ABSTRAK
masih kurang optimal hal ini juga ikut mendukung keberlangsungan pelestarian
bangunan/situs.
Kata Kunci : Proses Keruangan Pelestarian Saujana Budaya Kota (Urban Heritage),
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
68
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82
(heritage) Indonesia meliputi Pusaka ataupun objek lain yang bersifat ekonomis-
Alam, Pusaka Budaya, dan Pusaka komersial.
Saujana. Pusaka Alam adalah bentukan Kecamatan Laweyan banyak
alam yang istimewa. Pusaka Budaya menyimpan misteri tentang warisan pusaka
adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya kota dari sejarah masa lampau terutama
yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa bangunan-bangunan tua yang terdapat di
di tanah air Indonesia, secara sendiri- Kecamatan tersebut. Keberadaan bangunan
sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, mempunyai ciri khas, histori serta fungsi
dan dalam interaksinya dengan budaya lain sendiri-sendiri dari bangunan tersebut
sepanjang sejarah keberadaannya. sesuai dengan tujuan dibangunnya
Sedangkan Pusaka Saujana adalah bangunan tersebut pada masa lampau serta
gabungan dari Pusaka Alam dan Pusaka kebudayaan yang melekat padanya yang
Budaya. hingga saat ini masih bisa dinikmati
Budaya dan sejarah merupakan keberadaannya. Sebut saja kampung batik
jembatan cerminan kehidupan masa lalu laweyan yang merupakan sebuah kawasan
dan masa sekarang. Perkembangan di Kecamatan Laweyan yang merupakan
teknologi dan kebutuhan ruang yang suatu kawasan sentra industri batik yang
semakin meningkat seiring berkembangnya unik, spesifik dan bersejarah. Dilihat dari
waktu seolah-olah menggeser peninggalan segi sejarah menurut Mlayadipuro (1984),
sejarah dan budaya. Beberapa keberadaan Kampung Laweyan Surakarta
permasalahan mengenai warisan sejarah sudah ada sejak sebelum tahun 1500 M.
misalnya perubahan tampilan bangunan Pada masa itu Kampung Laweyan dengan
serta pengalihfungsian guna lahan Pasar Laweyan dan Bandar Kabanarannya
sehingga kondisi dan keberadaan warisan merupakan pusat perdagangan dan
sejarah atau khususnya bangunan/situs penjualan bahan sandang (lawe) Kerajaan
cagar budaya semakin terpinggirkan. Pajang yang ramai dan strategis
Dalam perubahan tersebut, bangunan, (Priyatmono, 2004). Selain sebagai
kawasan, maupun obyek budaya yang kawasan sentra industri batik, juga
perlu dilestarikan menjadi rawan hilang bangunannya yang merupakan peninggalan
atau hancur. Sebaliknya dengan sendirinya masa lampau. Kebudayaan dan atribut
bangunan atau kawasan tersebut yang terdapat di kawasan ini merupakan
tergantikan dengan bangunan, kawasan peninggalan pada masa lampau dan tidak
terjadi begitu saja, banyak historis yang
69
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82
mendasari terbentuknya kawasan ini, hal penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
ini menunjukkan bahwa Kecamatan dan kebudayaan (UU No. 5/1992 Pasal 1).
Laweyan kaya akan warisan budaya. Seiring dengan berkembangnya kota,
Banyak warisan budaya terutama satu demi satu heritage atau warisan
bangunan bersejarah yang memiliki gaya budaya tersebut mulai hilang akibat dari
arsitektur khas masing-masing sebagai ciri tuntutan jaman yang modern. Banyak
dari bagian masa lampau. Bangunan- dijumpai bangunan bersejarah yang
bangunan bersejarah tersebut dikategorikan memiliki nilai historis yang luhur
sebagai bangunan cagar budaya. Adapun dihancurkan dibangun dengan bangunan
yang dimaksud dengan cagar budaya yang lebih memiliki nilai komersil. Hal ini
adalah warisan budaya bersifat kebendaan sangat mengkhawatirkan banyak pihak,
berupa benda cagar budaya, bangunan padahal Pemerintah Kota Surakarta sudah
cagar budaya, struktur cagar budaya, situs memiliki kebijakan untuk melindungi
cagar budaya, dan kawasan cagar budaya heritage atau warisan budaya tersebut.
di darat dan atau di air yang perlu Termasuk seluruh kawasan bersejarah
dilestarikan keberadaannya karena yang ada di Kecamatan Laweyan.
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu Kebijakan mengenai perlindungan heritage
pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau atau warisan budaya sudah dituangkan
kebudayaan melalui proses penetapan. dalam SK Walikota Surakarta Nomor
Selain sebagai cagar budaya, bangunan- 646/116/1/1997 yang bertujuan
bangunan tua merupakan salah satu menyelamatkan warisan budaya di Kota
pertanda jati diri sebuah kota. Benda cagar Surakarta dan memanfaatkannya sesuai
budaya adalah benda buatan manusia, asas perlindungan dan sesuai dengan yang
bergerak atau tidak bergerak yang berupa tercantum dalam Undang-Undang No.
kesatuan atau kelompok, atau bagian- 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya.
bagian atau sisa-sisanya, yang berumur Kenyataan di atas menunjukkan
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, bahwa urban heritage sangat rentan
atau mewakili masa gaya yang khas dan tergeser atau hancur seiring dengan
mewakili masa gaya sekurang-kurangnya berjalannya waktu dan perkembangan
50 (lima puluh) tahun, serta dianggap modernisasi, ditambah dengan semakin
mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu besarnya kebutuhan ruang, sementara
pengetahuan, dan kebudayaan, dan benda ruang yang tersedia cenderung tetap, hal
alam yang dianggap mempunyai nilai ini menunjukkan adanya proses perubahan
70
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82
71
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82
keruangan urban heritage mengetahui 646/116/1/1997 Tentang Penetapan Bangunan dan Kawasan
Bersejarah Di Kota Surakarta Serta Berdasarkan
lokasi persebaran urban heritage yaitu Survey Lapangan Tahun 2013
72
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82
74
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82
75
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82
76
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82
77
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82
78
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82
Kelurahan yang ada. Persebaran dan pola Kota (Urban heritage) Kecamatan
keruangan Saujana Budaya (Urban Laweyan masih kurang optimal. Hal ini
Heritage) Di Kecamatan Laweyan Kota terlihat di beberapa bangunan/situs yang
Surakarta dari dengan hasil analisis tidak jelas pihak yang bertanggung jawab
tetangga terdekat (nearest neighbour untuk mengelolanya sehingga
analysis) menggunakan aplikasi SIG, mengakibatkan bangunan/situs kurang
adalah dispersed/seragam tidak merata di mendapat perhatian dan kurang terpelihara.
seluruh wilayah Kecamatan Laweyan. Keteraturan perawatan terhadap
Dengan pola memanjang mengikuti bangunan/situs rata-rata tidak teratur.
sungai; (2) Proses pelestarian Saujana Dalam pengelolaan pelestariannya rata-rata
Budaya Kota (Urban heritage) Kecamatan hambatan yang dialami adalah pada minim
Laweyan pada tahun 2000 terdapat dana dan mahalnya dana perawatan serta
perubahan terhadap Rumah Persinggahan pemanfaatan yang kurang tepat. Selain itu
Sementara KH Samanhudi yaitu Renovasi faktor kepentingan atau kebutuhan pemilik
atap bangunan; Makam Kyai Ageng Henis atau pengelola (bangunan/situs yang
yaitu pemugaran lantai, penggantian bersifat milik pribadi) yang menyesuaikan
genteng, kayu pendapa; Makam Kyai dengan perkembangan jaman juga ikut
Adipati Djangrono II yaitu pemugaran berpengaruh terhadap pengelolaan
atap dan lantai makam; Rumah KH bangunan/situs yang mengakibatkan
Samanhudi yaitu penambahan pintu garasi terjadinya alih fungsi dan perubahan
dan kanopi. Pada tahun 2005 terdapat terhadap bangunan/situs. Pemerintah sudah
perubahan terhadap Rumah Persinggahan berperan dalam usaha pengelolaan
Sementara KH Samanhudi yaitu renovasi pelestarian masih kurang optimal hal ini
atap bangunan; Masjid Laweyan yaitu juga ikut mendukung keberlangsungan
pembangunan pagar di bagian depan pelestarian bangunan/situs.
masjid. Kemudian pada tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian dan
terdapat perubahan terhadap Rumah Yang implikasi penelitian yang telah
Masih Memiliki Bunker yaitu mengalami dikemukakan sebelumnya, maka dapat
alih fungsi selan sebagai tempat tinggal diambil saran sebagai berikut :
juga dikontrakan; Rumah Persinggahan (1) Perlu adanya kerjasama yang
Sementara KH Samanhudi yaitu renovasi sinergis antara pemerintah dan pemilik
atap bangunan; (3) Untuk manajemen atau pengelola bangunan/situs cagar
pengelolaan pelestarian Saujana Budaya budaya untuk pelestarian bangunan/situs
79
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82
cagar budaya terutama dalam hal dana bagian mana yang tidak diperbolehkan
perawatan yang menjadi tonggak dalam untuk diubah; (3) Perlu diadakannya
kelestarian bangunan/situs tersebut perbaikan tentang manajemen
mengingat usia bangunan/situs yang sudah pengelolaannya terutama terhadap
tidak muda lagi secara otomatis akan keteraturan perawatannya, yang selama ini
berkurang kualitas dari bangunan/situs masih kurang teratur hal ini berpengaruh
yang berarti perlu diadakan konservasi; (2) terhadap kualitas dan keawetan
Perlu memperhatikan kaidah-kaidah yang bangunan/situs. Dengan jalan dibentuk
berkaitan dengan bangunan/situs cagar suatu wadah yang bertanggung jawab
budaya, sehingga dalam proses pelestarian terhadap bangunan/situs yang masih
bangunan/situs cagar budaya tidak akan kurang jelas pihak yang bertanggung jawab
mengurangi nilai sejarah dan ilmu untuk merawat dan mengelolanya.
pengetahuan yang melekat pada Sehingga bangunan/situs yang ada akan
bangunan/situs cagar budaya tersebut. tetap lestari dan bisa dinikmati oleh
Misalnya diadakan sosialisasi tentang generasi mendatang. Sebaiknya dibentuk
pentingnya peninggalan sejarah dari sebuah tim dari pemerintah yang
pemerintah kepada pemilik atau pengelola bertanggung jawab terhadap pelestarian
dan masyarakat pada umumnya. bangunan/situs cagar budaya yang
Memberikan pengetahuan tentang ditugaskan langsung ke lapangan untuk
bagaimana cara melakukan konservasi memberikan bimbingan dan pengarahan
yang benar, bagian-bagian mana yang terhadap pengelola.
diperbolehkan untuk diubah dan bagian-
DAFTAR PUSTAKA Adishakti, Laretna T. 2003. Teknik
Konservasi Kawasan Pusaka,
Jurusan Arsitektur, Universitas
Adishakti, Laretna T, 1997. “A Study on Gadjah Mada, Yogyakarta.
the Conservation Planning of
Yogyakarta Historic-tourist City Amanda Wirastari, Volare dan Suprihardjo,
Based on Urban Space Heritage Rimadewi. 2012. Pelestarian
Conception”. Unpublished Kawasan Cagar Budaya Berbasis
dissertation. Kyoto University, Partisipasi Masyarakat (Studi
Japan. Kasus: Kawasan Cagar Budaya
Bubutan, Surabaya). Surabaya.
Adhisakti, Laretna. 2001. Mengasah Teknologi Sepuluh November
Pusaka Kota dan Desa menjadi (ITS).
Media Usaha yang Berkilau. Jurnal
INSINYUR, Edisi No. 3 Vol. Antariksa. 2010. Tipologi Wajah
XXIII/2001. Bangunan dan Riasan dalam
80
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82
81
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82
82