Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan
hidayah, sehingga laporan mengenai Sejarah arsitektur (awal kristen) ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun dalam rangka proses pembelajaran Mata Kuliah Sejarah
arsitektur. Penulis menyadari bahwa dalam proses laporan penelitian ini melibatkan
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen mata kuliah Sejarah arsitektur.
2. Temanteman yang telah memberikan semangat, dukungan, serta masukan.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu sehingga Laporan ini dapat terselesaikan.
Mengingat proses pembuatan laporan ini dirasa masih jauh dari kesempurnaan,
penulis selalu membuka diri untuk menerima kritik dan saran. Selanjutnya, penulis
mengharapkan karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.
.
Pekanbaru, 5 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Arsitektur yang mempunyai ciri khas, pada jaman Kristen Awal (313-800). Dimana aspek
geologi berpengaruh pada arsitektur Kristen Awal, pada bahan bangunan khususnya
bahan galian. Pada umumnya dimana didirikan, di situlah bahan bangunan diambil seperti
misalnya batu dan marmer, demikian pula bahan-bahan lainnya untuk dekorasi termasuk
mozaik dan patung.
1.4 Pendekatan
Adapun metode atau pendekatan yang akan dilakukan :
Berdasarkan studi pustaka untuk mendapatkan data sekunder yang berkaitan
dengan Sejarah arsitektur pada masa Awal Kristen (Perpustakaan,Jurnal,majalah
dan lain-lain)
BAB II
PEMBAHASAN
lainnya
untuk
dekorasi
termasuk
mozaik
dan
patung.
administrasi
dan
pemerintahan
dari
Roma
ke
Konstatntiopel
kegunaannya
dan
kesediaan
bahan
jadi
faktor
tertentu.
Bangunan jaman kristen awal (awal abad IV hingga akhir abad VIII),
mempunyai nilai yang mendasarkan pada penyelesaian masalah kontruksi.
di
capai
melalui
tangga
melebar,
hampir
selebar
gereja.
Bagian utama terdiri dari nave yaitu ruang umat utama, di tengah, diapit
kembar aisle yang terdiri dari dua lajur. Pada ujung sumbu tengah dari nave,
terdapat apse, dalam hal ini denahnya setengah lingkaran. Pada tengahnya
diletakan altar. Di sebelah selatan menempel pada sanctuary, terdapat unit
kembar denahnya lingkaran, beratap kubah, satu untuk makam Honorius,
lainya untuk gereja kecil.
Dinding kiri-kanan nave tinggi dan lebar, ditumpu oleh deretan kolom.
Seperti pada kebanyakan bangunan romawi, kolom-kolom tersebut bercorak
dekorasi korintien. Kolom berderet menyangga pelengkung-pelengkung. Atap
dari nave, berupa kontruksi kuda-kuda kayu, berbentuk pelana yaitu atap berisi
miring dua. Pada sepanjang dinding bagian atas dari nave, terdapat deretan
jendela masing-masing ambangnya lengkung, khas arsitektur Kristen Awal.
Aisle yang terdiri dari dua lajur, konstruksi atapnya setengah kuda-kuda (kudakuda dengan satu sisi miring), juga disanggga oleh deretan kolom menyangga
pelengkung-pelengkung seperti pada nave.
Wajah depan bagian utama bagian utama dari Gereja Basilika Santo
Petrus (basilica church saint peter) di roma merupakan ciri dari arsitektur
Kristen Awal, yaitu sama dengan penampang melintang. Simetris, bagian
tengah adalah dinding ujung dari nave, bagian kiri dan kanan, dinding ujung
dari aisle. Kontruksi atap portico setengah kuda-kuda, sisi miring tunggal,
bagian dalam di sangga oleh kolom-kolom terbuka kearah atrium, sisi lainnya
dinding.
tunggal
(salah
satu).
lama
masih
ada
pada
ruang
beratap
belakang berupa pelengkung patah silang diagonal. Pada ruang utama, kolomkolom berderet pada kiri kanan nave juga lonik menyangga pelengkungpelengkung, dihias dengan mozaik, molding dan relief. Apse denahnya
setengah lingkaran, beratap setengah kubah, dihias ornament gaya baroque.
Gereja S. clement di Roma (1099-1108), denah dan potongan membujur (kiri),
tempat duduk para Uskup, kepala dari kolom untuk ilin (cendelabrum) dan
detail sudut panel dari balustrade pada choir (kanan atas). Porch (gerbang
masuk), atrium dikelilingi portico, gospel ambo (kiri-bawah) dan epistle ambo
(gambar-gambar
di
kanan-tengah).
Ruang
dalam
(bawah).
Gereja Saint Paolo Fouri le Mura (380) adalah juga salah satu dari basilica
utama di Roma, dibangun diatas makam dari Santo Paulus (Saint Paul). Pada
1832 gereja mengalami musibah kebakaran sehingga hampir memusnahkan
seluruh bamgunan, namun didirikan kembali menurut rancangan aslinya.
Denah, pandangan depan tata ruang gereja, identik dengan Gereja Basilika
Santo Petrus, Roma, lama yan sudah tidak ada. Nave diapit kembar oleh
aisle ganda di kiri kanan, apse diujung berdenah setengah lingkaran. Kolom
11
berderet membujur terdiri dari empat baris, menyngga dinding dan konstruksi
atap : di tengah kuda-kuda dari atap pelana, kiri-kanan setengah kuda-kuda
ganda dari atap satu sisi miring. Semua kepala kolom dihias dengan corak
Korintien.
Atrium dikelilingi portico menjadi cirri dari arsitektur gereja pada jaman
ini,
dahulu
juga
ada,
namun
sebagian
sudah
runtuh.
12
Diluar Roma tidak sedikit gereja dan basilika dibangun dengan arsitektur
berciri khas seperti beberpa gerejadikemukakan diatas. Di Ravenna, sebuah
kota di Itali utara-timur, beberapa kilometer dari pantai Mediterania, terdapat
sebuah gereja bernama S. Apollinare in Classe (534-9). Gereja didirikan oleh
Justanian diatas lokasi dimana sebelunya terdapat kuil pemujaan dewa Apolo.
Kemungkinan besar seniman dan pengrajin dalam membangun gereja ini dari
Byzantine, sehingga pengaruh arsitektur Constantinople cukup besar dalam
gereja ini.
Bentuk denah sederhana, segi empat panjang 45.70 M x 30 M, nave
ditengah apit kembar di kiri-kanan oleh aisle-tunggal. Atrium-nya saat ini
sudah tidak ada, ruang peralihan luar dan dalam hanya berupa narthex. Kolom
berderet di kiri-kanan menyangka deretan pelengkung berkepala Korintien,
dihias dengan mozaik, alur=alur dan lukisan dinding apse dibanding dengan
bagian utamanya cukup besar, denah di dalam setengah lingkaran penuh,
namun dinding luarnya setengah polygonal. Apse ini dalam tinggi, dicapai
harus melalui tangga, karena berada di atas ruang yang sebagian di bawah
13
tanah
(crypt).
14
lingkaran.
15
16
wilayah itu menjadi jajahan romawi ( 300 ). Denahnya berbeda dengan gereja
gereja didirikan sejaman yang cenderung membuat denah segi empat, disini
lingkaran Dinidingnya berbentuk silindris sangat tebal, tidak kurang dari lima
meter. Pada bagian atas 15 M dari tanah sedikit berkurang ketebalannya mejadi
sekitar tiga meter. Atapnya kubah berdiameter 24.40 M, namun di atasnya
terdapat konstruksi kerangka kayu ditutup genteng, berbentuk kerucut hampir
datar, bertumpuk tiga. Dengan demikian dari segi ruang dalam, maka kubah
hanya berfungsi sebagai penutup semacam plafond, namun berupa ceruk
( bagian dalam dari kubah ). Pada dinding bagian atas terdapat tujuh jendela,
karena tebalnya dinding jendela jendela yang ambangyna pelengkung ini
mirip seperti ceruk. Pintu masuk dari sisi di bawah selalu satu dari tujuh
jendela.
17
ambangnya juga pelengkung, khas Romawi gereja ini tidak mempunyai hiasan,
sangat bertolak belakang dengan bangunan bangunan lain yang sejamannya.
Salah satu gereja yang menyandang nama karena mepunyai denah
berbentuk lingkaran adalah gereja St. Stefano Rotondo di Roma ( 468 83 ).
Gerja ini terbesar di antara gereja gereja lain berdenah lingkaran ( diameter
64 M ). Lingkaran terdiri dari dua bagian : lingkaran dalam dan lingkaran luar.
Lingkaran luar dibagi menjadi delapan segmen, untuk empat buah kapel
( gereja kecil ). Masing masing kapel mempunyai pintu langsung, denahnya
radial bagian dari lingkaran. Apse kecil dari setiap kapel, menjorok ke luar,
denahnya
setengah
lingkaran.
18
dan
Babtistery
19
masuk, terbesar di tengah diapit kembar di kiri kanan dengan pintu lebih kecil.
Ketiga
pintu
ambangnya
melengkung,
khas
Kristen
Awal.
20
21
Makam Galla Placida, Ravenna ( 425 ), adalalh salah satu dari tidak
banyak makam yang denahnya bukan lingkaran, melainkan berbetuk salib,
kepala dan tengah tengah yang membentuk ruang segi empat, terdapat
makam. Pintu masuk pada bagian kaki salib ( terpanjang ) di utara timur,
atapnya pelana seperti pada kedua lengan dan kepala, namun dindingnya lebih
tinggi. Ruang tengah yaitu bagian persilangan anatar lengan, kaki dn kepala,
denahnya
bujur
sangkar,
dikelilingi
oleh
empat
buah
pelengkung.
22
23
Semua dinding terbuat dari konstruksi bata, pada sisi sisi luar dihias
dengan pelengkung mati. Hiasan di luar tidak terlalu banyak hanya berupa
molding dan semacam cornice, membentuk garis garis besar horizontal dan
miring mengikuti kemiringan atap. Pada dinding tengah ynag tinggi, masing
masing terdapat sebuah jendela atas. Pada ruang dlam terdapat cukup banyak
hiasan, anatar lain dekorasi pada pelengkung, termasuk lukisan dinding.
24
Babtistery adalah bagian dari sebuah gereja atau kapel, dapat juga berupa
bangunan khusus untuk upacara pembabtisan adalah Babtistery Constantine di
Roma ( 432 40 ) di bangun di dekat gereja Lateran. Yang membangun adalah
Sixtus III. Nama Constantine dipakai karena kepadanya pembabtisan ini
diberikan untuk penghormatan. Babtistery Constantine adalah salah satu tertua
lainnya di Italy, sehingga kemungkinan besar menjadi model banyak ditiru di di
tempat lain.
Denah bagian utama hexagonal, terdiri dari lingkaran dalam, dikelilingi
oleh lingkaran luar dari sebuah ambulatory. Jarak anatar dau dinding pada sisi
berhadapan 19.20 M. Kedua lingkaran satu di dalam, lainnya di luar terbentuk
oleh delapan buah kolom pada setiap titik sudut segi delapan dalam dan
dinding. Lantai dari lingkaran dalam tutrun tigs trap dari lantai lingkaran luar.
Kolom terbuat drai marmer menumpu entablature berbeentuk cincin, di atsnya
lagi ada kolom bentuknya sama dengan yang di bawah, namun kebih kecil.
Masing masing kolom atas posisinya sama dengan yang di bawah, juga
menumpu entablature berbentuk cincin, di atsnya lagi pada setiap sisi ada
dinding. Pada setiap dinding bagian atas tersebut, terdapat jendela atas
bentuknya lingkaran atau disebut mata sapi ( oculus / bulls aye ). Bagaian
dalam atau semacam plafond dari atap lingkaran dalam berbentuk ceruk kubah.
Bentuk kubah bukan bagian dari bola, namun paath patah sebanyak delapan
25
tersebut,
dapat
dirasakan
lebih
khidmat.
26
Awal
Dalam arsitektur Yunanai, dekorai hanya dibuat pada bagian bagian etrtentu
dengan relief, ukiran, dan lain lain, tidak sebanyak ornament pada jaman
Romawi ( jaman kelanjutan yunani ). Pada arsitektur Kristen Awal yang
merupakan perkembangn dari gaya Romawi, dekorasi lebih banyak dari
sebelumnya, antara lain mosaic dan lukisan dinding.
Pengaruh Yunani, pada arsitektur Romawi dan Kristen Awal masih
terkihat jelas pada Order yaitu konstruksi terdiri dari kolom dan balok yang
dihias ( entablature ). Yang paling banyak diantarnya ialah Order Korientien,
yang cirri khasnya pada hiasan floral pada kepalanya ( capita . Hiasan
geometric juga mulai dikembangkan apda jaman Kristen Awal, antara lain
lantai, dinding, ukiran, pada ointu dan jendela. Beberapa contoh dekorasi pda
jaman Kristen awal terlihat berikut.
27
2.2. Pengaruh-pengaruh
Perjalanan selanjutnya dari bangunan gereja setelah masa arsitektur
Kristen awal diwarnai pengaruh arsitektur Byzantium. Pengaruh yang
mengedepan adalah adanya warna Asia berupa bentuk-bentuk lengkung, busur,
kubah, maupun dinding-dinding masif. Ciri dari pengaruh Byzantium pada
bangunan gereja adalah penggunaan dekorasi berupa fresco (teknik lukis cat air
pada dinding basah), mozaik, ataupun marmer pada ruang dalamnya.
28
Beberapa
terkenal di dunia
untuk
karya
Byzantium adalah
Gereja S. Sophia di
Konstantinopel,
29
30
Ketiga gereja ini menggunakan bentuk dasar denah Salib Yunani (lengan
atau transept-nya sama panjang) dengan berbagai variasi setelah melampaui era
arsitektur Byzantium bangunan gereja mengalir perkembangannya ke era
arsitektur Romanika yang berlangsung sekitar abad IX-XII. Ketika masa ini
berlangsung, arsitektur Byzantium masih memiliki peran yang sangat kuat.
Terlebih lagi ketika itu daerah-daerah yang dikuasai Roma melepaskan diri.
Akibatnya, tradisi masing-masing daerah bangkit kembali mewarnai corak dan
ragam arsitekturnya. Menguatnya tradisi setempat ditimpali dengan dibukanya
jalur perdagangan laut dan darat ketika itu di Venesia, Ravenna, dan Marseilles.
Ini berakibat makin maraknya lintas budaya dengan berbagai pengaruhnya
yang akhirnya bermuara pada perkembangan arsitekturnya.
Bentuk dasar denah dengan patung Salib Romawi merupakan identitas
yang lahir dan berkembang pada era Romanika. Citra lainnya yang menjadi
identitas dari masa keemasan arsitektur Romanika adalah adanya menara
lonceng pada bagian depan maupun pada ujung bangunan, dekorasi hanya pada
bagian tampak depan saja, dan mulai diperkenalkannya penggunaan kolom
majemuk. Arsitektur Romanika berkembang dengan pesat di wilayah Itali,
Perancis, dan Jerman. Karya yang menonjol dan terkenal sampai dengan saat
ini adalah S. Peter Roma di Itali.
2.3. Karakter arsitektur Awal Kristen
Bentuk dasar Arsitektur gereja Kristen Lama mengacu dari bentuk
arsitektur Romawi, dimana arsitektur Kristen Lama mengalami evaluasi dalam
beberapa tahap. Pengaruh lain secara umum adalah pemakaian altar, yang
digunakan sebagai tempat untuk persembahan pada para dewa Romawi, pada
masa Kristen lama juga dipakai untuk persembahan suci.
Pemakaian model catacombe, yaitu makam umat Kristen yang terletak
pada ceruk-ceruk bukit, merupakan lorong-lorong panjang dan gelap (tempat
ini digunakan untuk tempat peribadahan). Pada waktu agama Kristen masih
dilarang model ini digunakan bila membangun katedral, maka nama katedral
tersebut memakai nama orang yang disucikan dan dimakamkan di situ,
sedangkan diatas makam tersebut dibangun altar.
Denah :
Bentuk denah Basilika yang dikembangkan dengan menghilangkan salah
satu tribun yang berbentuk setengah lingkaran, sehingga tribun yang tinggal
dijadikan sebagai suatu pengakhiran yaitu Apse (apsis). Jalan masuk dari
tengah/sisi memanjang dipindah ke Barat, sehingga umat yang datang langsung
31
Cirri ciri:
> Karakter utama: denah bentuk segi empat, turunan dari bangunan basilica anya
ukuran panjang = dua kali lebar.
> Bangunan cukup luas untuk menampung jumlah umat yang besar. Bagian tengah
(nave) yang seperti lorong panjang memberikan pandangan yang tak terputus bagi
umat ke bagian depan.
> Pintu masuk selalu berada di sebelah barat.
> Bagian depan adalah portico atau narthex. Orang yang tidak boleh masuk gereja
(karena dosa-dosanya) mendengarkan kutbah di portico
>Altar diletakkan di podium bagian timur (bema) yang di belakangnya terdapat
ruang setengah lingkaran yang disebut apse.
> Interior utama terdiri dari sebuah ruang besar di tengah (nave) yang di samping
kiri-kanannya terdapat gang (aisle) yang dibatasi oleh deretan kolom.
32
> Tempat air baptis (font) selalu ditempatkan di bagian tengah dan biasanya
merupakan replika yang lebih kecil dari bangunan itu sendiri.
Galla Placidia
33
S.
Costanza,
Roma;
Mausoleum
untuk
putri
dari
Kaisar
Konstantin.
( Mausoleum=Kuburan)
34
2. Basilika
Merupakan cikal bakal gereja yang mempunyai denah memanjang.
Basilika Kristen dibuat berdasarkan Basilika Romawi yang juga berfungsi
sebagai tempat pertemuan. Namun ada juga yang mengatakan, bahwa prinsip
dasar Basilika Kristen adalah rumah tinggal gaya Romawi yang memiliki atrium
dibagian tengahnya dan dikombinasikan dengan gaya susunan gedung pertemuan
* Basilika Santa Maria Maggiore dikenal sebagai Basilika Liberian.
35
36
3. Mouseleum (Makam)
Berbentuk denah bulat, segi banyak bersifat konsentnis dan lebih
mengutamakan bagian interior (introspeksi), sedangkan ruang luar tidak
37
4. kuil Raja Herodes, Jerusalem, Israel: pengganti kuil Raja Salomo: rekonstruksi
sebelum penghancuran pada tahun 70 M; situs yang sama dengan Kubah Batu, di teras
yang sama; orang Yahudi tetap menyembah di Tembok Barat dari teras candi hari ini.
38
5.
Sinagoga, Dura Europos, Suriah, sekitar 230 AD: rencana; barat dinding dengan
Taurat (Alkitab) ceruk dan lukisan dinding, hari ini di Museum Nasional,
Damaskus.
39
6.
40
41
42
BAB III
PENUTUP
43
3.1 Kesimpulan
Awal arsitektural Kristen sangat dipengaruhi oleh gaya kerajaan
Romawi, yaitu bangunan berskala monumental. Gedung-gedung gereja dibagi
menjadi dua tipe; hall yang berbentuk longitudinal-Bassilica; bangunan
terpusat-mausoleum atau tempat pembaptisan.Eksterior gereja pada umumnya
polos dan minus dekorasi yang kontras dengan nuansa interiornya yang
cenderung dekoratif dan glamour.
Bangunan bawah tanah dibuat secara darurat dan sederhana, Ruang
berbentuk lorong berfungsi sebagai tempat tinggal, kuburan dan tempat berdoa,
Gaya (simbol) memiliki kesamaan dengan karya-karya seni masa Romawi
namun subjek berbeda, Subjek dalam lukisan zaman Romawi ditampilkan
dalam bentuk pagan (berhala), zaman Kristen Awal bertema seorang gembala
dengan domba-dombanya, dan Terjadi perubahan karya lukisan yang sangat
signifikan dengan menghindari bentuk-bentuk alamiah Greco Roman
(denaturing).
Dengan mempelajari Sejarah arsitektur, maka kita dapat belajar apa saja
kelebihan dan kekurangan bangunan pada masa lampau terkhusus karya
arsitektur pada masa awal Kristen sehingga dalam dalam merencanakan dan
merancang bangunan., karya arsitektur pada masa lampau dapat dijadikan
pedomannya.
3.2 Saran
Penyusun banyak berharap kepada para pembaca untuk tidak segan
memberikan kritik, saran, dan masuka lainnya.
Daftar Pustaka
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=627798490825212387
https://www.scribd.com/doc/95140134/ARSITEKTUR-KRISTEN-AWAL
44
http://shie-arch.blogspot.co.id/2010/06/arsitektur-kristen-awal-penemuangereja.html
http://arsitektur30.blogspot.co.id/2013/05/arsitektur-kristen-awal.html
45