PENDAHULUAN
1.1 pendahuluan
PEMBAHASAN
Susunan bangunan rumah tinggal, antara bangunan satu dengan yang lain,
ada yang tersambung ada pula yang terlepas satu dengan yang lain. Bentuk
bangunan untuk masingmasing rumah sangat independen, tidak bergantung pada
hirarki tetapi bergantung pada tingkat ekonomi keluarganya.
Bentuk bangunan yang digunakan dapat dibedakan melalui bentuk denah,
letak tiang utama dan bentuk atap. Berdasarkan bentuk denah bangunan dibedakan
menjadi slodoran atau malang are dan sedana. Slodoran terdiri atas satu ruang
dengan dua pintu dan satu serambi serta memiliki satu pintu keluar. Sedana
memiliki dua ruang dan dua pintu tetapi memiliki satu serambi dengan satu pintu
keluar. Kedua tipe tersebut rata-rata dimiliki masyarakat biasa. Sementara rumah
bangsawan memiliki komposisi yang berbeda, tapi tidak dibahas dalam bahasan
ini.
Secara umum, rumah adat Tanean Lanjhang disusun oleh beberapa komponen
utama. Komponen-komponen ruang rumah adat Jawa Timur ini memiliki fungsi-
fungsi yang spesifik, di antaranya :
2.2.2 Langghar
Tata letak kandang dalam permukiman tidak memiliki posisi yang pasti,
artinya letaknya dapat berubah sesuai dengan kebutuhan. Pada permukiman awal
perletakan kandang cenderung di sisi selatan berhadapan dengan rumah tinggal.
Kandang terbuat dari bahan bambu atau kayu dengan atap daun atau genteng.
Sementara itu, dinding terdiri atas bambu atau kayu. Masing masing keluarga
memiliki kandang sendiri-sendiri. Dapur terletak di depan, di samping langgar
ataupun di belakang rumah. Bahan bangunan yang digunakan juga sangat variatif
sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga tersebut. Saat ini banyak masyarakat
yang tidak memiliki ternak sehingga tidak semua tanean memiliki kandang.
Ternak adalah satu kebutuhan utama bagi mereka yang kehidupannya
menggantungkan pada pertanian. apur bagi masyarakat Madura selain sebagai
tempat untuk mempersiapkan makanan bagi keluarga, berfungsi juga sebagai
2.2.4 tanean
1. atap trompesan
Gambar 2. Bentuk Atap Pegun pada Denah Rumah Jadrih, di Kecamatan Torjun,
Kabupaten Sampang. (Dokumentasi Pribadi).
Susunan bangunan rumah tinggal, antara bangunan satu dengan yang lain,
ada yang tersambung ada pula yang terlepas satu dengan yang lain. Bentuk
bangunan untuk masingmasing rumah sangat independen, tidak bergantung pada
hirarki tetapi bergantung pada tingkat ekonomi keluarganya. Bentuk bangunan
yang digunakan dapat dibedakan melalui bentuk denah, letak tiang utama dan
bentuk atap. Berdasarkan bentuk denah bangunan dibedakan menjadi slodoran
atau malang are dan sedana. Slodoran terdiri atas satu ruang dengan dua pintu
dan satu serambi serta memiliki satu pintu keluar. Sedana memiliki dua ruang dan
dua pintu tetapi memiliki satu serambi dengan satu pintu keluar. Kedua tipe
Bangsal selalu dilengkapi bubungan nok yang berbentuk tanduk atau ekor
naga, sementara pegun tidak. Bangsal keempat tiangnya terletak di tengah dengan
posisi bujur sangkar, pegun empat tiangnya terletak di pinggir mendekati tembok
dengan komposisi empat persegi panjang.
Orang tua ini disebut kepala somah. Ibarat raja kecil, kepala somah adalah
yang menguasai semua kebijakan keluarga, terutama menyangkut masalah
perkawinan. Susunan rumah disusun berdasarkan hierarki dalam keluarga. Barat –
timur adalah arah yang menunjukkan urutan tua – muda. Ikatan kekeluargaan
menjadi sangat erat berkat diberlakukan sistem tersebut. Sedangkan hubungan
antar kelompok cenderung renggang, karena letak pemukiman yang menyebar dan
terpisah. Di ujung paling barat merupakan letak langgar. Bagian utara adalah
kelompok rumah yang tersusun sesuai hierarki keluarga. Sementara itu susunan
barat – timur terletak rumah orang tua, anak-anak, cucu hingga cicit dari
keturunan perempuan.
Semua arsitektur rumah adat Madura, berpijak di atas prinsip dan filosofi
kehidupan yang mengutamakan kekerabatan dan persaudaraan. Memang suku
Madura sangat kental dengan persaudaraan.
Pacenan punya hiasan berupa tanduk atau ekor ular pada bagian bubungannya
seperti rumah atau bangunan china, jadrih memiliki 2 bubungan, sementara
trompesan adalah atap dengan 3 patahan bagian tergantung dari lebarnya rumah.
Menjunjung tinggi tali kefamilyan merupakan ciri khas dari masyarakat Madura
pulau Garam. Lambang-lambang yang mendukung hal ini bisa dilihat dari rumah
adat yang sebagian besar masih terpelihara dengan rapi di berbagai pelosok di
Madura pulau Garam.
Rumah bagi orang Madura tidak hanya sekadar sebuah tempat berlindungnya
tubuh dari sinar matahari dan hujan. Ia memiliki makna yang sangat kompleks
karena berkaitan erat dengan masalah ekonomi, kesehatan, ketentraman hidup,
dan sebagainya.
Keterkaitan itu terkadang timbul dengan cara yang tak bisa dinalar oleh akal
manusia, semacam keyakinan atas mitos-mitos pada zaman dahulu. Karena itu,
jika akan membuat rumah, orang Madura tidak hanya sekadar mempertimbangkan
hal-hal fisik semacam material bangunan. Jauh di luar itu, mereka juga punya
hitung-hitungan ?mistis? yang diyakini akan memiliki dampak kepada rumah
yang dibangun nantinya.
Menurut primbon tersebut, salah satu hal yang harus dihindari dalam membangun
rumah adalah membuat dua atau tiga pintu dengan posisi yang saling berhadap-
hadapan alias lurus. Hal itu diyakini akan membuat penghuninya sakit-sakitan.
Hal yang sama juga diakibatkan oleh lurusnya sambungan kayu penutup gedung
bagian atas dengan pintu. Karena itu, mereka harus membuat tiga atau dua pintu
tersebut dengan posisi zig-zag dan sambungan penutup gedung yang lurus dengan
pintu harus digeser. Atau bisa juga dengan menggeser pintu jika penutup gedung
sudah terpasang dan sulit diubah.
Elemen lantai rumah bangsal memiliki terdiri dari bentuk dasar persegi dan
persegi panjang yang simetris. Denah rumah bangsal hanya terdiri dari dua ruang
yaitu amper (teras/ruang luar) dan ruang dalam. Amper berfungsi sebagai ruang
tamu dan tempat mengolah hasil pertanian. Ruang dalam berfungsi sebagai ruang
tidur dan ruang keluarga. Aktivitas penghuni pada siang hari lebih banyak
dilakukan pada amper dari pada ruang dalam rumah bangsal.
Rumah bangsal memiliki beberapa tipe yang dibedakan berdasarkan letak
amper dan jumlah ruangnya. Letak amper rumah bangsal biasanya pada bagian
depan rumah yang menghadap ke arah tanean. Namun, terdapat pula yang
menggunakan amper pada bagian belakang, mengarah ke jalan. Rumah bangsal
yang mempunyai dua atau tiga ruang dalam dengan satu amper disebut dengan
denah tipe sedana, denah sedana merupakan denah dengan 2 atau lebih ruang
dalam dengan pintu pada masing-masing ruang dan terdapat amper di bagian
depan (Tulisyantoro, 2010) seperti pada tipe 4. Luas amper pada rumah bangsal
ada dua jenis yaitu amper dengan 1 modul struktur dan amper dengan dua modul
struktur. Lebar amper ini mempengaruhi jumlah kolom penyangga atap dan
bentuk atap rumah bangsal sendiri. (Gambar 3)
Dinding batu bata rumah bangsal terbuat dari batu kombhu atau batu kapur
biasanya juga disebut dengan batu putih.
Komposisi elemen dinding pada rumah dengan tipe denah sedana memiliki
komposisi yang simetris jika elemennya masih asli, namun komposisinya berubah
menjadi asimetris ketika terdapat perubahan elemen seperti pada tipe 6.
Komposisi elemen dinding depan dengan elemen pintu dan jendela pada rumah
yang tidak menggunakan dinding gejug memiliki keseimbangan yang simetris
seperti yang ditunjukan tipe 7. Berikut ini merupakan tipe-tipe dari elemen
dinding rumah bangsal: (Tabel 3)
4 Elemen Kolom
Elemen kolom rumah bangsal menurut jenis materialnya terbagi menjadi dua
jenis yaitu kolom batu dan kolom kayu. Kolom batu rumah bangsal memiliki dua
tipe yaitu kolom berbentuk dasak persegi dan lingkaran. Kolom batu ini
merupakan pengaruh dari arsitektur kolonial Belanda yang terlihat dari
dimensinya yang besar dan materialnya. Kolom kayu rumah bangsal ada banyak
tipenya seperti yang dijelaskan pada tabel diatas tipe 3 sampai dengan tipe 10
merupakan tipe dari kolom bermaterialkan kayu. Kolom tipe 3, 4 dan 5 memiliki
bagian yang disebut dengan ompak oleh orang Madura. Bagian ini mirip dengan
bentuk lonceng terbalik yang merupakan pengaruh dari arsitektur kolonial
Belanda. Kolom kayu memiliki dimensi kecil dengan ukiran-ukiran yang
menggambarkan ciri khas arsitektur Madura. Kolom ini digunakan pada bagian
depan rumah bangsal sebagai penyangga tritisan atap. (Tabel 6)
Atap tipe 2 memiliki tritisan pada bagain depan dan belakangnya, karena pada
bagian depan dan belakang memiliki amper. Tipe atap seperti ini memiliki jumlah
tiang penyangga pada bagian depan 4 buah, tengah 4 buah, dan belakang 4 buah.
(Gambar 6)
Atap tipe 4 mempunyai 2 bubungan yang letaknya sejajar. Atap ini disebut juga
dengan atap jadrih. Tritisan atap jadrih hanya sepanjang 1 modul seperti pada tipe
1 dan 2. Atap ini digunakan pada rumah dengan denah tipe sedana. (Gambar 8)
3.2 saran
KARAKTERISTIK_RUANG_PADA_RUMAH_TRADISIONAL_TANEAN_(1)
MAKNA_RUANG_PADA_TANEAN_LANJANG_DI_MADURA
Pola Permukiman Tradisional Madura Desa Ellak Daya Kabupaten Sumenep Antariksa
Sudikno - Academia.edu
127-220-1-PB
127-220-1-PB