joko Widodo untuk memberlakukan
sistem lockdown karena potensi penularan penyakit Covid-19 ini semakin lama
semakin meningkat. Akan tetapi, pemerintah memberikan dalih bahwa
Indonesia adalah negara kepulauan, mustahil bisa
menerapkan lockdown. Akibatnya pun langsung nyata di negara kita ini, angka
pasien positif Covid-19 dan angka kematian karena Covid-19 semakin
bertambah jumlahnya.
Presiden Jokowi, dalam akun facebooknya, menulis status demikian:

9
“Saya menerima pertanyaan, mengapa kita tidak mengambil
kebijakan lockdown saat pandemik korona ini? Pemerintah juga telah
mempelajari kebijakan setiap negara dalam menghadapi pandemi ini. Setiap
negara memiliki karakter, budaya, dan tingkat kedisplinan yang berbeda-beda.
Dengan pertimbangan karakter, budaya, dan kedisiplinan itulah, kita tidak
memilih jalan lockdown. Di negara kita, yang paling tepat adalah physical
distancing - meminta setiap warga menjaga jarak aman satu dengan yang lain.
Kalau ‘jaga jarak’ ini bisa kita lakukan dengan disiplin, saya yakin bahwa kita
akan bisa mencegah penyebaran Covid-19 ini. Soal kedisiplinan ini, terutama
untuk mereka yang sudah diisolasi. Saya membaca berita, ada yang sudah
diisolasi masih membantu tetangga yang mau hajatan, ada yang masih jalan
untuk belanja handphone dan ke pasar. Begitu juga kalau dilakukan isolasi
terbatas terhadap satu RW atau satu kelurahan, harus dilakukan dengan
kedisiplinan yang kuat.”
Mencermati status Presiden kita ini, terdapat kemungkinan bahwa
Indonesia tidak akan memberlakukan sistem lockdown dalam mencegah
pandemi Covid-19.
Keputusan Presiden Jokowi untuk tidak memberlakukan sistem lockdown di
Indonesia mengacu pada kajian Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan. Undang-undang ini mengatur beberapa, antara lain
tanggung jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, hak dan kewajiban,
kedaruratan kesehatan masyarakat, penyelenggaraan kekarantinaan
kesehatan di pintu masuk, penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di
wilayah, dokumen karantina kesehatan, sumber daya kekarantinaan
kesehatan, informasi kekarantinaan kesehatan, pembinaan dan pengawasan,
penyidikan, dan ketentuan pidana. Di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan tidak ditemukan adanya
istilah lockdown, namun terdapat beberapa istilah antara lain karantina, isolasi,
karantina rumah, karantina rumah sakit, karantina wilayah dan pembatasan
sosial berskala besar.

10
2.3 Pengertian Lingkungan Menurut Darsono
Lingkungan ialah seluruh benda termasuk manusia beserta aktivitasnya
yang ada di sebuah tempat. Keberadaan makhluk hidup ini digambarkan
mampu mempengaruhi kegiatan organisme lainnya sebab ada keterkaitan
antara satu dengan sekitarnya.
Dari definisi di atas terlihat bahwa Darsono menganggap bahwa seluruh
makhluk hidup beserta tempat tinggalnya merupakan lingkungan. Tidak hanya
benda mati, namun hewan serta tumbuhan juga termasuk ke dalamnya. Selain
itu, aktivitas seseorang dapat mempengaruhi makhluk yang lainnya.
Lingkungan adalah kombinasi dari kondisi fisik meliputi keadaan sumber
daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang
tumbuh di darat dan di laut, dengan lembaga-lembaga yang mencakup
penciptaan manusia sebagai keputusan bagaimana menggunakan lingkungan
fisik. Lingkungan juga dapat diartikan ke dalam segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia
Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang
dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi
atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan
manusia yang berlebihan.
Lingkungan secara umum adalah kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan
fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan. Secara singkat,
definisi lingkungan secara umum adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Lingkungan terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik
adalah semua benda mati seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya,
suara. Sementara komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa
seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
Lingkungan yang merupakan tempat tinggal semua makhluk hidup yang ada
di muka bumi, termasuk manusia, hewan, dan tumbuhan harus kita jaga

11
kelestariannya. Lingkungan sangat penting bagi kelangsungan hidup bagi
makhluk hidup. Karena apabila lingkungan tidak ada maka manusia, hewan,
dan tumbuhan tidak dapat bertahan hidup. Namun, sekarang lingkungan
mengalami kerusakan. Itu semua akibat ulah dari manusia yang tidak
bertanggung jawab. Contohnya saja seperti menebang pohon secara liar yang
tidak diselingi dengan penanaman pohon kembali sehingga hutan menjadi
gundul dan tanah tidak dapat menyerap air bahkan pohon tidak dapat
menghirup karbondioksida diudara, penambangan batu bara secara terus-
menerus yang dapat menyebabkan tanah yang dikeruk semakin habis dan akan
rusak, penggunaan kendaraan bermotor dan pendirian industri yang
menyebabkan asap pabrik pada rumah kaca sehingga tingginya emisi gas
buang diudara yang mengakibatkan polusi udara dan pemanasan suhu dibumi,
serta membuang sampah sembarangan yang berdampak buruk pada
kehidupan makhluk hidup. Ulah manusia tersebut dapat berakibat fatal,
mereka berani mengatasnamakan bisnis dan mengesampingkan lingkungan
tanpa memikirkan anak cucu mereka kelak. Mungkin berbuat itu sangat mudah
tapi kalau mengembalikannya seperti semula sangat sulit.
Oleh sebab itu, agar bencana alam tidak terulang terus-menerus, kita
sebagai manusia yang hidup dimuka bumi yang telah diberikan kekayaan alam
yang melimpah, seharusnya kita berterima kasih kepada Tuhan dengan cara
menjaga dan melestarikan lingkungan ini. Mulai dari sekarang marilah kita
membenahi lingkungan kita.
Usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab kita
bersama. Dalam hal ini, usaha pelestarian lingkungan hidup tidak hanya
merupakan tanggung jawab pemerintah saja, melainkan tanggung jawab
bersama antara pemerintah dengan masyarakat.
Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah tersebut, antara lain
meliputi hal-hal berikut ini. 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan- Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2. Surat
Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 148/11/SK/4/1985 tentang

12
Pengamanan Bahan Beracun dan Berbahaya di Perusahaan Industri. 3.
Peraturan Pemerintah (PP) Indonesia Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 4. Pembentukan Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup pada tahun 1991. Selain itu, usaha-usaha pelestarian
lingkungan hidup dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini :
1. Melakukan pengolahan tanah sesuai kondisi dan kemampuan lahan, serta
mengatur sistem irigasi atau drainase sehingga aliran air tidak tergenang.
2. Memberikan perlakuan khusus kepada limbah, seperti diolah terlebih
dahulu sebelum dibuang, agar tidak mencemari lingkungan.
3. Melakukan reboisasi pada lahan-lahan yang kritis, tandus dan gundul,
serta melakukan sistem tebang pilih atau tebang tanam agar kelestarian
hutan, sumber air kawasan pesisir/pantai, dan fauna yang ada di dalamnya
dapat terjaga.
4. Menciptakan dan menggunakan barang-barang hasil industri yang ramah
lingkungan.
5. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap perilaku para pemegang
Hak Pengusahaan Hutan (HPH) agar tidak mengeksploitasi hutan secara
besar-besaran.

Sementara itu, sebagai seorang pelajar apa upaya yang dapat kalian
lakukan dalam usaha pelestarian lingkungan hidup? Beberapa hal yang
dapat kalian lakukan sebagai bentuk upaya pelestarian lingkungan hidup,
antara lain sebagai berikut:
1. Menghemat penggunaan kertas dan pensil,
2. Membuang sampah pada tempatnya,
3. Memanfaatkan barang-barang hasil daur ulang,
4. Menghemat penggunaan listrik, air, dan BBM, serta,
5. Menanam dan merawat pohon di sekitar lingkungan rumah tinggal.

13
Disamping itu usaha pelestarian lingkungan hidup ini harus dimulai dari
setiap individu dengan menitikberatkan pada kesadaran akan pentingnya
lingkungan bagi kehidupan manusia dan pelestarian alam.

14
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Pandemi dan Lingkungan Hidup


Pandemi virus corona yang menyebabkan Covid-19 semakin memberi
pukulan keras terhadap ekonomi global. Namun, ada dampak lain yang
sangat positif bagi lingkungan. Kabar baik di tengah kabar buruk terkait
semakin luasnya penyebaran virus corona di dunia. Sebab, lagi-lagi Covid-
19 menunjukkan pengaruh positif terhadap polusi udara secara global. Saat
China menyatakan lockdown karena penyebaran virus corona yang semakin
liar, citra satelit menunjukkan tingkat polusi yang menurun drastis di langit
Negeri Tirai Bambu itu. Kali ini, seperti melansir Science Alert, Selasa
(17/3/2020), para astronom menunjukkan penurunan emisi nitrogen
dioksida di langit Eropa. Baca juga: Virus Corona China Beri Dampak Tak
Terduga pada Lingkungan, Apa Saja? Menggunakan instrumen Tropomi
pada satelit Copernicus Sentinel-5P, astronom mengambil gambar
permukaan Bumi yang diambil dari 1 Januari hingga 11 Maret 2020. Gambar
tersebut menunjukkan penurunan nitrogen dioksida, yakni emisi gas buang
dari kendaraan bermotor dan asap industri, yang turun secara drastis.
"Penurunan emisi nitrogen dioksida di atas Lembah Po di Italia utara sangat
nyata," jelas Claus Zehner, manajer misi Badan Antariksa Eropa ( ESA)
Copernicus Sentinel-5P. Zehner mengatakan meski mungkin ada variasi
dalam data karena tutupan awan dan perubahan cuaca, namun dia
meyakini pengurangan emisi terjadi bersamaan dengan lockdown di Italia.
Baca juga: Panduan Mencegah Virus Corona bagi Kelompok Paling Rentan
Terinfeksi "Hal ini menyebabkan lebih sedikit lalu lintas dan kegiatan
industri (berlangsung di Italia)," ungkap dia. Polusi udara sebabkan
kematian lebih tinggi Pada 8 Maret lalu, peneliti sumber daya lingkungan
dari Standford University, Marshall Burke melakukan beberapa perhitungan
baik tentang penurunan polusi udara baru-baru ini di beberapa wilayah di

15
China. Seperti diketahui, virus corona yang kali pertama mewabah di
Wuhan, telah menewaskan ribuan orang. Bahkan hingga saat ini, jumlah
korban tewas karena Covid-19 terus bertambah di seluruh dunia. Kendati
demikian, menurut Burke, secara konservatif, sangat mungkin nyawa yang
diselamatkan secara lokal dari adanya pengurangan polusi akan melebihi
kematian akibat Covid-19. "Mengingat sejumlah besar bukti bahwa
menghirup udara kotor berkontribusi besar terhadap kematian dini," kata
Burke. Burke kembali mempertanyakan apakah mungkin nyawa yang
diselamatkan dari pengurangan polusi yang disebabkan oleh gangguan
ekonomi dari Covid-19 ini melebihi angka kematian akibat virus itu sendiri.
"Bahkan di bawah asumsi yang sangat konservatif, saya pikir jawabannya
jelas 'ya'," jelas dia. Baca juga: Polusi Udara Lebih Mengancam Dunia
Dibanding Corona, Ini Alasannya Peneliti ini kemudian mencoba
menghitung pengurangan polusi selama dua bulan. Hasilnya, mungkin saja
pengurangan polusi ini telah menyelamatkan nyawa 4.000 anak di bawah 5
dan 73.000 orang dewasa di atas 70 di Cina. Itu secara signifikan lebih dari
jumlah kematian global saat ini dari virus corona. Meskipun ini mungkin
tampak sedikit mengejutkan, namun itu adalah sesuatu yang telah diketahui
untuk waktu yang cukup lama. Awal bulan ini, penelitian menunjukkan
polusi udara menghabiskan biaya tiga tahun, dari rata-rata harapan hidup
global. "Sungguh luar biasa, jumlah kematian dan hilangnya harapan hidup
dari polusi udara menyaingi efek dari merokok tembakau dan jauh lebih
tinggi daripada penyebab kematian lainnya," kata fisikawan Jos Lelieveld
dari Cyprus Institute di Nicosia. Baca juga: Polusi Nitrogen Dioksida di China
Turun, Benarkah Akibat Virus Corona? Menurut dia, polusi udara melebihi
malaria sebagai penyebab global kematian dini dengan faktor 19. Angka
tersebut melebihi kekerasan dengan faktor 16, HIV/AIDS dengan faktor 9,
alkohol dengan faktor 45, dan penyalahgunaan narkoba oleh faktor 60. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa polusi udara benar-benar dapat membunuh.
Tetapi analisis Burke hanya menggunakan data dari China, dan diselesaikan

16
sebelum ada informasi lebih lanjut tentang bagaimana Covid-19 telah
memengaruhi seluruh dunia. Dengan jumlah kasus terbesar kedua yang
terjadi di Italia, dan negara itu memberlakukan tindakan karantina yang
ketat, data satelit di Italia utara kini telah menunjukkan penurunan besar
dalam polusi udara. Khususnya penurunan nitrogen dioksida, gas yang
sebagian besar dikeluarkan oleh mobil, truk dan beberapa industri. Untuk
saat ini, Zehner mengaku tidak memiliki studi peer-review yang mengukur
dampak kesehatan sejati dari pengurangan emisi. Akan tetapi, mengingat
apa yang diketahui tentang bahaya pencemaran udara yang meluas,
kemungkinan akan ada manfaat langsung dalam bentuk polusi yang lebih
sedikit.
Semua orang diperintahkan untuk tinggal di rumah saja, dan untuk mereka
yang bisa melakukannya, kegiatan bekerja dan belajar dilakukan dari
kediaman masing-masing.
Semua langkah ini bertujuan mengendalikan penyebaran Covid-19, juga
dengan harapan mengurangi korban jiwa. Tapi semua perubahan ini juga
menyebabkan konsekuensi yang tak terduga.
 Ketulusan, penurunan polusi dan harapan di tengah wabah Covid-19
 Foto satelit NASA perlihatkan polusi di China 'merosot drastis' di tengah
wabah Covid-19
 Merebaknya pandemi Covid-19 telah banyak mengubah cara hidup
masyarakat. Segala bentuk aktivitas kini harus beradaptasi dengan
situasi untuk memperlambat laju penyebaran penyakit virus Corona
sesuai dengan himbauan pemerintah. Sejumlah negara memutuskan
untuk melaksanakan karantina wilayah atau lockdown. Dalam hal ini,
Indonesia memilih untuk melaksanakan aturan PSBB (Pembatasan
Sosial Berskala Besar) dimana dalam PSBB sejumlah instansi strategis
masih diizinkan beroperasi.
 Selain berdampak pada cara hidup masyarakat, adanya pandemi virus
Corona juga turut memberi dampak pada lingkungan, akhir – akhir ini

17
masyarakat dibuat terkagum dengan berbagai foto yang menunjukkan
pemandangan tidak biasa, seperti cuaca cerah tanpa dihalangi asap
polusi udara, kemudian jalanan yang tampak sepi tanpa kemacetan dan
salah satu yang menarik perhatian adalah jernihnya kanal – kanal Sungai
di Venesia yang biasanya ramai dikunjungi turis.
 Dari keadaan ini muncul satu pertanyaan, apakah benar kebijakan
karantina wilayah atau lockdown berdampak pada kualitas lingkungan
yang lebih baik ? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita lihat pada
penelitian yang dilakukan oleh European Space Agency (ESA), dari data
yang didapatkan melalui gambar satelit memperlihatkan adanya
penurunan nitrogen dioksida (gas polutan udara) di sejumlah kota besar
di berbagai negara seperti Paris, Madrid, dan Roma pada tanggal 14-25
Maret 2020 dibandingkan dengan data pada tahun 2019 lalu.
 Selain di negara-negara Eropa, Tiongkok yang merupakan negara
pertama yang menerapkan lockdown juga menunjukkan data yang
sama, yaitu adanya penurunan polusi udara secara signifikan, bahkan
sebesar 20% – 30% jika dibandingan dengan data tiga tahun lalu.
Penurunan polusi udara juga terjadi di Amerika Serikat, Italia, dan
Spanyol.
 Sementara itu di Indonesia khususnya kualitas udara di Jakarta setelah
menerapkan PSBB, dikutip dari rilis Centre for Research on Energy and
Clean Air (CREA) tercatat mengalami penurunan gas polutan NO 2 sekitar
40% dibandingkan tahun 2019. Tapi penurunan tidak terjadi pada
polutan udara jenis PM 2,5 ( konsentrasi polusi partikulat kecil ), angka
PM 2,5 masih tinggi. Menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) batas maksimal konsentrasi PM 2.5 adalah 25 mikrogram per
meter kubik, sedangkan data pada tangal 1 Januari sampai diberlakukan
PSBB pada 22 April angka PM 2,5 di Jakarta masih diatas standar WHO.
 Namun yang perlu menjadi catatan, penurunan polusi udara NO 2 ini
tidak serta-merta membuat kita dapat menyimpulkan bahwa

18
kebijakan lockdown dapat memberikan dampak besar terhadap
lingkungan. Hal ini karena tingkat pencemaran polusi udara sendiri
dapat berubah setiap waktunya, berdasarkan aktivitas kendaraan
bermotor maupun industri, jika pada suatu waktu aktivitas industri atau
lalu lintas kendaraan kembali meningkat dari sebelumnya, kualitas
udara suatu wilayah dapat berubah juga. Akan berbeda jika ada
perubahan gaya hidup yang masif untuk menerapkan gaya hidup yang
lebih ramah lingkungan saat maupun setelah pandemi ini.
 Selain itu, isu lingkungan merupakan permasalahan yang kompleks yang
melibatkan banyak faktor untuk menjamin kelestarian lingkungan. Salah
satunya adalah sampah, yang menjadi persoalan baru di tengah
merebaknya pandemi virus Corona, penumpukan sampah medis tidak
dapat dihindari, upaya penanganan yang masih terbatas menjadi salah
satu hal yang akan berdampak besar terhadap lingkungan. Selain itu,
sampah medis juga akan berdampak pada penyebaran virus jika tidak
dikelola dengan baik, Dibutuhkan protokol khusus yang harus dipatuhi
dalam mengelola sampah medis.
 Saat ini masih banyak rumah sakit yang belum memiliki teknologi
pengelolaan limbah medis bahan berbahaya dan beracun. Menurut
Sekretaris Jenderal Perkumpulan Ahli Lingkungan Indonesia
atau Indonesian Environmental Scientist Association (IESA) Lina Mugi Tri
Astuti, yang mengutip laporan Kementerian Kesehatan, dari 2.852
rumah sakit yang ada di Indonesia, baru 96 rumah sakit yang memiliki
insinerator (alat untuk pembakaran sampah sampai habis) dari
insinerator yang ada tidak semua berfungsi dengan layak.
 Dalam implementasinya, penggunaan insinerator harus mengikuti
prosedur khusus agar tidak menimbulkan dampak lingkungan lainnya.
Karena insinerator dapat menimbulkan emisi gas yang dapat mencemari
lingkungan. Sementara itu, saat ini baru tiga rumah sakit di Indonesia
menggunakan autoklaf. Pengelolaan sampah dengan menggunakan

19
autoklaf (alat pensterilan berupa ruangan kedap udara) masih minim.
Padahal penggunaan autoklaf lebih ramah lingkungan karena teknik
sterilisasi dengan menggunakan autoklaf tidak melalui proses
pembakaran (non insinerasi) sehingga tidak menyebabkan pencemaran
udara.
 Sebagai pembanding, mari melihat upaya pemerintah Tiongkok, saat
Wuhan menjadi episentrum pandemi Covid-19, selain membangun
rumah sakit dalam waktu singkat, pemerintah Tiongkok juga
membangun tempat pembuangan sampah baru untuk pembuangan
limbah medis dalam waktu singkat, karena pengelolaan sampah medis
yang lama tidak mencukupi. Saat itu, rumah sakit di Wuhan dalam sehari
dapat menghasilkan sampah enam kali lebih banyak yaitu setara 240 ton
dari biasanya hanya 40 ton. Pemerintah Tiongkok juga melakukan
pengangkutan sampah secara mobile, menambah jumlah kendaraan
pengangkutan sampah dan membangun insinerator di dekat rumah
sakit sementara, sehingga dapat lebih cepat dikelola. Selain itu pabrik
pembuangan limbah industri diubah untuk mengelola sampah medis.
 Selain sampah medis, permasalahan sampah plastik juga menjadi salah
satu soal yang pengelolaannya perlu disorot saat ini. Hal ini karena
sampah plastik dan bekas kemasan makanan akan cenderung
meningkat karena akses keluar rumah dibatasi. Adanya keterbatasan
akses tersebut mengubah pola konsumen masyarakat yang lebih
memilih transaksi melalui layanan seluler. Saat ini rumah makan atau
kafe lebih banyak menerima pesan antar dan masih banyak yang
memilih menggunakan plastik sekali pakai untuk pengemasan.
 Peningkatan pembelanjaan kebutuhan pokok juga cenderung dilakukan
melalui layanan seluler. Menurut survei yang dilaksanakan oleh
Telunjuk.com, data menunjukkan dibeberapa e-commerce seperti
Tokopedia, Shopee dan Bukalapak terdapat kenaikan belanja daring

20
untuk kebutuhan pokok sekitar 400%, data diambil pada tanggal 2
Maret sampai 5 April.
 Sampah plastik telah lama menjadi persoalan bagi lingkungan. Sebagian
besar sampah plastik masih dibuang ke tempat pembuangan akhir
bahkan ke laut tanpa proses pengelolalaan lebih lanjut sehingga
menggangu ekosistem laut. Ellen Macarthur menyebutkan bahwa pada
tahun 2050 sampah plastik akan lebih banyak jumlahnya dibanding ikan
di lautan, jika ini terjadi maka akan mengganggu rantai makanan dan
ekosistem. Maka dari itu pada masa pandemi ini, pengelolaan sampah
plastik harus segera diperhatikan pengelolaannya dan diminimalisir
penggunaannya. Adanya Pandemi Covid-19 telah banyak
mempengaruhi sejumlah aspek kehidupan. Banyak negara dalam hal ini
mulai menerapkan sejumlah kebijakan untuk membatasi segala bentuk
aktivitas. Melalui berbagai pemberitaan disebutkan bahwa
kebijakan lockdown ini membawa dampak pada membaiknya kualitas
udara, namun sebenarnya permasalahan baru muncul yakni
permasalahan sampah medis dan plastik yang meningkat dikarenakan
pemusatan aktivitas di rumah sakit dan di rumah – rumah. Perlu adanya
kebijakan strategis dari pemerintah dan masyarakat untuk memilih opsi
yang lebih ramah lingkungan dalam menghadapi permasalahan
lingkungan di masa pandemi Covid-19. Karena permasalahan pada
lingkungan juga penting dan butuh upaya masif dan konsisten untuk
mencegah kerusakan lingkungan.
Selama pandemi COVID-19, tak sedikit pekerja kantoran yang terpaksa
menyelesaikan pekerjaannya dari rumah. Artinya, mobilitas di jalanan
pun berkurang. Dengan berkurangnya jumlah kendaraan bermotor di
jalanan, artinya polusi udara yang penyebab utamanya adalah gas
buangan dari mobil dan motor, bisa diminimalisasi.
Citra satelit menunjukkan adanya penurunan signifikan terhadap
tingkat global nitrogen dioksida (NO2), yaitu gas yang dihasilkan dari

21
mesin mobil dan pabrik manufaktur komersil yang biasanya terdapat di
kota-kota besar. Emisi CO2 pun menunjukkan penurunan selama
terjadinya pandemi COVID-19. Sementara itu, menurut Barcelona
Institute for Global Health, hampit setiap kota di seluruh dunia mencatat
rekor terendah perihal polusi udara.
Bahkan di Jakarta, dilaporkan bahwa tingkat polusinya menurun
drastis selama penerapan peraturan PSBB. Banyak masyarakat yang
mengunggah foto-foto memperlihatkan betapa pemandangan di kota
Jakarta terlihat lebih jelas tanpa adanya kabut dari asap kendaraan
bermotor. Udara yang bersih tentunya juga akan berpengaruh terhadap
kesehatan tubuh kita, lho.
Fenomena luar biasa terlihat di kawasan Venesia, Italia. Area yang
terkenal dengan wisata air di kanal-kanal tersebut menjadi lebih bersih.
Air sepanjang kanal yang biasanya berwarna keruh terlihat jernih selama
pemerintah Italia menerapkan peraturan lockdown.
Tidak adanya sarana transportasi air yang beroperasi, artinya tak ada
polusi air sehingga kehidupan hewan di dalam air pun menjadi lebih
baik. Sejumlah foto menunjukkan, ikan-ikan dan makhluk air lainnya
terlihat dengan jelas di kanal Venesia selama lockdown.
Jumlah manusia yang terus bertambah setiap tahunnya membuat
satwa liar kian terdesak. Selain jumlahnya berkurang, hewan-hewan
tersebut juga seakan tak memiliki ruang gerak karena kehadiran
manusia di semua wilayah.
Nah, selama adanya lockdown atau pembatasan aktivitas, satwa liar
ini seakan memiliki dunia baru. Di sejumlah wilayah di Cina, Jepang,
Inggris, Italia, Spanyol, dan lain sebagainya, dilaporkan kemunculan
hewan-hewan tersebut di jalan raya maupun pemukiman penduduk.
Mungkin terkesan aneh, tapi setidaknya pandemi COVID-19
memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi para satwa.

22
Sedikit manusia yang berada di luar rumah juga membuat tanaman
bisa tumbuh bebas tanpa sentuhan jahil tangan manusia. Berdasarkan
laporan organisasi nirlaba Plantlife, berbagai jenis tanaman dan bunga
terlihat tumbuh lebih banyak daripada biasanya. Hal ini disebabkan
karena tak ada kaki manusia yang menginjak atau tangan yang memetik
bunganya. Efeknya, kehadiran hewan seperti burung, kupu-kupu, dan
lebah di taman pun kian marak.
Hidup dengan ruang gerak yang sangat terbatas memang tidak
menyenangkan. Akan tetapi inilah saatnya kita menyadari bahwa
betapa selama ini kita telah mengabaikan ‘kesehatan’ lingkungan hidup
di sekitar. Diharapkan setelah pandemi COVID-19 usai, kita bisa lebih
memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup.

23
BAB 4
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Adanya pandemi itu juga menimbulkan hal signifikan yang dapat
dirasakan meskipun sebagian orang tidak dapat menyadari hal itu.
Penerapan physical distancing yang mengharuskan seseorang berdiam
diri di rumah ternyata banyak berpengaruh terhadap kondisi alam.
Aktivitas ekonomi dan transportasi yang dibatasi juga turut berdampak
pada lingkungan. Kegiatan tersebut telah menyebabkan penurunan emisi
karbon secara tiba-tiba.
Tahun ini yang bertepatan dengan perayaan Hari Bumi ke 50 Tahun,
bumi mendapatkan kondisi terbaiknya dalam setengah abad belakangan
ini pernyataan itu merujuk pada dampak wabah Virus Corona yang
mengakibatkan penyebaran penyakit Covid-19 di seluruh dunia. Untuk
pertama kalinya secara berturut-turut, emisi gas rumah kaca, konsumsi
bahan bakar fosil, lalu lintas udara, darat dan laut secara drastis telah
menurun pastinya kita juga perlu mensyukuri hal tersebut walaupun
dilanda pandemi global ini yang kian parah.
Membaiknya kualitas udara dan lingkungan global, merupakan
dampak tak terduga dari melemahnya ekonomi akibat pandemi Virus
Corona COVID-19. Terhentinya sebagian besar kegiatan industri
mengurangi tingkat polusi udara.
4.2 SARAN
Bersamaan dengan penetapan pandemi ini, tentunya kita harus
lebih waspada terhadap virus corona agar tidak ikut terinfeksi.
1. Cuci tangan Anda Bersihkan tangan secara reguler dan menyeluruh
menggunakan sabun dan air, atau bila tidak ada dengan pembersih
tangan berbahan alkohol 60 persen (hand sanitizer). Mencuci tangan
atau menggunakan hand sanitizer bisa membunuh virus corona yang
hinggap pada tangan anda.
2. Hindari juga kerumunan orang, terutama di ruang-ruang tertutup.
Risiko Anda untuk ikut terinfeksi meningkat drastis ketika ada salah satu
orang di kerumunan yang terinfeksi Covid-19. 3. Bersihkan rumah

24
secara menyeluruh menggunakan disinfektan, khususnya area-area
yang sering disentuh seperti meja, gagang pintu, saklar lampu,toilet,
keran dan ponsel untuk membunuh kuman yang mungkin hinggap. 4.
Hindari perjalanan yang tidak diperlukan, termasuk pesawat dan
terkhusus kapal cruise.
Dan yang paling penting adalah dengan menjaga lingkungan kita
agar tetap sehat, sehingga kita bisa hidup aman dan nyaman dengan
lingkungan yang bersahabat. Banyak sekali kegiatan untuk melakukan
pelestarian lingkungan, dan semoga masyarakat dapat mematuhi
protocol Kesehatan serta tetap setia untuk menjaga lingkunga kita
Bersama.

25
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, Jessica Inri. 2020. Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Lingkungan
Hidup di Indonesia. Minahasa Utara: Jessica Inri Maramis
Jausan. 2020. “Pentingnya Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup”.
https://jausan.id/pentingnya-menjaga-kelestarian-lingkungan-hidup/, diakses
pada 15 november 2020 pukul 11.49
Hendryques, Marta Henryques. 2020. ”Virus corona: Dampak 'lockdown' pada
penurunan polusi, akankah selamanya?”. https://www.bbc.com/indonesia/vert-
fut-52194438, diakses pada 15 november 2020 pukul 01.53
Jonarsi, Lipka Jonarsih. 2020. “Dampak Merebaknya Pandemi COVID-19 Terhadap
Lingkungan”. diakses pada 15 november 2020 pukul 11.49
Seo, Republik Seo. 2020. “Pengertian Lingkungan Menurut Para Ahli”.
https://republikseo.net/pengertian-lingkungan-menurut-para-ahli/, diakses pada 15

november 2020 pukul 11.49


Hulu, Silferius Hulu. 2020. “Analisa Efek COVID-19 Terhadap Dimensi Kehidupan
Manusia. https://pustakabergerak.id/artikel/analisa-efek-covid-19-terhadap-
dimensi-kehidupan-manusia, diakses pada 16 november 2020 pukul 02.03

26

Anda mungkin juga menyukai