Anda di halaman 1dari 16

Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768

Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

PROSES KERUANGAN PELESTARIAN


SAUJANA BUDAYA KOTA (URBAN HERITAGE)
DI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2013
(Kajian Pelestarian Cagar Budaya
Di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta)

Dhi Bramasta1, M. Gamal Rindarjono2, Sarwono2


dhi_bramasta@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar belakang : Perkembangan teknologi dan kebutuhan ruang yang semakin


meningkat seiring berkembangnya waktu berakibat menggeser peninggalan sejarah dan
budaya misalnya perubahan tampilan bangunan serta pengalihfungsian guna lahan sehingga
kondisi dan keberadaan warisan sejarah semakin terpinggirkan. Dalam perubahan tersebut,
bangunan, kawasan, maupun obyek budaya yang perlu dilestarikan menjadi rawan hilang atau
hancur.
Permasalahan : Bagaimana persebaran dan pola keruangan Saujana Budaya Kota
(urban heritage) di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta? bagaimana proses keruangan
pelestarian Saujana Budaya Kota (urban heritage) dimensi kewaktuan tahun 2000, 2005 dan
2013 di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta? bagaimana manajemen pengelolaan pelestarian
Saujana Budaya Kota (urban heritage) di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta?
Tujuan : Mengetahui persebaran dan pola keruangan Saujana Budaya Kota (urban
heritage) di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, mengetahui proses keruangan pelestarian
Saujana Budaya Kota (urban heritage) di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dimensi
kewaktuan tahun 2000, 2005 dan 2013, mengetahui manajemen pengelolaan pelestarian
Saujana Budaya Kota (urban heritage) di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
Jenis Penelitian : Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan
keruangan. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik dan pengelola bangunan/situs cagar
budaya. Populasi penelitian ini adalah seluruh bangunan/situs cagar budaya yang sudah ada
penetapan berdasarkan SK Walikota Surakarta Nomor 646/116/1/1997 tentang penetapan
bangunan dan kawasan bersejarah di Kota Surakarta serta berdasarkan survey lapangan di
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Teknik pengumpulan data penelitian dengan survey
lapangan, wawancara, obervasi, Citra dengan serial kewaktuan tahun 2000, 2005 dan 2013.
Hasil Penelitian : Persebaran bangunan/situs cagar budaya Kecamatan Laweyan
adalah dispersed/seragam tersebar di 5 Kelurahan yaitu Kelurahan Laweyan 11
bangunan/situs, Kelurahan Pajang 3 bangunan/situs, Kelurahan Penumping 1 bangunan/situs,
Kelurahan Sriwedari 1 bangunan/situs, Kelurahan Sondakan 1 bangunan/situs dari 11
Kelurahan yang ada. Berpola mengikuti alur sungai. Disebabkan Sungai Jenes sebagai jalur
lalu lintas untuk perdagangan lawe (bahan baku tenun) pada masa Kerajaan Pajang, didukung
dengan adanya Pasar Laweyan sebagai pusat perdagangan lawe (bahan baku tenun).
Perubahan yang terjadi pada tahun 2000, Rumah Persinggahan Sementara KH Samanhudi
renovasi atap bangunan, Makam Kyai Ageng Henis pemugaran lantai, atap, penggantian kayu
pendapa, Makam Kyai Adipati Djangrono II pemugaran lantai dan atap makam. Pada tahun
2005, Rumah Persinggahan Sementara KH Samanhudi renovasi atap bangunan, Masjid
Laweyan pembangunan pagar masjid. Pada tahun 2013, Rumah Persinggahan Sementara KH
Samanhudi renovasi atap bangunan, Rumah Yang Masih Memiliki Bunker beralih fungsi
sebagai tempat tinggal pribadi dan dikontrakkan. Untuk manajemen pengelolaan pelestarian
Saujana Budaya Kota (Urban heritage) Kecamatan Laweyan masih kurang optimal. Hal ini
terlihat di beberapa bangunan/situs yang tidak jelas pihak yang bertanggung jawab untuk
mengelolanya mengakibatkan bangunan/situs kurang terpelihara. Keteraturan perawatan
bangunan/situs rata-rata tidak teratur. Dalam pengelolaan pelestarian rata-rata hambatan yang
dialami adalah minim dana perawatan serta pemanfaatan yang kurang tepat. Selain itu faktor
kepentingan pemilik atau pengelola (bangunan/situs yang bersifat milik pribadi) yang
menyesuaikan dengan perkembangan jaman juga ikut berpengaruh terhadap pengelolaan
bangunan/situs yang mengakibatkan terjadinya alih fungsi dan perubahan terhadap
bangunan/situs. Pemerintah sudah berperan dalam usaha pengelolaan pelestarian, namun

*1 Staff Mengajar UMP Purwokerto


*2 Staff Mengajar Magister PKLH FKIP UNS 67
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

masih kurang optimal hal ini juga ikut mendukung keberlangsungan pelestarian
bangunan/situs.

Kata Kunci : Proses Keruangan Pelestarian Saujana Budaya Kota (Urban Heritage),
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta

PENDAHULUAN Aldo Rossi (1982 : 130) mengatakan,


sebuah kota menyimpan masa lampaunya
Peradaban manusia tidak pernah sebagai ingatan bersama (collective
terlepas dari sejarah yang pernah di buat memory), dan bahwa manusia menelusuri
manusia pada jaman dahulu. Indonesia artefak urban yang memberi struktur pada
kaya akan peristiwa sejarah yang turut kota. Dengan sifat kota yang pada
menjadi saksi perkembangan bangsa ini umumnya bersifat dinamis, dapat
hingga menjadi seperti sekarang. Banyak dikerucutkan bahwa kota itu adalah
peninggalan-peninggalan bersejarah yang lambang perjalanan sejarah, teknologi dan
menyimpan nilai historis yang luhur, jamannya. Perkembangan suatu kota tidak
sebagai sumber ilmu pengetahuan, juga akan lepas dari kehadiran kawasan kota
memiliki nilai arsitektur yang sangat lama. Kota lama dalam suatu kota bernilai
tinggi. positif dan sebagai titik referensi.
Menurut R. Bintarto (1989 : 36) kota Suatu kawasan kota perlu
dari segi geografis dapat diartikan sebagai memperhatikan warisan sejarah sebagai
suatu sistem jaringan kehidupan manusia upaya pemanfaatan sumberdaya dalam
yang ditandai dengan kepadatan penduduk dimensi ruang untuk mencapai kawasan
yang tinggi dan diwarnai dengan strata kota yang lebih baik. Pembangunan fisik
sosial - ekonomi yang heterogen dan perkotaan tanpa memperhatikan warisan
coraknya yang materialistis, atau dapat yang telah ada baik dari segi bangunan,
pula diartikan sebagai bentang budaya kawasan, tatanan masyarakat dan yang
yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami lainnya, akan merubah wajah kota
dan non alami dengan gejala-gejala sehingga nilai-nilai yang tertanam di
pemusatan penduduk yang cukup besar sebuah kota akan hilang.
dengan corak kehidupan yang bersifat Merujuk pada Piagam Pelestarian
heterogen dan materialistis dibandingkan Pusaka Indonesia yang dideklarasikan di
dengan daerah belakangnya. Ciloto 13 Desember 2003, heritage
disepakati sebagai pusaka. Pusaka

68
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

(heritage) Indonesia meliputi Pusaka ataupun objek lain yang bersifat ekonomis-
Alam, Pusaka Budaya, dan Pusaka komersial.
Saujana. Pusaka Alam adalah bentukan Kecamatan Laweyan banyak
alam yang istimewa. Pusaka Budaya menyimpan misteri tentang warisan pusaka
adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya kota dari sejarah masa lampau terutama
yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa bangunan-bangunan tua yang terdapat di
di tanah air Indonesia, secara sendiri- Kecamatan tersebut. Keberadaan bangunan
sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, mempunyai ciri khas, histori serta fungsi
dan dalam interaksinya dengan budaya lain sendiri-sendiri dari bangunan tersebut
sepanjang sejarah keberadaannya. sesuai dengan tujuan dibangunnya
Sedangkan Pusaka Saujana adalah bangunan tersebut pada masa lampau serta
gabungan dari Pusaka Alam dan Pusaka kebudayaan yang melekat padanya yang
Budaya. hingga saat ini masih bisa dinikmati
Budaya dan sejarah merupakan keberadaannya. Sebut saja kampung batik
jembatan cerminan kehidupan masa lalu laweyan yang merupakan sebuah kawasan
dan masa sekarang. Perkembangan di Kecamatan Laweyan yang merupakan
teknologi dan kebutuhan ruang yang suatu kawasan sentra industri batik yang
semakin meningkat seiring berkembangnya unik, spesifik dan bersejarah. Dilihat dari
waktu seolah-olah menggeser peninggalan segi sejarah menurut Mlayadipuro (1984),
sejarah dan budaya. Beberapa keberadaan Kampung Laweyan Surakarta
permasalahan mengenai warisan sejarah sudah ada sejak sebelum tahun 1500 M.
misalnya perubahan tampilan bangunan Pada masa itu Kampung Laweyan dengan
serta pengalihfungsian guna lahan Pasar Laweyan dan Bandar Kabanarannya
sehingga kondisi dan keberadaan warisan merupakan pusat perdagangan dan
sejarah atau khususnya bangunan/situs penjualan bahan sandang (lawe) Kerajaan
cagar budaya semakin terpinggirkan. Pajang yang ramai dan strategis
Dalam perubahan tersebut, bangunan, (Priyatmono, 2004). Selain sebagai
kawasan, maupun obyek budaya yang kawasan sentra industri batik, juga
perlu dilestarikan menjadi rawan hilang bangunannya yang merupakan peninggalan
atau hancur. Sebaliknya dengan sendirinya masa lampau. Kebudayaan dan atribut
bangunan atau kawasan tersebut yang terdapat di kawasan ini merupakan
tergantikan dengan bangunan, kawasan peninggalan pada masa lampau dan tidak
terjadi begitu saja, banyak historis yang

69
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

mendasari terbentuknya kawasan ini, hal penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
ini menunjukkan bahwa Kecamatan dan kebudayaan (UU No. 5/1992 Pasal 1).
Laweyan kaya akan warisan budaya. Seiring dengan berkembangnya kota,
Banyak warisan budaya terutama satu demi satu heritage atau warisan
bangunan bersejarah yang memiliki gaya budaya tersebut mulai hilang akibat dari
arsitektur khas masing-masing sebagai ciri tuntutan jaman yang modern. Banyak
dari bagian masa lampau. Bangunan- dijumpai bangunan bersejarah yang
bangunan bersejarah tersebut dikategorikan memiliki nilai historis yang luhur
sebagai bangunan cagar budaya. Adapun dihancurkan dibangun dengan bangunan
yang dimaksud dengan cagar budaya yang lebih memiliki nilai komersil. Hal ini
adalah warisan budaya bersifat kebendaan sangat mengkhawatirkan banyak pihak,
berupa benda cagar budaya, bangunan padahal Pemerintah Kota Surakarta sudah
cagar budaya, struktur cagar budaya, situs memiliki kebijakan untuk melindungi
cagar budaya, dan kawasan cagar budaya heritage atau warisan budaya tersebut.
di darat dan atau di air yang perlu Termasuk seluruh kawasan bersejarah
dilestarikan keberadaannya karena yang ada di Kecamatan Laweyan.
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu Kebijakan mengenai perlindungan heritage
pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau atau warisan budaya sudah dituangkan
kebudayaan melalui proses penetapan. dalam SK Walikota Surakarta Nomor
Selain sebagai cagar budaya, bangunan- 646/116/1/1997 yang bertujuan
bangunan tua merupakan salah satu menyelamatkan warisan budaya di Kota
pertanda jati diri sebuah kota. Benda cagar Surakarta dan memanfaatkannya sesuai
budaya adalah benda buatan manusia, asas perlindungan dan sesuai dengan yang
bergerak atau tidak bergerak yang berupa tercantum dalam Undang-Undang No.
kesatuan atau kelompok, atau bagian- 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya.
bagian atau sisa-sisanya, yang berumur Kenyataan di atas menunjukkan
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, bahwa urban heritage sangat rentan
atau mewakili masa gaya yang khas dan tergeser atau hancur seiring dengan
mewakili masa gaya sekurang-kurangnya berjalannya waktu dan perkembangan
50 (lima puluh) tahun, serta dianggap modernisasi, ditambah dengan semakin
mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu besarnya kebutuhan ruang, sementara
pengetahuan, dan kebudayaan, dan benda ruang yang tersedia cenderung tetap, hal
alam yang dianggap mempunyai nilai ini menunjukkan adanya proses perubahan

70
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

terhadap kelestarian urban heritage Dengan menggunakan GPS (Global


tersebut dari waktu ke waktu, artinya dari Positioning System) untuk mengambil atau
tahun ke tahun urban heritage berangsur- plotting titik-titik letak bangunan cagar
angsur berkurang atau hancur. budaya, yang kemudian diupload dalam
aplikasi SIG sebagai bahan analisis.
METODOLOGI PENELITIAN Adapun yang digunakan sebagai sumber
Penentuan sampel yang digunakan pemetaan adalah Citra Ikonos dengan
dalam penelitian ini adalah purposive serial kewaktuan tahun 2000, 2005 dan
sampling dan snowball sampling, sampel 2013. Sistem Informasi Geografi (SIG)
yang diambil adalah pengelola pelestarian adalah suatu sistem informasi yang dapat
urban heritage sebagai nara sumber. memadukan antara data grafis dengan data
Populasi dalam penelitian ini adalah teks (atribut) objek yang dihubungkan
mencakup seluruh bangunan/situs cagar secara geografis di bumi (georeference).
budaya yang sudah ada penetapan Di samping itu, Sistem Informasi Geografi
berdasarkan SK Walikota Surakarta ini juga dapat menggabungkan data,
Nomor 646/116/1/1997 tentang penetapan mengatur data dan melakukan analisis
bangunan dan kawasan bersejarah di Kota data. Untuk selanjutnya menghasilkan
Surakarta serta berdasarkan survey output yang dapat dijadikan acuan dalam
lapangan di Kecamatan Laweyan serta pengambilan keputusan pada masalah
pengelola bangunan tersebut. geografi.
Data yang digunakan terdiri dari data Penelitian ini adalah penelitian
primer dan data sekunder. Data yang deskriptif kualitatif dengan pendekatan
dipetakan yaitu pemetaan persebaran dan keruangan yang merupakan salah satu
pola keruangan saujana budaya kota pendekatan dalam geografi. Dilakukan
(urban heritage) di Kecamatan Laweyan penelitian deskriptif kualitatif karena
Kota Surakarta, proses keruangan dengan penelitian tersebut akan
pelestarian saujana budaya kota (urban mengungkap fenomena yang terjadi, yaitu
heritage) di Kecamatan Laweyan Kota mengenai persebaran dan pola keruangan,
Surakarta, dan analisis manajemen proses keruangan, manajemen pengelolaan
pengelolaan pelestarian saujana budaya pelestarian saujana budaya kota (urban
kota (urban heritage) di Kecamatan heritage) di Kecamatan Laweyan Kota
Laweyan Kota Surakarta. Surakarta.

71
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

Pendekatan keruangan dalam


penelitian ini lebih ditekankan pada matra HASIL DAN PEMBAHASAN
analisis pola keruangan (Spatial pattern Dari hasil penelitian yang dilakukan
analysis) dan analisis proses keruangan terdapat 17 bangunan/situs cagar budaya di
(Spatial process analysis). Analisis pola Kecamatan Laweyan seperti terlihat pada
keruangan berkenaan dengan distribusi Tabel berikut :
atau persebaran elemen-elemen pembentuk
Bangunan/Situs Cagar Budaya Kecamatan Laweyan Kota
ruang, ditujukan untuk mengkaji pola Surakarta Berdasarkan SK Walikota Surakarta Nomor

keruangan urban heritage mengetahui 646/116/1/1997 Tentang Penetapan Bangunan dan Kawasan
Bersejarah Di Kota Surakarta Serta Berdasarkan
lokasi persebaran urban heritage yaitu Survey Lapangan Tahun 2013

bangunan/situs cagar budaya yang Nama


No Periodisasi Lokasi
Bangunan/situs
disimbulkan dengan kenampakan titik 1 Bangunan Dalem 1900-an Jl. Dr.

(point features), dan kenampakan garis Juragan Batik Cokro Radjiman,


Sumarto Laweyan
(line features). Proses keruangan 2 Langgar Merdeka 1877 Jl. Dr.
berkenaan dengan perubahan elemen- Radjiman
Kampung
elemen pembentuk ruang dana ruang. Oleh Sayangan
karena itu analisis perubahan keruangan Kulon,
Laweyan
selalu terkait dengan dengan dimensi 3 Langgar Laweyan 1919 Jl. Dr.
kewaktuan (temporal dimension). Dimensi Radjiman,
Laweyan
kewaktuan yang digunakan adalah tahun
4 Bangunan Keteng 1500-an Jl. Sidoluhur,
2000, 2005, dan 2013. Ditujukan untuk Kampung
Kramat,
mengkaji dan mengetahui perubahan
Laweyan
keruangan saujana budaya kota (urban 5 Masjid Makmoer 1878 Jl. Sidoluhur
Kampung
heritage). Manajemen pengelolaan
Setono,
pelestarian saujana budaya kota (urban Laweyan
6 Bekas Pasar 1500-an s.d. Terletak
heritage), yaitu bagaimana cara para
Laweyan 1745 diantara Lor
pengelola dalam melestarikan warisan Pasar Mati
dan Kidul
yang ada, berkenaan dengan bentuk dan
Pasar Mati
kegiatan apa saja yang dilakukan untuk dan serta di
sebelah timur
melestarikan saujana budaya kota (urban
Kampung
heritage), sehingga akan dapat diketahui Setono
7 Gedung Dirham 1960-an Jl. Sidoluhur
bagaimana pola manajemen pengelolaan
Kampung
pelestariannya. Klaseman,

72
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

Laweyan bangunan/situs, Kelurahan Sondakan 1


8 Rumah 1960 Jalan Tiga
Persinggahan Negeri No. 16
bangunan/situs. Berarti ada 6 Kelurahan
Sementara KH Kampung yang tidak terdapat bangunan/situs Cagar
Samanhudi Kramat
Laweyan
Budaya dari 11 Kelurahan yang ada.
9 Rumah Yang Masih 1925 Kampung Berpola mengikuti sungai, hal ini
Memiliki Bunker Setono,
Laweyan
disebabkan Sungai Jenes sebagai jalur lalu
10 Masjid Laweyan 1546 Jl. Liris, lintas untuk perdagangan lawe (bahan baku
Pajang
11 Makam Ki Ageng 1700-an Jl. Liris,
tenun) dengan Bandar Kabanarannya pada
Henis Pajang masa Kerajaan pajang. Hal ini disajikan
12 Makam Kyai 1709 Kampung
pada Peta persebaran dan pola keruangan
Adipati Djangrono Setono,
Laweyan bangunan/situs cagar budaya di bawah ini.
13 Bekas Bandar 1500-an s.d. Sungai Jenes,
Hasil analisis yang menunjukkan
Kabanaran 1745 Laweyan
14 Rumah KH 1960 Jl. Liris, persebaran dan pola keruangan
Samanhudi Pajang
bangunan/situs cagar budaya disajikan
15 Monumen Prasasti 1949 Sondakan,
Titik Awal Laweyan pada Gambar hasil Nearest Neigbor
Pertempuran
Analysis/Analisis Tetangga Terdekat
Panembahan
Senopati berikut :
16 Tugu Lilin 1933 Jl. Wahidin,
Penumping Penumping
17 Museum Radya 1890 Jl. Slamet
Pustaka (1890) Riyadi No.
275 Sriwedari
Sumber : SK Walikota Surakarta Nomor 646/116/1/1997
dan Hasil Survey Lapangan Tahun 2013

PERSEBARAN DAN POLA


KERUANGAN
Persebaran bangunan/situs cagar
budaya di Kecamatan Laweyan adalah
dispersed/seragam tidak merata diseluruh
wilayah, terdapat 17 bangunan/situs cagar
budaya. Persebaran tersebut terbagi atas 5
Kelurahan, terdapat di Kelurahan Laweyan
11 bangunan/situs, Kelurahan Pajang 3
bangunan/situs, Kelurahan Penumping 1
bangunan/situs, Kelurahan Sriwedari 1
73
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

Peta Administrasi Kecamatan Laweyan

Peta Persebaran dan Pola Keruangan Bangunan/Situs Cagar Budaya

Hasil Nearest Neighbor Analysis/analisis Tetangga Terdekat

74
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

Sumber : Data Primer


PROSES KERUANGAN Ageng Henis pemugaran lantai, atap,
PELESTARIAN SAUJANA BUDAYA penggantian kayu pendapa, Makam Kyai
KOTA (URBAN HERITAGE) Adipati Djangrono II pemugaran lantai dan
atap makam.
Dalam proses pelestarian Perubahan tersebut dapat dilihat pada
bangunan/situs cagar budaya terjadi Peta proses pelestarian bangunan/situs
perubahan pada tahun 2000, Rumah cagar budaya Kecamatan Laweyan tahun
Persinggahan Sementara KH Samanhudi 2000 (I) dan (II) berikut :
renovasi atap bangunan, Makam Kyai

Peta Proses Pelestarian Bangunan/Situs Cagar Budaya Tahun 2000 (I)

Peta Proses Pelestarian Bangunan/Situs Cagar Budaya Tahun 2000 (II)

75
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

Pada tahun 2005, Rumah cagar budaya Kecamatan Laweyan tahun


Persinggahan Sementara KH Samanhudi 2005 (I) dan (II) berikut :
renovasi atap bangunan, Masjid Laweyan
pembangunan pagar masjid.
Perubahan tersebut dapat dilihat pada
Peta proses pelestarian bangunan/situs
Peta Proses Pelestarian Bangunan/Situs Cagar Budaya Tahun 2005 (I)

Peta Proses Pelestarian Bangunan/Situs Cagar Budaya Tahun 2005 (II)

76
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

Pada tahun 2013, Rumah Perubahan tersebut dapat dilihat pada


Persinggahan Sementara KH Samanhudi Peta proses pelestarian bangunan/situs
renovasi atap bangunan, Rumah Bunker cagar budaya Kecamatan Laweyan tahun
beralih fungsi sebagai tempat tinggal 2013 (I) dan (II) berikut:
pribadi dan dikontrakkan.

Peta Proses Pelestarian Bangunan/Situs Cagar Budaya Tahun 2013 (I)

Peta Proses Pelestarian Bangunan/Situs Cagar Budaya Tahun 2013 (II)

77
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

MANAJEMEN PELESTARIAN berperan dalam usaha pengelolaan


SAUJANA BUDAYA KOTA (URBAN pelestarian, namun masih kurang optimal
HERITAGE) hal ini juga ikut mendukung
Untuk manajemen pengelolaan keberlangsungan pelestarian
pelestarian Saujana Budaya Kota (Urban bangunan/situs.
heritage) Kecamatan Laweyan masih
kurang optimal. Hal ini terlihat di beberapa KESIMPULAN DAN SARAN
bangunan/situs yang tidak jelas pihak yang Berdasarkan pokok-pokok temuan
bertanggung jawab untuk mengelolanya serta pembahasan yang telah dilakukan
mengakibatkan bangunan/situs kurang sebelumnya maka dapat dismpulkan
terpelihara. Keteraturan perawatan sebagai berikut :
bangunan/situs rata-rata tidak teratur. (1) Persebaran dan pola keruangan
Dalam pengelolaan pelestarian rata-rata Saujana Budaya Kota (Urban Heritage)
hambatan yang dialami adalah minim dana Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
perawatan serta pemanfaatan yang kurang berupa bangunan/situs cagar budaya
tepat. Selain itu faktor kepentingan pemilik tersebut tersebar di 5 Kelurahan terdapat di
atau pengelola (bangunan/situs yang Kelurahan Laweyan 11 bangunan/situs,
bersifat milik pribadi) yang menyesuaikan Kelurahan Pajang 3 bangunan/situs,
dengan perkembangan jaman juga ikut Kelurahan Penumping 1 bangunan/situs,
berpengaruh terhadap pengelolaan Kelurahan Sriwedari 1 bangunan/situs,
bangunan/situs yang mengakibatkan Kelurahan Sondakan 1 bangunan/situs.
terjadinya alih fungsi dan perubahan Ada 6 Kelurahan yang tidak terdapat
terhadap bangunan/situs. Pemerintah sudah bangunan/situs Cagar Budaya dari 11

78
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

Kelurahan yang ada. Persebaran dan pola Kota (Urban heritage) Kecamatan
keruangan Saujana Budaya (Urban Laweyan masih kurang optimal. Hal ini
Heritage) Di Kecamatan Laweyan Kota terlihat di beberapa bangunan/situs yang
Surakarta dari dengan hasil analisis tidak jelas pihak yang bertanggung jawab
tetangga terdekat (nearest neighbour untuk mengelolanya sehingga
analysis) menggunakan aplikasi SIG, mengakibatkan bangunan/situs kurang
adalah dispersed/seragam tidak merata di mendapat perhatian dan kurang terpelihara.
seluruh wilayah Kecamatan Laweyan. Keteraturan perawatan terhadap
Dengan pola memanjang mengikuti bangunan/situs rata-rata tidak teratur.
sungai; (2) Proses pelestarian Saujana Dalam pengelolaan pelestariannya rata-rata
Budaya Kota (Urban heritage) Kecamatan hambatan yang dialami adalah pada minim
Laweyan pada tahun 2000 terdapat dana dan mahalnya dana perawatan serta
perubahan terhadap Rumah Persinggahan pemanfaatan yang kurang tepat. Selain itu
Sementara KH Samanhudi yaitu Renovasi faktor kepentingan atau kebutuhan pemilik
atap bangunan; Makam Kyai Ageng Henis atau pengelola (bangunan/situs yang
yaitu pemugaran lantai, penggantian bersifat milik pribadi) yang menyesuaikan
genteng, kayu pendapa; Makam Kyai dengan perkembangan jaman juga ikut
Adipati Djangrono II yaitu pemugaran berpengaruh terhadap pengelolaan
atap dan lantai makam; Rumah KH bangunan/situs yang mengakibatkan
Samanhudi yaitu penambahan pintu garasi terjadinya alih fungsi dan perubahan
dan kanopi. Pada tahun 2005 terdapat terhadap bangunan/situs. Pemerintah sudah
perubahan terhadap Rumah Persinggahan berperan dalam usaha pengelolaan
Sementara KH Samanhudi yaitu renovasi pelestarian masih kurang optimal hal ini
atap bangunan; Masjid Laweyan yaitu juga ikut mendukung keberlangsungan
pembangunan pagar di bagian depan pelestarian bangunan/situs.
masjid. Kemudian pada tahun 2013 Berdasarkan hasil penelitian dan
terdapat perubahan terhadap Rumah Yang implikasi penelitian yang telah
Masih Memiliki Bunker yaitu mengalami dikemukakan sebelumnya, maka dapat
alih fungsi selan sebagai tempat tinggal diambil saran sebagai berikut :
juga dikontrakan; Rumah Persinggahan (1) Perlu adanya kerjasama yang
Sementara KH Samanhudi yaitu renovasi sinergis antara pemerintah dan pemilik
atap bangunan; (3) Untuk manajemen atau pengelola bangunan/situs cagar
pengelolaan pelestarian Saujana Budaya budaya untuk pelestarian bangunan/situs

79
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

cagar budaya terutama dalam hal dana bagian mana yang tidak diperbolehkan
perawatan yang menjadi tonggak dalam untuk diubah; (3) Perlu diadakannya
kelestarian bangunan/situs tersebut perbaikan tentang manajemen
mengingat usia bangunan/situs yang sudah pengelolaannya terutama terhadap
tidak muda lagi secara otomatis akan keteraturan perawatannya, yang selama ini
berkurang kualitas dari bangunan/situs masih kurang teratur hal ini berpengaruh
yang berarti perlu diadakan konservasi; (2) terhadap kualitas dan keawetan
Perlu memperhatikan kaidah-kaidah yang bangunan/situs. Dengan jalan dibentuk
berkaitan dengan bangunan/situs cagar suatu wadah yang bertanggung jawab
budaya, sehingga dalam proses pelestarian terhadap bangunan/situs yang masih
bangunan/situs cagar budaya tidak akan kurang jelas pihak yang bertanggung jawab
mengurangi nilai sejarah dan ilmu untuk merawat dan mengelolanya.
pengetahuan yang melekat pada Sehingga bangunan/situs yang ada akan
bangunan/situs cagar budaya tersebut. tetap lestari dan bisa dinikmati oleh
Misalnya diadakan sosialisasi tentang generasi mendatang. Sebaiknya dibentuk
pentingnya peninggalan sejarah dari sebuah tim dari pemerintah yang
pemerintah kepada pemilik atau pengelola bertanggung jawab terhadap pelestarian
dan masyarakat pada umumnya. bangunan/situs cagar budaya yang
Memberikan pengetahuan tentang ditugaskan langsung ke lapangan untuk
bagaimana cara melakukan konservasi memberikan bimbingan dan pengarahan
yang benar, bagian-bagian mana yang terhadap pengelola.
diperbolehkan untuk diubah dan bagian-
DAFTAR PUSTAKA Adishakti, Laretna T. 2003. Teknik
Konservasi Kawasan Pusaka,
Jurusan Arsitektur, Universitas
Adishakti, Laretna T, 1997. “A Study on Gadjah Mada, Yogyakarta.
the Conservation Planning of
Yogyakarta Historic-tourist City Amanda Wirastari, Volare dan Suprihardjo,
Based on Urban Space Heritage Rimadewi. 2012. Pelestarian
Conception”. Unpublished Kawasan Cagar Budaya Berbasis
dissertation. Kyoto University, Partisipasi Masyarakat (Studi
Japan. Kasus: Kawasan Cagar Budaya
Bubutan, Surabaya). Surabaya.
Adhisakti, Laretna. 2001. Mengasah Teknologi Sepuluh November
Pusaka Kota dan Desa menjadi (ITS).
Media Usaha yang Berkilau. Jurnal
INSINYUR, Edisi No. 3 Vol. Antariksa. 2010. Tipologi Wajah
XXIII/2001. Bangunan dan Riasan dalam

80
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

Arsitektur Kolonial Belanda.


http://antariksaarticle.blogspot.com/ Mills, E. 1994. Building Maintenance and
2010/05/tipologi-wajah-bangunan- Preservation : a Guide for Design
danriasan.html. (diakses 27 and Management. Oxford :
Desember 2012). Butterworth-Heinemann.

Attoe, W. 1989. Perlindungan Benda Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi


Bersejarah. Dalam Catanese, Penelitian Kualitatif, Bandung :
Anthony J. dan Snyder, James C. PT. Remaja Rosdakarya.
(Editor). Perencanaan Kota : 413-
438. Jakarta : Erlangga. Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan
Kepariwisataan. Bandung. Penerbit
Budiharjo, Eko. 1997. Arsitektur Alfabeta.
Pembangunan dan Konservasi.
Jakarta : Djambatan. Page, S. 1995. Urban Tourism. New York.
Routledge.
Budihardjo, Eko. 1997. Tata Ruang
Perkotaan. Bandung : Alumni. Rindarjono, Mohammad Gamal. 2012.
Slum : Kajian Permukiman Kumuh
Budiyanto, E. 2002. Sistem Informasi dalam Perspektif Spasial,
Geografis Menggunakan Arcview Yogyakarta : Media Perkasa.
GIS, Yogyakarta : Andi.
Sidharta, Eko Budihardjo. 1989.
Dobby, A. 1978. Conservation and Konservasi Lingkungan dan
Planning. London : Hutchinson. Bangunan Kuno Bersejarah di
Surakarta, Yogyakarta : Gadjah
Handinoto. 2010. Arsitektur dan Kota-kota Mada University Press.
Di Jawa pada Masa Kolonial.
Yogyakarta : Graha Ilmu. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi
(ed). 1987. Metode Penelitian
Hastijanti, R. 2008. Analisis Penilaian Survey. Jakarta. LP3ES.
Bangunan Cagar Budaya.
http://saujana17.wordpress.com/20 Sinulingga, Budi P. 1999. Pembangunan
08/analisis-penilaian-bangunan- Kota, Tinjauan Regional dan Lokal.
cagar-budaya .html. (diakses 27 Jakarta. Pusataka Sinar Harapan.
Desember 2012).
Sudibyo, I. 1997. Pembongkaran
Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia Bangunan Kuno : Sebuah
(JPPI), 2003. Indonesia Charter for Kemiskinan Budaya. Dalam
Heritage Conservation, Jakarta - Budiharjo, Eko (Penyunting).
Indonesia. Arsitektur Pembangunan dan
Kusmayadi dan Endar Sugiatro. 2000. Konservasi: 142-149. Jakarta :
Metodologi Penelitian Dalam Djambatan.
Bidang Kepariwisataan. Jakarta.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Soetomo, Sugiono. 2009. Morfologi dan
Urbanisasi. Yogyakarta. Graha
Mills, E. 1876. Planning : Building for Ilmu.
Education, Culture, and Science.
London : Newnes-Butterworth.

81
Jurnal GeoEco ISSN: 2460-0768
Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal. 67 - 82

Wiryomartono, B. P. 2002. Urbanitas dan


Seni Bina Perkotaan. Jakarta :
Balai Pustaka.

Yin, Robert K. 1996. Studi Kasus : Desain


dan Metode. Jakarta. Raja Grafindo
Persada.

82

Anda mungkin juga menyukai