Anda di halaman 1dari 45

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan
hidayah, sehingga laporan mengenai Sejarah arsitektur (awal kristen) ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun dalam rangka proses pembelajaran Mata Kuliah Sejarah
arsitektur. Penulis menyadari bahwa dalam proses laporan penelitian ini melibatkan
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen mata kuliah Sejarah arsitektur.
2. Temanteman yang telah memberikan semangat, dukungan, serta masukan.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu sehingga Laporan ini dapat terselesaikan.
Mengingat proses pembuatan laporan ini dirasa masih jauh dari kesempurnaan,
penulis selalu membuka diri untuk menerima kritik dan saran. Selanjutnya, penulis
mengharapkan karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.
.
Pekanbaru, 5 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................


1
DAFTAR ISI .......................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang .......................................................................................................
4
1.2. Maksud dan tujuan .................................................................................................
4
1.3. Identifikasi masalah................................................................................................
4
1.4. Pendekatan..............................................................................................................
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................
5
2.1. Sejarah arsitektur awal kristen...............................................................................
5
2.2. Pengaruh-pengaruh................................................................................................
25
2.3. Karakter arsitektur pada masa awal kristen...........................................................
28
2.4. peninggalan arsitektur pada masa awal kristen.....................................................
31
BAB III
.............................................................................................................................................
38
3.1. kesimpulan.............................................................................................................
38
3.2. saran.......................................................................................................................
38
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
40

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran tentang sejarah dalam arsitektur akan terkait dengan deskripsi dan
interpretasi kajian akan keberhasilan dari produk arsitektur. Kesalahan dan kekurangan
masa lampau menjadi pelajaran yang terbaik saat ini agar dapat menghasilkan karya
arsitektur yang bermanfaat dan berguna.
Monumen-monumen bangunan bersejarah hasil karya nenek moyang yang sudah
berdiri pada masa lampau sampai sekaang tetap terkenang namanya bahakan masih dapat
dijadikan konsumsi secara visual dan edukasi dapat dijadikan suatu kebanggaan sebagai
pelajaran bahwa pada jaman dahulu orang sudah dapat membuat bangunan yang indah
dan megah.
Arsitektur dipandang sebagai bangunan atau teknik membuat bangunan dimana
melalui proses yang terdiri dari : Perencanaan (ide atau gagasan), Perancangan (desain)
dan pelaksanaan pembangunan. Arsitektur juga dipandang sebagai ruang atau pemenuhan
kebutuhan akan ruang oleh manusia untuk melakukan segala aktivitas tertentu. Arsitektur
dipandang sebagai sejarah, dimana arsitektur merupakan ungkapan fisik dan peninggalan
budaya suatu mayarakat, dalam batasan tempat dan waktu. Keberadaan arsitektur sendiri
seumur dengan peradaban manusia di muka bumi ini.
Pada bab ini akan dibahas sejarah arsitektur pada masa awal Kristen Wilayah
kekaisaran Roma yang mencangkup seluruh wilayah di sekeliling Laut Mediterania,
termasuk Syria, Asia Minor dan Afrika Utara. Pada wilayah itulah berkembang

Arsitektur yang mempunyai ciri khas, pada jaman Kristen Awal (313-800). Dimana aspek
geologi berpengaruh pada arsitektur Kristen Awal, pada bahan bangunan khususnya
bahan galian. Pada umumnya dimana didirikan, di situlah bahan bangunan diambil seperti
misalnya batu dan marmer, demikian pula bahan-bahan lainnya untuk dekorasi termasuk
mozaik dan patung.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun Maksud dan Tujuan studi penelitian ini adalah:
Mempelajari kesalahan dan kekurangan masa lampau yang menjadi pelajaran
terbaik saat ini agar dapat menghasilkan karya arsitektur yang bermanfaat dan berguna.

1.3 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas,dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Bagaimana sejarah arsitektur pada periode awal Kristen?


Bagaimanakah karakter arsitektur pada periode awal Kristen?
Apa saja contoh peninggalan arsitektur pada masa awal Kristen?
Bagaimanakah pengarh-pengaruh arsitektur pada masan awal Kristen?

1.4 Pendekatan
Adapun metode atau pendekatan yang akan dilakukan :
Berdasarkan studi pustaka untuk mendapatkan data sekunder yang berkaitan
dengan Sejarah arsitektur pada masa Awal Kristen (Perpustakaan,Jurnal,majalah
dan lain-lain)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Arsitektur Awal Kristen


Agama kristen lahir dan berkembang di Wilayahtimur, dibawa Santo
Petrus dan santo Paulus ke Roma yang kemudian menjadi pusatnya (sir
Banister fletcherA History of architecture, The Athlone Press. London.
1975.h.345.) Wilayah kekaisaran Roma mencangkup seluruh wilayah di
sekeliling Laut Mediterania, termasuk Syria, Asia Minor dan Afrika Utara.
Pada wilayah itulah berkembang Arsitektur yang mempunyai ciri khas, pada
jaman Kristen Awal (313-800).
Aspek geologi berpengaruh pada arsitektur Kristen Awal, pada bahan
bangunan khususnya bahan galian. Pada umumnya dimana didirikan, di situlah
bahan banguna diambil seperti misalnya batu dan marmer, demikian pula
bahan-bahan

lainnya

untuk

dekorasi

termasuk

mozaik

dan

patung.

Iklim berpengaruh pada sistem penghawaan dan pencahayaan alami. Pada


wilayah yang lebih panas, biasanya lebih banyak membuat jendela.

Sejarah Kristen Awal dimulai dari Jaman Constaintine (Constantine I


280-337 M, Kaisar Roma dengan sebutan Konstaintin yang Agung/
Constaintine the Great, terkenal dengan kebijakannya menerima dan
mengesahkan agama Kristen, sama dan setingkat dengan kepercayaan yang
sudah ada sebelunnya. Terkenal pula sebagai Kaisar Roma yang memindahkan
pusat

administrasi

dan

pemerintahan

dari

Roma

ke

Konstatntiopel

Constantinople sekarang Istanbul di Turki, pada 330). Hingga Charlemagne


(800). Serbuan Huns (Huns adalah suku bangsa Mongol yang hampir satu abad
sangat berpengaruh terhadap sejarah eropa, dengan serangan-serangan dan
penguasaan, hingga 454 M). Yaitu orang-orang mongol ke Eropa sekitar 376,
berhasil menguasai wilayah utara hingga Itali.
Pada 410 Roma jatuh ke tangan orang-orang Goth di bawah Alaric.
Peperangan tersebut hanya bagian kecil dari berbagai konflik di Eropa. Pada
584 orang-orang Lomdard (orang-orang jermal berasal dari skandinavia atau
jermal utara yang mendominasi seluruh itali antara 584-774), menguasai
hampir seluruh itali sampir sekitar dua abad.
Pada 800, charlemange (charlemange adalah raja frank, kaisar terbesar
dalam dinasti carolingian yang juga di ambil dari namanya. Charlemange
artinya charles agung charles the great, juga digelari Charles I, selain menjadi
raja perancis, juga emperor tahta suci romawi holy Roman Empire)
dinobatkan menjadi Emperor oleh Paus dari Roma, sejak itu kekaisaraan
menyatu dalam sisitem pemerintahan dengan tahta suci romawi, berlangsung
hingga 1806. Roma tidak lagi mendominasi budaya dan arsitektur kristen sejak
6

tahun 800-1000, karna sekain timbul regionalisme, juga pengaruh romanesque


menjadi lebih kuat.
Constatine memindah pusat pemerintahan dari roma ke istanbul di
wilayah byzantine yang namanya kemudian di ubah menjadi Constantinople.
Sistem pemerintahan juga di ubah menjadi kekuasaan mutlak (absolute
monarch) hingga saat kematianya pada 337. Kekuatan kristen menjadi goyah
karna kekacauan ditimbulkan oleh julian apostate, sehingga ke keisaran romawi
pada 364 terpecah menjadi dua: valentian memerintah wilayah barat dan
sodaranya valens diwilayah timur. Teodosius 379-95 berhasil menyatukan
kembali kekuasaan wilayah timur dan barat
Suatu rangkaian emperium di barat berakhir pada 376 M, setelah
emperium barat dan diruntuhkan oleh Zeno memerintah di konstantinople.
Kembali lagi terjadi perubahan kekuasaan, menjadi teodoric dan goth yang
memerintah itali 493-526, dimana tercapai masa puncak kedamaian dan
kemakmuran. Pada jaman kebangkitan ini, budaya dan seni byzantine banyak
mendapat pengaruh dari zaman kristen awal berikutnya raja di pilih dari
semacam negara bagian dari spanyol, gaul (sebagian besar perancis sekarang),
afrika utara dan itali sendiri. Emansipasi di eropa barat langsung dengan
kontrol dengan emperium, mendorong berkembangnya budaya romanoteotonic, memberikan kemudahan, pada berdirinya negara-negara baru (bukti
dari sejarah ini, hingga sekarang masih terlihat pada banyak nya negara-negara
kecil di eropa seperti monaco, belgia dll, berasal dari sistem veodal, para tuan
tanah). Kecendrungan semacam itu medorong kristen menjadi lebih kuat,
ditangan para uskup (bishop) di roma. Formasi dari negara baru ini selain
membuat budaya regional jg mendorong berkembangnya bahasa-bahasa
mengganti bahasa latin.Arsitektur Gereja Basilika dan gereja.
Pada setiap jaman kebudayaan berkembang termasuk seni dan arsitektur
kadang-kadang secara sadar dan kadang secara tidak disadari. Seni masa
lampau terekspresi pada masa sesudahnya. Dalam arsitektur suatu gaya
merupakan perkembangan atau pengembangan dari gaya sebelumnya, setelah
mengalami suatu rangakaian perubahan secara berangsur-angsur atau sedikit
demi sedikit. Para pengrajin dan seniman pada jaman Kristen Awal merupakan
penerus dari tradisi Romawi. Namun menurunnya kemakmuran yang sejalan
dengan menurunnya kekuasaan, membuat pembangunan lebih menyusuaikan
pada

kegunaannya

dan

kesediaan

bahan

jadi

faktor

tertentu.

Bangunan jaman kristen awal (awal abad IV hingga akhir abad VIII),
mempunyai nilai yang mendasarkan pada penyelesaian masalah kontruksi.

Gereja-gereja Basilikan mempunyai kolom-kolom berjarak lebar menyangga


entablaure ataupun pelengkungan untuk mendapatkan bentangan lebih lebar.
Ciri lain dari gereja-gereja basilika adalah kerangka atap dari kayu di atas
ruang umat utama (nave), di kiri-kanan terdapat sayap atau di sebut aisle.
Kolom berderet dikiri-kanan membentuk ruang panjang, pada ujungnya
terdapat apse yang denahnya berbentuk setengah lingkaran atau setengah segi
banyak.
Atrium atau halaman dikelilingi oleh portico, sebagai ruang peralihan dari luar
kedalam gerejajuga menjadi ciri dari arsitektur jaman Kristen Awal.
Warna, kaca warna dan mozaik mulai banyak digunakan dalam bangunanbangunan pada jaman ini, termasuk lukisan pada bagian dalam dari kubah.
Basilika (basilica) telah disebut di depan adalah banguna pada jaman romawi,
digunakan untuk gedung pengadilan. Pada jaman kristen, kemungkinan bentuk
bangunan yang biasanya besar, mgah dan indah menjadi inspirasi para arsitek
untuk membangun gereja. Jadi istilah gereja basilika digunaka untuk gereja
yang besar biasanya terbesar dilingkungannya.
Gereja basilika santo petrus (basilica church saint peter) di roma (330)
didirikan oleh Constantine di dekat martyrdom S. Petrus di dalam circus nero.
Gereja basilika ini didirikan di lokasi di mana Katedral yang sekarang berada
dengan nama yang sama, dalam komplek vatikan, di roma. Denahnya segi
empat, terdiri dari bagian utama dan bagian peralihan berupa atrium dikelilingi
oleh portico , yang denah keseluruhan juga segi empat. Sebelum masuk ke
atrium ada dua menara kembar mengapit gerbang masuk. Gerbang masuk ini
dapat

di

capai

melalui

tangga

melebar,

hampir

selebar

gereja.

Bagian utama terdiri dari nave yaitu ruang umat utama, di tengah, diapit
kembar aisle yang terdiri dari dua lajur. Pada ujung sumbu tengah dari nave,
terdapat apse, dalam hal ini denahnya setengah lingkaran. Pada tengahnya
diletakan altar. Di sebelah selatan menempel pada sanctuary, terdapat unit
kembar denahnya lingkaran, beratap kubah, satu untuk makam Honorius,
lainya untuk gereja kecil.
Dinding kiri-kanan nave tinggi dan lebar, ditumpu oleh deretan kolom.
Seperti pada kebanyakan bangunan romawi, kolom-kolom tersebut bercorak
dekorasi korintien. Kolom berderet menyangga pelengkung-pelengkung. Atap
dari nave, berupa kontruksi kuda-kuda kayu, berbentuk pelana yaitu atap berisi
miring dua. Pada sepanjang dinding bagian atas dari nave, terdapat deretan
jendela masing-masing ambangnya lengkung, khas arsitektur Kristen Awal.

Aisle yang terdiri dari dua lajur, konstruksi atapnya setengah kuda-kuda (kudakuda dengan satu sisi miring), juga disanggga oleh deretan kolom menyangga
pelengkung-pelengkung seperti pada nave.
Wajah depan bagian utama bagian utama dari Gereja Basilika Santo
Petrus (basilica church saint peter) di roma merupakan ciri dari arsitektur
Kristen Awal, yaitu sama dengan penampang melintang. Simetris, bagian
tengah adalah dinding ujung dari nave, bagian kiri dan kanan, dinding ujung
dari aisle. Kontruksi atap portico setengah kuda-kuda, sisi miring tunggal,
bagian dalam di sangga oleh kolom-kolom terbuka kearah atrium, sisi lainnya
dinding.

Basilika S. Maria Maggiore juaga di roma (432), di bangun oleh Paus


Sixtus III (432-440). Slah satu dari tempat basilika di roma masih ada, sehingga
dapat di liahat keindahan antara lain dari nave, diapit kembar kiri-kanan oleh
aisle

tunggal

(salah

satu).

Kolom-kolom marmer berderet dikiri-kanan nave, coraknya Ionik,


menyangga entablature berhiaskan mozaik asli dari jaman Paus Sixtus III.
Jendela atas berderet, selang-seling dengan panel-panel, dimana masing-masing
dihiasi lukisan. Lukisan pada panel dinding tersebut bertema sejarah Perjanjian
lama, di antaranya lukisan penyebrangan Laut Merah dan jatuhnya Jericho.
Rengka atap ditutup dengan plafond, diukir dengan pola kotak-kotak.
Gereja S. Clemente di Roma (1099-1108), dibangun kembali di atas lokasi
dimana sebelumnya sudah ada gereja, jauh lebih tua yang dibongkar.Bebe rapa
pondasi

lama

masih

ada

pada

ruang

bawah tanah yang

beratap

pelengkup(crypt). Meskipun dibangun pada jaman Kristen awal, namun ciri


arsitektur jaman Kristen awal masih sangat kuat mendominasi gereja ni.
Atrium dikelilingi portico atau arcade di sebelah timur dari unit pertama,
di tengah-tengah ada air mancur untuk pensucian dan pemandian. Pintu masuk
ke dalam atrium ada dua : yang utama di depan sebelah timur melalui sebuah
porch, satu lainnya pada portico lateral utara. Bagian utama gereja seperti
hampir semua gereja pada jamannyasegi empat, memanjang diujunga terdapat
apse , sanctuary dan altar. Di bagian depan dari nave ada choir yaitu tempat
untuk koor penyanyi gereja. Choir dikelilingi dinding semacam pagar
10

(balustrade), di kiri terdapat gospel ambo, di sebelah kanan epistle ambo,


tempat berkotbah dan membaca ayat-ayat suci dari Injil. Meskipun pandangan
dari luar simetris, namun aisle dari gereja tidak sama, yang di sebelah selatan
lebih lebar.

Konstruksi portico lateral berupa kolom-kolom lonik, depan dan

belakang berupa pelengkung patah silang diagonal. Pada ruang utama, kolomkolom berderet pada kiri kanan nave juga lonik menyangga pelengkungpelengkung, dihias dengan mozaik, molding dan relief. Apse denahnya
setengah lingkaran, beratap setengah kubah, dihias ornament gaya baroque.
Gereja S. clement di Roma (1099-1108), denah dan potongan membujur (kiri),
tempat duduk para Uskup, kepala dari kolom untuk ilin (cendelabrum) dan
detail sudut panel dari balustrade pada choir (kanan atas). Porch (gerbang
masuk), atrium dikelilingi portico, gospel ambo (kiri-bawah) dan epistle ambo
(gambar-gambar

di

kanan-tengah).

Ruang

dalam

(bawah).

Gereja Saint Paolo Fouri le Mura (380) adalah juga salah satu dari basilica
utama di Roma, dibangun diatas makam dari Santo Paulus (Saint Paul). Pada
1832 gereja mengalami musibah kebakaran sehingga hampir memusnahkan
seluruh bamgunan, namun didirikan kembali menurut rancangan aslinya.
Denah, pandangan depan tata ruang gereja, identik dengan Gereja Basilika
Santo Petrus, Roma, lama yan sudah tidak ada. Nave diapit kembar oleh
aisle ganda di kiri kanan, apse diujung berdenah setengah lingkaran. Kolom
11

berderet membujur terdiri dari empat baris, menyngga dinding dan konstruksi
atap : di tengah kuda-kuda dari atap pelana, kiri-kanan setengah kuda-kuda
ganda dari atap satu sisi miring. Semua kepala kolom dihias dengan corak
Korintien.
Atrium dikelilingi portico menjadi cirri dari arsitektur gereja pada jaman
ini,

dahulu

juga

ada,

namun

sebagian

sudah

runtuh.

12

Diluar Roma tidak sedikit gereja dan basilika dibangun dengan arsitektur
berciri khas seperti beberpa gerejadikemukakan diatas. Di Ravenna, sebuah
kota di Itali utara-timur, beberapa kilometer dari pantai Mediterania, terdapat
sebuah gereja bernama S. Apollinare in Classe (534-9). Gereja didirikan oleh
Justanian diatas lokasi dimana sebelunya terdapat kuil pemujaan dewa Apolo.
Kemungkinan besar seniman dan pengrajin dalam membangun gereja ini dari
Byzantine, sehingga pengaruh arsitektur Constantinople cukup besar dalam
gereja ini.
Bentuk denah sederhana, segi empat panjang 45.70 M x 30 M, nave
ditengah apit kembar di kiri-kanan oleh aisle-tunggal. Atrium-nya saat ini
sudah tidak ada, ruang peralihan luar dan dalam hanya berupa narthex. Kolom
berderet di kiri-kanan menyangka deretan pelengkung berkepala Korintien,
dihias dengan mozaik, alur=alur dan lukisan dinding apse dibanding dengan
bagian utamanya cukup besar, denah di dalam setengah lingkaran penuh,
namun dinding luarnya setengah polygonal. Apse ini dalam tinggi, dicapai
harus melalui tangga, karena berada di atas ruang yang sebagian di bawah

13

tanah

(crypt).

Ada perbedaan secara prinsip dibanding dengan gereja-gereja dibahas


sebelum ini adalah pandangan depan yang tidak simetris. Yang membuat tidak
simetris adalah sebuah unit di sebelah kiri atau utara depan dari gereja untuk
masuk dari sisi utara. Campanil atau menara lonceng yang terdapat di sisi utara,
denahnya juga agak berbeda dibanding dengan lainnya, disini berbentuk

14

lingkaran.

Atap di atas nave kontruksinya kuda-kuda berbentuk plana dengan dua


sisi miring, dan satu sisi miring di atas aisle, menjadi ciri dari arsitektur Kristen
Awal, juga terdapat pada gereja ini. Pada ruang dalam, kontruksi kuda-kuda
dari kayu tidak ditutup dengan plafond, sehingga menjadi bagian dari dekorasi.

15

Di Solonica, sebuah kota di pantai barat Laut agean (sekarang dalam


wilayah yunani), terdapat sebuah gereja bernama S. George, didirikan ketika
wilayah itu dijajah Romawi (300). Denahnya berbeda dengan gereja-gereja
didiirikan sejaman yang cenderung membuat denah segi empat, di sini
lingkaran. Dindingnya berbentuk silindris, sangat tebal, tidak kurang dari lima
meter. Pada bagian atas 15 M dari tanah sedikit berkurang ketebalannya
menjadi sekitar tiga meter. Atapnya kubah berdiameter 24.49 M, namun di
atasnya terdapat kontruksi kerangka kayu ditutup genteng, bentuk kerucut
hampir datar, bentuk segi tiga. Dengan demikian dari segi ruang dalam, maka
kubahnya hanya berfungsi sebagai penutup semacam plafond, namun berubah
ceruk (bagian dalam dari kubah). Pada dinding bagian atas terdapat tujuh
jendela, karena tebalnya dinding, jendela-jendela yang ambangnya pelengkung
ini mirip seperti ceruk. Pintu masuk dari sisi di bawah salah satu dari tujuh
jendela
Di Solonica, sebuah kota di pantai barat Laut Agean ( sekarang dalam
wilayah Yunani ), terdapat sebuah gereja bernama St. George, didirikan ketika

16

wilayah itu menjadi jajahan romawi ( 300 ). Denahnya berbeda dengan gereja
gereja didirikan sejaman yang cenderung membuat denah segi empat, disini
lingkaran Dinidingnya berbentuk silindris sangat tebal, tidak kurang dari lima
meter. Pada bagian atas 15 M dari tanah sedikit berkurang ketebalannya mejadi
sekitar tiga meter. Atapnya kubah berdiameter 24.40 M, namun di atasnya
terdapat konstruksi kerangka kayu ditutup genteng, berbentuk kerucut hampir
datar, bertumpuk tiga. Dengan demikian dari segi ruang dalam, maka kubah
hanya berfungsi sebagai penutup semacam plafond, namun berupa ceruk
( bagian dalam dari kubah ). Pada dinding bagian atas terdapat tujuh jendela,
karena tebalnya dinding jendela jendela yang ambangyna pelengkung ini
mirip seperti ceruk. Pintu masuk dari sisi di bawah selalu satu dari tujuh
jendela.

Apse terdapat di ujung sebuah ruang yang denahnya segi empat,


menjorok ke luar dinding, pada sumbu membujur dari nave yang bentuknya
lingkaran tersebut. Selain ketujuh jendela, semua jendela besar kecil lain

17

ambangnya juga pelengkung, khas Romawi gereja ini tidak mempunyai hiasan,
sangat bertolak belakang dengan bangunan bangunan lain yang sejamannya.
Salah satu gereja yang menyandang nama karena mepunyai denah
berbentuk lingkaran adalah gereja St. Stefano Rotondo di Roma ( 468 83 ).
Gerja ini terbesar di antara gereja gereja lain berdenah lingkaran ( diameter
64 M ). Lingkaran terdiri dari dua bagian : lingkaran dalam dan lingkaran luar.
Lingkaran luar dibagi menjadi delapan segmen, untuk empat buah kapel
( gereja kecil ). Masing masing kapel mempunyai pintu langsung, denahnya
radial bagian dari lingkaran. Apse kecil dari setiap kapel, menjorok ke luar,
denahnya

setengah

lingkaran.

Altar utama terdapat di tengah dari lingkaran dalam ( lingkaran pusat ),


bergaris tengah 23,17 M. Bagian ini dikelilingi oleh 23 kolom silindris model

18

Korientin, menyangga pelengkung dan entablature berbentuk cincin. Di atas


entablature, ada tambour dari sebuah atap nerupa kerangka kuda kuda kayu
pyramidal, ditutup oleh genting. Tambour sangat tinggi, sekitar 23.00 M, dari
permukaan tanah, pada bagian atas terdapat berderet jendela yang ambang
atasnya pelengkung. Atap lingkaran tengah dahulu berupa kubah, namun saat
ini bentuknya kerucut, tidak terlalu runcing, terdiri dari kuda kuda kayu
ditutup genting
Lingkaran tengah atau lingkaran pusat tersebut dikelilingi oleh semacam
gang ( ambulatory ), pada garis kelilingnya terdapat deretan melingkar kolom
kolom silindris Korintien. Atap lingkaran luar tersebut setengah kuda kuda
membentuk sisi miring tunggal, posisinya jauh lebih rendah dari atap lingkaran
Makam

dan

Babtistery

Meskipun tidak semuanya, namun bentuk gereja segi empat panjang


merupakan kecenderungan dan menjadi salah satu cirri kecenderungan dan
menjadi salah satu cirri arsitektur Kristen Awal. Sebaliknya bangunan makam
pada jaman yang sama, lebih banyak yang denahnya lingkaran atau polygonal.
Kemungkinan bentuk lingkaran cocok untuk makam karena mempunyai titik
focus, sehingga pada titik itulah sangat tepat untuk meletakkan makam.
Salah satu contoh dari kecenderunagn ini adalah makam St. Constanza di
Roma, dibangun pada 330 oleh Constantine untuk makam adiknya Constantia.
Pintu masuk melalui sebuah porch, berdinding tanpa tiang denga tiga pintu

19

masuk, terbesar di tengah diapit kembar di kiri kanan dengan pintu lebih kecil.
Ketiga

pintu

ambangnya

melengkung,

khas

Kristen

Awal.

Ruang dalam terdiri dari bagian tengah berdenah lingkaran diameter


12.20 M, dikelilingi oleh semacam nave tetapi melingkar lebarnya 5.00 M.
Gang semcam nave melingkar tersbut terbentuk oleh dinding luar dan deretan
kolom granit posisinya pada lingkaran, sebanyak 12 buah, masing masing
ganda dan kembar. Penampang atap gang, berupa pelengkung setengah
lingkaran. Kolom kolom menjadi tumpuan dari pelengkung, yang juga
posisinya melingkar. Pada bagian atas diameter dinding mengecil, menjadi
tambur ( tambour ) atau drum, menumpu atap berbentuk kubah. Di sekeliling
tambour terdapat berderet jendela atas, ambang atasnya pelengkung setengah
lingkaran, seperti jendela di sebagian besar bangunan jaman Romawi. Identik
dengan gereja disebut terakhir sebelum ini, kibah ditutup oleh atap berbentuk
pyramidal. Dengan demikian kontruksi kubah lebih berfungsi sebagai plafond.

20

Meskipun denah makam Theodoric di Ravenna ( 530 ) juga lingkaran,


namun bentuknya sangat berbeda dengan makam Constanza di Roma, tersebut
di atas. Makam terdiri dari dua lantai, dinding bagian bawah lebih tebal dan
uniknya did lam berdenah salib sama kaki. Dinding bagian luar poligoanl
sepuluh sisi ( decagonal ) berdiameter 13.7 M pada setiap sudut terapat
semacam pilaster, bentuk mengikuti denahnya. Atap yang juga menjdai plafond
dari lantai bawah berbentuk pelengkung.
Lantai dua dindingnya tidak setebal lantai satu, denah bagian dalam
lingkaran penuh, sedangkan bagian luar decagonal. Selain denahnya yang
berbentuk salib, keunikannya lain dari makam, adalah tangga yang berada di
luar ( biasanya ada di dalam ) ada dua di kiri kanan pintu masuk lantai bawah.
Atap terdiri dari kubah yang ceruknya tidak dalam berdiameter 10 : 70 M.

21

Makam Galla Placida, Ravenna ( 425 ), adalalh salah satu dari tidak
banyak makam yang denahnya bukan lingkaran, melainkan berbetuk salib,
kepala dan tengah tengah yang membentuk ruang segi empat, terdapat
makam. Pintu masuk pada bagian kaki salib ( terpanjang ) di utara timur,
atapnya pelana seperti pada kedua lengan dan kepala, namun dindingnya lebih
tinggi. Ruang tengah yaitu bagian persilangan anatar lengan, kaki dn kepala,
denahnya

bujur

sangkar,

dikelilingi

oleh

empat

buah

pelengkung.

22

Bagian dalam dari ruang tengah tersebut dindingnya tinggi, beratap


kubah, namun di luar ditutup oleh atap pyramidal. Karena denahnya bujur
sangkar maka bentuk kubah tidak penuh berbentuk bagian dari bola, namun
pada bagian setiap sisi terpotong bidang vertical dari dindingnya.

23

Semua dinding terbuat dari konstruksi bata, pada sisi sisi luar dihias
dengan pelengkung mati. Hiasan di luar tidak terlalu banyak hanya berupa
molding dan semacam cornice, membentuk garis garis besar horizontal dan
miring mengikuti kemiringan atap. Pada dinding tengah ynag tinggi, masing
masing terdapat sebuah jendela atas. Pada ruang dlam terdapat cukup banyak
hiasan, anatar lain dekorasi pada pelengkung, termasuk lukisan dinding.

24

Babtistery adalah bagian dari sebuah gereja atau kapel, dapat juga berupa
bangunan khusus untuk upacara pembabtisan adalah Babtistery Constantine di
Roma ( 432 40 ) di bangun di dekat gereja Lateran. Yang membangun adalah
Sixtus III. Nama Constantine dipakai karena kepadanya pembabtisan ini
diberikan untuk penghormatan. Babtistery Constantine adalah salah satu tertua
lainnya di Italy, sehingga kemungkinan besar menjadi model banyak ditiru di di
tempat lain.
Denah bagian utama hexagonal, terdiri dari lingkaran dalam, dikelilingi
oleh lingkaran luar dari sebuah ambulatory. Jarak anatar dau dinding pada sisi
berhadapan 19.20 M. Kedua lingkaran satu di dalam, lainnya di luar terbentuk
oleh delapan buah kolom pada setiap titik sudut segi delapan dalam dan
dinding. Lantai dari lingkaran dalam tutrun tigs trap dari lantai lingkaran luar.
Kolom terbuat drai marmer menumpu entablature berbeentuk cincin, di atsnya
lagi ada kolom bentuknya sama dengan yang di bawah, namun kebih kecil.
Masing masing kolom atas posisinya sama dengan yang di bawah, juga
menumpu entablature berbentuk cincin, di atsnya lagi pada setiap sisi ada
dinding. Pada setiap dinding bagian atas tersebut, terdapat jendela atas
bentuknya lingkaran atau disebut mata sapi ( oculus / bulls aye ). Bagaian
dalam atau semacam plafond dari atap lingkaran dalam berbentuk ceruk kubah.
Bentuk kubah bukan bagian dari bola, namun paath patah sebanyak delapan

25

buah sejumlah dindinding dari denah hexagonal. Atapnya piramida tumpul


ditutup genting.
Babtistery lebih banyk berdenah lingkaran atau segi banyk, mungkin
karena bentuk bentuk semacam itu memounyai titik focus, yaitu di tengah
seperti pada banyak makam. Tempat pembabtisan di tengah pada bagian titik
focus

tersebut,

dapat

dirasakan

lebih

khidmat.

Sebuah babtistery di Nocera ( sebuah kota beberapa ratus kilometer di


selatan timur ( Roma ) denahnya juga lingkaran didirikan sekitar abad empat.
Titik focus berada di tengah dari lingkaran dalam, terbentuk oleh delapan
kolom berdiri pada setiap titik sudut dari segi delapan yang jarak sisi
berhadapan 6.10 M.
Lingkaran dalam ini dikelilingi lagi oleh dua lapis lingkaran. Lantainya
turun tiga trap, mempunayi atap yang lebih banyak berfungsi sebagai hiasan.
Lingkaran luar pertama diameternya 11.60 M pada sekelilingnya terdapat 15
kolom kembar berjejer ke arah titik pusat lingkaran ( konsentrik ). Kelima

26

belas kolom tersebut menyangga kubah yang tumpuannya berupa pelengkung


pelengkung. Lingkaran lapis luar berupa ambulatory terbentuk oleh kolom
kolom tersebut dengan dinding yang denahnya lingkaran penuh. Plafond dari
ambulatory lengkung lengkung jga kosentrik. Meskipun bagian atas di ruang
dalam bagian tengah bentuknya kubah dan pelengkung disekelilingnya, namu
atapnya berbentuk kerucut. Atap sekelilingnya satu sisi miring. Pada dinding
diantar atap tengah dan kelilingnya ada sdelpan jendela atap.
Aneka
Dekorasi
Gereja
pada
jaman
Kristen

Awal

Dalam arsitektur Yunanai, dekorai hanya dibuat pada bagian bagian etrtentu
dengan relief, ukiran, dan lain lain, tidak sebanyak ornament pada jaman
Romawi ( jaman kelanjutan yunani ). Pada arsitektur Kristen Awal yang
merupakan perkembangn dari gaya Romawi, dekorasi lebih banyak dari
sebelumnya, antara lain mosaic dan lukisan dinding.
Pengaruh Yunani, pada arsitektur Romawi dan Kristen Awal masih
terkihat jelas pada Order yaitu konstruksi terdiri dari kolom dan balok yang
dihias ( entablature ). Yang paling banyak diantarnya ialah Order Korientien,
yang cirri khasnya pada hiasan floral pada kepalanya ( capita . Hiasan
geometric juga mulai dikembangkan apda jaman Kristen Awal, antara lain
lantai, dinding, ukiran, pada ointu dan jendela. Beberapa contoh dekorasi pda
jaman Kristen awal terlihat berikut.

27

2.2. Pengaruh-pengaruh
Perjalanan selanjutnya dari bangunan gereja setelah masa arsitektur
Kristen awal diwarnai pengaruh arsitektur Byzantium. Pengaruh yang
mengedepan adalah adanya warna Asia berupa bentuk-bentuk lengkung, busur,
kubah, maupun dinding-dinding masif. Ciri dari pengaruh Byzantium pada
bangunan gereja adalah penggunaan dekorasi berupa fresco (teknik lukis cat air
pada dinding basah), mozaik, ataupun marmer pada ruang dalamnya.

28

Ciri lainnya yang menjadi identitas dan pengenal utama, digunakannya


atap kubah dengan konstruksi pendentive.

Beberapa

contoh yang sangat

terkenal di dunia

untuk

karya

Byzantium adalah

Gereja S. Sophia di

Konstantinopel,

29

Gereja S. Vitale di Ravena,

dan Gereja S. Minerva Medica di Roma.

30

Ketiga gereja ini menggunakan bentuk dasar denah Salib Yunani (lengan
atau transept-nya sama panjang) dengan berbagai variasi setelah melampaui era
arsitektur Byzantium bangunan gereja mengalir perkembangannya ke era
arsitektur Romanika yang berlangsung sekitar abad IX-XII. Ketika masa ini
berlangsung, arsitektur Byzantium masih memiliki peran yang sangat kuat.
Terlebih lagi ketika itu daerah-daerah yang dikuasai Roma melepaskan diri.
Akibatnya, tradisi masing-masing daerah bangkit kembali mewarnai corak dan
ragam arsitekturnya. Menguatnya tradisi setempat ditimpali dengan dibukanya
jalur perdagangan laut dan darat ketika itu di Venesia, Ravenna, dan Marseilles.
Ini berakibat makin maraknya lintas budaya dengan berbagai pengaruhnya
yang akhirnya bermuara pada perkembangan arsitekturnya.
Bentuk dasar denah dengan patung Salib Romawi merupakan identitas
yang lahir dan berkembang pada era Romanika. Citra lainnya yang menjadi
identitas dari masa keemasan arsitektur Romanika adalah adanya menara
lonceng pada bagian depan maupun pada ujung bangunan, dekorasi hanya pada
bagian tampak depan saja, dan mulai diperkenalkannya penggunaan kolom
majemuk. Arsitektur Romanika berkembang dengan pesat di wilayah Itali,
Perancis, dan Jerman. Karya yang menonjol dan terkenal sampai dengan saat
ini adalah S. Peter Roma di Itali.
2.3. Karakter arsitektur Awal Kristen
Bentuk dasar Arsitektur gereja Kristen Lama mengacu dari bentuk
arsitektur Romawi, dimana arsitektur Kristen Lama mengalami evaluasi dalam
beberapa tahap. Pengaruh lain secara umum adalah pemakaian altar, yang
digunakan sebagai tempat untuk persembahan pada para dewa Romawi, pada
masa Kristen lama juga dipakai untuk persembahan suci.
Pemakaian model catacombe, yaitu makam umat Kristen yang terletak
pada ceruk-ceruk bukit, merupakan lorong-lorong panjang dan gelap (tempat
ini digunakan untuk tempat peribadahan). Pada waktu agama Kristen masih
dilarang model ini digunakan bila membangun katedral, maka nama katedral
tersebut memakai nama orang yang disucikan dan dimakamkan di situ,
sedangkan diatas makam tersebut dibangun altar.
Denah :
Bentuk denah Basilika yang dikembangkan dengan menghilangkan salah
satu tribun yang berbentuk setengah lingkaran, sehingga tribun yang tinggal
dijadikan sebagai suatu pengakhiran yaitu Apse (apsis). Jalan masuk dari
tengah/sisi memanjang dipindah ke Barat, sehingga umat yang datang langsung

31

menghadap altar. Sedangkan Nave atau ruang induk (ruang peribadahan)


dipisahkan oleh sederetan tiang-tiang yang menopang entablature (balok
dengan hiasan berbentuk segitiga diatasnya), atau kalau bentangan lebar, maka
deretan kolom memakai bentuk setengah lingkaran diatasnya.
Kemegahan dicapai melalui kesan perspektif memanjang ke arah
Sanctuan (tempat altar) dan diakhiri oleh Apse di mana tempat Imam berada.
Hal yang demikian ini dikomposisikan dengan perbandingan tinggi/rendahnya
langit-langit sehingga proporsinya kelihatan lebih panjang dari yang
sebenarnya.
Gereja basilica diberi kiblat sehingga pusat perhatian yaitu lingkaran di
dalam Apse (apsis) berada di sisi timur ke arah Yerusalem. Pada perkembangan
gereja selanjutnya yaitu perluasan dikedua sisi (navis), sehingga denahnya
berbentuk salib yang selanjutnya mengawali bentuk poko yang bertahan sampai
sekarang.
Meskipun dari luar tampak sederhana namun gereja-gereja yang
dibangun masa Kaisar Constantinus (sebelum memindahkan ibukota)
memperindah keindahan interiornya. Agama Kristen Lama mengikuti adat
Ibrani, yang melarang pemujaan patung maka gerejanya tidak dihiasi patung
sebesar manusia yang sebelumnya banyak menghiasi basilica-basilika romawi.

Cirri ciri:

> Karakter utama: denah bentuk segi empat, turunan dari bangunan basilica anya
ukuran panjang = dua kali lebar.
> Bangunan cukup luas untuk menampung jumlah umat yang besar. Bagian tengah
(nave) yang seperti lorong panjang memberikan pandangan yang tak terputus bagi
umat ke bagian depan.
> Pintu masuk selalu berada di sebelah barat.
> Bagian depan adalah portico atau narthex. Orang yang tidak boleh masuk gereja
(karena dosa-dosanya) mendengarkan kutbah di portico
>Altar diletakkan di podium bagian timur (bema) yang di belakangnya terdapat
ruang setengah lingkaran yang disebut apse.
> Interior utama terdiri dari sebuah ruang besar di tengah (nave) yang di samping
kiri-kanannya terdapat gang (aisle) yang dibatasi oleh deretan kolom.

32

> Tempat pembaptisan (baptisteries) adalah bangunan terpisah dengan bentuk


denah lingkaran atau segi banyak (polygonal).

> Tempat air baptis (font) selalu ditempatkan di bagian tengah dan biasanya
merupakan replika yang lebih kecil dari bangunan itu sendiri.

Galla Placidia

33

S.

Costanza,

Roma;

Mausoleum

untuk

putri

dari

Kaisar

Konstantin.

( Mausoleum=Kuburan)

2.4. Peninggalan arsitektur pada masal awal Kristen

Baptisterium des Laterans in Rom


1. Kredo Nicea

34

Ialah rangkuman keyakinan-keyakinan Gereja Katolik yang meyakini


bahwa hanya ada satu Allah saja, yang hadir dalam tiga pribadi: Allah Bapa,
Yesus Sang Putera, dan Roh Kudus.
* Ikon yang menggambarkan Para Bapa Suci dari Konsili Nicea
Pertama memegang Kredo Nicea.

2. Basilika
Merupakan cikal bakal gereja yang mempunyai denah memanjang.
Basilika Kristen dibuat berdasarkan Basilika Romawi yang juga berfungsi
sebagai tempat pertemuan. Namun ada juga yang mengatakan, bahwa prinsip
dasar Basilika Kristen adalah rumah tinggal gaya Romawi yang memiliki atrium
dibagian tengahnya dan dikombinasikan dengan gaya susunan gedung pertemuan
* Basilika Santa Maria Maggiore dikenal sebagai Basilika Liberian.

35

* Basilika Santo Paulus di Luar Tembok Vatikan atau dikenal sebagai


Basilika Ostian

* Basilika Santo Petrus atau dikenal sebagai Basilika Vatikan

36

* Basilika Santo Yohanes Lateran atau dikenal sebagai Basilika Lateran

3. Mouseleum (Makam)
Berbentuk denah bulat, segi banyak bersifat konsentnis dan lebih
mengutamakan bagian interior (introspeksi), sedangkan ruang luar tidak

37

diperhatikan karena tidak ada hubungannya dengan ruang dalam. Ornamen


sederhana yang hanya ditempatkan pada bagian interior seperti pada tampilan
mozaik dinding dengan pola gambar naturalis. Dinding terbuat dari bata, kudakuda dari kayu dan bagian atap terbuat dari bahan genteng.
* Mouseleum Paramore keluarga di Pemakaman Bellefontaine, St Louis,
Missouri

4. kuil Raja Herodes, Jerusalem, Israel: pengganti kuil Raja Salomo: rekonstruksi
sebelum penghancuran pada tahun 70 M; situs yang sama dengan Kubah Batu, di teras
yang sama; orang Yahudi tetap menyembah di Tembok Barat dari teras candi hari ini.

38

5.

Sinagoga, Dura Europos, Suriah, sekitar 230 AD: rencana; barat dinding dengan
Taurat (Alkitab) ceruk dan lukisan dinding, hari ini di Museum Nasional,
Damaskus.

39

6.

rumah-gereja Kristen, Dura Europos, Suriah, 230 AD: rekonstruksi cutaway;


baptistery ini: membandingkan rumah ini dengan House of the Vettii di Pompeii,
ca. 70 M, pada baris ara. 207.

7. basilika Santo Petrus, Roma,

40

41

42

8. Gereja Makam Suci, Yerusalem, Israel,

BAB III
PENUTUP

43

3.1 Kesimpulan
Awal arsitektural Kristen sangat dipengaruhi oleh gaya kerajaan
Romawi, yaitu bangunan berskala monumental. Gedung-gedung gereja dibagi
menjadi dua tipe; hall yang berbentuk longitudinal-Bassilica; bangunan
terpusat-mausoleum atau tempat pembaptisan.Eksterior gereja pada umumnya
polos dan minus dekorasi yang kontras dengan nuansa interiornya yang
cenderung dekoratif dan glamour.
Bangunan bawah tanah dibuat secara darurat dan sederhana, Ruang
berbentuk lorong berfungsi sebagai tempat tinggal, kuburan dan tempat berdoa,
Gaya (simbol) memiliki kesamaan dengan karya-karya seni masa Romawi
namun subjek berbeda, Subjek dalam lukisan zaman Romawi ditampilkan
dalam bentuk pagan (berhala), zaman Kristen Awal bertema seorang gembala
dengan domba-dombanya, dan Terjadi perubahan karya lukisan yang sangat
signifikan dengan menghindari bentuk-bentuk alamiah Greco Roman
(denaturing).
Dengan mempelajari Sejarah arsitektur, maka kita dapat belajar apa saja
kelebihan dan kekurangan bangunan pada masa lampau terkhusus karya
arsitektur pada masa awal Kristen sehingga dalam dalam merencanakan dan
merancang bangunan., karya arsitektur pada masa lampau dapat dijadikan
pedomannya.
3.2 Saran
Penyusun banyak berharap kepada para pembaca untuk tidak segan
memberikan kritik, saran, dan masuka lainnya.

Daftar Pustaka
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=627798490825212387
https://www.scribd.com/doc/95140134/ARSITEKTUR-KRISTEN-AWAL

44

http://shie-arch.blogspot.co.id/2010/06/arsitektur-kristen-awal-penemuangereja.html
http://arsitektur30.blogspot.co.id/2013/05/arsitektur-kristen-awal.html

45

Anda mungkin juga menyukai