V. Samaggi Jaya
V. Bodhigiri
Tipitaka
Naskah Dhamma
Multimedia
Bursa
About
Didalam artikel saya yang terdahulu, yang berjudul “Agama Buddha dan Ilmu
Pengetahuan”, saya telah menyampaikan argumentasi saya, yang saya
katakan bahwa bukan Yunani Kuno, tetapi orang-orang Hindu-lah yang telah
meletakkan dasar studi tentang pengalaman, dan bahwa Pangeran
Siddhartha, yang kemudian mencapai tingkat Buddha itu, yang telah
mengangkat studi tersebut menjadi setingkat ilmu pengetahuan. Pengalaman
itu terdiri dari semua sensasi, persepsi, ingatan-ingatan, perasaan-perasaan,
emosi-emosi, gambaran di alam fikiran (= image), dan lambang-lambang,
yang kita alami dari saat ke saat.
Keduanya, yaitu therapist menurut Buddhisme dan therapist menurut ilmu jiwa
Behaviourisme setuju bahwa diperolehnya gambaran yang jelas tentang
problema yang dihadapi (= insight) yang bersifat verbal, hanya dalam kata-
kata saja, itu sendiri jarang dapat menyembuhkan, dan kalau dapat, hanya
mampu meringankan kesukaran mentalnya, tingkat paling luar, atau lapisan
dangkal saja. Dalam hal yang lain, kebanyakan therapist menurut Buddhisme
dan therapist menurut ilmu jiwa Behaviourisme sependapat bahwa
diperolehnya gambaran yang jelas dari problema yang dihadapi (= insight)
yang bersifat verbal, itu berguna dalam penyembuhan pendahuluan, sebelum
penyembuhannya sendiri. Didalam therapy menurut ilmu jiwa Behaviourisme,
dan mungkin juga didalam therapy menurut Buddhisme, dicapai persentase
yang besar didalam penyembuhan, apabila diberi penyembuhan pendahuluan
yang demikian itu. 2 Keduanya, yaitu therapist dari Buddhisme dan therapist
dari ilmu jiwa Behaviourisme menggaris bawahi keterangannya bahwa pasien
yang diberi kesembuhan dengan cara diberi gambaran yang jelas dari
problema yang dihadapi (= insight) yang bersifat verbal, itu sendiri, tidak dapat
memberikan kesembuhan. Sebagian besar dari filsafatnya Buddhisme itu
tampaknya secara khusus banyak mengemukakan pandangan yang demikian
ini.
Apa yang kita katakan sebagai yang dapat menimbulkan kesembuhan, yang
menjadi Penyembuhan yang sebenarnya, adalah yang didalam Buddhisme
dinamai dhaya atau meditasi. Saya, disini, tidak dapat memberi keterangan
yang selayaknya, atau yang cukup, tentang meditasi, tetapi hanya akan
mengemukakan keterangan yang tampaknya merupakan elemen-elemen
yang vital dari therapy.
Seseorang kiranya dapat menerangkan dengan singkat bahwa didalam
meditasi, sang meditator hendaklah melatih agar memiliki relaksasi, atau
kesantaian, mengenai otot-ototnya, yang digabungkan dengan kewaspadaan
mental. Pada waktu yang bersamaan, sang meditator juga hendaklah berlatih
diri untuk tidak melakukan reaksi, baik secara emosional, atau pun berupa
sesuatu gerakan otot-otot terhadap apa pun, apakah itu terhadap persepsi,
atau ingatan-ingatan, atau gambaran di alam fikirannya, atau kata-katanya,
atau ide-idenya, atau pun terhadap sesuatu object lainnya dari pengalaman.
Di masa-masa yang lampau, para penganut Buddhisme dan para ahli ilmu
jiwa psychonalisa telah berusaha untuk mengadakan beberapa dialog, yang
hanya menghasilkan suatu hasil yang terbatas saja. Adalah mungkin bahwa di
masa-masa yang akan datang, diadakan dialog antara therapist dari kalangan
Buddhisme dan therapist dari kalangan ilmu jiwa Behaviourisme, yang khusus
membicarakan tentang desensitisasi, yang kiranya dapat membuahkan suatu
hasil yang lebih bernilai.
REFERENSI :
Agama Buddha & Ilmu Pengetahuan, Naskah Dhamma
Artikel Terkait
Manfaat Meditasi
Name *
E-Mail *
Website
SUBMIT COMMENT
Penghargaan MURI
untuk Musik Pengantar Meditasi
Persamuhan Agung
Sangha Theravada Indonesia
di Vihara Bodhigiri, Juni 2016
Bursa Buddhis