Anda di halaman 1dari 101

LAPORAN KEL.

IV
BIMTEK PEMUGARAN CAGAR BUDAYA

PERENCANAAN PEMUGARAN
BANGUNAN KETANDAN 17
Arundina Ardhanari Citraningtyas
Asyhadi Mufsi Sadzali
Bagas Kurniawan
Citra Iqliyah Darojah
Hafis Vian Yudha A
Hareza Eko Prihanto
Imam Marco
Moh Wahyu S
Ria Ristiningsih
Zar'ul Mafazi
Persha Aziza Hakima

PERKUMPULAN AHLI ARKEOLOGI INDONESIA (IAAI)


DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya menyatakan bahwa


kategori Cagar Budaya ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati/Walikota berdasarkan nilai
penting sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, serta memiliki nilai budaya bagi
penguatan kepribadian bangsa. Nilai penting yang melekat secara materil dan filosofis pada
Cagar Budaya dianggap sebagai benteng ketahanan sosial budaya masyarakat yang mampu
membangun identitas bersama. Aspek lainnya yaitu pengetahuan dan pendidikan, Cagar
Budaya dapat menjadi bahan pengetahuan dan pembelajaran atas warisan intelektualitas masa
lampau dalam upaya pembelajaran masa kini dan masa mendatang. Aspek ekonomi dari Cagar
Budaya juga dianggap sebagai harapan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sekitarnya melalui aktifitas pariwisata budaya. Landasan konseptual dan filosofis ini telah
tertuang secara jelas dalam undang-undang, namun fenomena masa kini dengan tantangan
modernisasi secara langsung mempengaruhi eksistensi dan pelestarian bangunan Cagar
Budaya. Oleh karena itu, pelaksanaan program pelestarian bangunan Cagar Budaya dalam hal
ini berupa pemugaran bangunan merupakan keharusan dan tanggung jawab bersama bagi
semua pihak.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dengan objek Cagar
Budaya terbanyak di Indonesia, baik berupa benda, struktur, bangunan, situs maupun kawasan.
Salah satu dengan nilai penting signifikan terletak di wilayah Kampung Ketandan, yang pada
masa lampau dikenal sebagai Pecinan. Di antara beberapa bangunan rumah toko atau ruko
dengan perpaduan arsitektur Cina yang terdapat di Ketandan adalah Rumah Jalan Ketandan
Kidul No 17, yang memiliki nilai penting sejarah, pendidikan, ilmu pengetahuan dan identitas
kebudayaan bagi masyarakat Yogyakarta. Sebagai bangunan Cagar Budaya dengan SK
penetapan Gubernur Nomor.194/KEP/2021, bangunan Rumah Jalan Ketandan Kidul No 17,
maka diperlukan upaya pemugaran sebagai upaya pelestarian yang didahului dengan studi
kelayakan. Pemugaran meliputi tahapan berupa studi kelayakan, studi teknis, perencanaan
pemugaran, serta pelaksanaan pemugaran. Kegiatan berbasis pelestarian terhadap bangunan
Cagar Budaya yang bersifat teknis arkeologis. Pemugaran dilakukan untuk mengembalikan
kondisi fisik bangunan dan struktur Cagar Budaya yang rusak dengan cara memperbaiki,

1
memperkuat, dan/atau mengawetkannya melalui pekerjaan rekonstruksi, konsolidasi,
rehabilitasi, dan restorasi.
Ketandan dikenal sebagai kawasan Pecinan di Kota Yogyakarta yang memiliki fungsi
ruang permukiman dan perdagangan, dengan keberadaan rumah-rumah toko. Oleh karena itu
kegiatan pemugaran perlu dilakukan terhadap bangunan Rumah Jalan Ketandan Kidul No 17
dengan mengacu kepada prinsip-prinsip ilmiah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Cagar Budaya No 11 Tahun 2010, Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 2022, serta peraturan
turunannya seperti Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, dan Peraturan Gubernur. Khusus
di wilayah Provinsi DIY, sejak tahun 2015, Dinas Kebudayaan telah melakukan kegiatan
pemugaran dengan melibatkan tenaga ahli arkeologi, serta ilmu bantu lain seperti arsitektur,
teknik sipil, geografi, kimia dan biologi.
Pemugaran merupakan langkah yang dilakukan agar kegiatan pemugaran (rehabilitasi)
dapat berjalan dengan lebih baik. Ketandan secara spasial terletak di pusat kota atau dalam
konteks saat ini berada pada Kawasan Cagar Budaya Kraton Yogyakarta (SK Nomor
117/M/2018) dan Struktur Cagar Budaya Ruas Jalan Sepanjang Sumbu Filosofi (SK Nomor
108/KEP/2017). Ketandan dikenal sebagai kawasan Pecinan di Kota Yogyakarta yang
memiliki fungsi ruang permukiman dan perdagangan, dengan keberadaan rumah-rumah toko.
Ketandan dengan sejumlah Cagar Budaya dan Warisan Budaya yang ada di dalamnya,
memiliki tantangan dan ancaman perubahan yang tinggi sebagai dampak perencanaan
pembangunan yang bersifat sektoral. Pembangunan yang bersifat sektoral ini cenderung
mengabaikan keberadaan citra kawasan, bahkan tidak jarang menjadi penyebab hilangnya
berbagai landmark atau penanda kawasan. Apabila dibiarkan hal ini akan mempengaruhi
otentisitas Provinsi DIY, khususnya Kota Yogyakarta.
Aspek otentisitas (authenticity) semakin krusial ketika saat ini the Cosmological Axis
of Yogyakarta and Its Historic Landmarks sedang dalam proses nominasi sebagai UNESCO
World Heritage. Teorinya, lanskap perkotaan bersejarah HUL (Historic Urban Landscape)
tidak hanya dilihat sebagai akumulasi dari monumen-monumen yang memiliki nilai penting,
namun perlu dipertimbangkan atau dianggap sebagai organisme kehidupan dan ruang hidup
vital bagi penghuninya (UNESCO, 2005). Otentisitas adalah hubungan dinamis antara
manusia, lokasi, dan makna, hubungan inilah yang mempengaruhi proses penciptaan ruang.
Otentisitas bukanlah atribut yang tetap, namun lebih dianggap sebagai proses (Piazonni, 2018
dalam Budiman, 2022). Praktek pelestarian Cagar Budaya dan Warisan Budaya di dalam
konteks wilayah Asia, termasuk di Indonesia, dapat merujuk pada Nara Document and the
Convention on Intangible Heritage, bahwa diskursus dan praktek pelestarian dalam konteks
2
Asia, termasuk di Indonesia berbeda dengan prinsip-prinsip di Eropa. Prinsip integritas visual
lebih diutamakan dibandingkan dengan substansi fisik, yang membuat komponen atau elemen
(artefak) disebut otentik. Misalnya saja, bangunan yang mayoritas terbuat dari kayu dapat
melalui tahapan pelestarian justru dengan dilakukan penggantian komponen materialnya
(Piazonni, 2018 dalam Budiman, 2022).
Harapannya bangunan Rumah Jalan Ketandan Kidul No 17 yang berada di tengah
lanskap perkotaan bersejarah DIY, dapat memperkuat makna identitas otentik kawasan
aktivitas di Yogyakarta, yang menjalankan hubungan dinamis dan harmonis antar sesama
manusia, tempat, dan makna filosofi. Pemugaran bangunan Rumah Jalan Ketandan Kidul No
17 juga memperkuat penataan perkotaan bersejarah yang memiliki kekuatan integritas visual
lanskap kota bersejarah. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana melaksanakan pemugaran
dengan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip pemugaran tanpa melanggar peraturan
perundangan terkait serta dapat berkolaborasi dengan masyarakat serta lingkungan sekitarnya
sehingga semkain memperkuat nilai-nilai penting yang terkandung dalam bangunan Rumah
Jalan Ketandan Kidul No 17.

1.2. Gambaran Umum Kawasan Ketandan


Ketandan yang berada di tengah lanskap perkotaan bersejarah memerlukan penataan
untuk menampilkan makna otentisitas, sebagai hubungan dinamis antara manusia, tempat, dan
makna. Lebih jauh lagi, penataan akan membuat hubungan dinamis di perkotaan bersejarah
bertahan dalam jangka waktu yang panjang (sustainability). Pemugaran juga terkait dengan
upaya menjaga integritas visual lanskap perkotaan bersejarah. Tantangan yang selama dihadapi
adalah bagaimana simbol-simbol dan filosofi yang dimiliki Yogyakarta dapat dipahami oleh
komunitas atau masyarakat sebagai pendukung kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari.
Apalagi Kota Yogyakarta berada dalam pusaran perubahan dan perkembangan kebudayaan
yang sangat cepat. Oleh karena itu, pemugaran juga menjadi sarana pelestarian yang dapat
bertahan dalam jangka panjang dengan mempertimbangan keseimbangan aspek kestabilan
ekonomi, nilai-nilai Cagar Budaya dan Warisan Budaya, serta identitas kebudayaan (Budiman,
2022).
Ketandan merupakan sebuah kawasan permukiman Petjinan yang terkait erat dengan
perkembangan Jalan Malioboro dan Pasar Beringharjo sebagai pusat perekonomian di
Yogyakarta. Malioboro sendiri yang semula merupakan raja marga pada abad ke-18 telah
berkembang dari jalan kerajaan menjadi jalan pertokoan kolonial pada tahun 1756-1941. Pada
perkembangannya, Malioboro juga berfungsi sebagai jalan kenegaraan untuk penyambutan
3
tamu, perayaan, dan pesta. Ketandan yang terkoneksi dengan jalan Malioboro, terbentuk
sebagai salah satu hasil dari upaya Kraton untuk menumbuhkan perekonomian di wilayah
kekuasaannya, sehingga mendatangkan orang-orang Cina (Tionghoa). Keberadaan komunitas
Cina identik dengan pertumbuhan ekonomi dan aktivitas ekonomi yang cepat. Hal yang
menarik adalah nampaknya fenomena ini tidak hanya terjadi di Pulau Jawa, namun juga terjadi
di berbagai wilayah di Nusantara (Fauziah, 2018).
Lebih luas lagi, Ketandan yang terkoneksi dengan Malioboro menjadi bagian dari
perkembangan ruas jalan sumbu filosofi (Cosmological Axis), yang berada di tengah-tengah
atribut penting lainnya yaitu, Kompleks Kraton, Pasar Beringharjo, dan Kepatihan. Berbeda
dengan Braga di Kota Bandung yang terkesan sangat Eropa, Malioboro justru terkesan lebih
multikultural karena seperti halnya penduduk Kota Yogyakarta yang heterogen, orang-orang
di Malioboro juga terdiri dari berbagai etnis dan golongan. Meski demikian, pedagang Eropa
dan Tionghoa lebih mendominasi daripada pedagang Jepang, India, dan Pribumi. Toko-toko
Eropa banyak terdapat di ruas Malioboro dan ruas Toegoeweg, sedangkan ruko-ruko Tionghoa
banyak terdapat di ruas Patjinan. Ruas Petjinan ini juga merujuk pada kawasan Ketandan di
sisi timur dari ruas Malioboro. Pada foto sekitar tahun 1935 terlihat toko roti Djoen & Co, milik
orang Tionghoa. Toko ini berada di sisi timur ruas jalan Petjinan (sekarang Marga Mulyo) yang
juga merupakan bagian dari Ketandan (Fauziah, 2018).
Komoditas yang pada masa itu berkembang di ruas Patjinan di antaranya adalah toko
kelontong, toko mesin jahit, toko obat, dan warung opium. Ruas Patjinan dan ruas Malioboro
dengan bangunan-bangunannya yang jauh lebih modern dan kebaratan setelah awal 1920-an
terlihat dalam foto sekitar tahun 1935. Pada latar depan foto tampak toko “Fuji” di kedua sisi
jalan dan di sisi kiri atau timur jalan terdapat toko roti “Djoen & Co.” Toko Fuji yang didirikan
oleh Osawa Kenji dan sejak tahun 1915 dikelola oleh Sawabe Masao ini merupakan toko
Jepang terbesar di Malioboro (Fauziah, 2018).

4
Gambar 1. Ruas Patjinan dan ruas Malioboro dengan bangunan-bangunannya. Foto: J. Anten.
Sumber: Bruggen, van M.P., Wassing, R.S., dkk., Djokja en Solo Beeld van de Vorstensteden
(Purmerend: Asia Maior, 1998, hlm. 133; Fauziah, 2018)

Pasca Geger Patjinan pada tahun 1740, Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda


menerapkan peraturan wijkenstelsel. Penerapan peraturan ini berdampak terhadap banyak hal
di dalam kehidupan orang-orang Cina. Mereka harus mendapatkan izin apabila bepergian
keluar dari tempat tinggalnya (Tim Penyusun, 2017). Selain itu, orang-orang Cina harus
bermukim secara berkelompok menjadi satu di suatu tempat yang disebut “Petjinan”.
Kemudian diberlakukannya peraturan perundangan (regering reglement) tahun 1854
berdampak pada pembagian sosial berdasarkan golongan Eropa, golongan Timur Asing (Cina,
Arab, India), dan golongan pribumi. Melalui undang-undang ini penduduk Cina tinggal
bermukim hanya di wilayah khusus dan terpisah dengan kelompok etnis lain.

Gambar 2. Foto gapura "Petjinan" Ketandan pada sekitar tahun 1929. Verkeersagent regelt
bij de Chinese erepoort het verkeer in de Chinese wijk te Jogjakarta Foto: KITLV. C 1929.
(Tim Penyusun, 2017)

5
Pengertian terminologi “Petjinan” yang didapatkan dari sumber sejarah pada masa
Kolonial merujuk pada wilayah “Ketandan” yang saat ini dikenal. “Petjinan” yang
disempurnakan dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) sebagai “Pecinan”, kemudian
merujuk pada tempat tinggal atau permukiman orang-orang Cina. Sementara itu nama
“Ketandan” (ke-tanda-an) adalah tempat bermukim tanda, yaitu lurah pasar yang bertugas
menarik pajak di pasar (Jansz, 1906: 1033 dalam Raap, 2015:96 dalam Fauziah, 2018).
Selain di Ketandan dan Malioboro, permukiman orang-orang Cina di Yogyakarta sejak
masa Kolonial terpusat di Beskalan dan Pajeksan. Kemudian dalam Rijksblad van Sultanaat
Jogjakarta Nomor 4 Tahun 1917 tercatat bahwa wilayah permukiman warga Cina di
Yogyakarta terletak di daerah Ketandan, Ngabean, Malioboro, dan Kranggan. Pemerintah
Hindia-Belanda mengangkat Kapiten Cina di antara orang-orang Cina untuk memudahkan
pengawasan. Kapiten Cina yang pertama diangkat yaitu To In (1755-1764), Gan Kek Ko, Tan
Lek Ko, Gue Jin Sing, Tan Jin Sing, Go Wi Kong, dan Que Pin Sing. Kapiten Cina Tan Jin
Sing, karena dianggap berjasa maka diberi gelar KRT. Secadiningrat (1812-1813) dan diangkat
sebagai pejabat istana oleh Hamengkubuwana III (Sulistri, 2015).
Sebagaimana kawasan Pecinan di wilayah lain, Ketandan memiliki karakteristik atau
keunikan secara fisik berupa arsitektur rumah tinggal, berbagai ragam hias, dan tata ruang
bangunan. Secara umum, bangunan-bangunan di Ketandan mempunyai corak arsitektur
campuran, yaitu Cina, Indis, dan tradisional Jawa. Corak arsitektur Cina dapat dilihat dari
model bubungan yang termasuk dalam kategori Ngang Shan yang dipadukan dengan tipe atap
pelana (Jawa), ornamen (stilisasi bunga, binatang, dan geometris), serta tempat persembahan
kepada leluhur. Corak arsitektur Indis dapat dilihat dari bangunan dan langit-langit tinggi,
dinding tebal dengan pilar-pilar penyangga (Tim Penyusun, 2017). Meski demikian, rumah
toko (shophouse) di Ketandan dominan dengan corak arsitektur Cina. Bangunan di Ketandan
yang umumnya berfungsi baik sebagai ruang usaha maupun sebagai rumah tinggal setidaknya
terdiri atas empat tipe yaitu, rumah Pecinan satu lantai, rumah Pecinan dua lantai dengan
balkon, rumah Pecinan dua lantai tanpa balkon, dan rumah langgam Indische (PT. Tri Patra
Konsultan, 2021). Rumah Pecinan dua lantai dengan balkon mempunyai dinding yang
menghadap ke jalan, pintu utama diapit oleh dua jendela.
Ketandan dikelilingi jejalur jalan sebagai ruang sirkulasi untuk fasilitas fisik di dalam
dan di luar lingkungan. Jaringan jalan terdiri atas jalur Jalan Ketandan Kidul ─ Ketandan Lor
─ Ketandan Kulon ─ Ketandan Wetan. Jejalur jalan tersebut menjadi bagian sirkulasi yang
terkoneksi dengan jalan utama Margamulya ─ Malioboro serta jalan pendukung yaitu
Suyatmajan, Suryotomo, dan Mataram.
6
Gambar 3. Pecinan dalam Plattegrond van de Hoofdplaats Jogjakarta 1895-1903.
(Laporan Pemugaran 2020)

Selanjutnya, sejarah pada masa pasca kemerdekaan terkait dengan fungsi bangunan di
Ketandan sebagai shophouse atau rumah toko. Sebagian rumah toko yang memiliki nama-nama
Cina dan ditulis dalam aksara Cina sejak masa pemerintahan Orde Baru diganti dengan nama
lokal atau nama Indonesia. Hal ini seiring dengan dibatasinya aktivitas kebudayaan Cina untuk
tampil di publik. Fenomena tersebut di antaranya adalah nama Toko Liong dengan hiasan naga
dan aksara Cina di Jalan Lor Pasar Ketandan, kemudian diganti dengan nama lokal yaitu Toko
Naga. Ketika memasuki masa pemerintahan Reformasi tepatnya ketika pemerintahan Republik
Indonesia dipimpin oleh Abdurrachman Wahid kebijakan diterapkan untuk keterbukaan,
kelonggaran, dan kebebasan kebudayaan Tionghoa. Kebijakan yang bertahan hingga saat ini
berdampak pada pelestarian kebudayaan Tionghoa di Yogyakarta tidak hanya melalui upaya
revitalisasi kawasan Ketandan, namun juga festival yang secara rutin diadakan di sana (PT. Tri
Patra Konsultan, 2021).
Terdapat sejumlah Bangunan Cagar Budaya di dalam kawasan Ketandan yang tercatat
dalam SK Keputusan Gubernur DIY Nomor bertanggal 26-07-2021, di antaranya adalah
Rumah Jalan Ketandan Kidul Nomor 9, Rumah Jalan Ketandan Kidul Nomor 17, dan
Bangunan Rumah-Toko Jalan Lor Pasar Beringharjo Nomor 41. Salah satu Bangunan Cagar
Budaya yaitu Rumah Ketandan Lor No 58 (Kwan Nio Tio) menjadi sasaran dalam kegiatan
pemugaran “Penataan Fasad Ketandan 2022”. Bangunan tersebut memiliki sejarah sebagai
berikut. Terdapat inskripsi nama “Kwan Nio Tio” pada permukaan tembok pilar utara bagian
7
depan bangunan sebagai pemilik awal bangunan ini. Pada ambang atas kusen pintu utama
bangunan terdapat inskripsi dalam plakat logam bertuliskan “Ong Tjie Mo” sebagai pemilik
selanjutnya. Pemilik dan penghuni bangunan saat ini merupakan generasi ketiga dari Ong Tjie
Mo. Peta Yogyakarta tahun 1925 “Jogjakarta en Omstreken” memperlihatkan bangunan rumah
jalan Ketandan Lor Nomor 58 ini dalam blok bangunan yang telah berdiri pada deretan
bangunan rumah-toko sisi timur poros jalan utara-selatan di tengah kawasan Ketandan penggal
jalan bagian utara.

Gambar 4. Bangunan Rumah-Toko Jalan Lor Pasar Beringharjo Nomor 41.


(Dokumentasi 2022)

Gambar 5. Rumah Jalan Ketandan Kidul Nomor 9.


(Dokumentasi 2022)

8
Gambar 6. Rumah Jalan Ketandan Kidul Nomor 17.
(Dokumentasi 2022)

Gambar 7. Foto udara bangunan Rumah Ketandan Kidul No 17.


(Naskah Rekomendasi Penetapan Cagar Budaya)

9
BAB II
DASAR HUKUM DAN ETIKA PEMUGARAN CAGAR BUDAYA

2.1. Dasar Hukum Pelaksanaan Pemugaran


Pengertian Cagar Budaya dan Warisan Budaya berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pelestarian Warisan Budaya dan
Cagar Budaya adalah sebagai berikut. Warisan Budaya adalah benda warisan budaya,
bangunan warisan budaya, struktur warisan budaya, situs warisan budaya, kawasan warisan
budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan keberadaanya karena memiliki nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan dan telah
tercatat di Daftar Warisan Budaya Daerah. Cagar Budaya adalah Warisan Budaya bersifat
kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya,
Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, dan/atau kebudayaan yang dilestarikan melalui proses penetapan. Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No 1 tahun 2022 tentang Registrasi Nasional dan Pelestarian Cagar
Budaya, Warisan Budaya untuk selanjutnya disebut sebagai Objek Diduga Cagar Budaya
(ODCB).
Berdasarkan pengertian di atas maka bangunan di kawasan Ketandan tergolong sebagai
bangunan Cagar Budaya dan Warisan Budaya (ODCB), tindakan pelestariannya mengacu pada
sejumlah regulasi antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, tentang Cagar Budaya.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2022 tentang Register Nasional dan Pelestarian
Cagar Budaya.
3. Peraturan Menteri PUPR Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Bangunan Gedung Cagar Budaya Yang Dilestarikan.
4. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya.
5. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 76 Tahun 2019 tentang
Perizinan Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya.
6. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 62 Tahun 2013 tentang
Pelestarian Cagar Budaya.
7. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 55 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Cagar Budaya.
10
8. Peraturan Gubernur DIY No. 40 Tahun 2014 tentang Panduan Arsitektur Baru Bernuansa
Budaya Daerah.

Kegiatan Pelestarian Cagar Budaya diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, sebagaimana tertuang dalam Pasal 53;
(1) Pelestarian Cagar Budaya dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis, teknis, dan administratif.
(2) Kegiatan Pelestarian Cagar Budaya harus dilaksanakan atau dikoordinasikan oleh
Tenaga Ahli Pelestarian dengan memperhatikan etika Pelestarian.
(3) Tata cara Pelestarian Cagar Budaya harus mempertimbangkan kemungkinan
dilakukannya pengembalian kondisi awal seperti sebelum kegiatan Pelestarian.
(4) Pelestarian Cagar Budaya harus didukung oleh kegiatan pendokumentasian sebelum
dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan keasliannya.
Pelestarian Cagar Budaya meliputi kegiatan Pelindungan, Pengembangan dan
Pemanfaatan. Penataan Fasad Ketandan 2022 merupakan bagian dari kegiatan Revitalisasi
Kawasan. Ketentuan terkait dengan Pemugaran diatur dalam Pasal 77. Ketentuan tentang
Pemugaran sebagaimana tertuang dalam Pasal 77 secara rinci akan diuraikan lebih lanjut.
Menurut ayat (1) Pemugaran Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar Budaya yang rusak
dilakukan untuk mengembalikan kondisi fisik dengan cara memperbaiki, memperkuat,
dan/atau mengawetkannya melalui pekerjaan rekonstruksi, konsolidasi, rehabilitasi, dan
restorasi. Penjelasan terkait pekerjaan tersebut adalah:

a. Rekonstruksi adalah upaya mengembalikan Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar
Budaya sebatas kondisi yang diketahui dengan tetap mengutamakan prinsip keaslian
bahan, teknik pengerjaan, dan tata letak, termasuk dalam menggunakan bahan baru
sebagai pengganti bahan asli.
b. Konsolidasi adalah perbaikan Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar Budaya yang
bertujuan memperkuat konstruksi dan menghambat proses kerusakan lebih lanjut.
c. Rehabilitasi adalah upaya perbaikan dan pemulihan Bangunan Cagar Budaya dan
Struktur Cagar Budaya.
d. Restorasi adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan mengembalikan keaslian bentuk
Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar Budaya yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Dalam ayat (2) dinyatakan bahwa pemugaran Cagar Budaya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus memperhatikan:

11
a. Keaslian bahan, bentuk, tata letak, gaya dan/atau teknologi pengerjaannya.
b. Kondisi semula dengan tingkat perubahan sekecil mungkin.
c. Penggunaan teknik, metode, dan bahan yang tidak bersifat merusak
d. Kompetensi pelaksana di bidang pemugaran.
Ketentuan terkait Adaptasi diatur dalam Pasal 83 ayat (1) Prinsip Pemugaran Warisan
Budaya dan Cagar Budaya sebagian besar merupakan prinsip arkeologis terkait keaslian
bangunan dan struktur Warisan Budaya dan Cagar Budaya pada saat ditemukan ataupun
sebelum dipugar meliputi:
a. Keaslian bahan yang dimaksud adalah bahan bangunan pada saat awal pendiriannya atau
ketika pertama kali ditemukan sesuai data yang ada, mencakup jenis, kualitas dan asal
bahan untuk komponen bangunan. Keaslian bahan tidak hanya bahan/material utama
tetapi juga bahan penunjang seperti misalnya pada komponen kayu atau dinding.
b. Keaslian bentuk merupakan bentuk bangunan pada saat awal pendiriannya atau ketika
pertama kali ditemukan sesuai data yang ada, mencakup ukuran, konstruksi, dan
arsitekturnya.
c. Tata letak, yaitu mencakup kedudukan, arah hadap dan orientasi bangunan terhadap
lingkungan (tata ruang dan lanskap budaya), serta tata letak komponen bangunan.
d. Gaya, yaitu corak yang meliputi langgam, ragam hias, dan warna.
e. Teknologi Pengerjaan, yaitu mencakup teknik dan cara pembangunannya.
f. Intervensi minimum, yaitu teknik dan detail metode yang digunakan dalam untuk
pemugaran dalam bentuk perkuatan dan perbaikan harus sekecil mungkin bersinggungan
dengan material asli warisan budaya dan cagar budaya.
g. Pemugaran harus memungkinkan dilakukannya penyesuaian pada masa mendatang
dengan tetap mempertimbangkan keamanan masyarakat dan keselamatan Warisan
Budaya dan Cagar Budaya.
h. Pemugaran yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sosial
dan lingkungan fisik harus didahului analisis mengenai dampak lingkungan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan Pemugaran berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya dan Struktur Cagar Budaya digolongkan menjadi:
1. Golongan I adalah bangunan dan struktur yang dipugar dengan sangat ketat dan sangat
terbatas, golongan ini memiliki tingkat keaslian paling sedikit 80%.

12
Ketentuannya:
a. tidak boleh diubah dari aslinya;
b. apabila kondisi bangunan dan struktur rusak dapat dilakukan perbaikan sesuai aslinya
dengan menggunakan komponen yang sama atau memiliki karakter yang sama dengan
perubahan bahan paling banyak 20%.
2. Golongan II adalah bangunan dan struktur yang dipugar dengan ketat dan dimungkinkan
perubahan tata ruang terbatas, golongan ini memiliki tingkat keaslian paling sedikit 50%.
Ketentuannya:
a. dimungkinkan perubahan tata ruang dari aslinya;
b. apabila kondisi bangunan dan struktur rusak dapat dilakukan perbaikan atau
pembangunan kembali sesuai aslinya dengan menggunakan komponen yang sama atau
memiliki karakter yang sama; dan
c. perubahan tata ruang dan penggantian bahan paling banyak 40%; dan
3. Golongan III adalah bangunan dan struktur yang dipugar dengan cukup ketat dan
dimungkinkan perubahan elemen bangunan dan tata ruang golongan ini memiliki tingkat
keaslian paling banyak 50%.
Ketentuannya:
a. Dimungkinkan perubahan elemen bangunan dan tata ruang dari aslinya; dan
b. pabila kondisi bangunan dan struktur mengalami kerusakan dapat dilakukan perbaikan
atau pembangunan kembali dengan bentuk aslinya menggunakan elemen sejenis atau
memiliki karakter yang sama.
Berdasarkan penggolongan di atas, terkait detail arahan dan kriteria untuk Pemugaran
Warisan Budaya yang telah ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 62 Tahun 2013 adalah:

1. Pemugaran Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya peringkat Golongan I
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 pada ayat (4) huruf a merupakan upaya Restorasi
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya dilarang dibongkar dan/atau
diubah;
b. apabila kondisi fisik Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya rusak,
dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan
aslinya;

13
c. Pemugaran Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya harus menggunakan
bahan yang sama /sejenis atau memiliki karakter yang sama dengan memperhatikan
detail ornamen bangunan yang ada; dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya
penyesuaian/perubahan fungsi sesuai ketentuan yang berlaku tanpa mengubah bentuk
bangunan atau konstruksi aslinya;
d. di dalam persil Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya yang bukan Situs
Cagar Budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang terpisah dengan
Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya dengan pola arsitektur lestari asli.
2. Pemugaran Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya peringkat Golongan II
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4) huruf b merupakan upaya Rehabilitasi
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya dilarang dibongkar;
b. Apabila kondisi fisik bangunan atau struktur rusak, roboh, terbakar atau tidak layak
berdiri dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula;
c. Pemugaran bangunan atau struktur Cagar Budaya harus dilakukan tanpa mengubah
tampak depan (fasad), atap, warna dengan mempertahankan ornamen bangunan yang
penting;
d. dimungkinkan adanya perubahan parsial dalam rangka perbaikan dan pemulihan
Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya;
e. di dalam persil Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya yang bukan Situs
Cagar Budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang terpisah dengan
Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya dengan pola selaras sosok.
3. Pemugaran Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya peringkat Golongan III
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 pada ayat (4) huruf c merupakan upaya
Rekonstruksi dan Adaptasi bangunan dengan ketentuan sebagai berikut.
a. sekurang-kurangnya mempertahankan tampak muka (fasad) arsitektur dan atau bentuk
atap bangunan sesuai kondisi yang diketahui;
b. detail ornamen dan bahan bangunan disesuaikan dengan gaya arsitektur bangunan di
sekitarnya dalam keserasian lingkungan;
c. dimungkinkan adanya perubahan tata ruang dalam tanpa mengubah bentuk dan
konstruksi bangunan guna menyesuaikan dengan kebutuhan masa kini;
d. di dalam persil Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya yang bukan Situs
Cagar Budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang terpisah dengan
Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya dengan pola selaras parsial.
14
2.2. Etika Pelaksanaan Pemugaran
Selain aturan yang sudah tercantum dalam undang-undang, terdapat etika yang harus
diperhatikan dalam kegiatan pelestarian Cagar Budaya antara lain:
1. Etika terhadap pelaksanaan pengembangan Cagar Budaya:
a. Berpegang teguh pada kaidah ilmiah dalam melakukan penelitian Cagar Budaya
b. Melaksanakan penelitian Cagar Budaya dengan tuntas
c. Melaksanakan Adaptasi bangunan atau struktur Cagar Budaya dengan memperhatikan
prinsip-prinsip keselamatan dan keamanan, otentisitas, kelangkaan, dan sifat materi
pengganti
d. Melaksanakan Revitalisasi situs dan kawasan Cagar Budaya dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat sekitar serta menetapkan batas situs dan kawasan dengan sangat
hati-hati.
2. Etika terhadap pelaksanaan Pemanfaatan Cagar Budaya:
a. Melaksanakan Pemanfaatan Cagar Budaya dengan memperhatikan latar belakang
budaya, agama, dan sosial masyarakat
b. Memberikan pelayanan prima kepada stakeholders
c. Menyampaikan informasi dengan standar kedalaman analisis tertentu
d. Menyampaikan informasi dengan jujur dan bebas plagiarisme
e. Menyampaikan informasi yang telah melalui verifikasi ilmiah
f. Dapat menentukan strategi penyampaian informasi yang tidak menyebabkan kehebohan
masyarakat untuk mencari calon atau Cagar Budaya.

15
BAB III
PROSEDUR PEMUGARAN CAGAR BUDAYA

Menurut UU No 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, definisi Pemugaran adalah


upaya pengembalian fisik Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan Struktur cagar
Budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan/atau Teknik
pengerjaan untuk memperpanjang usianya. Berdasarkan definisi tersebut tujuan pemugaran
adalah memperpanjang usia Cagar Budaya tersebut.
3.1 Perizinan Pemugaran Cagar Budaya
Perizinan Pemugaran di wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta membutuhkan Rekomendasi
Kebudayaan. Rekomendasi Kebudayaan adalah dokumen yang digunakan sebagai syarat
penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) termasuk juga perizinan Pemugaran bagi
bangunan yang ada di dalam KCB dan/atau koridor KCB. Berisikan arahan dan rekomendasi
bentuk fasad bangunan di KCB, serta dikeluarkan oleh Dewan Pertimbangan dan Pelestarian
Warisan Budaya (DP2WB) DIY. Kawasan Cagar Budaya (KCB) berdasarkan Undang-Undang
No 11 Tahun 2010 adalah satuan ruang geografis yang memiliki 2 (dua) Situs Cagar Budaya
atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperhatikan ciri tata ruang yang luas.
Dasar Hukum
a. Peraturan Daerah DIY Nomor 1 Tahun 2017 tentang Arsitektur Bangunan Berciri Khas
Daerah Istimewa Yogyakarta
b. Peraturan Gubernur DIY Nomor 40 tahun 2014 tentang Panduan Arsitektur Bangunan
Baru Bernuansa Budaya Daerah
c. Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 118 tahun 2021 tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kota Yogyakarta Tahun 2021-2041.
d. Prosedur Rekomendasi Kebudayaan
e. Pemohon Mengajukan PBG/IMB ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Yogyakarta.
f. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota
Yogyakarta akan melimpahkan ke Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota
Yogyakarta jika diperlukan Rekomendasi Kebudayaan.
g. Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta Bidang Warisan Budaya
melakukan Peninjauan ke Lapangan output: Berita Acara Peninjauan Lapangan

16
h. Hasil pennjauan lapangan dan dokumen pendukung lainnya akan dibahas oleh Dinas
Kebudayaan (Kundha Kabudayan) beserta Tim Pertimbangan dan Pelestarian Warisan
Budaya (TP2WB) Kota Yogyakarta, Output: telaah teknis.
i. Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY 7 Dewan Pertimbangan dan Pelestarian
Warisan Budaya (DP2WB) akan membahas lebih lanjut, Output: Rekomendasi dan
Arahan.
j. Hasil rekomendasi dan arahan akan disampaikan ke Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) untuk diproses sesuai dengan prosedur
yang ada.
k. Permohonan memperoleh rekomendasi/memperbaiki gambar teknis sesuai arahan yang
diterima.

3.2 Tahapan Pemugaran Cagar Budaya


3.2.1 Tahap pra-Pemugaran
a. Studi Kelayakan Pemugaran
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2022 tentang Register Nasional dan
Pelestarian Cagar Budaya, studi kelayakan Pemugaran dilakukan untuk menetapkan
kelayakan Pemugaran berdasarkan penilaian sejarah dan kepurbakalaan yang
terkandung dalam Bangunan Cagar Budaya. Studi kelayakan merupakan kajian
terhadap usulan kegiatan pemugaran CB yang diusulkan untuk menentukan
kelayakannya. Studi kelayakan bertujuan untuk memberikan penilaian (independent)
terhadap semua aspek bangunan Cagar Budaya yang akan dipugar. Pertimbangan
kelayakan antara lain:
- Keaslian bangunan
- Keutuhan dan kelengkapan bangunan
- Teknis struktural, material dan dan arsitektural
- Sosial-budaya
- Keuangan
- Hukum
- Lingkungan

17
b. Studi Teknis Pemugaran
Studi Teknis Pemugaran merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data teknis
sebagai bahan perencanaan Pemugaran.
Hal-hal yang perlu diidentifikasi dalam Studi Teknis Pemugaran antara lain:
1. Identifikasi dan analisis bidang studi, tenaga ahli, bahan, peralatan, serta sarana, dan
prasarana yang diperlukan untuk melakukan Studi Teknis Pemugaran.
2. Identifikasi kondisi terkini secara arsitektural dan struktur bangunan yang meliputi:
- Jenis kerusakan struktural dan material
- Proses terjadinya kerusakan dan penyebab kerusakan
- Tingkat keparahan kerusakan
3. Identifikasi kondisi terkini terkait arsitektural bangunan yang meliputi:
- Keutuhan dan kelengkapan bagian/elemen/komponen bangunan
- Proses terjadinya kerusakan dan penyebab kerusakan
(hilang/penambahan/pengurangan)
- Tingkat kerusakan (perubahan wujud dan material)
4. Identifikasi analisis kondisi terkini lingkungan Bangunan Cagar Budaya
- Jenis dan kerapatan vegetasi
- Sumber air, sungai, dan permukiman
- Intensitas sinar matahari dan pengaruhnya
- Jumlah curah hujan rata-rata
- Kelembapan udara rata-rata
- Kegiatan pembangunan di sekitar
- Kondisi kerusakan lingkungan fisik
5. Penghitungan volume kerusakan struktural, material, arsitektural, dan lingkungan
6. Penentuan jenis dan volume penanganan dalam pemugaran Bangunan Cagar Budaya
7. Identifikasi dan analisis kebutuhan tenaga ahli pemugaran yang terlibat pemugaran
8. Identifikasi dan analisis kebutuhan bahan, sarana, dan prasarana yang diperlukan dalam
kegiatan pemugaran
9. Perhitungan awal anggaran pemugaran
c. Perencanaan Teknis Pemugaran
Pembuatan rencana teknis detail (DED) yang terdiri dari:
- Gambar teknis
- Spesifikasi teknis

18
- Spesifikasi umum
- Volume pekerjaan
- Anggaran pekerjaan
d. Manajemen
- Struktur organisasi dalam kegiatan pemugaran
- Tenaga ahli yang terlibat
- Bahan (termasuk bahan pengganti) dan peralatan
- Sarana dan prasarana pemugaran
- Sistem jejaring dalam pekerjaan pemugaran
- Peraturan dan pedoman pekerjaan
- Jadwal pelaksanaan
- Sistem pelaporan
- Sistem monitoring
e. Perijinan
Perijinan terkait kegiatan Pemugaran mengikuti peraturan pada masing-masing
daerah.

3.2.2 Tahapan Pemugaran


Tahapan pemugaran dilakukan melalui:
a. Penelitian
Tahapan Pemugaran melalui Penelitian dilakukan dengan pengamatan dan
pengkajian terhadap temuan yang diperoleh dalam seluruh proses pemugaran 107 (2)
b. Pendokumentasian; dan
Tahapan pemugaran melalui pendokumentasian dilakukan dengan cara perekaman
data dan nilai-nilai yang terkadung dalam Cagar Budaya dalam bentuk tulisan,
gambar, dan foto atau film sebagai sumber informasi bagi pengembangan dan
pemanfaatan Cagar Budaya 107 (3)
c. Pengawasan 107 (1)
Tahapan pemugaran melalui pengawasan dilakukan dengan cara pemantauan untuk
menjamin dan mengarahkan agar pelaksanaan teknis pemugaran tidak menyimpang
dari rencana dan tujuan yang telah ditetapkan 107 (3).

19
3.2.3 Pasca Pemugaran
Melakukan pendukungan pekerjaan Pasca Pemugaran Bangunan dan/atau Struktur
Cagar Budaya
a. Merapikan lingkungan BSCB:
• Melakukan pembongkaran sarana dan prasarana pemugaran dari lingkungan BSCB.
• Melakukan penataan area kerja pembangunan sarana dan prasarana pengamanan
BSCB pelaksanaannya.
b. Membuat laporan pekerjaan teknis pemugaran
• Melakukan pencatatan, pendokumentasian, pengarsipan seluruh proses pekerjaan
teknis pemugaran harian dan mingguan secara berkesinambungan.
• Mengompilasi catatan pekerjaan teknis pemugaran, berdasarkan jenis pekerjaan.
• Melakukan pembuatan laporan sesuai dengan sistematika yang telah ditetapkan.
c. Melakukan Pengawasan Kegiatan Pemugaran Bangunan dan/atau Struktur Cagar
Budaya
• Melakukan identifikasi permasalahan pelaksanaan pemugaran:
- Mengidentifikasi kompetensi tenaga kerja pemugaran yang terlibat berdasarkan
efektivitas pelaksanaan pekerjaan.
- Mengidentifikasi efektivitas penggunaan metode dan teknik pemugaran.
- Mengidentifikasi efisiensi penjadwalan dan sistem jariangan kerja.
- Mengidentifikasi efektifitas penggunaan peralatan, sarana dan prasarana
pemugaran
• Melakukan analisis permasalahan pelaksanaan pemugaran
- Menganalisis kesesuaian kompetensi tenaga kerja dengan kebutuhan pekerjaan
pemugaran berdasarkan kualitas hasul pemugaran
- Menganalisis keseuaian metode dan teknis pemugaran dengan hasil pemugaran.
- Menganalisis kesesuaian jadwal dan jejaring kerja dengan efisiensi pekerjaan.
- Menganalisis kesesuaian peralatan, sarana, dan prasarana dengan kualitas yang
baik.
• Melakukan perumusan permasalahan pelaksanaan pemugaran
- Merumuskan hasil analisis kesesuaian seluruh aspek dalam pelaksanaan
pemugaran sebagai acuan pelaksanaan pemugaran BSCB

20
- Merumuskan permasalahan sesuai hasil analisis terlaksananya kegiatan sesuai
maksud dan tujuan, prinsip, metode, dan prosedur, serta lingkup kegiatan
pemugaran.
- Merumuskan pemecahan permasalahan dalam pekerjaan pemugaran.
- Merekomendasikan pemecahan permasalahan dan perbaikan kepada pelaksana
pemugaran.

21
BAB IV

PENGUMPULAN DATA LAPANGAN

Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan metode yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu,
observasi dan dokumentasi secara piktorial dan verbal. Data yang terkumpul di lapangan diolah
ke dalam matriks pemugaran dengan poin sebagai berikut.
4.1 Matriks Penilaian Kelayakan
4.2 Matriks Riwayat Sejarah Bangunan/Struktur
4.3 Matriks Pendokumentasian Kondisi Eksisting Per Bangunan/Struktur
4.4 Matriks Identifikasi Keaslian Komponen Bangunan/Struktur
4.5 Matriks Identifikasi Kerusakan dan Rencana Penanganan Kerusakan Komponen
Bangunan/ Struktur
4.6 Matriks Rekonstruksi Pemulihan Komponen Arsitektur Bangunan/Struktur
4.7 Matriks Perubahan dan Penambahan Komponen Bangunan/Struktur
Adapun detail masing-masing matriks dapat dilihat pada lampiran.

22
BAB V
RENCANA PEMUGARAN

5.1. Metodologi dan Teknik


Berdasarkan pengamatan dan analisis gaya bangunan diketahui bahwa Rumah
Ketandan Kidul No 17 merupakan rumah toko (shophouses), perpaduan gaya arsitektur Cina
dan Eropa yang dibangun pada awal abad ke-20 dengan komponen utama bahan bata dan beton
dengan bentukan struktural dua lantai pada pondasi bentukan tanah solid dan stabil. Oleh
karena itu, dalam proses perencanaan pemugaran diterapkan metode pemugaran dengan
pendekatan multidisiplin yakni perpaduan antara arkeologis dalam melakukan analisis batasan
penerapan prinsip pemugaran dan arsitektural terutama dalam analisis struktural bangunan
termasuk kekuatan fisik komponen bangunan dan alternatif soslusi untuk persoalan teknis
struktual. Secara terperinci metodologi yang digunakan berdasarkan pada prinsip kelestarian,
keaslian, keamanan, dan adaptasi situasi masa kini. Data-data yang digunakan pada pekerjaan
pemugaran Rumah Ketandan Kidul no 17 terdiri dari data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data primer pemugaran rumah Ketandan Kidul No 17 berupa data dari hasil survei yang
dilakukan secara langsung oleh Tim Pemugaran yang berada di lapangan. Data primer tersebut
diperoleh melalui cara observasi, pencatatan, dokumentasi, dan wawancara pada saat
pelaksanaan pekerjaan.
2. Data Sekunder
Data sekunder pemugaran didapatkan dari hasil studi pustaka terkait data-data tentang
rumah Ketandan Kidul No 17. Data tersebut diperoleh dari Naskah Rekomendasi Penetapan
Cagar Budaya, peraturan perundangan, buku, artikel, dan laporan penelitian yang telah
dilakukan pada bangunan rumah Ketandan Kidul No 17 dan kawasannya di sekitarnya.
Adapun tahap pengumpulan data primer dilakukan berdasarkan tahapan sistematis sebagai
berikut.
a. Observasi
Tahapan observasi dilakukan secara langsung untuk melihat kondisi eksisting
bangunan dengan terperinci dan komprehensif meliputi beberapa tahapan; penentuan batasan
unit bangunan, penetuan fasad bangunan, dan pengumpulan data wawancara dari informan ahli
serta informan lokal masyarakat sekitar yang memiliki pengetahuan terkait bangunan yang
dipugar.

23
b. Pendokumentasian
Pendokumentasian terdiri dari tiga jenis dokumentasi; pengukuran bangunan untuk
penggambaran denah terperinci, dokumentasi fotografi setiap komonen bangunan; atap, badan,
kaki, serta pendokumentasian peta lokasi bangunan.
c. Identifikasi
Pada proses pemugaran bangunan terdapat beberapa tahapan identifikasi yang akan
dilakukan, 1) identifikasi bentuk dan pola ruang, 2) identifikasi keaslian bahan dan bentuk
bangunan 3) identifikasi komponen penyusun bangunan bagian atap, badan, dan kaki termasuk
jenis bahan kayu, bata, semen dan genteng yang digunakan, 4) identifikasi kondisi kekuatan
dan kerusakan pada komponen bangunan secara terperinci diuraikan termasuk titik kerusakan
pada komponen berikut jenis kerusakannya. Poin identifikasi kerusakan komponen bangunan
baik struktur permukaan maupun struktur pondasi bawah tanah menjadi penting untuk
dijadikan titik tolak langkah yang akan diambil sebagai upaya pemugaran. 5) identfikasi
ancaman dari luar bangunan baik berupa lingkungan serta iklim mikro atau semi-mikro yang
dapat membawa kerusakan pada bangunan dimasa mendatang.
d. Analisis
Berangkat dari hasil identifikasi, tahapan lanjutan berupa analisis terhadap kegiatan
selanjutnya yang akan dilakukan. Termasuk langkah-langkah sistemik tekait persoalan yang
ditemukan dari tahapan identifikasi. Analisis juga dilakukan terhadap kebutuhan SDM ahli
yang sesuai serta kebutuhan barang, material pendukung, sarana prasarana, dan pembiayaan
lain yang diperlukan dalam pekerjaan. Analisis juga diperlukan untuk mengetahui penyebab
kerusakan dilakukan secara ilmiah melibatkan ilmu biologi, kimia, dan hidrologi. Hal ini
dilakukan agar penyebab kerusakan dapat diidentifikasi dengan tepat, sehingga dapat
memberikan rekomendasi penanganan yang tuntas dan sesuai kondisi.

5.2. Sarana dan Prasarana


a. Berdasarkan data identifikasi dan analisis maka dapat diketahui kebutuhan sarana
prasarana pendukung dalam proses pemugaran bangunan Rumah Ketandan Kidul No
17, yakni berupa rincian material bahan baku bangunan penguatan dan perbaikan.
Sarana Pekerjaan
- Sarana Aksesibilitas

Mengingat akses jalan yang tidak terlalu lebar (cenderung sempit) dan padat
pelaksana pemugaran menyediakan transportasi dan ruang yang sesuai sehingga

24
kegiatan bongkar muat material tidak mengalami kesulitan, serta tidak
menganggu arus lalu lintas di lingkungan setempat.

- Sarana Keselamatan WBCB

Memastikan bahwa material hasil pembongkaran struktur selama proses pemugaran


berlangsung tidak menganggu integritas baik bangunan yang sedang dipugar
maupun lingkungan setempat. Memastikan bahwa aktivitas pekerjaan pemugaran
dilakukan secara berhati-hati, sehingga meminimalisir gangguan terhadap kondisi
eksisting bangunan.
- Sarana Keselamatan Pekerja
Sarana untuk keselamatan pekerja adalah perlunya aturan keselamatan kerja
untuk pekerja atau pengunjung dengan disiplin dan sesuai standar yang berlaku.
Masker, helm, dan sepatu menjadi perangkat wajib bagi pekerja yang terlibat
pada kegiatan pemugaran.
- Sarana konservasi
Sarana untuk konservasi adalah bahan-bahan kimia dan bahan teknis seperti cat
waterepellent, pelapis anti bocor, pelapis atap anti bocor, pipa kabel, pipa saluran
drainase, resin, serbuk kayu, dll.
- Prasarana berupa, rambu lalu lintas dibagian ruas jalan timur dan utara, papan
informasi, alarm anti kebakaran, dan cctv.

5.3. Kebutuhan SDM


Berdasarkan data identifikasi yang dilakukan dapat diketahui kebutuhan SDM
pendukung kegiatan pemugaran bangunan dalam tabel berikut.
No Kualifikasi keahlian Volume Bidang kerja
1 Arkeolog Ahli Pemugaran 1 Mengawasi
pemugaran pada
bagunan
2 Arkeolog Asisten Ahli Pemugaran 1 Membantu proses
pengawasan

25
pemugaran pada
bagunan
3 Arsitek bangunan gedung 1 Identifikasi elemen
arsitektur dan
membuat rancangan
pekerjaan komponen
bangunan serta
melakukan
pertimbangan teknis
terkait material
komponen arsitektur
bangunan.
4 Ahli sipil bangunan gedung 1 Identifikasi daya
kekuatan struktur
pondasi dan
komponen
bangunan.
Evaluasi terhadap
DED, pengecekkan
perubahan biaya
dalam proses
konstruksi dan
membuat rencana
penanganan struktur
bangunan
5 Konservator bangunan Cagar 1 Identifikasi dan
Budaya penanganan
kerusakan material
kayu bangunan
6 Menajemen barang 1 Mengatur dan
merencanakan
sirkulasi material
bahan

26
7 Juru gambar 1 Melakukan
penggambaran,
Pembuatan gambar
kerja shopdrawing
pada saat pra
konstruksi dan
gambar as built
drawing paska
konstruksi.
8 Ahli juru dokumentasi 1 Melakukan
pendokumentasian
berupa foto, vidio,
dan pemetaan

5.4 Rencana Anggaran Biaya


(terlampir)

27
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan observasi dan analisis yang dilakukan pada bangunan Rumah Ketandan
Kidul No 17 diketahui bahwa bangunan ini mempunyai karakteristik arsitektur
shophouses atau rumah toko. Bangunan ini memiliki elemen arsitektur Cina dan Eropa.
Karakteristik bangunan juga merupakan nilai penting pada kawasan Pecinan Ketandan
karena bangunan ini berada di sudut jalan, memiliki dua muka (selatan dan timur),
berpotensi sebagai landmark kawasan. Kondisi eksisting bangunan relatif baik dan
telah mengalami pemugaran secara major pada tahun 2020 dan 2021, serta penataan
interior pada tahun 2023. Meski demikian, hasil identifikasi kerusakan memperlihatkan
beberapa komponen dan struktur yang mengalami kerusakan dalam skala kecil hingga
sedang. Selain itu, hasil identifikasi juga memperlihatkan bangunan ini mengalami
tingkat keterancaman yang tinggi, mengingat lokasinya yang berada di tengah
permukiman padat dengan arus lalu lintas tinggi dan jaringan jalan yang sempit.

6.2. Rekomendasi
a. Pemugaran untuk bangunan Rumah Ketandan Kidul No 17 dilakukan dengan proses
Rehabilitasi, yaitu upaya perbaikan dan pemulihan Bangunan Cagar Budaya yang
kegiatannya dititikberatkan pada penanganan yang sifatnya parsial.
b. Proses Rehabilitasi sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan gaya bangunan
Chinese shophouses dengan elemen “air-well” tanpa memerlukan banyak jendela.
Selain itu proses pemugaran pada periode sebelumnya dengan penurunan bubungan
atap dari ketinggian asli untuk alasan pencahayaan dan ventilasi dan menambahkan
jendela-jendela justru bisa menghilangkan karakter shophouses.
c. Perlu dilakukan evaluasi dan monitoring secara berkala pasca pemugaran agar kondisi
bangunan hasil pemugaran dapat terpantau. Evaluasi pemugaran minimal dilakukan
paling lambat 2 (dua) tahun sekali, di luar tindakan pemeliharaan rutin.
d. Perlu dilakukan perencanaan pemanfaatan bangunan pasca pemugaran sesuai dengan
nilai penting, identitas, dan karakteristik bangunan, sehingga pemanfaatan yang
dilakukan dapat meningkatkan nilai bangunan itu sendiri.

28
29
Lampiran 1: Denah dan Foto

Ruang A: Ruang depan

30
Ruang B: Ruang tengah

Ruang C: Ruang mushola

31
Ruang D: Lorong

32
Ruang E: Toilet

33
Ruang F: Sumuran

34
Ruang G: Gudang

35
Ruang H: Ruang terbuka di lantai 2

36
Ruang I: Ruang displai

37
Ruang J: Loteng

Ruang K: Ruang terbuka/ruang penghubung antar bangunan

38
39
Ruang L: Ruang displai

40
Ruang M: Ruang displai

41
Ruang N: Ruang displai

42
Ruang O: Ruang displai

43
Ruang P: Balkon

44
Lampiran 2: Rancangan Anggaran Biaya (RAB)

REKAPITULASI

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

PEKERJAAN : Rehabilitasi Ketandan Kidul no 17

LOKASI : Jl Ketandan Kidul no 17 Yogyakarta

TAHUN : 2023

MATA PEMBAYARAN
I UMUM

A Pekerjaan Persiapan Rp 5.000.000,00

Rp 5.000.000,00

II MATA PEMBAYARAN BIAYA PENERAPAN SMK3

A Penyiapan RK3K Rp 2.000.000,00

B Alat Pelindung Diri dan Alat Pelindung Kerja Rp 2.500.000,00

Asuransi dan
C Rp 2.000.000,00
Perizinan

Personel
D Keselamatan Rp 4.000.000,00
Konstruksi

45
E Fasilitas Sarana dan Prasarana Kesehatan Rp 2.000.000,00

F Rambu-Rambu Rp 2.700.000,00

Rp 15.200.000,00

MATA PEMBAYARAN
III UTAMA

PEKERJAAN
A Rp 20.000.000,00
PEMBONGKARAN

B PEKERJAAN KAYU Rp 65.000.000,00

C PEKERJAAN BETON Rp 15.000.000,00

D PEKERJAAN PENUTUP ATAP DAN TALANG Rp 175.000.000,00

E PEKERJAAN PLAFON Rp 17.000.000,00

F PEKERJAAN DINDING Rp 30.000.000,00

G PEKERJAAN PINTU Rp 10.000.000,00

PEKERJAAN PENUTUP
H Rp 7.500.000,00
LANTAI

PEKERJAAN
I Rp 10.000.000,00
KONSERVASI

PEKERJAAN
J Rp 30.000.000,00
PENGECATAN

46
PEKERJAAN
K Rp 35.000.000,00
DRAINASE

L PEKERJAAN LANSKAP Rp 23.000.000,00

Rp 437.500.000,00

MATA PEMBAYARAN
IV LAIN-LAIN

PEKERJAAN
A PELINDUNG Rp 5.000.000,00
DINDING

PEKERJAAN
B Rp 15.000.000,00
INSTALASI LISTRIK

PENGATAPAN
C Rp 5.000.000,00
SEMENTARA

Rp 25.000.000,00

JUMLAH (A + B) Rp 482.700.000,00

PPN 11% Rp 53.097.000,00

JUMLAH Rp 535.797.000,00

TERBILANG

Lima Ratus Tiga Puluh Lima Juta Tujuh Ratus Sembilan Puluh Tujuh Ribu Rupiah

47
Referensi:
Undang-undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 2022 tentang Register Nasional dan Pelestarian


Cagar Budaya

Naskah Rekomendasi Penetapan dan Pemeringkatan Bangunan Rumah Jalan


Ketandan Kidul Nomor 17 Yogyakarta

Lim, Jon S.H. The ”Shophouse Rafflesia”: An Outline of Its Malaysian Pedigree and
Its Subsequent Diffusion in Asia. Journal of the Malaysian Branch of the Royal
Asiatic Society, 1993, Vol. 66, No. 1 (264) (1993), pp. 47-66.

Wagner, Ashley. 2017. Malaysian Shophouses: Creating Cities of Character.


Architecture Undergraduate Honors Thesis.

48
LAMPIRAN III

MATRIKS PEMUGARAN

4.1 MATRIKS PENILAIAN KELAYAKAN

1 Tanggal 11 April 2023


Penilaian
2 Petugas Asyhadi Mufsi Sadzali/Kelompok IV
Penilaian
3 Gambaran Bangunan Ketandan Kidul 17 berbentuk bangunan dua lantai dengan denah trapesium siku-siku membujur
Umum Objek timur-barat dengan bentuk rumah toko atau Ruko berarsitektur china tipe Chinese Shophouse dengan
karakter jendela hanya pada fasede depan. Seluruh bangunan berada dalam kavlingan seluas 457,71 m2 .
Bangunan terdiri dari dua unit, bangunan depan dengan orientasi arah timur menghadap jalan ketandan
kidul no.17. dengan denah trapesium siku-siku berukuran panjang 16,46 m lebar 7,54 m. Bangunan unit
kedua, mengarah utara dengan denah trapesium siku-siku berukuran 18 m x 5, 33 m, yang terdiri dari dua
lantai bagian atas berupa balkon dan 3 unit kamar, menghadap utara.
Bagian lantai 1 secara umum dibagi menjadi tiga area ruang, depan, tengah, belakang. Terdapat pintu
rangkap yang menghubungkan ruang depan dengan ruang tengah, dan belakang dengan bentuk salon door.
Pada lantai dua, ruang depan berupa ruang kamar besar dengan pintu menyerupai jendela, yang terhubung
dengan ruang terbuka di bagian tengah, sedangkan bagian belakang berupa tiga kamar dilengkapi pintu dan
jendela. Atap bagunan berupa genteng tanah liat berwarna merah bata dengan bentuk pelana kuda.
4 Nilai Penting Bangunan ini memiliki nilai penting sejarah yang memperkuat karakter kawasan pecinan ketandan,
Objek sedangkan nilai penting bagi ilmu pengetahuan bangunan ini merupakan ptototipe (purwarupa) rumah
tinggal bergaya arsitektur perpaduan Cina, terutama dalam bentuk atap dan pemanfaatan fungsi bangunan
dan ruang dimasa lalu sebagai ruko. Adapun nilai penting Pendidikan, bangunan ini menjadi bahan refrensi
pendidikan arsitektur khususnya rumah tinggal bergaya arsitektur.
5 Kondisi Bangunan ketandan 19 kini dalam kondisi masih utuh dan menunjukkan bentuk ruang yang masih
Eksisting mempertahankan desain awal. Walau terdapat sedikit perubahan pada beberapa komponen terutama
Objek penambhan empat jendela di sisi utara, dan ruang terbuka bagian tengah lantai 2. Lantai masih tergolong
bentuk asli demikian juga sebagain besar kayu. Hanya pada bagian atap mengunakan genteng baru tapi tetap
mengikuti bentuk, bahan dan warna. Proses perubahan atau pemugaran dilakukan pada tahun 2020, dan di
tahun 2021 hingga kini tahun 2023 dilakukan perawatan secara sistimatis dibawah tata kelola Dinas
Kebudayaan Provinsi Yogyakarta. Pada kondisi saat ini bangunan difungsikan sebagai rumah budaya
ketandan yang juga dapat difungsikan sebagai ruang pameran temporer.
6 Kondisi Ancaman yang ada pada kondisi saat ini berupa polusi dan getaran sistemik yang timbul dari lalu lintas ramai
Keterancaman di sisi timur dan utara bangunan ketandan. Secara langsung terlihat efek ringan namun dalam skala jangka
Objek panjang dapat mengganggu kestabilan struktur bangunan dan pondasi tanah tapak bangunan. Serta tidak
menutup kemungkinan terjadi human eror ada insiden tabrakan crash demage yang dapat merusak fisik
bangunan.
Pada beberapa bagian, cat mengalami pengelupasan, dan kayu mengalmi pengalapukan karan faktor iklam
dan kelembapan ruang.
7 Riwayat Dilakukan perawatan atau pemugaran oleh dinas kebudayaan Provinsi DIY pada tahun 2020 dan selanjutnya
Penanganan dilakukan perawatan secara sistimatis dari tahun 2021 hingga kini di tahun 2023.
8 Kelayakan Bangunan merupakan milik Dinas Kebudayaan Provinsi DIY.
Administrasi
9 Kelayakan Secara arsitektur bangunan, baik bentuk, bahan, masih mempertahan kan keaslian, adapun perubahan
Teknis komponen material bbaru baik genteng maupun beberapa struktur balok kayu walau baru tetap
menggunakan bahan dan mengikuti bentuk asli semula. Sehingga dapat dikategorikan keaslian bangunan
10 Rekomendasi berdasarkan kelayakan administrasi, kelayakan teknis, kondisi eksisting dan nilai penting bangunan
ketandan 19 direkomendasikan layak unuk dilakukan pemugaran.
11 Foto Eksisting 1. Tampak depan samping(tenggara)
2. Tampak dalam lantai 1

3. Tampak luar lantai 2


4. Tampak dalam lantai 2

5. Tampak luar bangunan belakang lantai 2


4.2. MATRIKS RIWAYAT SEJARAH BANGUNAN/STRUKTUR

A. INFORMASI UMUM
1 Nama warisan Budaya dan Cagar Budaya Rumah Jalan Ketandan Kidul
Nomor 17 Yogyakarta
2 Jumlah seluruh bangunan/struktur dalam komplek 1 bangunan 2 atap
3 Jumlah bangunan/struktur dalam kompleks sasaran 1 bangunan 2 atap
perencanaan
4 Jenis bangunan/struktur dalam komplek sasaran rumah-toko (shophouse) dua
perencanaan lantai tipikal arsitektur China.
Bangunan ini terdiri dari dua
unit dan area ruang terbuka
(air-well/ courtyard) di antara
kedua bangunan, yang ada
dalam kaveling seluas 457,71
m2 dan masing-masing
bangunan memiliki dua lantai.
5 Nama bangunan/struktur Rumah Jalan Ketandan Kidul
Nomor 17
6 Nama Petugas Observasi Kelompok 4
7 Metode observasi Wawancara, pengambilan foto
8 Alat observasi Kamera, meteran
9 Tanggal observasi 11 April 2023

B. RIWAYAT SEJARAH BANGUNAN/STRUKTUR

Sejarah pendirian Tahun pendirian Tidak diketahui dengan pasti, tapi Bangunan Rumah
bangunan/struktur Jalan Ketandan Kidul No.17 ini sudah tergambar
pada Peta Yogyakarta tahun 1925 “Jogjakarta en
Omstreken”
Tokoh pendirian Pada mulanya kawasan ini adalah tempat bermukim
para penarik pajak (yang ditugaskan oleh Sultan)
dan kerabatnya
Uraian sejarah Merupakan bangunan rumah-toko yang lazim
pendirian berdiri di Pecinan. Diberlakukannya wijkenstelsel
pada tahun 1841 menghasilkan segregasi
permukiman penduduk kota berdasarkan etnis
berupa Golongan Belanda/Eropa, golongan Timur
Asing (Cina, Arab, dan India), dan golongan
Pribumi. Melalui undang-undang ini penduduk
China bermukim hanya di wilayah khusus dan
terpisah dari kelompok etnis lain
Ket. Lainnya
Peristiwa dan tokoh Waktu peristiwa Abad ke-20 sampai ke-21 Masehi
sejarah penting yang berlangsung
terkait
Tokoh sejarah terkait Tidak diketahui
Uraian peristiwa Bangunan ini sempat menjadi toko emas “Kendil”
sejarah terkait selama dua generasi, kemudian menjadi toko
elektronik selama 14 tahun. Kemudian, terakhir
menjadi warung kelontong. Mengalami renovasi
dan perubahan akibat peristiwa gempa bumi
Yogyakarta 27 Mei 2006.
Ket. Lainnya

C. RIWAYAT PELESTARIAN (PEMUGARAN. STUDI/KAJIAN, DLL)

Tahun Pelaksana Rekanan Sumber Sasaran Jenis


Penyedia Pendanaan bangunan/struktur Pekerjaan
2021 Dinas CV Dinas Pemeliharaan Rehabilitasi
Kebudayaan Sidomulyo Kebudayaan
Provinsi Provinsi
Yogyakarta Yogyakarta
2022 Dinas Dinas Pemeliharaan Rehabilitasi
Kebudayaan Kebudayaan interior
Provinsi Provinsi
Yogyakarta Yogyakarta
4.3. MATRIKS PENDOKUMENTASIAN KONDISI EKSISTING PER BANGUNAN/STRUKTUR

A. Informasi Umum

1. NAMA WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA Ketandan 17


2. JUMLAH SELURUH BANGUNAN/STRUKUR DALAM KOMPLEK 1
3. JUMLAH BANGUNAN/STRUKTUR DALAM KOMPLEK SASARAN PERENCANAAN 1
4. JENIS BANGUNAN/STRUKTUR DALAM KOMPLEK SASARAN PERENCANAAN Rumah arsitektur China
5. NAMA BANGUNAN/STRUKTUR Ketandan 17
6. NAMA PETUGAS OBSERVASI Ria Ristiningsih
7. METODE OBSERVASI Dokumentasi foto, wawancara, pengukuran
8. ALAT OBSERVASI Kamera, meteran
9. TANGGAL OBSEVASI 11 April 2023

B. Data Umum Bangunan/Struktur

1. NAMA BANGUNAN/STRUKTUR NAMA YANG SERING DIGUNAKAN Ketandan 17


NAMA VARIAN/ALIAS YANG JUGA DIKENAL

2. FUNGSI BANGUNAN/STRUKTUR FUNGSI BANGUNAN/STRUKTUR DULU Rumah-Toko


FUNGSI BANGUNAN/STRUKTUR SAAT INI Rumah budaya
3. TEMPAT KEBERADAAN NAMA TEMPAT Kampung Ketandan
BANGUNAN/STRUKTUR NAMA JALAN Jalan Ketandan Kidul
NO. RUMAH 17
NAMA DUSUN
DESA/KELURAHAN Ngupasan
KECAMATAN Gondomanan
KABUPATEN/KOTA Kota Yogyakarta
KOORDINAT UTM 49 M 430175.04 m E; 9138030.42 m S
(berdasarkan penandaan pada citra satelit
Google Earth tanggal 15/5/2017)
4. UKURAN BANGUNAN/STRUKTUR PANJANG Sisi utara: 40 m; sisi selatan: 40,46 m
LEBAR Sisi timur: 7,54 m; sisi barat: 4,20 m
TINGGI Tinggi keseluruhan bangunan: 9,90 m

LUAS 457,71 m2
KET. LAINNYA

5. BATAS-BATAS BANGUNAN/STRUKTUR BATAS UTARA Jalan Ketandan Kulon


FOTO OBJEK BATAS

BATAS TIMUR Jalan Ketandan Kidul


FOTO OBJEK BATAS

BATAS SELATAN Rumah-Toko Jalan Ketandan Kidul No. 15


FOTO OBJEK BATAS

BATAS BARAT Rumah-Toko Jalan Ketandan Kulon No. 6


FOTO OBJEK BATAS

KET. LAINNYA

6. BAHAN PENYUSUN STRUKTUR BAHAN UTAMA batu bata, semen


BANGUNAN/STRUKTUR BAHAN LAIN kayu, besi
7. KONDISI KEUTUHAN Kondisi bangunan masih utuh dengan
BANGUNAN/STRUKTUR pembagian ruang yang masih
mempertahankan desain awal.
8. KONDISI KETERAWATAN DAN KEBERSIHAN Bangunan dalam kondisi baik dan terawat dan
BANGUNAN/STRUKTUR difungsikan sebagai Rumah Budaya Ketandan
untuk fasilitas umum.
9. KEPEMILIKAN BANGUNAN/STRUKTUR NAMA PEMILIK Dinas Kebudayaan DIY
ALAMAT PEMILIK Jalan Cendana No. 11, Semaki, Kec.
Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta
NOMOR KONTAK PEMILIK (0274) 562628
RIWAYAT KEPEMILIKAN Sebelum tahun 2018 masih menjadi milik
pribadi dan pada tahun 2018 diakuisisi oleh
Dinas Kebudayaan DIY.
KET. LAINNYA

10. KEPEMILIKAN LAHAN NAMA PEMILIK Dinas Kebudayaan DIY


BANGUNAN/STRUKTUR ALAMAT PEMILIK Jalan Cendana No. 11, Semaki, Kec.
Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta
NOMOR KONTAK PEMILIK (0274) 562628
RIWAYAT KEPEMILIKAN Sebelum tahun 2018 masih menjadi milik
pribadi dan pada tahun 2018 diakuisisi oleh
Dinas Kebudayaan DIY.
KET. LAINNYA

11. PENGELOLAAN LAHAN DAN NAMA PENGELOLA Dinas Kebudayaan DIY


BANGUNAN/STRUKTUR ALAMAT PENGELOLA Jalan Cendana No. 11, Semaki, Kec.
Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta
NOMOR KONTAK PENGELOLA (0274) 562628
NAMA PETUGAS YANG MENJAGA/MEMELIHARA/ Haryo
MENGGUNAKAN BANGUNAN/STRUKTUR
KET. LAINNYA
C. DATA ARSITEKTURAL BANGUNAN/STRUKTUR

1. FOTO FASAD FOTO TAMPAK UTARA


BANGUNAN/STRUKTUR
FOTO TAMPAK TIMUR

FOTO TAMPAK SELATAN

FOTO TAMPAK BARAT

2. IDENTIFIKASI GOLONGAN
BANGUNAN/STRUKTUR
3. GAYA ARSITEKTUR Gaya arsitektur China
BANGUNAN/STRUKTUR
4. JENIS ATAP BANGUNAN

D. DATA STRUKTURAL BANGUNAN/STRUKTUR BAGIAN KAKI

JUMLAH KOMPONEN STRUKTURAL


BANGUNAN/STRUKTUR
JENIS KOMPONEN STRUKTURAL
BANGUNAN/STRUKTUR
DESKRIPSI KOMPONEN STRUKTURAL NAMA KOMPONEN Pondasi
BANGUNAN/STRUKTUR BAHAN KOMPONEN Batu, semen
UKURAN KOMPONEN
ORNAMEN KOMPONEN
DESKRIPSI SINGKAT Pondasi bangunan menggunakan bahan batu dan
semen.
FOTO KOMPONEN

NAMA KOMPONEN Lantai


BAHAN KOMPONEN Tegel, cor semen, kayu
UKURAN KOMPONEN 20x20 cm
ORNAMEN KOMPONEN Ornamen komponen lantai tampak dari motif
tegel yang digunakan bangunan lantai satu. Motif
tegel terdiri dari dua jenis, antara lain motif
bunga dan motif batu.
DESKRIPSI SINGKAT Bahan komponen lantai pada bangunan lantai
satu merupakan tegel dengan dua motif yang
berbeda. Bahan komponen lantai pada bangunan
lantai dua merupakan cor semen dan kayu pada
bagian loteng.
FOTO KOMPONEN

E. DATA STRUKTURAL BANGUNAN/STRUKTUR BAGIAN TUBUH

JUMLAH KOMPONEN STRUKTURAL


BANGUNAN/STRUKTUR
JENIS KOMPONEN STRUKTURAL
BANGUNAN/STRUKTUR
NAMA KOMPONEN Dinding
BAHAN KOMPONEN Batu merah, sebagian dinding bagian dalam
dilapisi keramik
UKURAN KOMPONEN Tebal: 40 cm
ORNAMEN KOMPONEN Jangkar
DESKRIPSI SINGKAT Sebagian besar dinding menggunakan bata
merah sebagai bahan komponen dengan dilapisi
cat berwarna putih. Pada bagian tengah
bangunan lantai 1, dinding bangunan dilapisi
keramik hijau.
FOTO KOMPONEN
DESKRIPSI KOMPONEN STRUKTURAL
BANGUNAN/STRUKTUR

NAMA KOMPONEN Jendela


BAHAN KOMPONEN Kayu dan kaca
UKURAN KOMPONEN Panjang: 122 cm
Tinggi: 175 cm
ORNAMEN KOMPONEN -
DESKRIPSI SINGKAT Terdapat 10 jendela pada lantai 1 bangunan dan
4 jendela pada lantai 2. Masing-masing ruang
pada lantai 2 memiliki 1 jendela.
FOTO KOMPONEN

NAMA KOMPONEN Pintu


BAHAN KOMPONEN Kayu
UKURAN KOMPONEN Lebar: 135cm
Tinggi: 230 cm
ORNAMEN KOMPONEN Ornamen struktural terletak pada beberapa daun
pintu yang memiliki motif geometris
DESKRIPSI SINGKAT Terdapat beragam jenis pintu mulai dari pintu
dengan satu daun pintu, pintu dua daun pintu
vertikal, pintu dua daun pintu horisontal, pintu
koboi, pintu geser, dan pintu kaca.
FOTO KOMPONEN

NAMA KOMPONEN Pagar

BAHAN KOMPONEN Besi

UKURAN KOMPONEN

ORNAMEN KOMPONEN Geometris garis

DESKRIPSI SINGKAT Pagar besi berada pada bangunan lantai 2 bagian


belakang. Pagar besi berwarna hitam sebagai
pembatas bangunan dengan jalan.
FOTO KOMPONEN

F. DATA STRUKTURAL BANGUNAN/STRUKTUR BAGIAN KEPALA

JUMLAH KOMPONEN STRUKTURAL 2


BANGUNAN/STRUKTUR
JENIS KOMPONEN STRUKTURAL Plafon dan atap
BANGUNAN/STRUKTUR
DESKRIPSI KOMPONEN STRUKTURAL NAMA KOMPONEN Plafon
BANGUNAN/STRUKTUR BAHAN KOMPONEN Kayu
UKURAN KOMPONEN Sesuai dengan ukuran ruangan
ORNAMEN KOMPONEN -
DESKRIPSI SINGKAT Plafon pada bangunan terletak di beberapa
ruang yang didominasi pada lantai 2.
FOTO KOMPONEN

NAMA KOMPONEN Atap


BAHAN KOMPONEN Tanah liat
UKURAN KOMPONEN

ORNAMEN KOMPONEN Ornamen tritisan sebagai ornamen struktural


hampir terdapat pada seluruh ujung atap
bangunan.
DESKRIPSI SINGKAT Atap bagian depan mencangkup keseluruhan
ruang loteng lantai 2. Atap bagian belakang
mencangkup 3 ruang dan 1 lorong di lantai 2.
Terdapat tambahan atap pada bagian tengah
yang terbuat dari baja ringan.
FOTO KOMPONEN

G. DATA SAMBUNGAN ANTAR KOMPONEN

JUMLAH SAMBUNGAN YANG TERIDENTIFIKASI 1


JENIS SAMBUNGAN YANG TERIDENTIFIKASI Sambungan struktur atap
DESKRIPSI SAMBUNGAN YANG TERIDENTIFIKASI NAMA SAMBUNGAN Sambungan struktur atap kuda-kuda
UKURAN SAMBUNGAN

LETAK SAMBUNGAN Atap


DESKRIPSI SAMBUNGAN Komponen sambungan terletak pada bagian atap
berupa sambungan struktur atap kuda-kuda.
FOTO SAMBUNGAN
H. DATA RUANG DALAM BANGUNAN

JUMLAH RUANG DALAM BANGUNAN 16

JENIS RUANG DALAM BANGUNAN

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG A


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI Ruang depan


DESKRIPSI SINGKAT Ruang memiliki denah asimetris yang menyempit
di sisi barat. Ruang ini memiliki satu pintu di sisi
timur sebagai pintu utama dan pintu masuk
bangunan, serta dua pintu di sisi barat yang
terhubung dengan ruang B dan D. Selain itu, juga
memiliki dua jendela di sisi timur dan dua jendela
di sisi utara. Di sudut sisi timur laut ruang,
terdapat bekas rel besi.
KET. LAINNYA

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG B


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI

DESKRIPSI SINGKAT Ruang berdenah asimetris berbentuk segi empat


dan memiliki tiga akses pintu yang terletak di sisi
timur yang terhubung dengan ruang A, pintu sisi
utara yang terhubung dengan ruang D, dan pintu
sisi barat yang terhubung dengan ruang C.
KET. LAINNYA

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG C


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI

DESKRIPSI SINGKAT Ruang berdenah asimetris berbentuk segi empat


dan memiliki dua akses pintu yang terletak di sisi
utara dan pintu di sisi timur yang terhubung
dengan ruang B. Di sisi barat, terdapat sebuah
jendela dan dua ventilasi.
KET. LAINNYA

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG D


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI

DESKRIPSI SINGKAT Ruang berbentuk lorong yang memanjang timur-


barat dengan empat akses pintu yang terdiri dari
satu pintu terletak di sisi timur menghubungkan
ruang dengan ruang A, dua pintu di sisi selatan
menghubungkan dengan ruang B dan C, serta
satu pintu di sisi barat menghubungkan dengan
ruang E. Selain itu, juga terdapat dua jendela di
sisi utara.
KET. LAINNYA

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG E


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI

DESKRIPSI SINGKAT Ruang berbentuk memanjang dan menyempit di


sisi barat. Di sisi timur, terdapat satu akses pintu
yang terhubung dengan ruang D dan tangga yang
terhubung dengan bangunan lantai 2. Di sisi
utara, terdapat satu akses pintu masuk dan dua
jendela.
KET. LAINNYA

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG F


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI Toilet
DESKRIPSI SINGKAT Ruang berdenah asimetris yang berbentuk segi
empat. Ruang terbagi menjadi tiga bagian
dengan dua bagian di sisi barat dan timur yang
difungsikan sebagai toilet dan bagian tengah
sebagai akses masuk.
KET. LAINNYA

NAMA RUANG G
UKURAN RUANG

FUNGSI
DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG
BANGUNAN/STRUKTUR DESKRIPSI SINGKAT Ruang berdenah asimetris dengan satu akses
pintu di sisi utara.
KET. LAINNYA

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG H


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI

DESKRIPSI SINGKAT Ruang memiliki tiga akses pintu yang terdiri dari
satu pintu di sisi timur yang terhubung dengan
ruang E, satu pintu di sisi selatan yang terhubung
dengan ruang G, dan satu pintu di sisi barat yang
terhubung dengan ruang I. Terdapat dua jendela
yang terletak di sisi utara dan komponen
tambahan berupa sumur berbentuk setengah
lingkaran di sisi barat.
KET. LAINNYA

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG I


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI Fungsi sekarang digunakan sebagai gudang yang


menyimpan kebutuhan perawatan bangunan.
DESKRIPSI SINGKAT Ruang ini merupakan ruang paling belakang dari
bangunan. Memiliki 3 pintu dari sisi utara, timur,
dan barat.
KET. LAINNYA

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG J


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI Fungsi sebelumnya digunakan sebagai loteng


DESKRIPSI SINGKAT Berada di atas ruang utama bangunan.
Beralaskan kayu serta memiliki bentuk gunungan.
Memiliki 1 jendela di sisi utara dan 1 pintu yang
berbentuk relatif persegi di sisi barat.
KET. LAINNYA

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG K


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI Berfungsi sebagai pengatur suhu, cahaya, dan


ventilasi udara.
DESKRIPSI SINGKAT Merupakan ruang terbuka tanpa atap yang
menghubungkan loteng dengan ruang lain.
KET. LAINNYA

NAMA RUANG L
UKURAN RUANG

FUNGSI Berfungsi sebagai pengatur suhu, cahaya, dan


ventilasi udara
DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG
DESKRIPSI SINGKAT Merupakan ruang terbuka tanpa atap yang
BANGUNAN/STRUKTUR
terdapat tempat penampung air dengan
penyangga struktur besi.
KET. LAINNYA

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG M


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI

DESKRIPSI SINGKAT Ruangan memiliki denah asimetris yang semakin


menyempit di sisi barat. Terdapat tambahan
komponen penunjang berupa meja di sebelah
barat pintu. Terdapat sekat. Terdapat pula
dinding sekat yang memiliki ornamen simetris
berlubang. Memiliki 1 pintu di sisi utara dan 2
jendela di sisi timur dan utara.
KET. LAINNYA

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG N


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI
DESKRIPSI SINGKAT Ruangan memiliki denah asimetris yang semakin
menyempit di sisi barat. Memiliki 1 pintu di sisi
utara dan 1 jendela di sisi utara.
KET. LAINNYA

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG O


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI

DESKRIPSI SINGKAT Ruangan memiliki denah asimetris yang semakin


menyempit di sisi barat. Memiliki 1 pintu di sisi
utara dan 1 jendela di sisi utara.
KET. LAINNYA

DESKRIPSI MASING-MASING BAGIAN/RUANG NAMA RUANG P


BANGUNAN/STRUKTUR UKURAN RUANG

FUNGSI Sebagai penghubung ketiga ruangan yang berada


pada lantai 2.
DESKRIPSI SINGKAT Balkon memanjang dari timur ke barat. Pagar
balkon berupa balustrade kayu yang memiliki
ornamen struktural geometris.
KET. LAINNYA

I. DATA KOMPONEN ORNAMENTAL


JUMLAH KOMPONEN ORNAMENTAL 3
JENIS KOMPONEN ORNAMENTAL Terdapat dua jenis ornamen yang ditemukan
pada bangunan, yaitu ornamen struktural yang
memiliki fungsi tertentu terdiri dari rete-rete,
dan ornamen nonstruktural yang terdiri dari
ornamen jangkar dan panil kaca patri.
DESKRIPSI KOMPONEN ORNAMENTAL NAMA ORNAMEN Rete-rete
BANGUNAN/STRUKTUR BAHAN ORNAMEN Kayu
TEKNIK PENGERJAAN Ukir
UKURAN ORNAMEN

LETAK ORNAMEN Tepi atap pada bangunan lantai 2


DESKRIPSI SINGKAT ORNAMEN Ornamen rete-rete bersifat fungsional untuk
FOTO ORNAMEN

KET. LAINNYA

DESKRIPSI KOMPONEN ORNAMENTAL NAMA ORNAMEN Ornamen jangkar


BANGUNAN/STRUKTUR BAHAN ORNAMEN

TEKNIK PENGERJAAN

UKURAN ORNAMEN

LETAK ORNAMEN Tembok sisi utara pada bagian luar


DESKRIPSI SINGKAT ORNAMEN Ornamen berbentuk jangkar terdapat pada
dinding sisi utara pada bagian luar.
FOTO ORNAMEN

KET. LAINNYA

DESKRIPSI KOMPONEN ORNAMENTAL NAMA ORNAMEN Ornamen panil kaca patri


BANGUNAN/STRUKTUR BAHAN ORNAMEN Kaca
TEKNIK PENGERJAAN

UKURAN ORNAMEN 36x12 cm


LETAK ORNAMEN Pintu sisi timur ruang A yang terhubung dengan
ruang D
DESKRIPSI SINGKAT ORNAMEN Ornamen panil kaca terdapat pada pintu rangkap
yang menghubungkan antara ruang A dan ruang
D. Masing-masing bagian pintu memiliki tiga
buah panil kaca yang berbentuk segi empat dan
berwarna hijau. Panil-panil tersebut disusun
secara sejajar
FOTO ORNAMEN

KET. LAINNYA

J. DATA KOMPONEN PENDUKUNG

JUMLAH KOMPONEN PENDUKUNG YANG ADA 4


PADA BANGUNAN/STRUKTUR
JENIS KOMPONEN PENDUKUNG LAINNYA Komponen pendukung yang terdapat pada
bangunan rumah antara lain sumur, tangga,
saluran listrik, dan saluran air.
DESKRIPSI KOMPONEN PENDUKUNG NAMA KOMPONEN Sumur
BAHAN KOMPONEN Semen, batu bata
UKURAN KOMPONEN Setengah lingkaran dengan diameter 2 m
DESKRIPSI SINGKAT Sumur berbentuk setengah lingkaran dengan
diameter 2 m. Komponen sumur terletak di sisi
barat ruang H.
FOTO KOMPONEN

KET. LAINNYA

DESKRIPSI KOMPONEN PENDUKUNG NAMA KOMPONEN Tangga


BAHAN KOMPONEN Semen, batu bata, tegel
UKURAN KOMPONEN Panjang anak tangga: 50 cm
Lebar anak tangga: 25 cm
Tinggi anak tangga: 20 cm
DESKRIPSI SINGKAT Komponen tangga terletak pada sisi timur ruang
E dan menghubungan antara bangunan lantai 1
dan lantai 2. Komponen tangga terdiri dari 13
anak tangga. Anak tangga dibuat dari bahan batu
bata dan semen yang dilapisi oleh tegel dengan
motif yang sama dengan lantai pada bangunan
lantai 1. Tangga disertai dengan railing berbahan
besi.
FOTO KOMPONEN

KET. LAINNYA

DESKRIPSI KOMPONEN PENDUKUNG NAMA KOMPONEN Saluran listrik


BAHAN KOMPONEN
UKURAN KOMPONEN
DESKRIPSI SINGKAT Saluran listrik terletak pada seluruh bagian
bangunan. Kabel penyalur listrik dilindungi
dengan pipa paralon yang dilapisi cat berwarna
putih
FOTO KOMPONEN

KET. LAINNYA

DESKRIPSI KOMPONEN PENDUKUNG NAMA KOMPONEN Saluran air


BAHAN KOMPONEN Pipa paralon, water torn
UKURAN KOMPONEN
DESKRIPSI SINGKAT
FOTO KOMPONEN

KET. LAINNYA
4.4 MATRIKS IDENTIFIKASI KEASLIAN KOMPONEN BANGUNAN

A. INFORMASI UMUM

1. NAMA WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA Rumah Jalan Ketandan Kidul No. 17, Yogyakarta
2. JUMLAH SELURUH BANGUNAN/STRUKTUR DALAM 1 (satu)
KOMPLEKS
3. JUMLAH BANGUNAN/STRUKTUR DALAM KOMPLEK 1 (satu)
SASARAN PERENCANAAN
4. JENIS BANGUNAN/STRUKTUR DALAM KOMPLEK Rumah arsitektur Cina (shophouse/ruko)
SASARAN PERENCANAAN
5. NAMA BANGUNAN/STRUKTUR Ketandan 17
6. NAMA PETUGAS OBSERVASI Imam Marco
7. METODE OBSERVASI Wawancara, Pengukuran, dan Penga,bilan Gambar
8. ALAT OBSERVASI Meteran, ATK, dan senter
9. TANGGAL OBSERVASI 11 April 2023

B. BAGIAN KAKI
Komponen Aspek Keaslian Ket. Foto
Nama Kode Bentuk Bahan Tata Letak Teknik Bobot
Asli Berubah Baru Asli Berubah Baru Asli Berubah Baru Asli Berubah Baru Keaslian
Lantai L1 11 5 11 5 12 4 16 50/64 Ruang A, D,
E, F, H, dan
K
mengalami
renovasi
Pondasi PT1 2 2 2 2 8/8
tiang
Rel besi RB1 2 2 2 2 8/8
Tegel TL 11 1 3 11 4 11 1 3 11 4 44/60 Ruang B, C,
lantai D, G, H, I, L,
M, N, O,
dan P masih
asli
sedangkan
ruang A, E,
F, dan K
mengalami
penggantian
tegel
Lubang LA 20 20 20 20 0/80
Akses
Sumur S1 1 1 1 1 4/4

C. BAGIAN BADAN
Komponen Aspek Keaslian Ket. Fot
Nama Bentuk Bahan Tata Letak Teknik o
Kod Asl Beruba Bar Asl Beruba Bar Asl Beruba Bar Asl Beruba Bar Bobot
e i h u i h u i h u i h u Keaslia
n
Dinding 16 9 7 9 7 9 7 43/64 DInding dari
ruang A, D, E, H,
J, K, dan M
mengalami
penambahan
bagian
Pintu Kayu PK 6 13 6 13 6 13 6 13 24/76
Grendel GP 3 1 51 3 52 3 52 3 52 6/12
Jendela J 3 12 3 12 3 12 3 12 12/60 Ventilasi
ditutupi kaca
untuk
mengakomodas
i penggunaan
AC
Ventilasi VU 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 4/20
Udara
Sekat SPR1 2 2 2 2 0/8
Pemisah
Ruangan
Railing Besi RB2 12 12 12 12 0/48
Tombol TL 17 17 17 17 0/68
Lampu
Saklar SL 19 19 19 19 19/76
Lampu
Stop SK 14 14 14 14 14/56
Kontak
Air AC 8 8 8 8 0/32
Conditione
r
Tower Air TA2 1 1 1 1 0/1

D. BAGIAN KEPALA
Komponen Aspek Keaslian Bobot Ket. Foto
Nama Kode Bentuk Bahan Tata Letak Teknik Keaslian
Asli Berubah Baru Asli Berubah Baru Asli Berubah Baru Asli Berubah Baru
Langit- LL 3 3 3 3 12/ Langit-
langit langit
bovan
dibedakan
dengan
langit-
langit
triplek
Atap ARB2 1 1 1 1 0/4
Rangka
Baja
Genteng GTL 2 2 2 2 6/8
Tanah
Liat
4.5. MATRIK IDENTIFIKASI KERUSAKAN DAN RENCANA PENANGANAN KERUSAKAN KOMPONEN BANGUNAN/STRUKTUR

A. Informasi Umum

1 Nama Warisan Budaya Bangunan Ketandan 17


2 Jumlah Seluruh Bangunan 1 bangunan 2 atap
3 Jumlah bangunan dalam 1 bangunan 2 atap
sasaran Perencanaan
4 Jenis Bangunan dalam komplek Rumah-toko (shophouse) dua lantai tipikal arsitektur
sasaran Perencanaan China. Bangunan ini terdiri dari dua unit dan area ruang
terbuka (air-well/ courtyard) di antara kedua bangunan,
yang ada dalam kaveling seluas 457,71 m2 dan masing-
masing bangunan memiliki dua lantai
5 Nama Bangunan Rumah Jalan Ketandan Kidul Nomor 17 Yogyakarta
6 Nama Petugas Observasi Moh Wahyu Sholihuddin
7 Motode Observasi Penngamatan langsung dan wawancara dengan juru
pelihara
8 Alat observasi Matriks, meteran, alat tulis, kamera
9 Tanggal Observasi 11 April 2022
4.6. MATRIK REKONSTRUKSI PEMULIHAN KOMPONEN ARSITEKTUR BANGUNAN KETANDAN 19

1 Nama Warisan Budaya Bangunan Ketandan 17


2 Jumlah Seluruh Bangunan Dua bangunan masing-masing dua lantai
3 Jumlah bangunan dalam Dua bangunan masing-masing dua lantai
sasaran Perencanaan
4 Jenis Bangunan dalam komplek Rumah Toko tipe Chineese Shophouse bergaya arsitektur
sasaran Perencanaan perpaduan China dengan fungsi awal sebagai rumah toko
yang dibangun pada perkiraan abad ke 20 (1917)
berdasarkan Rijsblad van Sultanaat.
5 Nama Bangunan Bangunan Ruko Pecinan Ketandan 17
6 Nama Petugas Observasi Hareza Prihantoro
7 Motode Observasi Penngamatan langsung dan wawancara dengan juru
pelihara
8 Alat observasi Kamera dan Perekam Hp
9 Tanggal Observasi 11 April 2022

Sumber Data awal Deskripsi bentuk Nomor Bahan yang keterangan


data gambar dibutuhkan
rekonstruksi
10 11 12 13 14 15
SK Deskrispi - Perlu dilakukan -Paint remover
Penetapan data uraian perbaikan parsial
wawancara pada dinding
pada sk yang mengalami -Bahan KOmposisi
penetapan pelapukan Bligon/ Hydraulic
-Dilakukan Mortar
pembersihan -Pengecatan ulang
coretan pada bagian parsial
vandalisme pada yang telah dilakukan
idnding bagian perawatan
luar

4.7 Matriks Perubahan dan Penambahan Komponen Bangunan/Struktur

INFORMASI UMUM
1 Nama Warisan Budaya Rumah Jalan Ketandan Kidul No. 17 Yogyakarta
dan Cagar Budaya
2 Jumlah Seluruh 2
Bangunan/ Struktur
dalam Komplek
3 Jumlah Bangunan/ 2
Struktur dalam Komplek
Sasaran Perencanaan
4 Jenis Bangunan/ 1. Tipe Rumah Toko
Struktur dalam Komplek 2.
Sasaran Perencanan
5 Nama Bangunan Rumah Toko Jalan Ketandan
Struktur
6 Nama Petugas Persha Azizan Hakima
Observasi
7 Metode Observasi Wawancara dengan juru pelihara (Sahril) dan pengamatan
langsung ke situsm pengambilan foto
8 Alat Observasi Kamera, meteran
9 Tanggal Observasi 11 April 2023

A. Lantai 1 Bagian Kaki


Tindakan
KOMPONEN LAMA KOMPONEN BARU
Penanganan
Nama Kode Bahan Bentuk Letak Nama Kode Bahan Bentuk Letak
Tegel Denah Tanah Tegel Tersebar di Penggantian Tegel Tanah liat Tegel Kunci
ruang liat Kunci sebelah barat tegel kunci yang merah &
merah Ruang kode menyerupai menyerup pasir
H dan G, motif tegel asli ai tegel
bersentuhan asli
dengan
dinding sumur
sebelah utara,
di ruang E
Sumur SAL Bata dan Setengah Instalasi aliran Pipa Dinding sebelah
semen lingkarah air Paralon barat bangunan

Lantai 2 Bagian Kaki

KOMPONEN LAMA KOMPONEN BARU


15. TINDAKAN
10. Nama 11. 12. 13. 14. Letak PENANGANAN 16. Nama 17. 18. Bahan 19. Bentuk 20. Letak
Kode Bahan Bentuk Kode

Lantai 1 Bagian Tubuh


TINDAKAN
KOMPONEN LAMA KOMPONEN BARU
PENANGANAN
Nama Kode Bahan Bentuk Letak Nama Kode Bahan Bentuk Letak
Pintu A Besi Pintu Ruang A Pelepasan pintu Dinding A Bata, Ruang A
Geser (sebela geser geser yang kemudian baru, (sebelah semen,
h Barat rel diganti dengan pintu, Barat kayu
ruang) pembangunan dan ruang) jati,
tembok bata disertai
jendela
pemadangan pintu
dan 2 jendela
Rolling Alumunium Pelepasan pintu Dinding A Dinding bata & Ruang A
door geser yang kemudian (Sebelah semen
diganti dengan utara
pembangunan
tembok bata disertai
pemadangan pintu
dan 2 jendela
Jendela Ruang Kayu jati & Kusen, Ruang B Ventilasi yang - - - Ruang B
Ventilasi B kaca daun tadinya bisa
jendela dibuka-tutup,
dan menjadi ditutup
kaca permanen agar
tidak masuk air
dari lantai 2

Dinding Bata Penambahan dua


lorong dan jendela
Semen
Bagian tubuh lantai 2
KOMPONEN LAMA TINDAKAN KOMPONEN BARU
PENANGANAN

NAMA KODE BAHAN BENTUK LETAK NAMA KODE BAHAN BENTUK LETAK

Pintu geser besi persegi sebelah timur Pelepasan pintu Tembok bata Bata & Sebelah
Panjang ruang geser yang semen? timur
resepsionis? kemudian diganti
dengan
pembangunan
tembok bata

Rolling door alumunium Sebelah utara Pelepasan pintu Tembok bata Bata & Sebelah
ruang geser yang semen utara
resepsionis? kemudian diganti
dengan
pembangunan
tembok bata

Jenjela Kayu jati & Persegi Sebelah barat Ventilasi ditutup


Ventilasi (2) kaca panjang bangunan, permanen,
ruang tengah
Pintu ruang Persegi Ruang Penggantian Pintu triplex Kayu Persegi Ruang
tengah panjang tengah? menjadi pintu triplex panjang tengah
berbahan triplex

Anda mungkin juga menyukai