Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SEJARAH II

LUDWIG MIES VAN DER ROHE

NAMA : PRAHMITA KARIMA

NIM : 160406005

MATA KULIAH : SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTUR II

DOSEN : Prof. Ir. M.NAWAWIY LOEBIS, M.Phil, Ph.D

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-Nya penulis bisa
menyusun Makalah yang berjudul “Ludwig Mies van der Rohe” dengan lancar. Tujuan
penulisan ini untuk melengkapi Tugas matakuliah Sejarah dan Teori Arsitektur II.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik maupun saran. Kritik dan saran tersebut
akan menjadi bahan evaluasi penulis kedepannya.
Semoga makalah tentang Ludwig Mies van der Rohe ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca dan masyarakat luas. Akhir kata kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas perhatiannya.

Medan, 18 Januari 2019

Penulis
Nama Lengkap : Ludwig Mies van der Rohe
Alias : No Alias
Profesi : Arsitek
Tempat Lahir : Aachen, Jerman
Tanggal Lahir : Sabtu, 27 Maret 1886
Zodiac : Aries

BIOGRAFI
        Ludwig Mies van der Rohe [RIP], arsitek kenamaan keturunan Jerman-Amerika ini
akrab dengan sapaan singkat, Mies. Dikenal dunia sebagai salah satu pakar dan pelopor
arsiktektur modern bersama Le Corbusier, Alvar Aalto, dan Frank Lloyd Wright, Mies lahir di
kota Aachen, Jerman (saat itu disebut Kerajaan Prusia) pada 1886.

        Mies bekerja pada toko ayahnya, seorang pengusaha pahatan batu, sebelum ia akhirnya
memutuskan untuk menjadi seorang arsitek dan bergabung dengan studio Peter Behrens pada
1908. Behrens sendiri dikenal sebagai seorang perintis aliran modern dan Mies
mengembangkan pendekatan arsitektural yang mempertemukan berbagai teknik struktur
bangunan. Secara estetis, Mies tertarik dengan gaya bangunan Rusia dan neo-plastisisme
Dutch De Stijl. Gaya arsitektural Mies lebih tepat digambarkan melalui konsepnya, 'less is
more (kurang berarti lebih)' dan 'God is in design (Ada Tuhan dalam tiap rancangan)'.

        Dalam sejarah arsitektur dan penataan lanskap, nama Mies van der Rohe diabadikan
dalam rancangan Paviliun Nasional Jerman, gedung Barcelona International Exhibition di
Montju pada 1929. Desain Mies yang dikenal dengan nama singkat Barcelona Pavilion
tersebut memiliki komposisi paving, dinding, atap, air, dan vegetasi yang sempurna. 

        Jika dibandingkan dengan kegagalan sejumlah proyek para arsitek modern lainnya,
rancangan van der Rohe memang memiliki banyak kelebihan dalam hal penggunaan bahan
bangunan dan komposisinya seperti kaca, baja, air, vegetasi, serta bebatuan yang indah
termasuk marmer dan travertine.

        Arsitek penerima salah satu penghargaan paling tinggi, Order Pour le Mérite pada 1959
ini juga memiliki ambisi untuk menciptakan bahasa arsitektural baru yang tepat digunakan
sebagai representasi era baru teknologi dan produksi. Mies menengarai munculnya kebutuhan
baru bidang arsitektur terkait kelarasan ekspresi dan zamannya sendiri, persis sebagaimana
arsitektur jaman Gothik yang lekat dengan kesan atau pesan spiritualisme pada zaman masa
tersebut.

        Dan bagi arsitek yang juga menerima Medali Emas dari Persatuan Arsitek Dunia (AIA)
ini tujuan spiritualisme pada jamannya berarti menerapkan prinsip disiplin desain berbasis
eksplorasi nalar. Karenanya, Mies percaya bahwa konfigurasi dan pengaturan setiap apapun
elemen arsitektural, apatah karakter ruang terbuka atau tertutup, wajib memberikan manfaat
untuk membangun keterpaduan ekspresi.

        Tak heran bahwa dalam tiap aspek arsitektur van der Rohe, mulai konsep umum hingga
pun detail terkecil, semuanya 'berbicara' sebagai kesatuan ekspresi era modern yang khas. Tak
heran juga jika kedalaman makna yang disampaikan melalui berbagai rancangan dan kualitas
estetis tersebut memikat dan memberi inspirasi banyak filsuf kontemporer serta pemikir
modern untuk menjelajah dan merumuskan berbagai spekulasi terkait karya arsitektur Ludwig
Mies van der Rohe.
        Yang paling menarik dari sisi kehidupan perancang bangun yang berhasil memukau
dunia dengan berbagai desain struktur dan gedung cantik ini justru tidak pernah mengenyam
pendidikan formal. Namun, Mies dan karya arsitekturalnya adalah bukti nyata bahwa belajar
tidak sama dengan sekolah, karenanya pengajar tidak selalu sama dengan guru: pengalaman
adalah pendidikan terbaik.

          Pada sekitar tahun 1919 Mies mencurahkan perhatiannya untuk mempelajari masalah
modern design, setelah sebelumnya memakai gaya neo classic.
Tiga tema pokok dalam rancangan adalah :
1. Pengaruh kaca sebagai pelindung.
2. Penekanan bangunan dengan arah horizontal.
3. Pengembangan bangunan sesuai dengan fungsi.
         Konsep yang dikembangkan adalah flowing space (ruang mengalir) seperti yang terlihat
pada karyanya: German PavilIon International Exhibition di Barcelona (1929) dan Tugendhat
House (1930), dengan ciri-ciri :
1. Pembagian ruang dengan dinding berdiri sendiri.
2. Atap ditopang oleh kolom baja.
3. Pembagian ruang dengan partisi merupakan perwujudan idenya tentang flexibility 
(ruangflreksibel).
4. Penggunaan bahan yang mahal pada partisi.

Konsep-konsep Mies yang terpenting yang dipakai dalam merancang ialah Konsep ruang
tunggal (Universal Space). Merupakan pengembangan dari konsep flowing space yaitu:
1. ruang-ruang universal yang terbagi oleh partisi dengan kolom bagian sisi sehingga rating
bebas kolom.
2. Penggunaan bahan baja sebagai struktur utama mencerminkan suatu kesederhanaan dari
bentuk-bentuk persegi panjang. Kesederhanaan itu sendiri bukan suatu kesederhanaan yang
tidak bernilai tetapi suatu kesederhanan yang berlandaskan suatu pemikiran untuk
mremecahkan masalah lebih sederhana lagi rang terkenal dengan semboyan 'Less is More'.

Menurut pandangan Charles Jends, Mies menuntut orang menilai bangunannya secara
sempurna seperti halnya pandangan Plato.
Pandangan-pandangan lain oleh beberapa ahli :
Lewis Numford.
 "Karya Mies tidak dapat dinilai pada tingkat harfiah, ia harus dinilai bagaikan sebuah puisi.
Karena penilaian harfiah akan membuka kelemahan pada karyanya."

Sigfried Gidieon.
 "Karyanya membawa esensi kualitas tiap material dan detail konstruksi yang diolah sehingga
mencapai tingkat yang menakjubkan."

William Jordi. 
"Karyanya merupakan hasil kesempurnaan visual dan berhasil memecahkan persoalan sudut
massa bangunannya."

Peter & Allison Smithson. 


"Keabadian penampilan kulit bangunannya yang netral dengan struktur ruang terbuka dari
tiap lay outnya. Bentuk dan ruangnya universal, dapat dimanfaatkan bagi segala
keinginannya."

Paul Rudolf. 
"Bangunan Mies menakjubkan hanya karena ia mengabaikan banyak aspek dari bangunan."

Teori dan prinsip-prinsip Arsitektur Ludwig Mies Van Der Rohe


· Mies menganut falsafah Rasionalisme dan arsitektur modern
· solusi bangunan harus memungkinkan untuk gelar optimal dari fleksibilitas untuk
mengakomodasi kebutuhan ekonomi sering untuk merevisi pengaturan ruang hidup dan
bekerja.
· bekerja dalam tiga jenis bangunan trabeated: rendah-naik kerangka bangunan frame,
bangunan bertingkat tinggi kerangka frame, dan satu lantai jelas-span bangunan
· mengekspresikan skala dalam hal kategori keseluruhan penggunaan atau
memperhitungkan besarnya bangunan
· desain yang diasah untuk kesempurnaan yang lebih besar dalam setiap bangunan berturut-
turut oleh perbaikan halus dalam proporsi dan merinci bukan oleh perubahan radikal
dalam ekspresi keseluruhan
· interaksi kritis antara bangunan, konstruksi fungsi dan struktur, yang merupakan jantung
dari arsitektur, sering menyentuh ekspresi puitis yang benar.
· Dia percaya arsitektur menjadi proses sejarah, dan bahwa dalam arsitek konsekuensi harus
mengakui hubungan antara fakta-fakta signifikan dari zaman mereka sendiri dan ide-ide
yang mampu membimbing fakta-fakta dalam arah bermanfaat bagi masyarakat pada
umumnya

Salah satu karyanya, Farmworth House - rumah tempat peristirahatan Dr. Farmworth.
Bangunan dibuat kontras dengan lingkungan, dengan bentuk giometris, pilihan warna (putih)
serta bidang sejajar besar yang mencerminkan ruang terbuka. Bangunan ini menonjolkan
teknologi dengan bidang kaca yang besar serta struktur baja I sebagai pendukung dan
pembagi visual. Baja dan kaca tidak dirubah, tetap seperti aslinya (machine fonn), dengan
kepandaiannya mengolah maka semua unsur terpadu menjadi sebuah karya monumental yang
elegan.
Mies Van Der Rohe merupakan salah satu arsitek yang telah ikut berperan serta
didalam dunia Arsitektur Modern, dimana dalam setiap karyanya, bangunan yang dihasilkan
lebih sering mengacu pada dirinya sendiri dan tak jarang pada setiap ciptaannya selalu
melekat dan dijiwai oleh pernyataan less is more.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah Seagram Building, New York yang
dirancang sedemikian mewah dengan clad yang terbuat dari perunggu padu, dinding-dinding
kaca, baja yang diekspos penampilannya. Dapat dikatakan bahwa setiap detail dari Seagram
Building ini di desain khusus, sehingga keberhasilan Mies Van Der Rohe terdapat pada
pengolahan fasade bangunan.

Berikut adalah karya-karya masterpiece Mies van der Rohe yang lokasinya tersebar di
beberapa negara :

Villa Tugendhat
Villa Tugendhat merupakan prototipe dan ikon arsitektur modern di Eropa. Mies van der
Rohe membangun Villa tersebut di kawasan Černá Pole di Brno (Brunn), Republik Ceko pada
1928 - 1930 untuk Fritz Tugendhat dan istrinya Greta.

S.R. Crown Hall

S. R. Crown Hall adalah gedung yang menjadi 'kandang' bagi jurusan arsitektur di kompleks
kampus Illinois Institute of Technology in Chicago, Illinois.

Farnsworth House
The Farnsworth House didesain oleh Mies dan dibangun selama kurun 1945 - 1951.
Farnsworth House merupakan rumah peristirahatan akhir pekan milik Dr. Edith Farnsworth,
tempat dia menikmati liburan dengan bermain biola, menikmati keindahan alam, dan
menerjemahkan puisi.
Farnsworth House merupakan bangunan satu ruangan seluas 140 meter persegi dengan
konstruksi baja dan kaca sebagaimana ciri khas desain Mies. Terletak 89 km dari pusat kota
Chicago, Farnsworth House dianggap sebagai karya masterpiece Mies van der Rohe, dan saat
ini dijadikan museum rumah yang dikelola oleh kelompok pelestari bangunan bersejarah,
National Trust for Historic Preservation.

Barcelona Pavilion

Barcelona Pavilion merupakan gedung penting dalam sejarah arsitektur modern yang dikenal
dengan bentuknya yang sederhana, bersamaan dengan penggunaan material-material pualam
(marble), travertine, dan red onyx.

Seagram Building
Gedung pencakar langit Seagram Building terletak di 375 Park Avenue, antara 52nd Street
dan 53rd Street di Manhattan, New York City. Gedung 38 lantai ini memiliki tinggi 515 kaki
dan selesai dibangun tahun 1958.
Mies van der Rohe mendesain struktur gedung, dan lobby serta bagian internal gedung
lainnya dirancang oleh Philip Johnson.

860–880 Lake Shore Drive

860–880 Lake Shore Drive merupakan menara apartemen kembar yang terletak di sepanjang
N. Lake Shore Drive, Chicago. Menara 26 lantai ini dikenal dengan julukan apartemen "glass
house" karena ciri khas struktur baja dan kacanya. Proses konstruksi dimulai pada 1949 dan
selesai pada 1951.
Kutipan-kutipan dari buku scanning :

Judul Buku : Modern Architecture In Europe

D-60a Mies Van der Rohe. The symbolically collective, but unrepresentative. Centerpiece
apartment block.

Haus Lange (house, now branch of Kalser Wilhelm Museum) 1928 Wilhelmshofalle 91

Ludwig Mies van der Rohe International Style

N from Krefeld ctr on Ostwall / R on Moerrser Str (→MOERS) / R on Wilhelmshofallee /


500 yds (m) on R

Ever present in Mies’s work is a dichotomy between the tangible and the abstract. The
anonymous non-specificity-not to say unusability – of his later grand, uncompromisingly
steel-caged spaces (D-13) needs no reiteration here, nor do their Neo Classical origins (D-13)
needs no reiteration here, nor do their Neo-Classical origins (D-26b).

This not quite doctrinaire International Style house demonstrates both the extent to
which Mies, like so many others at the time (D-60), tired to suppress his own architectural
instincts, and the power with which his basic inclinations asserted themselves none the less.
His external materials, for instance, are too real to be true to the International Style.

Mies’s ultimate abstraction, nominally an art gallery, in fact a monument to the pursuit
of an ideal. It is the ultimate technical transformation of the Neo-Classical temple and,
equally, the ultimate exquisite bore.only large sculptures and monumental canvases can
survive the crushing embrace of this temple’s crystal cella. The ‘real’ museum – a beige and
white nonentity containing the main exhibition space – lies below, buried within the granite
podium.

Judul buku : Essay in Architectural Criticism


Where the designer decides to be gove1·ned by operational factors, he works in terms of a
thoroughly nineteenth-century rationalism, for example in the case of the office buildings of
Mies van cler Rohe and Skidmore, Owings and Merrill, where purely pragmatic planning and
cost considerations converge on a received neoclassical aesthetic to create simple cubes,
regular frames, and cores. It is interesting that in most of the projects where form
determinants are held to be technical or operational in an avant-garde sense, rationalism and
cost are discarded for forms of a fantastic or expressionist kind. (hal 48)

The form of thebuilding i not-as with Mies-reduced to an overall simple order in which the
ranclom elements of life are invisible. These elements become part of the architectural
message and are aesthetically integrated with the building as a whole. (hal 66)

Mies's invention of a network of virtual structure superimposed on the curtain wall is another
such rule system. The rule system can even extend to the behavior of people within a
building-as can be seen in Le Corbusier' drawing ·-thu annexing to the architectural sphere
something which, in earlier period , belonged to an external rule system (rules of social
behavior) (fig. 54). (hal 69)

Colin Rowe, writing in Oppositions 1, has convincingly shown that this is a solution to the
problem po eel by Mies van der Rohe in the library project for the Illinois Institute of
Technology. In the Mies building the weak rhythm provided by the slender, regularly spaced
columns, implying a universal space, was denied by the necessity of compartmentalizing the
space into large self-contained "rooms." Kahn reintroduced the Renaissance principle
according to which space is built up out of cells of space articulated by a "strong'' structure.
(hal 108)

Piano and Rogers's building belongs to a stream of the Modern Movement whose origins are
more recent than the avant garde of the 1920s. It derives in a fundamental sense from Mies
van der Rohe's American phase, which wa based on a reversal of the received notion of the
Modern Movement that a building is an aggregate of linked or overlapping fonns, each of
which con·esponds to a separate function. To Mies, modern functions were empirical and
changing, while architecture was ideal and permanent, and hi notion of the "shed" was thus
connected with Neoclassicism. But there is an even clo er affiliation to the notion of the
elegant container as ociated with the work of Eero Saarinen and Skidmore, Owings and
Merrill and the outhern alifornian Schools Development Program directed by Ezra
Ehrenkrantz, and through this to Charles Eames's Case Study House of 1949, in which a
standardized technology provides the framework for aleatory ge ture . Inherent in this
development is the idea of the building as a flexible ervice mechanism which becomes a mere
background to human activity. (hal 112)

The Neo-Plasticist projects of Theo van Does burg and Mies van der Rohe were the
exception, and it is these projects, as Vincent Scully has pointed out, which have such a
striking resemblance to the houses of Frank Lloyd Wright, with their hovering planes and
strong vertical accents. If the houses of Graves also have closer ties with Neo-Plasticism than
with the more typical houses of the European movement, it may be that, as in the case of
Wright, there is a coincidence between Cubist spatial principle and an American tradition
which, in its response to climate, its attitude toward nature, and its particular kind of
sociability, creates an intermediate zone between the private realm of the house and the public
realm of its environment. Not only the openness of the nineteenth-century American house
but also the proliferation of verandahs, porche , and bay windows, and the frequent
placing of these on the diagonal suggest a parallel with the way Graves weaves secondary
spaces in and out of the periphery of the cage, or superimposes a diagonal fragment on an
otherwise orthogonal parti (figs. 132, 133). (hal 171)
Translate :
Judul Buku : Modern Architecture In Europe

D-60a Mies Van der Rohe. Secara simbolis kolektif, tetapi tidak representatif. Blok apartemen
tengah.
Haus Lange (rumah, sekarang cabang Museum Kalser Wilhelm) 1928 Wilhelmshofalle 91
Ludwig Mies van der Rohe Gaya Internasional
N dari Krefeld ctr di Ostwall / R di Moerrser Str (→ MOERS) / R di Wilhelmshofallee / 500
yds (m) di R
Pernah hadir dalam karya Mies adalah dikotomi antara yang berwujud dan abstrak. Non-
spesifisitas anonim - tidak untuk mengatakan tidak dapat digunakan - dari ruangnya yang
besar, ruang yang dikurung baja tanpa kompromi (D-13) tidak perlu diulang di sini, tidak juga
asal-usul Neo Klasik mereka (D-13) tidak memerlukan pengulangan di sini, juga tidak Asal-
usul Neo-Klasik (D-26b).
Rumah Gaya Internasional yang tidak terlalu doktriner ini menunjukkan sejauh mana Mies,
seperti banyak orang lain pada waktu itu (D-60), lelah untuk menekan naluri arsitekturnya
sendiri, dan kekuatan yang dengannya kecenderungan dasarnya menegaskan diri mereka tidak
kurang. Bahan-bahan luarnya, misalnya, terlalu nyata untuk menjadi jujur pada Gaya
Internasional.
Abstraksi utama Mies, yang secara nominal merupakan galeri seni, sebenarnya adalah
monumen untuk mencapai cita-cita. Ini adalah transformasi teknis utama dari kuil Neo-Klasik
dan, sama-sama, lubang yang sangat indah. Hanya patung-patung besar dan kanvas
monumental yang dapat bertahan dari pelukan yang menghancurkan dari cella kristal kuil ini.
Museum 'nyata' - warna putih dan putih berisi ruang pameran utama - terletak di bawah,
terkubur di dalam podium granit.

Judul buku : Essay in Architectural Criticism

Di mana perancang memutuskan untuk pergi karena faktor-faktor operasional, ia bekerja


dalam kerangka rasionalisme abad ke-19, misalnya dalam kasus gedung perkantoran Mies van
cler Rohe dan Skidmore, Owings and Merrill, di mana perencanaan pragmatis murni dan
pertimbangan biaya bertemu pada estetika neoklasik yang diterima untuk membuat kubus
sederhana, bingkai reguler, dan inti. Sangat menarik bahwa dalam sebagian besar proyek di
mana penentu bentuk dianggap bersifat teknis atau operasional dalam arti avant-garde,
rasionalisme dan biaya dibuang untuk bentuk-bentuk yang fantastis atau jenis ekspresionis.
(hal 48)

Bentuk pembangunan yang tidak - seperti halnya Mies - direduksi menjadi suatu tatanan
sederhana secara keseluruhan di mana elemen-elemen kehidupan ranclom tidak terlihat.
Elemen-elemen ini menjadi bagian dari pesan arsitektur dan secara estetika terintegrasi
dengan bangunan secara keseluruhan. (hal 66)

Penemuan Mies tentang jaringan struktur virtual yang ditumpangkan di dinding gorden adalah
sistem aturan lainnya. Sistem aturan bahkan dapat meluas ke perilaku orang-orang di dalam
gedung-seperti yang dapat dilihat dalam gambar Le Corbusier • -kita mencaplok sesuatu
bidang arsitektur yang, pada periode sebelumnya, milik sistem aturan eksternal (aturan
perilaku sosial ) (gbr. 54). (hal 69)

Colin Rowe, yang menulis dalam Oposisi 1, telah dengan meyakinkan menunjukkan bahwa
ini adalah solusi untuk masalah belut oleh Mies van der Rohe dalam proyek perpustakaan
untuk Institut Teknologi Illinois. Di gedung Mies, ritme lemah yang disediakan oleh kolom
ramping, spasi teratur, menyiratkan ruang universal, ditolak oleh perlunya membagi ruang
menjadi "kamar" mandiri yang besar. Kahn memperkenalkan kembali prinsip Renaissance
yang menurutnya ruang dibangun dari sel-sel ruang yang diartikulasikan oleh struktur "kuat".
(Hal 108)

Bangunan Piano dan Rogers milik aliran Gerakan Modern yang asalnya lebih baru daripada
avant garde tahun 1920-an. Dalam arti mendasar, hal ini berasal dari fase Amerika Mies van
der Rohe, yang didasarkan pada kebalikan dari gagasan yang diterima dari Gerakan Modern
bahwa sebuah bangunan adalah kumpulan agregasi yang terkait atau tumpang tindih, yang
masing-masing sesuai dengan fungsi terpisah . Bagi Mies, fungsi-fungsi modern bersifat
empiris dan berubah, sementara arsitektur ideal dan permanen, dan gagasan "gudang" dengan
demikian dihubungkan dengan Neoklasikisme. Tetapi ada afiliasi yang lebih dekat dengan
gagasan tentang wadah yang elegan sebagaimana didalilkan dengan karya Eero Saarinen dan
Skidmore, Owings and Merrill dan Program Pengembangan Sekolah luar negeri yang
disutradarai oleh Ezra Ehrenkrantz, dan melalui ini ke Rumah Studi Kasus Charles Eames
tahun 1949, di mana teknologi standar menyediakan kerangka kerja untuk obrolan di masa
depan. Yang melekat dalam perkembangan ini adalah gagasan bangunan sebagai mekanisme
layanan fleksibel yang menjadi latar belakang aktivitas manusia. (hal 112)

Proyek Neo-Plasticist dari Theo van Does burg dan Mies van der Rohe adalah pengecualian,
dan inilah proyek-proyek ini, seperti yang ditunjukkan Vincent Scully, yang memiliki
kemiripan yang mencolok dengan rumah-rumah Frank Lloyd Wright, dengan pesawat mereka
yang melayang dan aksen vertikal yang kuat. Jika rumah-rumah Graves juga memiliki ikatan
yang lebih dekat dengan Neo-Plastisisme daripada dengan rumah-rumah yang lebih khas dari
gerakan Eropa, mungkin, seperti dalam kasus Wright, ada kebetulan antara prinsip tata ruang
Kubis dan tradisi Amerika yang, dalam tanggapannya terhadap iklim, sikapnya terhadap alam,
dan jenis sosialnya yang khas, menciptakan zona menengah antara ranah privat rumah dan
ranah publik lingkungannya. Tidak hanya keterbukaan rumah Amerika abad ke-19, tetapi juga
menjamurnya beranda, jendela, dan jendela, dan seringnya penempatan ini pada diagonal
menunjukkan paralel dengan cara Graves menjalin ruang sekunder masuk dan keluar dari
pinggiran kandang, atau melapiskan fragmen diagonal pada parti yang ortogonal yang lain
(gambar 132, 133). (hal 171)

Anda mungkin juga menyukai