Anda di halaman 1dari 10

1.

Gedung Balai kota Surabaya

Bangunan yang pertama disoroti jika mengunjungi Surabaya adalah Gedung Balai Kota
Surabaya, tempat di mana walikota dan jajaran pemerintah kota Surabaya menjalankan roda
pemerintahan. Tahukah Anda bahwa gedung yang saat ini menjadi kantor dari Walikota
Surabaya ibu Tri Rismaharini ini, sebenarnya adalah bangunan bersejarah yang dibangun
oleh Belanda?

Sebagai kawasan pelabuhan, Surabaya memang cocok dijadikan sebagai pusat pemerintahan.
Maka ditetapkanlah Surabaya sebagai salah satu kota administratif tempat di mana walikota
pertama, yaitu A. Meyroos yang bertugas sampai tahun 1921. Gedung balai kota tersebut
hingga saat ini memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai kantor walikota mulai dari zaman
Belanda hingga saat ini.

2. Hotel Majapahit

Inilah saksi sejarah perkembangan kota Surabaya yang sangat terkenal dengan peristiwa
perobekan bendera pada 19 September 1945. Pada saat itu Mr. Pluegman memimpin
beberapa orang Belanda untuk mengibarkan bendera Belanda, merah putih biru. Pejuang
Indonesia tak tinggal diam dengan hal ini, mereka merobek bagian bendera yang berwarna
biru sehingga yang ada di atas tiang bendera hanya merah putih saja.

Kejadian ini juga berujung tewasnya Mr. Pluegman dan antek-antek Belandanya. Secara
keseluruhan bentuk asli dari bangunan ini tidak berubah hingga sekarang. Hotel ini beberapa
kali mengalami pergantian nama diantaranya LMS, Hotel Oranje, kemudian Hotel Yamato
dan juga Hotel Hoteru, hingga akhirnya sekarang kita mengenalnya dengan Hotel Majapahit.

3. Gedung Polwiltabes Surabaya


Gedung berikutnya yang masih memiliki fungsi yang sama adalah markas Polwiltabes
Surabaya. Bangunannya masih asli bergaya Belanda dan masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Gedung yang terletak di Jalan Taman Sikatan ini dibangun tahun 1850 yang dikhususkan
sebagai markas Polisi Belanda.

Nama gedung ini dulunya adalah Hoofdbureau Van politie atau masyarakat lebih
mengenalnya dengan nama Hobiro. Pada masa penjajahan Jepang, gedung ini juga berfungsi
sebagai tempat Polisi Istimewa Kota Surabaya. Sedangkan setelah kemerdekaan Indonesia
Gedung hobiro dijadikan sebagai markas Polwiltabes Surabaya hingga sekarang.

4. Gedung Bank Mandiri

Selain gedung peninggalan Belanda yang fungsinya tidak berubah ada juga gedung yang
telah beralih fungsi, misalnya saja gedung pada masa Belanda dikenal dengan nama
Lindeteves Stokvis, milik sebuah perusahaan dagang Belanda. Saat ini bangunan ini telah
beralih fungsi menjadi Bank Mandiri, tapi walaupun begitu pihak Bank Mandiri sendiri tidak
melakukan perubahan terhadap bentuk asli gedung ini.

Dirancang oleh biro arsitek Hulswit, Fermont dan Ed. Cuypers pada tahun 1911. Mereka
bertiga adalah orang Belanda yang sebelumnya berasal dari Batavia. Saat Jepang menguasai
Indonesia, gedung ini juga tak luput dari penguasaan Jepang yang membuat tempat ini beralih
fungsi menjadi gudang peralatan perang dan kendaraan tempur milik Jepang

5. Gedung Negara Grahadi


Salah satu bangunan tua yang menjadi ikon kota Surabaya adalah gedung Grahadi, dibangun
tahun 1795 atas prakarsa dari Residan Dirk Van Hogendorps, penguasa kota Surabaya saat
itu. Bangunan ini mengalami beberapa perubahan sejak awal dibangun hingga kemerdekaan
Indonesia.

Awalnya gedung Grahadi menghadap ke arah kali mas yang dulunya sangat jernih dan indah,
sangat berbeda dengan keadaanya saat ini yang dipenuhi sampah. Tapi pada tahun 1802
hingga sekarang, gedung ini diubah menghadap ke arah selatan, banyak sekali kejadian
bersejarah yang terjadi ditempat yang sekarang dijadikan rumah dinas Gubernur Jawa Timur
Ini.

Mulai dari terjadinya perundingan antara Presiden Sukarno dengan Jenderal Hawtorn
mengenai perdamaian antara pejuang dan sekutu, hingga ditempat ini pula Gubernur Soerjo
memutuskan untuk menolak ultimatum menyerah tanpa syarat.

Masih banyak gedung-gedung peninggalan Belanda lainnya yang masih berdiri kokoh dan
selamat dari pembangunan Kota Surabaya. Terkadang pembangunan harus mengorbankan
bangunan-bangunan tua yang memiliki nilai sejarah.

Maka sebaiknya masyarakat lebih menyadari bahwa keberadaan tempat ini juga sangat
penting, selain mencerminkan sejarah bangsa Indonesia, juga bisa dijadikan sebagai motivasi
untuk selalu mengingat perjuangan para pahlawan

6. Tugu Pahlawan

Tugu Pahlawan merupakan ikon kota Surabaya. Monumen ini dibangun untuk memperingati
Hari Pahlawan. Tugu Pahlawan terletak di tengah Taman Kebonrojo, di seberang kantor
Gubernur Jawa Timur. Saat memasuki kawasan monumen ini, Anda akan disambut dengan
patung Soekarno dan Hatta, lengkap dengan tulisan-tulisan perjuangan seperti "Merdeka atau
Mati". Monumen ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1952.
Di dekat tugu ada piramida dari kaca. Di bawah piramida ini terdapat museum. Untuk masuk
ke bagian museum Anda cukup merogeh kocek Rp 2.000. Di museum ini Anda dapat
menyaksikan patung peraga dan ukiran yang menggambarkan peristiwa 10 November 1945.
Selain itu ada pula koleksi pidato Bung Tomo dan rekaman suara Bung Tomo saat menolak
ultimatum tentara sekutu yang mengharuskan rakyat Surabaya menyerah. Menurut Abdullah,
pegawai museum ini, akan ada penambahan koleksi berupa mobil Bung Tomo.

Selain tempat-tempat di atas, Anda juga dapat mengunjungi Hotel Majapahit, yang sejak awal
dibangun dan melewati masa Belanda, Jepang, hingga kini selalu berfungsi sebagai hotel.
Saat hotel ini bernama Hotel Yamato, terjadi peristiwa perobekan warna biru pada bendera
Belanda hingga menjadi merah putih, bendera Indonesia.

Anda juga bisa mendatangi kawasan Jalan Kali Sosok untuk melihat penjara Kalisosok yang
ditakuti dan dibangun pada masa Gubernur Jenderal Herman Williams Daendels. Bangunan
yang tembok-temboknya kini dipenuhi mural termasuk saksi sejarah peristiwa 10 November
1945. Para tahanan Kalisosok ikut serta dalam pertempuran ini.

7. Jembatan Merah

Siapa yang tak kenal lagu keroncong "Jembatan Merah"? Tentu lagu yang sangat familiar.
Jembatan yang melintas di atas Kali Mas ini mulanya dibangun untuk menghubungkan
Surabaya sebelah timur dengan sebelah barat. Sebelah timur merupakan area pedagang dan
pelaut asing.

Saat ini, kawasan tersebut menjadi area pecinan dan di sebelahnya terdapat kawasan
komunitas Arab. Sementara itu di sebelah barat dulunya merupakan kawasan pemerintahan
kolonial Belanda. Jadi menurut Retno, Jembatan Merah dibangun bukan untuk kepentingan
militer. Saat pertempuran melawan tentara Belanda dan Sekutu, para arek-arek Suroboyo
bertahan di kawasan Jembatan Merah

.
8. Gedung Siola

berdiri di sudut jalan antara jalan Tunjungan dan Jalan Genteng Kali. Gedung ini dibangun
pertama kali pada tahun 1877, ditempati oleh toko Whiteaway Laidlaw milik pengusaha
Inggris yang bernama Robert Laidlaw. Produk yang dijual tekstil dan pakaian, toko ini
sempat menjadi toko serba ada terbesar di Hindia Belanda.

Setelah Robert Laidlaw wafat pada tahun 1935 dan perusahaanya ditutup, gedung siola
berlantai tiga ini berpindah tanggan ke pemodal Jepang dan berganti nama menjadi tokoserba
ada Chiyoda.

Pada peristiwa pertempuran 10 nopember 1945, toserba Chiyoda terbakar habis.Ketika


dibuka lagi pada tahun 1960, gedung ini berganti nama menjadi gedung SIOLA. Nama Siola
sendiri merupakan singkatan dari nama-nama pemilik, S(Soemitro), I(Ing Wibisona),
O(Ong), L (Liem), A(Ang). Pada tahun 1998 gedung siola ditutup dan buka lagi pada
tahun1999 sebagai Ramayana Siola, namun hanya bertahan sampai 2008.

9. Kantor Pos

Gedung ini mungkin tampak seperti kantor pos biasa bagi masyarakat Surabaya. Dominasi
warna oranye dan hitam tentulah langsung mengingatkan kita dengan kantor pos yang identik
dengan dua warna tersebut. Namun, gedung klasik dengan atap oriental ini merupakan salah
satu bangunan bersejarah dan berharga yang dimiliki kota Surabaya. Bangunan peninggalan
kolonial yang terletak di Jalan Kebon Rojo ini masih berdiri kokoh hingga saat ini.

10. Rumah Sakit Darmo


Gedung yang terletak di Jalan Raya Darmo ini dulunya digunakan sebagai kamp. Interniran
anak – anak dan wanita pada zaman pendudukan Jepang. Bentuk bangunannya cukup unik
menyerupai bentuk gereja. Tempat ini mulai dioperasikan sebagai rumah sakit pada tanggal
15 Januari 1921. Ketika pasukan sekutu datang, gedung ini diambil alih oleh Let. Kol.
Rendall. Pada tanggal 27 Oktober 1945, sejarah pun dimulai di tempat ini. Brig. Jend A.W.S
Mallaby dan pasukannya memilih gedung ini sebagai pusat pertahanan dan meletuslah
insiden pertama antara pasukan Mallaby dan arek-arek Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai