Anda di halaman 1dari 22

Usulan Konsep Revitalisasi

Bangunan Bekas Stasiun Kereta Api Lumajang Kota


Teknik Revitalisasi Bangunan Warisan Budaya

Sani Syauqi Azmi 206060500111004


BAB 1 Tujuan
Pendahuluan
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui arah
Latar Belakang
pelestarian bangunan eks. Stasiun kota Lumajang dan strategi
Kota Lumajang saat ini sedang dalam masa pembangunan yang yang dilakukan untuk menghidupkan kembali bangunan.
pesat tetapi pembangunan ini tidak terintegrasi dengan perlakuan pada
bangunan-bangunan kuno yang dimilikinya, sehingga beberapa
bangunan kuno dibiarkan terlantar, tidak terawat, dan rusak.
Pembangunan-pembangunan bangunan baru dengan langgam yang
modern dikhawatirkan dapat menggeser keberadaan bangunan kuno
dan kota Lumajang akan kehilangan identitasnya.
Bangunan Eks Staiun Kereta Api Lumajang ini memiliki ciri khas
bangunan kolonial dengan spasial yang didominasi oleh ruang-ruang
yang disusun linier sehingga memiliki kesan horizontal yang kuat yang
merupakan karaketristik denah bangunan colonial. Stasiun ini dibangun
pada masa awal perkembangan transportasi di kota Lumajang sehingga Metode
bangunan ini memiliki nilai historis yang tinggi karena menjadi salah satu Terdapat penelitian sejenis pada objek bangunan eks. Stasiun kota
faktor tumbuhnya perekonomian dan tata kota kawasannya. Lumajang. dalam penelitian ini terdapat beberapa perbedaan pada hasil
Penelitian ini dilakukan di dua bangunan utamanya yaitu evaluasi dan pengembangan. Menggunakan 3 metode yaitu:
bangunan induk stasiun yang berisi ruang tunggu dan kator-kantor, serta 1. Deskriptif analisis; digunakan umtuk menjelaskan data yang terkait
ruang peron. dengan kondisi objek penelitian
2. Evaluatif; digunakan dalam penentuan nilai makna kultural bangunan
berdasarkan di setiap elemen bangunan yang dianalisis. Disesuaikan
dengan kondisi terbaru
3. Development; menentukan arahan fisik pelestarian bangunan yang
didasari dari hasil metode evaluatif
BAB 2
Tinjauan Pustaka
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

Revitalisasi Cagar Budaya


Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang • Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar
ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya,
dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
Cagar Budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan
masyarakat • Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
Proses revitalisasi sebuah kawasan atau bagian kota atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding
mencakup perbaikan aspek fisik dan aspek ekonomi dari dan/atau tidak berdinding, dan beratap
bangunan maupun ruang kota. Revitalisasi fisik merupakan
strategi jangka pendek yang dimaksudkan untuk mendorong
terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi jangka panjang.
Peraturan Perundangan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

Adaptasi adalah upaya pengembangan Cagar Budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan
perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting.

Pemanfaatan adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan
kelestariannya.

Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi dan promosi Cagar Budaya serta pemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasi dan
Adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan Pelestarian.

KRITERIA CAGAR BUDAYA


Benda, bangunan atau struktur dapat diusulkan sebagai benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya apabila
memenuhi kriteria:

a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;


b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/atau kebudayaan; dan/atau
d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

Penyelamatan Cagar Budaya dilakukan untuk:


a. mencegah kerusakan karena faktor manusia dan/atau alam yang mengakibatkan berubahnya keaslian dan nilainilai yang menyertainya;
dan
b. mencegah pemindahan dan beralihnya pemilikan dan/atau penguasaan Cagar Budaya yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

PENDANAAN
(1) Pendanaan pelestarian Cagar Budaya menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Daerah dan masyarakat.
(2) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
b. hasil pemanfaatan Cagar Budaya; dan/atau
c. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran untuk Pelestarian Cagar Budaya dengan memperhatikan prinsip proporsional.
HAK GUNA LAHAN DAN BANGUNAN

1. Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965. Pasal 1 Peraturan Menteri Agraria No 9 Tahun 1965 menegaskan bahwa tanah-tanah
yang dikuasai oleh instansi dengan Hak Penguasaan (Hak Beheer), sejak tanggal 24 September 1960 dikonversi menjadi Hak Pakai dan Hak
Penggelolaan.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1979. Pasal 6 Keputusan Presiden Republik Indonesi Nomor 32 Tahun 1979
menegaskan bahwa tanah kekayaan Negara yang dimiliki oleh Perusahaan Milik Negara, Perusahaan Milik Daerah Serta BadanBadan Milik
Negara diberi pembaharuan hak atas tanah tersebut tetap atas nama yang bersangkutan, tidak boleh disertipikatkan atas nama pihak lain,
sebelum mendapat izin terlebih dahulu dari Presiden melalui Menteri Keuangan.
3. Surat Menteri Keuangan Nomor :S -1069/MK.03/1990 Menteri Keuangan dengan surat Nomor :S.1069/MK.03/1990 tanggal 4 September
Tahun 1990 meminta kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk mengambil langkah-langkah terhadap tanah yang terkena
Keputusan Presiden Republik Indonesia No 32 Tahun 1979 antara lain:
a. Tetap memantapkan statusnya sebagai Milik Negara dengan memberikan hak kembali kepada BUMN, BUMD atau BadanBadan Negara
yang bersangkutan.
b. Tidak menerbitkan sertipikat kepada pihak lain sebelum mendapat izin terlebih dahulu dari Menteri Keuangan
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 06 TAHUN 2009 T E N T A N G RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN LUMAJANG

Arahan Pengembangan Sistem Prasarana Transportasi Kereta Api


( 1 ) Arahan pengembangan prasarana transportasi kereta api sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 meliputi arahan pengembangan jalur
kereta api, dan konservasi rel mati.

( 2 ) Konservasi rel mati pada ruas-ruas yang potensial seperti dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. Jalur Klakah – Lumajang – Pasirian;
b. Jalur Lumajang – Yosowilangun.
Studi Komparasi
1. Revitalisasi Bangunan Heritage Menjadi Galeri dan Restoran di Surabaya Dengan Konsep Oud voor Millenial

Perancang memiliki rumusan masalah bagaimana


merevitalisasi bangunan heritage menjadi bangunan ruang publik
yang menariksemua golongan masyarakat terutama kaum milenia
dan juga bagaimana merevitalisasi bangunan heritage sebagai
wadah apresiasi masyrakat kepada banguna cagar buidaya.
Revitalisasi bangunan dengan cara menjadikan sebuah
restoran, galeri dan sentra kuliner dengan desain yang menunjang
kaum milenia dalam berkegiatan. Tujuannya agar banguan heritage
ini setelah di revitalisasi tetap dikunjungi oleh masyarakat terutama
kaum milenial.
Sebagai apresiasi bangunan heritage yang memiliki sejarah
yang cukup Panjang dengan cara di revitalisasi agar bangunan
tersebut dapat tetap dirasakan oleh geneasi selanjutnya. Dalam
merevitalisasi juga tidak sembarang terdapat undang – undang
untuk melakukan revitalisasi dan ini merupakan tantangan bagi
desainer dalam merancang revitalisasi bangunan heritage.
BAB 3
Pembahasan

Eks. Stasiun Kereta Api Lumajang Kota

Stasiun Lumajang adalah stasiun kereta api nonaktif yang terletak di Tompokersan,
Lumajang, Lumajang. Stasiun berketinggian +51 m ini termasuk dalam Wilayah Aset IX Jember.
Dahulu stasiun ini merupakan stasiun yang terbesar dan terpenting di jalur kereta api
Klakah ke Pasirian dan ke Rambipuji lewat Balung. Stasiun ini dibuka bersamaan dengan
peresmian jalur kereta api Klakah – Lumajang – Pasirian pada tanggal 16 Mei 1896. Karena
kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum, semua jalur di wilayah Lumajang
sampai Balung–Rambipuji beserta stasiun dan seluruh layanan di jalur ini ditutup semenjak 1
Februari 1988.
Kompleks stasiun ini kini telah berubah menjadi berbagai tempat usaha dan juga rumah u
tinggal. Bangunan utama stasiun pun telah lama dijadikan sebagai lokasi pergudangan, warung-
warung makan, pasar pisang, dan lain-lain. Sementara itu, jalur-jalur rel, sistem wesel, dan
persinyalannya telah dibongkar semua. Pada masa lalu, Stasiun Lumajang merupakan stasiun
persilangan yang cukup sibuk; melayani hampir 300.000 penumpang pertahun dan
pengangkutan barang hingga lebih dari 23 ribu ton di antara tahun 1950-1953.
Dari arah Probolinggo, stasiun ini terhubung dengan jalur kereta api Klakah-Lumajang.
Kemudian dari sini jalur kereta api bercabang dua, yakni menjadi jalur kereta api Lumajang-
Pasirian dan jalur kereta api Lumajang-Balung. Jalur yang terakhir ini seterusnya terhubung ke
Stasiun Rambipuji. Pada saat ini ketiga jalur kereta api tersebut telah ditutup semua.
Menurut PERDA Kab. Lumajang Nomor 2 tahun 2014, banunan ini berpotensi menjadi
bangunan cagar Budaya tetapi kini tidak terawat. bangunan ini memiliki nilai historis yang tinggi
karena menjadi salah satu faktor tumbuhnya perekonomian dan tata kota kawasannya yaitu
pada masa awal perkembangan transportasi di kota Lumajang.
Lokasi dan Data Fisik 2013
• Berada di pusat kota Lumajang, berjarak 100 meter dari jalan poros utama kota. Kondisi Pintu di sisi utara Pojok tenggara, dengan jendela tua
sekitar bangunan kini telah menjadi pertokoan serta tepat menempel di badan timur
bangunan berupa kuliner dan perdagangan. Kepemilikan lahan bangunan saat ini masih
dimiliki oleh KAI. Saat ini bangunan disewa swasta sebagai tempat usaha bongkar muat
& ekspedisi,khususnya area peron. Sedangkan bagian kantor digunakan sebagai sarang
burung wallet.
• Bangunan mmiliki ciri khas bangunan kolonial dengan spasial yang didominasi oleh
ruang-ruang yang disusun linier sehingga memiliki kesan horizontal yang kuat yang
merupakan karaketristik denah bangunan kolonial.
• Kolom struktur yang digunakan pada bangunan ini juga masih menggunakan material
bata sehingga kolom memiliki dimensi yang besar. Dinding pemikul yang tebal masih
menjadi karakter bangunan colonial. Pojok tenggara Pasar pisang di sisi timur

Eksisting

2021
Kondisi sekitar bangunan eks. Stasiun
telah tertutupi oleh massa gudang dari
Perusahan ekspesisi. Sehingga fasad
dari stasiun baik kantor maupun peron
sulit dijangkau oleh penglhihatan mata
manusia
Perubahan Kawasan
Jalur Kereta Api

1
Stasiun Lumajang berdampingan
dengan Psuat Jajanan Rakyat(PJR)
2
Selatan stasiun adalah pasar
senggol. Jalur rel kereta api kini
telah tertutup aspal jalan dan
menjadi pusat pertokoan
kelontong.
3
Selatan pasar Senggol, yaitu jl.
Kyai. Muksin. Jalur kereta api
menjadi kawasan hunian
sederhana dengan tipikal hunian
permanen. Hunian
membenteang sepanjang jalur rel
kereta api.
4
Perlintasan kereta api jl.
Panjaitan. Selatan perlintasan ini
terdapat cabangjalur kereta api.
Jalur biru jalur Lumajang –
Yosowilangun. Jalur merah
Lumajag – Pasrian. Pada
perlintasan ini jalur kereta api
justru menjadi jalan masuk
menuju kompleks perumahan
menengah.
Karakter Spasial
Fungsi Ruang
Terjadi perubahan fungsi ruang tetapi tidak merubah karakter bangunan. Data fungsi
ruang pada saat beroperasi, massa bangunan terdiri dari:
• Ruang Tunggu
• Kantor PPKA
• Kantor kepala stasiun
• Kantor ekspedisi
• Ruang sinyal
• Kedai
• Ruang tunggu koridor
Saat ini massa bangunan utama digunakan sebagai sarang burung wallet.
Terdapat massa tambahan pada sisi barat ruang kedai kopi yang digunakan sebagai gudang
ekspedisi. Tindakan Pelestariannya adalah Rehabilitasi.

Hubungan Ruang

Hubungan ruang yang tidak lagi dapat diterapkan. Adanya penutupan ruang
menjadi tidak terdapat alur sirkulasi sehingga tidak terdapat hubungan ruang.
Satu ruang yang masih dapat terhubung adalah kedai yang sudah berdiri sejak
1962-an. hubungan kedai bukan ke dalam peron melainkan menuju ke sisi timur
massa bangunan kantor. Ruang ini telah tertutup pada sisi barat oleh
penambahan ruang gudang ekspedisi.

Tindakan Pelestariannya adalah Rehabilitas


Karakter Spasial

Alur Sirkulasi

Alur sirkulias pada saat beroperasi yaitu :


1.Sirkulasi awal; dari luar massa dicapai sisi barat dengan memasuki ruang tunggu
2. Sirkulasi sekunder; dari area ruang tunggu peron menuju ruang masing masing dan
menuju peron kereta api.
Alur sirkulasi saat ini hanya terdapat 1,yaitu dari barat peron ( halaman kantor
ekspedisi ) menuju timur, ruang tunggu peron.

Orientasi Ruang

Orientasi pada ruang-ruang bangunan ke arah barat, yaitu peron kererta api. Hal ini masih
Dapat dijumpai dari letak pintu dan jendela yang kini sudah mati. Pada orientasi ruang
kedai Kopi kini ke arah timur.
Karakter Visual Bangunan

Massa Bangunan
Bangunan mmiliki ciri khas bangunan kolonial dengan spasial yang didominasi
oleh ruang-ruang yang disusun linier, ruang yang tinggi, serta elemen struktur
yang terekspose seperti kolom bangunan.

Kondisi eksisting:
• Bagian timur sudah tidak Nampak fasad bangunan dikarenakan
pembangunan bangunan baru berupa pertokoan dan warung menempel
pada dinding.
• Pada sisi barat bangunan tertutup oleh parkir kendaraan berat serta terdapat
element perkerasan guna kepentingan bongkar muat. Sehingga ketinggian
bangunan kini rata. Tidak terdapat beda ketinggian antara peron kereta
dengan ruang tunggu.

Fasad sisi timur saat beroperasi.


Karakter Visual Bangunan

Elemen Fasad Bangunan:


• Atap
Bagian atap sudah tidak terawatt dan rusak. Pada bagian atap sudah mengalami pergantian material namun masih sejenis, yaitu
Berunsur logam.
• Dinding
Dinding tidak mengalami perubahan, dengan sisi bawah finishing khas colonial. Beberapa kondisi eksisting terlihat retak dan rusak
• Pintu
Pintu mengalami beberapa perubahan, terutama bagian ventilasi kini ditutup dan diagnti plester semen dengan lubang lubang pipa
unutk jalan masuk burung walet
• Jendela
Jendela tidak banyak berubah

Gambaran kondisi fasad saat beroperasi


Karakter Struktural Bangunan

Kolom Struktur Bangunan


Kolom bangunan tidak mengalami perubahan. Struktur dinding pemikul dengan kolom kolom
Berdimensi besar tetap bertahan hingga kini.
Tidak terdapat kerusakan berarti

Struktur Rangka Peron


Rangka peron masih berfungsi menopang atap peron. Sambungan masih kuat. Hanya saja unutk
Tampilan rangka mengalami perubahan. Terdapat sisa cat warna putih yang sudah lapu dan using.
Beberapa skrup terlihat sangat berkarat sehingga mengaburkan bentuknya.
Kondisi Eksisting Terkini

Massa tambahan yaitu gudang ekspedisi dengan penutup


Pintu rolling
STRATEGI DAN ARAHAN PELESTARIAN
potensial tinggi
1. presevasi. 1. Fasad elemen; dinding, pintu, jendela
Pada kategori ini elemen bangunan masih memiliki karakter asli dari pertama bangunan
dibangun serta memiliki keterawatan yang tinggi. Preservasi dilakukan dengan cara 2. Struktur kolom dinding
mempertahankan kondisi elemen bangunan yang ada pada bangunan sehingga karakter pada elemen dinding masih terjaga keaslian finishing. Pada pintu jendela walau sudah
elemen bangunan yang ada tetap terjaga keasliannya. Tertutup semen pada ventilasi khusunya pintu, namun badan masih asli. Tidak dirubah
Dikarenakan potensi mengalami kerusakan struktur kusen pintu jendela.
2. Konservasi Strategi PRESERVASI
berisi elemen-elemen bangunan yang sudah ada perubahan pada bagiannya namun masih
menyesuaikan karakter bangunan. Konservasi dilakukan dengan cara mempertahankan kondisi
elemen bangunan yang ada pada bangunan dan juga melakukan perubahan jika terdapat
kerusakan pada elemen bangunan tetapi tetap mempertahankan karakter elemen bangunan Potensial sedang
yang ada agar tetap terjaga keasliannya. 1. Struktur atap peron
Tektonika struktur peron sangat menarik, sayangnya pelapis struktur sudah
3. Rehabilitasi Tidak dapat dipertahankan. Memerlukan sentuhan finishing yang masih menjaga karakter
Kategori potensial ini berisi elemen-elemen bangunan yang beberapa bagiannya telah Struktur.
berubah atau memiliki keterawatan yang rendah sehingga menghilangkan karakter asli
elemen bangunan tersebut. Rehabilitasi dilakukan dengan cara melakukan perbaikan
Strategi KONSERVASI
pada elemen bangunan sehingga muncul karakter elemen bangunan yang asli pada elemen tersebut.
potensial rendah
1. Karakter Spasial
2. atap
Perubahan dominan karakter visual dikarenakan adanya ruang ruang Komersil seiring
berkembangnya jaman. Pada ruang gudang ekspedisi Sebaiknya dihilangkang sehingga
karakter ruang eks. Stasiun kembali. Pada bagian atap peron perlu pembenahan agar
Fungsi atap sebagai pelindung dan peneduh berfungsi namun dengan pemilihan material
Yang sesuai karakter elemen bangunan.
Strategi REHABILITASI
STRATEGI DAN ARAHAN PELESTARIAN

Penggunaan Eks. Stasiun Kota Lumajang lebih baik tidak disewakan untuk perusahan swasta khususnya usaha
ekspedisi barang berat. Aktifitas bongkar muat berpotensi merusak elemen bangunan dan merubah karakter.

Saran dengan alih fungsi foodcourt, hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan sebagai Pusat Jajanan Rakyaat (PJR) kota
Lumajang.

Anda mungkin juga menyukai