Anda di halaman 1dari 25

KLIPING

RUMAH ADAT

DISUSUN OLEH :
ARIEL ADITYA UMIRIANSYAH

MTS SUNAN DRAJAT


DESA SUGIHWARAS KECAMATAN KALIENGAH
KABUPATEN LAMONGAN
2023
RUMAH ADAT MADURA
TANEAN LANJHANG

Tanean Lanjhang adalah Permukiman tradisional Madura adalah suatu kumpulan rumah
yang terdiri atas keluargakeluarga yang mengikatnya. Letaknya sangat berdekatan dengan lahan
garapan, mata air atau sungai. Antara permukiman dengan lahan garapan hanya dibatasi tanaman
hidup atau peninggian tanah yang disebut galengan atau tabun, sehingga masing-masing
kelompok menjadi terpisah oleh lahan garapannya. Satu kelompok rumah terdiri atas 2 sampai
10 rumah, atau dihuni sepuluh keluarga yaitu keluarga batih yang terdiri dari orang tua, anak,
cucu, cicit dan seterusnya. Jadi hubungan keluarga kandung merupakan ciri khas dari kelompok
ini.

Rumah adat Jawa Timur bernama Tanean Lanjhang. Rumah adat ini berasal dari budaya
masyarakat suku Madura di Jawa Timur. Tanean Lanjhang secara bahasa berarti “Halaman
Panjang”. Hal ini sesuai dengan pola struktur bangunannya yang memanjang dari arah Barat ke
Timur. Tanean Lanjhang sebetulnya bukan sebutan untuk satu rumah saja, melainkan mencakup
beberapa rumah dan kelengkapannya dalam satu lingkungan. Dalam satu Tanean Lanjhang
terdapat beberapa rumah yang berjajar dan memanjang dari arah Barat ke Timur dilengkapi
dengan adanya mushola sebagai tempat ibadah keluarga serta kandang ternak, sumur, dan
halaman yang memanjang. Salah satu keunikan dari pola rumah Adat Jawa Timur ini terletak
pada sistem hirarki kekerabatan yang diemban oleh masyarakat Madura saat akan membangun
rumah. Biasanya, dalam satu deret dari arah Barat ke Timur akan diisi oleh rumah rumah yang
pemiliknya masih dalam satu keluarga. Semakin timur, maka pemilik rumahnya akan terbilang
semakin muda. Begitu sebaliknya. Selain itu, keunikan lain dari rumah adat ini terletak pada
beragam ornamen penghiasnya, seperti ukiran di bagian pintu, bentuk dipan atau tempat tidur,
dan lain sebagainya.
RUMAH ADAT JAWA TIMUR
JOGLO

Joglo Situbondo adalah rumah adat provinsi Jawa Timur. Meskipun memiliki nama
Joglo, tetapi rumah adat ini berbeda dengan rumah tradisional Joglo di Jawa Tengah. Tak
dipungkiri juga keduanya memiliki beberapa kemiripan. Kegunaan rumah ini adalah sebagai
rumah tempat tinggal, tetapi ada juga yang memanfaatkannya sebagai peninggalan bersejarah.
Hal ini dikarenakan rumah ini kental dengan budaya nenek moyang di masa lalu. Sinkretisme
agama dan kepercayaan kejawen memberikan pengaruh terhadap bentuk dan tata ruang rumah
adat Joglo. Rumah Joglo Situbondo ini memiliki ciri khas dengan kesederhanaannya, namun
memiliki cita rasa seni yang tinggi. Secara ukuran, rumah adat ini tidak terlalu besar.
Rumah tradisional ini memiliki bentuk limasan atau dara gepak. Joglo Situbondo sesuai
dengan namanya banyak ditemukan di daerah Situbondo, Jawa Timur. Hal inilah yang
menjadikan namanya menjadi Joglo Situbondo. Namun, selain di sana, rumah adat ini juga
banyak ditemukan di Ponorogo.
Pada umumnya bangunan ini menggunakan kayu jati murni sebagai bahan bangunannya.
Hal ini dipercayai karena kayu jati memiliki kekuatan yang besar serta memiliki daya tahan yang
cukup lama. Tata bangunan rumah adat Joglo Situbondi ini mencerminkan hubungan antar
sesama manusia serta manusia dengan alam sekitar. Prinsip ini tercermin jelas melalui tata
bangunannya. Selain itu, kepercayaan masyarakat Jawa juga sangat banyak mempengaruhi
dalam porsi pembangunan rumah adat ini. Pondasi, tiang penyangga, tanah yang diratakan serta
dibuat lebih tinggi dari sekelilingnya merupakan beberapa hal yang mencerminkan pengaruh
budaya Jawa dalam pembangunan rumah adat ini.
RUMAH ADAT SUMATERA BARAT
RUMAH GADANG

Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah
tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut
dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang
menyebut dengan nama Rumah Baanjuang. Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama,
mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan
yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami
memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di
kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain. Seluruh bagian
dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur

Rumah Gadang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat acara adat. Ukuran ruang
tergantung dari banyaknya penghuni di rumah itu. Namun, jumlah ruangan biasanya ganjil,
seperti lima ruang, tujuh, sembilan atau lebih. Sebagai tempat tinggal, rumah gadang mempunyai
bilik-bilik dibagian belakang yang didiami oleh wanita yang sudah bekeluarga, ibu-ibu, nenek-
nenek dan anak-anak. Fungsi rumah gadang yang juga penting adalah sebagai iringan adat,
seperti menetapkan adat atau tempat melaksanakan acara seremonial adat seperti kematian,
kelahiran, perkawinan, mengadakan acara kebesaran adat, tempat mufakat dan lain-lain.
Perbandingan ruang tempat tidur dengan ruang umum adalah sepertiga untuk tempat tidur dan
dua pertiga untuk kepentingan umum. Pemberian ini memberi makna bahwa kepentingan umum
lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi. Rumah Gadang biasanya dibangun diatas
sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun. Tidak jauh
dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi
sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah.
RUMAH ADAT SULAWESI SELATAN
RUMAH ADAT TONGKONAN

Rumah adat tonngkongan merupakan rumah adat yang berasal dari suku toraja, rumah adt ini
memiliki ciri khas yang sangat mencolok terutama pada bagian atapnya. Atap tumah adat
tangkongan berbentuk seperti perahu terbalik, selain itu dibagian tersbut juga terdapat tanduk
kerbau. Yang berada di bagian depan rumah, dan yang paling uniknya lagi rumah adat ini,
mempunyai dua fungsi. Yaitu sebagai tempat tinggal, dan juga sabagai tempat penyimpanan
mayat yang sudah meninggal. Tetapi semua terpisah tidak dijadikan satu.
Atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian
tongkonan menggunakan atap seng). Di bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian
dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan digunakan juga sebagai tempat
untuk menyimpan mayat. Tongkonan berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama).
Tongkonan dibagi berdasarkan tingkatan atau peran dalam masyarakat (stara sosial Masyarakat
Toraja). Di depan tongkonan terdapat lumbung padi, yang disebut ‘alang‘. Tiang-tiang lumbung
padi ini dibuat dari batang pohon palem (banga) saat ini sebagian sudah dicor. Di bagian depan
lumbung terdapat berbagai ukiran, antara lain bergambar ayam dan matahari (disebut pa'bare'
allo), yang merupakan simbol untuk menyelesaikan perkara.
Khususnya di Sillanan-Pemanukan (Tallu Lembangna) yang dikenal dengan istilah
Ma'duangtondok terdapat tongkonan yaitu Tongkonan Karua (delapan rumah tongkonan) dan
Tongkonan A'pa' (empat rumah tongkonan) yang memegang peranan dalam masyarakat sekitar.

Tongkonan karua terdiri dari: Tongkonan A'pa' terdiri dari:


1. Tongkonan Pangrapa'(Kabarasan) 1. Tongkonan Peanna Sangka'
2. Tongkonan Sangtanete Jioan 2. Tongkonan To'induk
3. Tongkonan Nosu (To intoi masakka'na) 3. Tongkonan Karorrong
4. Tongkonan Sissarean 4. Tongkonan Tondok Bangla'
5. Tongkonan Karampa' Panglawa padang (Pemanukan)
6. Tongkonan Tomentaun
7. Tongkonan To'lo'le Jaoan
8. Tongkonan To Barana'

Banyak rumah adat yang konon dikatakan tongkonan di Sillanan, tetapi menurut masyarakat
setempat, bahwa yang dikatakan tongkonan hanya 12 seperti tercatat di atas. Rumah adat yang
lain disebut banua pa'rapuan. Yang dikatakan tongkonan di Sillanan adalah rumah adat di mana
turunannya memegang peranan dalam masyarakat adat setempat. Keturunan dari tongkonan
menggambarkan strata sosial masyarakat di Sillanan. Contoh Tongkonan Pangrapa' (Kabarasan)/
pemegang kekuasaan pemerintahan. Bila ada orang yang meninggal dan dipotongkan 2 ekor
kerbau, satu kepala kerbau dibawa ke Tongkonan Pangrapa' untuk dibagi-bagi turunannya.
Stara sosial di masayarakat Sillanan di bagi atas 3 tingkatan yaitu:
1. Ma'dika (darah biru/keturunan bangsawan);
2. To Makaka (orang merdeka/bebas);
3. Kaunan (budak), budak masih dibagi lagi dalam 3 tingkatan.
RUMAH ADAT ACEH
RUMOH ACEH / RUMAH ADAT KRONGE BADE

Rumah adat Nangroe Aceh Darussalam biasa dikenal dengan rumah adat kronge bade
yang berasal dari. Provinsi paling barat di indonesia, yaitu Nangroe Aceh Darussalam. Rumah
kronge bade, merupakan rumah panggung yang hanya memiliiki satu tangga di depan, yang
biasa digunakan sebagai. Jalan keluar dan masuk di rumah, melalui satu tangga di depan.
Rumah tradisional Aceh oleh warga setempat disebut rumoh Aceh. Bentuknya seragam,
yakni persegi empat memanjang dari timur ke barat. Konon, letak yang memanjang itu dipilih
untuk memudahkan penentuan arah kiblat. Dari segi ukir-ukiran, rumoh Aceh di tiap-tiap
kabupaten di Provinsi NAD tidaklah sama. Masing-masing punya ragam ukiran yang berbeda.
Rumah ini memiliki 3 bagan utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari
rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan
seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah
dapur). Atap rumah berfungsi sebagai tempat penyimpanan pusaka keluarga. Rumah aceh ini
keberadaanya semakin langka dan hampir jarang di temui, di karenakan masyarakat aceh. Lebih
memilih membuat rumah dengan desain modern, alasanya karena biaya pembuatan rumah adat
kronge bade lebih mahal dari pada rumah modern dan juga biaya perawatan juga tidak sedikit.
PAPUA
RUMAH HONAI

Rumah Adat Papua / Papua adalah provinsi yang berada paling timur dalam wilayah
Indonesia. rumah honoi provinsi papua. dibangun hanya dengan kayu dan lalang, diaman
dindingnya terbuat dari kayu, dan atapnya dari ilalang. Rumah adat honai, merupakan rumah
adat indonesia yang sempit, terbuat dengan tanpa adanya cendela dan celah cahaya. Semua
tertutup rapat tanpa celah cahaya. Rumah ini dibuat dengan rapat, supaya kondisi didalam rumah
agar tetap hangat. Meski kondisi diluar rumah dalam keadaan dingin, karen mayoritas penduduk
papua bertempat tinggal di daerah perbukitan dan dataran tinggi.
Dengan wilayah seluas 309.934,4 km2, provinsi ini menjadi provinsi terluas di Indonesia.
Suku asli masyarakat Papua sendiri berjumlah ratusan dengan beberapa suku mayoritas di
antaranya suku Dani, Damal, Amungme, Arfak, Asmat, Yali, dan lain sebagainya. Masing-
masing suku ini memiliki adat dan istiadat yang berbeda-beda. Kendati begitu, di antara adat
istiadat tersebut terdapat beberapa kesamaan, misalnya dari sisi rumah adat yang biasanya
mereka gunakan untuk bertahan hidup di iklim Papua yang dingin. Rumah adat Papua tersebut
bernama rumah Honai. Rumah Honai sendiri sebutan bagi rumah para pria Papua dewasa yang
berbentuk seperti kerucut dan dibangun dari material yang murni 100% dari alam. Berdasarkan
fungsinya sendiri, rumah Honai dapat dibedakan menjadi 3, yaitu rumah bagi Pria (yang disebut
Honai), rumah bagi wanita (Ebei), dan rumah yang khusus digunakan untuk kandang hewan atau
babi (Wamai). Ketiga jenis rumah Honai ini dari strukturnya terlihat sama persis, hanya saja
untuk rumah yang dikhususkan bagi para pria, memiliki ukuran yang umumnya, biasanya lebih
tinggi.

Fungsi Honai: Sebagai tempat tinggal, sebagai tempat untuk menyimpan alat-alat perang,
mendidik dan menyarankan anak-anak untuk menjadi berguna di masa depan, merencanakan
atau mengatur strategi perang untuk menjadi sukses dalam pertempuran atau perang dan tempat
alat atau simbol masyarakat adat toko yang telah menduduki sejak sebelum Dani filosofi Honai
Berputar-putar rumah honai memiliki filosofi yang dipegang teguh oleh perusahaan Dani, yang
mencerminkan nilai-nilai diturunkan dari generasi ke generasi, sebagai berikut: Persatuan dan
unit maksimal untuk mempertahankan dan mengirimkan budaya, etnis, martabat, harga diri
dipertahankan oleh nenek moyang masa lalu hingga saat ini. Signifikan satu hati, satu pikiran
dan tujuan dalam menyelesaikan pekerjaan.
RUMAH ADAT KALIMANTAN BARAT
“RUMAH PANJANG”

Panjang merupakan rumah adat yang berasal dari Kalimantan Barat, tepatnya pada suku
dayak Borneo Barat. Rumah ini hampir sama dengan rumah panggung yang memanjang. Dengan
tiang penyangga tinggi dan anak tangga lebar, akan tetapi rumah adat ini sudah sangat sulit.
Untuk dijumpai diwilayah asalnya, mungkin bisa dikatakan sudah punah dimakan usia. Kini
hanytya bisa kita temui dengan arsitektur dan bentuk yang langka, hanya ada di taman mini
indonesia indah saja, kita dapat menemukan rumah adat panjang.

Rumah Panjang merupakan gambaran dari kehiupan sosial masyarakat Dayak Kalimantan
Barat. Rumah adat ini dihuni tidak hanya oleh satu keluarga saja, melainkan oleh beberapa
keluarga yang hidup saling bergotong royong. Ukuran rumah Panjang sendiri terbilang sangat
besar, yakni panjang sekitar 180 meter, lebar 6 meter, dan tinggi mencapai 5 sd 8 meter. Dengan
ukuran yang luar biasa besar tersebut, rumah panjang akan terbagi menjadi 50 kamar atau
ruangan dengan fungsinya masing-masing.
RUMAH ADAT PROVINSI BALI
GAPURA CANDI BENTAR

Rumah Adat Bali / Bali, selain dikenal memiliki eksotisme alam yang luar biasa, juga
telah diakui banyak kalangan sebagai provinsi yang memiliki banyak keunikan budaya.
Masyarakat Bali secara umum dianggap mampu mempertahankan budaya yang telah diwariskan
nenek moyang mereka meski telah berpuluh-puluh tahun digempur dengan masuknya banyak
orang asing –terutama wisatawan yang datang dengan membawa budaya-budaya baru. Salah satu
bentuk lestarinya budaya asli Bali dapat kita lihat dari adanya desain rumah adat yang sangat
familiar dan hampir digunakan semua penduduk Bali, yakni rumah adat bernama Gapura Candi
Bentar yang kini juga telah resmi menjadi rumah adat Bali. Rumah adat satu ini adalah cerminan
dari budaya Bali yang sarat akan nilai-nilai Hindu.

Menjelaskan bahwa rumah, bagi orang Bali adalah keseluruhan bangunan dalam
pekarangan yang bisanya dikelilingi tembok (panyengker). Berikut adalah bangunan-bangunan
yang dimaksud beserta masing-masing fungsinya. Sanggah atau pamerajan yang merupakan
tempat suci bagi keluarga, panginjeng karang yang merupakan tempat untuk memuja roh yang
menjaga pekarangan, bale manten, yakni tempat tidutr kepala keluarga, gadis, serta menyimpan
barang berharga (kadang digunakan pasangan yang baru menikah), bale gede/bale adat sebagai
tempat upacara lingkaran hidup, yang dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai bale
serbaguna, bale dauh sebagai tempat kerja, pertemuan, dan tempat tidur anak laki-laki, paon atau
dapur sebagai tempat memasak, dan lumbung, sebagai tempat menyimpan padi/hasil bumi.
RUMAH ADAT PROVINSI DKI JAKARTA
RUMAH KEBAYA

Rumah Adat Betawi dari DKI Jakarta bernama Rumah Kebaya. Dinamai demikian
karena atap dari rumah ini berbentuk seperti pelana yang apabila dilipat dan dilihat dari samping
akan tampak seperti lipatan kebaya. Rumah kebaya khas Betawi memiliki beberapa keunikan.
Salah satu keunikan tersebut terletak pada desain terasnya yang luas. Teras luas ini memiliki
filosofi bahwa masyarakat Betawi secara umum akan mudah menerima tamu atau pendatang.
Selain itu, ada beberapa keunikan lain yang jarang diperhatikan dari rumah adat ini, di antaranya
sumur keluarga biasanya terdapat di bagian depan, pemakaman keluarga terdapat di bagian
samping, sementara sekat rumahnya tidak permanen, melainkan dapat dilipat atau digeser. Selain
kayu, rumah adat Betawi ini juga menggunakan material batu. Batu kali digunakan untuk
pondasi rumah dengan sistem umpak (semakin ke atas semakin besar). Batu tersebut diletakan
untuk landasan tegaknya tiang rumah.
Rumah Kebaya adalah rumah adat yang difungsikan sebagai tempat tinggal. Rumah ini
terbuat dari kayu dan berbentuk persegi empat. Umumnya bagian atap sudah terbuat dari genteng
tanah liat. Serambi terdapat di bagian depan digunakan sebagai ruang menerima tamu atau
tempat bercengkerama. Bagian dalam rumah terdiri atas beberapa kamar. Dapur terletak di
bagian belakang rumah. Sementara itu, kamar mandi biasanya terpisah di luar rumah. Halaman
rumah cukup luas ditanami berbagai tanaman buah tropis khas betawi. Di belakang atau samping
rumah umumnya terdapat kandang hewan ternak.
Rumah Kebaya mempunyai beberapa pasang atap, yang apabila dilihat dari samping
berlipat-lipat seperti lipatan kebaya. Arsitekturnya seperti monas yang terpotong bagian tugunya.
Rumah ini melambangkan penduduk Jakarta yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Pembagian
ruangannya, serambi depan disebut Paseban. Dindingnya terbuat dari panel-panel yang dapat
dibuka-buka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini dimaksudkan agar ruangan terasa lebih luas.
Pada saat-saat tertentu, Rumah Kebaya sering digunakan untuk mengadakan acara selamatan
atau hajatan khas Betawi.
RUMAH ADAT BANTEN
“BADUI”

Rumah adat badui, merupakan rumah yang di buat oleh suku badui yang sedang berdiam diri di
banten. Ciri khas rumah adat badui ialah sedikit lebih tinggi seperti rumah panggung akan tetapi
tingginya tidak ada setengah meter. Serta karakteristik atap rumah badui terbuat dari ilalang,
struktur pembuatan rumah adat badui terbuat dari. Kayu, bambu pada bagian dinding. dan
tiangnya terbuat dari batu. Rumah adat ini, masih dengan mudah dapat kita jumpai, di beberapa
daerah perosok ujung kulon dan beberapa di pedesaan di daerah banten.

Rumah adat Suku Baduy Rumah adalah rumah model panggung yang tiangnya tidak terbuat
dari kayu, melainkan hanya dibuat dari susunan batu-batu berukuran sedang. Meski merupakan
rumah panggung, dibandingkan rumah-rumah adat dari suku-suku di Sumatera, rumah adat ini
terbilang pendek. Tinggi tiangnya sering kali tidak lebih dari 1 meter. Adapun selain
menggunakan material berupa batu, rumah adat suku Baduy juga dibuat menggunakan beberapa
material lain. Alas lantainya terbuat dari papan kayu atau palupuh (bilah bambu), dindingnya
terbuat dari anyaman bambu, sementara atapnya terbuat dari daun alang-alang yang disusun rapi.
RUMAH ADAT PROVINSI JAWA BARAT

RUMAH ADAT SUNDA

Rumah adat Sunda yang kini telah ditetapkan menjadi rumah adat Jawa Barat memang
sarat akan nilai-nilai filosofis yang menjadi pegangan hidup masyarakat Sunda dalam kehidupan
sosialnya. Rumah adat Jawa Barat sendiri memiliki banyak nama dan rupa, tergantung
bagaimana desain dari rumah yang digunakan. Namun, sedikitnya kami telah menemukan 5
desain rumah adat Sunda ini berdasarkan desain atapnya, yaitu yang bernama Jolopong, Badak
Heuay, Tagong Anjing, Jubleg Nangkub, dan Perahu Kemureb.

RUMAH KASEPUHAN

Rumah adat Jawa Barat yang saat ini sangat sulit dijumpai dimasyarakat, kalaupun ada
tentu letaknya didesa-desa. Material yang digunakan untuk membangun rumah adat ini masih
alami seperti kayu, bambu, batu, ijuk dan juga dedaunan. Rumah Joglo terdiri dari 2 bagian
utama yakni Pendapa dan Dalam. Bagian Pendapa adalah bagian depan Joglo yang punya
ruangan luas tanpa sekat, biasanya digunain buat menerima tamu atau ruang bermain anak dan
tempat bersantai keluarga. Bagian Dalam adalah bagian dalam rumah yang berupa ruangan
kamar dan ruangan lainnya yang bersifat lebih privasi. Rumah Joglo dihiasi dengan ukir-ukiran
bermacam-macam motif yang sarat dengan simbol dan makna.
Rumah warga masyarakat Kasepuhan adalah Hateup salak Tihang Cagak yang berarti
bentuk dan type rumah adat adalah rumah panggung menggunakan atap daun [kiray dan daun
tepus] dengan bilik bambu dan tiang kayu, atau juga bisa berarti harus menggunakan bahan-
bahan alami. bagian rumah terbagi dalam 5 (lima) tahapan seperti umpak, kolong, beuteung, para
dan hateup, semua memiliki fungsi yang telah dirancang leluhur untuk guna dan manfaat
penghuninya.
Bentuk rumah panggung adalah bentuk rumah yang sudah dipakai lama oleh leluhurA di
tatar sunda, dari sabang sampai merauke sebelum adanya pengaruh luar yang dibawa pada era
kolonial, menggunakan bentuk rumah yang sama, rumah panggung. Salah satu nilai fungsinya
adalah tahan getaran ketikaA gempa terjadi, fleksibiltas membuat bangunan tetap utuh karena
bahan alam. Rupanya leluhur sangat faham akan kontur tanah yang vulkanis dengan gunung
berapi dimana-mana, sehingga bangunan yang cocok di tanah air ini adalah bangunan seperti
ini.A selain itu juga dengan bahan atap yang ringan dari dedaunan dan diikatkan pada layeus,
tak ada ketakutan ketika gempa datang. Kearifan lokal yang telah dirancang leluhur untuk
kepentingan anak cucu di kemudian hari bisa kita lihat dari bentuk rumah panggung itu sendiri.
RUMAH ADAT KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
RUMAH PANGGUNG

Rumah adat Kepulauan Bangka Belitung bernama Rumah Panggung. Sesuai namanya, rumah
ini merupakan rumah panggung dengan tiang-tiang yang menyangga berdirinya rumah di atas
permukaan tanah setinggi hampir 2 meter. Yang unik, rumah adat satu ini terletak pada adanya
sebuah beranda rumah yang cukup luas di bagian depannya. Beranda tersebut digunakan sebagai
tempat menyambut tamu atau tempat bersantai saat sore hari. Selain itu, rumah Panggung khas
Bangka Belitung juga dilengkapi dengan banyak sekali jendela yang mengatur sirkulasi udara
yang masuk ke dalam rumah.

Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang
dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu Awal berupa rumah panggung kayu dengan material
seperti kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang tumbuh dan mudah
diperoleh di sekitar pemukiman.
Bangunan Melayu Awal ini beratap tinggi di mana sebagian atapnya miring, memiliki
beranda di muka, serta bukaan banyak yang berfungsi sebagai fentilasi. Rumah Melayu awal
terdiri atas rumah ibu dan rumah dapur yang berdiri di atas tiang rumah yang ditanam dalam
tanah.
RUMAH ADAT PROVINSI BENGKULU
RUMAH BUBUNGAN LIMA

Rumah ini berbentuk panggung dengan dilengkapi banyak tiang penopang di bagian
bawah lantainya. Material yang digunakan dalam proses pembuatan rumah ini hampir 100%
berasal dari bahan kayu. Kayu yang digunakan dalam hal ini bukanlah sembarang kayu. Kayu
yang dipilih hanyalah kayu-kayu yang kuat, tahan lama, dan tidak mudah lapuk, misalnya seperti
kayu Medang Kemuning. Rumah Bubungan Lima sendiri terbagi atas 3 bagian utama, yaitu
rumah bagian atas, rumah bagian tengah, dan rumah bagian bawah. Selengkapnya tentang desain
dan karakteristik rumah adat Bubungan Lima bisa Anda baca di link ini. 10. Rumah Adat
Lampung Rumah adat Lampung bernama Nuwou Sesat. Nama Nuwou Sesat sendiri berasal dari
kata Nuwou yang berarti dan Sesat yang berarti . Sesuai namanya, rumah Nuwou Sesat bukanlah
rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal. Rumah ini lebih digunakan sebagai tempat
perkumpulan pengurus-pengurus adat dan warga (Purwatin). Kendati bukan merupakan rumah
tinggal, Nuwou Sesat tetap terbagi atas beberapa ruangan dengan fungsi tertentu, di antaranya
Pusiban (ruang tempat musyawarah), Gajah Merem (tempat Penyimbang beristirahat),
Tetabuhan (tempat penyimpanan alat musik tradisional dan pakaian adat Lampung), dan Kebik
tengah (tempat tidur untuk anak penyimbang).

Rumah Bubungan Lima adalah rumah adat resmi Provinsi Bengkulu. Rumah Bubungan
Lima termasuk jenis rumah panggung. “Bubungan lima” sejatinya merujuk pada atap dari
rumah panggung tersebut. Selain “bubungan lima”, rumah panggung khas Bengkulu ini
memiliki bentuk atap lainnya, sperti “bubungan limas”, “bubungan haji”, dan “bubungan
jembatan”. Material utama yang digunakan adalah kayu medang kemuning atau surian balam,
yang berkarakter lembut namun tahan lama. Lantainya terbuat dari papan, sementara atapnya
terbuat dari ijuk enau atau sirap. Sementara di bagian depan, terdapat tangga untuk naik-turun
rumah, yang jumlahnya biasanya ganjil (berkaitan dengan nilai adat).
Menilik sejumlah literatur yang menerangkan tentang rumah adat ini, kesimpulan
sementara yang bisa diambil adalah, rumah ini bukanlah jenis tempat tinggal yang umum
ditempati masyarakat. Rumah Bubungan Lima (juga jenis rumah adat lainnya di Bengkulu)
merupakan rumah dengan fungsi khusus yang digunakan untuk ritus-ritus adat atau acara khusus,
seperti penyambutan tamu, kelahiran, perkawinan, atau kematian. Rumah Bubungan Lima,
merupakan salah satu prototipe hunian tahan banjir, yang merepresentasikan nilai-nilai kearifan
lokal pada masyarakat Bengkulu.
RUMAH ADAT SUMATERA UTARA/SUMUT
RUMAH BALAI BATAK TOBA

Rumah adat Sumatera Utara adalah Rumah Bolon. Pada masa silam, rumah Bolon merupakan
rumah kediaman bagi 13 raja-raja batak. Namun, seiring perkembangannya, ia pun kemudian
digunakan sebagai rumah bagi penduduk suku Batak secara umum. Untuk menunjang fungsi
tersebut, rumah adat Sumatera Utara ini terbagi atas beberapa ruang berdasarkan peruntukannya,
yaitu:
1. Ruangan jabu bong adalah ruangan khusus untuk kepala keluarga yang letaknya berada di
belakang di sudut sebelah kanan.
2. Ruangan jabu soding adalah ruangan khusus untuk anak perempuan yang letaknya berada
di belakang sebelah kiri berhadapan dengan jabu bong.
3. Ruangan jabu suhat adalah ruangan khusus untuk anak lelaki tertua yang telah menikah
yang letaknya berada di sudut kiri depan.
4. Ruangan tampar piring adalah ruangan untuk menyambut tamu yang letaknya berada di
sebelah jabu suhat.
5. Ruangan jabu tonga rona ni jabu rona adalah ruang keluarga yang ukurannya paling besar
dan letaknya berada di tengah rumah.

Kolong rumah digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan pangan sekaligus kandang
ternak.
Nilai budaya itu sangat perlu dilestarikan dan hendaknya dapat ditempatkan sebagai dasar
filosofi sebagai pandangan hidup bagi generasi penerus kelak. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai budayanya, karena itu Bangso
Batak perlu menjaga citra dan jati dirinya agar keberadaannya tetap mendapat tempat dalam
pergaulan hubungan yang harmonis.
Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan
perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat
terdapat dalam berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada
kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan
menghias pucuk atap dengan kepala kerbau.
RUMAH ADAT PROVINSI LAMPUNG
RUMAH NUWO SESAT

Rumah Adat Lampung umumnya terdiri dari bangunan tempat tinggal disebut Lamban,
Lambahana atau Nuwou, bangunan ibadah yang disebut Mesjid, Mesigit, Surau, Rang Ngaji,
atau Pok Ngajei, bangunan musyawarah yang disebut sesat atau bantaian, dan bangunan
penyimpanan bahan makanan dan benda pusaka yang disebut Lamban Pamanohan Rumah adat
orang Lampung biasanya didirikan dekat sungai dan berjajar sepanjang jalan utama yang
membelah kampung, yang disebut tiyuh. Setiap tiyuh terbagi lagi ke dalam beberapa bagian yang
disebut bilik, yaitu tempat berdiam buway . Bangunan beberapa buway membentuk kesatuan
teritorial-genealogis yang disebut marga. Dalam setiap bilik terdapat sebuah rumah klen yang
besar disebut nuwou menyanak. Rumah ini selalu dihuni oleh kerabat tertua yang mewarisi
kekuasaan memimpin keluarga.
Penjelasan Rumah adat Nuwo Sesat yang berasal dari daerah Lampung Sumatera. Rumah
tradisional adat Lampung ini termaksud kategori rumah panggung. Atapnya terbuat dari
anyaman ilalang dan sebagian besar bahnnya terbuat dari kayu. Bentuk rumah panggun ini untuk
menghindari serangan hewan dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi, karena masyarakat
lampung telah mengenal gempa dari zaman dahulu dan lampung terletak di pertemuan lempeng
Asia dan Australia. Terdapat ornamen yang khas pada bagian sisi bangunan tertentu rumah sessat
ini. Umumnya bentuk rumah sessat berbentuk rumah besar. Namun saat ini bentuknya tidak
terlalu besar. Di perkampungan penduduk asli Lampung sebagian besar rumah adat ini dibangun
tidak bertiang dan berlantai di tanah dengan fungsi yang tetap sama.
Ciri khas lainnya di rumah sesat ini adalah hiasan paying payung besar di atapnya
[Rurung Agung] yang berwarna putih, kuning, dan merah yang melambangkan tingkat
Kepenyimbangan bagi masyarakat adat Lampung Pepadun. Bentuk bangunan tempat tinggal
masyarakat Kabupaten Lampung boleh di bilang cukup beraneka ragam. Hal ini dapat di lihat
dari keragaman bentuk rumah yang didirikan oleh warga setempat sebagai tempat tinggal
RUMAH ADAT PROVINSI JAMBI
RUMAH PANGGUNG

Konstruksi dalam bentuk panggung adalah warisan budaya dalam membuat sebuah
bangunan dari nenek moyang kita. Kita dapat lihat rumah tradisional di beberapa daerah, seperti
di Sumatra, Kalimantan, atau Sulawesi, kebanyakan menggunakan bentuk rumah panggung.
Secara materi dan efesiensi, rumah panggung sangat banyak manfaat. Ruang bawah rumah yang
kosong dapat dimanfaatkan sebagai area bermain anak-anak, asalkan tinggi panggung aman
untuk dilalui, minimal tinggi panggung adalah dua meter.
Rumah tinggal orang Batin disebut Kajang Lako atau Rumah Lamo. Bentuk bubungan
Rumah Lamo seperti perahu dengan ujung bubungan bagian atas melengkung ke atas. Tipologi
rumah lamo berbentuk bangsal, empat persegi panjang dengan ukuran panjang 12 m dan lebar 9
m. Bentuk empat persegi panjang tersebut dimaksudkan untuk mempermudah penyusunan
ruangan yang disesuaikan dengan fungsinya, dan dipengaruhi pula oleh hukum Islam.
RUMAH ADAT PAPUA BARAT
“MOD AKI AKSA”

Rumah mod aki bisa dibilang dengan rumah kaki seribu yang berasal dari Papua Barat.
Bentuknya hampir miripdengan rumah adat honai, akan tetapi rumah adat ini berbentuk rumah
adat panggung. Dimana rumah adat mod aki, memiliki ciri khas, mempunyai banayak penyangga
dibagaian bawah lantai rumah. Sehingga rumah adat mod aki aksa, sering disebut sebagai rumah
kaki seribu. Pembuatan rumah adat di indonesia yang satu ini, terbuat dari bahan alam seperti,
kayu, pelepah sagu, ilalang dan tali dari kulit pohon.
PROVINSI RIAU
RUMAH MELAYU SELASO JATUH KEMBAR

Balai salaso jatuh adalah bangunan seperti rumah adat tapi fungsinya bukan untuk tempat
tinggal melainkan untuk musyawarah atau rapat secara adat. Sesuai dengan fungsinya bangunan
ini mempunyai macam-macam nama antara lain : Balairung Sari, Balai Penobatan, Balai
Kerapatan dan lain-lain. Bangunan tersebut kini tidak ada lagi, didesa-desa tempat musyawarah
dilakukan di rumah Penghulu, sedangkan yang menyangklut keagamaan dilakukan di masjid.
Ciri - ciri Balai Salaso Jatuh mempunyai selasar keliling yang lantainya lebih rendah dari ruang
tengah, karena itu dikatakan Salaso Jatuh. Semua bangunan baik rumah adat maupun balai adat
diberi hiasan terutama berupa ukiran.
Rumah kayu atau rumah kampung pada suatu masa dulu boleh dikatakan tidak asing bagi
orang Melayu. Tapi dengan urbanisasi penduduk kini, ramai anak-anak Melayu yang tidak lagi
mengenal apakah ciri bentuk sebenarnya rumah kayu tradisional maupun caranya dibangun tanpa
paku. Sebetulnya, lama sebelum kedatangan pengaruh luar dan telunjuk moden, penduduk asal
Melayu dan Orang Asli di Semenanjung Tanah Melayu dan Sumatera serta kaum
Bumiputra/Pribumi lain di Borneo dan bagian lain di alam Melayu telah mempunyai sistem
perumahan yang canggih, cantik dan serasi dengan gaya hidup dan alam sekitar.
RUMAH ADAT PROVINSI SUMATERA SELATAN/SUMSEL
RUMAH LIMAS

Rumah Limas Palembang dibangun di atas tiang-tiang yang terbuat dari jenis kayu
unglen yang berjumlah 32 buah atau kelipatannya. Rumah limas Palembang merupakan rumah
panggung yang bagian kolongnya merupakan ruang positif untuk kegiatan sehari-hari.
Ketinggian lantai panggung dapat mencapai ukuran 3 meter. Untuk naik ke rumah limas
dibuatlah dua tangga kayu dari sebelah kiri dan kanan. Bagian teras rumah biasanya dikelilingi
pagar kayu berjeruji yang disebut tenggalung. Makna filosofis dibalik pagar kayu itu adalah
untuk menahansupaya anak perempuan tidak keluar rumah.
Rumah Limas Merupakan rumah tradisional khas Provinsi Sumatera Selatan. Dari
namanya, jelaslah bahwa rumah ini berbentuk limas. Bangunannya bertingkat-tingkat dengan
filosofi budaya tersendiri untuk setiap tingkatnya. Tingkat-tingkat ini disebut masyarakat sebagai
bengkilas. Bahan material dalam membuat dinding, lantai, serta pintu menggunakan kayu
tembesu. Sementara untuk tiang rumah, pada umumnya menggunakan kayu unglen yang tahan
air. Berbeda dengan rangka rumah yang terbuat dari kayu Seru. Kayu ini cukup langka. Kayu ini
sengaja tidak digunakan untuk bagian bawah Rumah Limas, sebab kayu Seru dalam
kebudayaannya dilarang untuk diinjak atau dilangkahi.
RUMAH ADAT NUSA TENGGARA TIMUR/NTT
SAO ATA MOSA LAKITANA

Dalam seni bangunan yang mempunyai fungsi religius adalah rumah adat yang umumnya
berupa rumah panggung dan berbentuk agak segi empat atau segi empat panjang, kecuali rumah
asli Timor yang mempunyai bentuk bulat telur tanpa tiang. Di daerah ini bangunan dibedakan
dalam 3 bentuk yang didasarkan pada model atapnya, yakni bentuk atap berjoglo yang
merupakan rumah adat suku bangsa Sumba, bentuk atap atap kerucut bulat, merupakan rumah
adat suku bangsa Timor dan bentuk atap seperti perahu terbalik, merupakan rumah adapt suku
bangsa Rote. Dari bentuk atap yang berbeda, tetapi dalam rumah ini tetap terdapat suatu tempat
suci untuk arwah nenek moyang yang selalu diberi sesaji pada sat-saat tertentu.
Masyarakat suku bangsa Sabu yang merupakan pelaut ulung membangu rumahnya
menyerupai perahu yang erat hubungannya dengan kebudayaan serta kehidupan sehari-harinya.
Misalnya atapnya berbentuk perahu terbalik menandakan, masyarakat daerah ini mengenal
perahu dan lau sebagai alamnya. Hampir seluruh bagian rumah diberi
nama bagian-bagian perahu seperti haluan, anjungan (duru), dan burian (wui). Duru merupakan
bagian yang diperuntukkan bagi kaum laki-laki, sedangkan Wui bagian yang diperuntukkan bagi
kaum perempuan.
Di perkampungan suku bangsa Sabu, berdasarkan bentuk rumah adatnya dibedakan
menjadi 2 yaitu antara ‘amu kelaga’ atau rumah adat yang berpanggung dan ‘ammu laburai’,
rumah yang berdinding tanah. Ammu kelaga merupakan bentuk rumah Sabu asli yang
mempunyai lantai panggung difungsikan sebagai balai-balai dan disebut sebagai ‘kelaga’.
Bangunan ini mempunyai bentuk 4 persegi panjang dengan atap lancip mirip perahu terbalik.
Tiangnya berbentuk bulat terbuat dari kayu pohon lontar, enau, kayu hitam atau kayu besi.
Lantai panggungnya bertingkat 3 , yakni kelaga rai, atau panggung tanah, kelaga ae atau
panggung besar, kelega dammu atau panggung loteng yang mencerminkan kepercayaan orang
Sabu adanya tingkatan dunia, yakni dunia bawah atau dunia arwah, dunian tengah atau dunia
manusia dan dunia atas atau dunia para dewa.
RUMAH ADAT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUBUNGAN TINGGI ATAU RUMAH BANJAR

Rumah Banjar Adalah Salah satu Rumah Tradisional Suku Banjar, Rumah Banjar Atau yang
disebut juga (Rumah Bubungan Tinggi) di Kalimantan Selatan, bisa dibilang merupakan Ikon
nya Rumah Banjar karena jenis rumah ini yang paling terkenal karena menjadi maskot Rumah
adat khas Provinsi Kalimantan Selatan. Di dalam kompleks karaton Banjar dahulu kala bangunan
Rumah Banjar (Rumah Bubungan Tinggi) Merupakan pusat sentral dari karaton yang menjadi
istana kediaman Raja.
1. Ciri - Ciri Rumah Banjar :
Menurut Tim Depdikbud Kalimanta Selatan :
a. Atas Sindang Langit tanpa plafon.
b. Tangga Naik Selalu ganjil.
c. Pamedangan diberi lapangan kelilingnya dengan Kandang Rasi Berukir.
2. Kontruksi Rumah Banjar :
Kontruksi Rumah adat Banjar atau Rumah Ba'anjung dibuat dengan bahan Kayu. Faktor
Alam Kalimantan Selatan yang penuh dengan Hutan Rimba memberikan bahan kontruksi
yang melimpah yaitu Kayu. Sesuai dengan bentuk serta kontruksi bangunan Rumah adat
banjar tersebut maka hanya kayulah yang merupakan bahan yang tepat dan sesuai dengan
kontruksi bangunannya.
Rumah Adat Provinsi Kalimantan Selatan bernama Rumah Bubungan Tinggi atau Rumah
Ba-Bubungan Tinggi. Bubungan Tinggi adalah rumah dari suku Banjar, suku mayoritas
penduduk di Kalimantan Selatan. Dahulunya rumah Bubungan Tinggi merupakan pusat kerajaan
sekaligus menjadi istana kediaman raja. Jika dilihat secara sekilas, Bubungan Tinggi akan
tampak seperti rumah Bapang khas Betawi. Akan tetapi, desainnya lebih cenderung lekat dengan
konstruksi panggung serta dilengkapi dengan adanya anjungan (anjung) di bagian kiri dan
kanannya. Selain itu, rumah Bubungan Tinggi juga memiliki ciri khas yaitu atap berbentuk
sindang langit tanpa plafon dan tangga naiknya selalu berjumlah ganjil. Selengkapnya tentang
desain dan karakteristik rumah Bubungan Tinggi khas Kalimantan Selatan bisa Anda baca di link
ini.
RUMAH ADAT PROVINSI MALUKU
BAILEO

Rumah Adat Maluku Rumah adat Baileo merupakan ikon budaya sekaligus gambaran
sikap dan jati diri masyarakat Maluku secara umum. Rumah Baileo memiliki struktur panggung.
Tegaknya bangunan rumah ini ditopang tiang-tiang kayu pendek yang berjajar ditanam ke dalam
tanah. Tiang yang umumnya dibuat dari kayu kelapa ini hanya menopang lantai rumah.
Sementara atap ditopang oleh tiang sambungan yang ukurannya lebih kecil. Lantai rumah
berukuran cukup luas. Dibuat dari susunan papan yang ditumpangkan pada kerangka atap.
Papan-papan yang menjadi lantai disusun tanpa dipaku. Kendati begitu, saat diinjak, lantai
rumah ini tidak menghasilkan bunyi sama sekali. Hal ini karena meski tanpa dipaku, papan lantai
telah dikuatkan dengan teknik kunci pada kerangka lantai yang tidak memungkinkannya untuk
berdecit.

Baileo merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan warga (balai
bersama), selain sebagai tempat pertemuan / kegiatan Baileo juga berfungsi untuk menyimpan
benda-benda suci, senjata atau pusaka peninggalan dari nenek moyang warga kampung tersebut.
Rumah adat Baileo ini mempunyai beberapa bagian yang mempunyai fungsi yang berbeda dan
mempunyai filosofi yang tersirat di dalamnya.
Pada intinya rumah adat Baileo ini dibuat tanpa dinding, hal ini bermakna agar roh nenek
moyang dapat dengan leluasa untuk keluar masuk kedalam rumah adat tersebut. Bagian depan
atau pintu masuk rumah adat Baileo terdapat Batu Pamali batu besar yang berfungsi sebagai
tempat untuk meletakkan sesajen.
NUSA TENGGARA BARAT/NTB
DALAM LOKA SAMAWA

Rumah Adat Nusa Tenggara Barat. Rumah Dalam Loka merupakan desain asli rumah
kediaman raja-raja Sumbawa di silam. Kuatnya pengaruh budaya Islam yang masuk di wilayah
ini pada masa itu telah membuat hampir seluruh aspek adat dan kesukuan masyarakat Sumbawa
larut dalam nilai-nilai syariah Islam. Bangunan yang luasnya mencapai ini berdiri dengan
ditopang oleh 99 tiang yang melambangkan 99 sifat Alloh (asmaul husna) dalam ajaran
Islam.Tiang-tiang penyangga mampu menopang tegaknya rumah yang terbagi menjadi 2 ukuran
sama besar (kembar) yang bernama Bala Rea atau Graha Besar.

Di bagian depan bangunan terdapat ruangan bernama Lunyuk Agung yang berfungsi
sebagai tempat musayawarah, resepsi atau acara pertemuan lainnya. Di sebelah Lunyuk Agung
terdapat ruangan yang bernama Lunyuk Mas, fungsinya adalah sebagai ruangan khusus untuk
permaisuri, istri-istri menteri dan staf penting kerajaan ketika dilangsungkan upacara adat. Ada
juga yang disebut Ruang Dalam sebelah barat, ruangan-ruangan ini hanya disekat oleh kelambu
fungsinya adalah sebagai tempat shalat, di sebelah utaranya merupakan kamar tidur permaisuri
dan dayang-dayang.
Ruang Dalam sebelah timur terdiri dari empat kamar dan diperuntukan bagi putra/putri
raja yang sudah berumah tangga di ujung utara ruangan ini adalah kamar pengasuh rumah tangga
istana. Di bagian belakang Bala Rea terdapat ruang sidang, pada malam hari ruangan ini
dijadikan tempat tidur para dayang. Kamar mandi terletak di luar ruangan induk yang
memanjang dari kamar peraduan raja hingga kamar permaisuri. Dan yang terakhir adalah Bala
Bulo berada di samping Lunyuk Mas, terdiri atas dua lantai, lantai pertama berfungsi sebagai
tempat bermain putra/putri raja dan lantai kedua berfungsi sebagai tempat permaisuri dan istri
para bangsawan saat menyaksikan pertunjukan di lapangan istana.
RUMAH ADAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR/KALTIM
RUMAH LAMIN

Rumah Adat Provinsi Kalimantan Timur bernama rumah Lamin. Rumah lamin
merupakan rumah adat dengan ukuran yang sangat besar karena digunakan untuk
menampung orang dalam jumlah banyak. Ukuran rata-rata dari rumah lain biasanya berkisar
pada tinggi 3 meter, lebar 15 meter, dan panjang sekitar 300 meter. Dengan ukuran yang
sedemikian besar, rumah lamin dapat menampung 12 sd 30 keluarga atau sekitar 100 orang.
Rumah lamin dibuat dari kayu ulin, sejenis kayu hutan yang hanya terdapat di tanah
Kalimantan. Pada dinding-dinding rumah ini biasanya akan kita temukan beragam ukiran
khas etnik dayak yang sarat akan nilai filosofis. Ukiran tersebut juga diberi warna yang khas,
seperti kuning, hitam, dan hijau. Ukiran tersebut selain berfungsi menambah nilai estetis dari
rumah yang dibangun, juga dianggap memiliki daya spiritual yang mampu menjaga
penghuni rumah dari segala mara bahaya.

Rumah Lamin adalah rumah adat dari Kalimantan Timur. Rumah Lamin adalah identitas
masyarakat Dayak di Kalimantan Timur. Rumah Lamin mempunyai panjang sekitar 300
meter, lebar 15 meter, dan tinggi kurang lebih 3 meter. Rumah Lamin juga dikenal sebagai
rumah panggung yang panjang dari sambung menyambung. Rumah ini dapat ditinggal oleh
beberapa keluarga karena ukuran rumah yang cukup besar. Salah satu rumah Lamin yang
berada di Kalimantan Timur bahkan dihuni oleh 12 sampai 30 kelurga. Rumah Lamin dapat
menampung kurang lebih 100 orang. Pada tahun 1967, rumah Lamin diresmikan oleh
pemerintah Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai