Anda di halaman 1dari 6

Surabaya (surabayapagi.com Bila anda melaju di sepanjang Jl.

Darmo dari arah Selatan


(joyoboyo) menuju ke Utara (jl. Basuki Rahmat), anda akan menjumpai sebuah bangunan megah
yang berdiri di pojok jalan Raya Darmo 36 dan Jl. Dr. Soetomo 27 Surabaya. Tidak lain gedung
itu merupakan salah satu cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kota Surabaya dari
pertama kali berdiri hingga sekarang. Meskipun ada beberapa interior yang diperbarui karena
rusak dan sebagainya. Pastinya nama Gedung Wismilak sudah tidak asing bagi warga Kota
Surabaya.
Gedung berwarna putih tersebut diperkirakan dibangun pada tahun 1920an dengan bergaya
arsitektur kolonial terdiri dari dua lantai walau seolah terlihat hanya satu lantai dan tak lupa
ornamen jendela seni kaca patri bersegi lima yang cantik pada dindingnya. Konon lantai pertama
gedung terbuat dari batu alam, sedangkan lantai kedua berlantai kayu.
Menurut Buku Telepon tahun 1929 yang dilacak Nico Van Horn, Archivaris Royal Netherlands
Institute of Southeast Asia and Caribbean Studies dari KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-,
Land- en Volkenkunde) Leiden, Negeri Belanda , Coen Boulevard 27 (sekarang Jl. Dr. Soetomo
27 Surabaya) dimiliki oleh Paul Alexander Johannes Wilhelm Brandenburg Van Der Gronden. Ia
dikenal sebagai seorang makelar gula dengan sabuah firma G.L. SIRKS & Co.
Sementara itu, Darmo Boulevard 36 (sekarang Jl. Raya Darmo 36) dimiliki oleh Willem Hugo
Lodewijk Savelkoul. Savelkoul adalah pemilik dan kepala firma Savelkoul. Keluarga tersebut
memiliki beberapa toko pakaian pria (termahal) di kota Amsterdam dan Batavia.

Gedung ini lebih dikenal oleh masyarakat sebagai bekas kantor polisi. Mengapa demikian, tidak
lain gedung tersebut memang memiliki nilai historis serta terkait dengan Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Bahkan, proklamasi dan eksistensi Polisi Istimewa (yang kini menjadi
nama jalan di seberang Graha WISMILAK) dilakukan sebelum terbentuknya POLRI.
Menurut penjelasan salah seorang Staf legal, pada 3 Juli 1993 gedung tersebut
dipindahtangankan ke Wismilak dari ahli waris pemilik gedung. Gedung ini diduga merupakan
bangunan pribadi pada awal pembangunannya. Lantas, diatas lahan yang sama dibangunlah
gedung baru yang diresmikan pada 9 September 2009 oleh Bapak Willy Walla selaku Presdir PT.
Wismilak Inti Makmur.
Gedung baru ini memiliki empat lantai dengan tambahan lantai atap dan top floor. Desain
arsitektur masih mengikuti gedung lama, tidak hanya mengikuti tetapi juga tersambung dengan
gedung lama, sehingga banyak orang yang tidak bisa membedakan mana gadung lama dan baru.
Selain menjadi cagar budaya, gedung ini juga dimanfaatkan sebagai kepentingan bisnis. Bagi
Wismilak ini merupakan kontribusi perusahaan kepada pariwisata, terutama mempertahankan
sejarah dan napak tilas Surabaya sebagai Kota Pahlawan.
Gedung Wismilak (1920-an), Pra Kemerdekaan RI.

Foto Tahun 1924

1920 -1936
Grha Wismilak berdiri di pojok jalan Raya Darmo 36 dan Jl. Dr. Soetomo 27 Surabayaa. Sampai
saat ini belum diketahui sang arsitekturnya. Namun diperkirakan dibangun sekitar tahun 1920.
Itu tampak dari foto dari kartu pos terbitan Jong Soe Hien. Gedung tersebut di pojok perempatan
Darmo Boleuvaard dan Coen Boulevaard. Nama Coen diambil dari Jan Pieterszoon Coen
Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda yang keempat dan keenam. Pada masa jabatan pertama ia
memerintah antara tahun 1619 1623, masa jabatan yang kedua berlangsung antara tahun 1627
1629.

Menurut Buku Telepon tahun 1929 yang dilacak Nico Van Horn, Archivaris Royal Netherlands
Institute of Southeast Asia and Caribbean Studies dari KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-,
Land- en Volkenkunde) Leiden, Negeri Belanda , Coen Boulevard 27 (sekarang Jl. Dr. Soetomo
27 Surabaya) dimiliki oleh Paul Alexander Johannes WILHELM BRANDENBURG VAN DER
GRONDEN. Ia adalah seorang makelar gula firma G.L. SIRKS & Co.

Sementara itu, Darmo Boulevard 36 (sekarang Jl. Raya Darmo 36) dimiliki oleh WILLEM
HUGO LODEWIJK SAVELKOUL. Savelkoul adalah pemilik dan kepala firma Savelkoul.
Keluarga tersebut memiliki beberapa toko pakaian pria (termahal) di kota Amsterdam dan
Batavia.
1936 -1942 : Disewa Toko Yan
Grha Wismilak merasa beruntung, karena salah satu pelaku sejarah gedung ini masih ada. Ia
adalah Pak Oei Hian Hwa. Memang saat ini beliau tidak muda lagi, dan sudah berusia 96 tahun.
Tetapi semangat dan daya ingatnya tidak pudar. Dengan digandeng cucu dan kadang tongkat,
beliau menyusuri tangga demi tangga Grha Wismilak penuh semangat untuk bercerita tentang
gedung ini.

Saat itu, 1936, Pak Oei Hian Hwa berusia 22 tahun. Menurutnya Grha Wismilak dahulu adalah
Toko Yan, cabang dari Toko Piet (kemudian menjadi Toko Metro) di jalan Tunjungan. Gedung
ini dulu yang ada di loteng 26 orang, sebab dibuat mess pegawai toko Piet dan Toko Yan, khusus
yang tidak punya rumah tangga, termasuk saya. Di sini ada empat kamar dan di bagian depan
dipakai untuk main ping-pong sedangkan di bawah untuk toko, sedangkan halaman samping
untuk badminton, terang Pak Oei Hian Hwa. Sebagai pegawai administrasi, sepengetahuannya,
Toko Yan menyewa secara bulanan dari seorang bernama Han Sing Kien di Jl. Ngemplak yang
saat ini menjadi markas Garnisun Kota Surabaya.
Dengan rinci Pak Hian Hwa menjelaskan dengan sebuah peta yang telah dipersiapkan
sebelumnya.

Beberapa waktu sebelum Jepang masuk ke Surabaya di tahun 1942, toko Yan ditutup. Barangbarang yang masih ada dibeli secara bon oleh bangsa Belanda di sekitar Coen Boulevard (Jl.
Dr. Soetomo sekarang). Sisanya, kata pemilik, boleh diambil oleh pegawai di situ. Sampai
sebuah bom dijatuhkan pesawat Jepang di Tegalsari, Tunjungan dan Ngagel. Di situ baru terasa
orang, kacaunya bukan main. Listrik trem tidak jalan, taksi ndak ada, tidak ada becak, semua
naik sepeda, kenang Pak Oei Hwa. Kemudian ia pindah ke Bothstraat (sekarang Jl. Wahidin,
Surabaya).

Anda mungkin juga menyukai