Anda di halaman 1dari 6

TEMU ILMIAH IPLBI 2013

PENATAAN DAN PELESTARIAN KAWASAN BERSEJARAH KOTA


PALOPO SEBAGAI KOTA PUSAKA INDONESIA
Fadhil Surur

Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Abstrak

Kota Palopo di Propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu kota yang tergabung dalam Jaringan
Kota Pusaka Indonesia (JKPI) dalam P3KP (Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka)
bertujuan untuk mempertahankan aset pusaka. Aset pusaka Kota Palopo tidak terlepas dari sejarah
dan kejayaan Kerajaan Luwu pada masa lalu. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi ragam pusaka
dan merumuskan strategi pelestarian Kota Pusaka Palopo. Metode yang digunakan adalah deskriptif
dan ekslporatif dengan kajian sejarah, budaya dan kebijakan. Data dikumpulkan dengan survei
lapangan, studi literatur dan wawancara. Hasil penelitian diperoleh struktur Kota Palopo
dikembangkan berdasarkan kearifan lokal marowa’ terintegrasi dengan Istana Datu Luwu, Masjid
Jami’, Alun-alun dan kawasan permukiman adat. Kota Pusaka Palopo memiliki tiga ragam pusaka,
yaitu pusaka alam, pusaka ragawi, dan pusaka non-ragawi. Perda RTRW Kota Palopo telah
mengarahkan pelestarian Kota Pusaka sebagai Kawasan Strategis Kota. Strategi yang dilakukan
dalam pelesetarian kota pusaka dilakukan dengan manajemen konservasi yang mengintegrasikan
aset pusaka dengan penataan ruang.

Kata-kunci : Cagar Budaya, Kota Pusaka, Pelestarian, P3KP

Pendahuluan kualitasnya baik secara lingkungan, sosial,


budaya dan ekonomi. Bahkan menurut Kompas
Perkembangan kota di Indonesia memiliki latar (2008), dinyatakan bahwa kota pusaka di
belakang yang beragam dan merupakan hasil Indonesia tengah mengalami kehancuran secara
proses yang terus berlangsung. Selain itu, kota sistematis akibat ketidakpedulian pengelola kota
juga merupakan wujud peristiwa yang berbeda terhadap pelestarian pusaka kota. Kondisi ini
di tiap periode, juga situasi ekonomi, sosial- jika dibiarkan akan menyebabkan kawasan
budaya serta lingkungan. Karena itulah, pusaka tersebut mengarah pada
pengelolaan kota hendaknya mengenal ketidakberlanjutan. Dalam rangka mencegah
keragaman ini (Wiryomartono 1995 dalam penurunan kualitas lingkungan kawasan pusaka
Martokusumo 2010). Pusaka kota tidak hanya maka diperlukan upaya-upaya pelestarian agar
memberi kontribusi terhadap keunikan bentuk keberlanjutan kawasan pusaka tersebut
kota atau identitas, tetapi juga didorong untuk terjamin.
memiliki peran fungsional. Perencanaan kota
merupakan instrumen untuk memelihara bentuk Kebijakan pemerintah dengan melaksanakan
dan sekaligus memelihara fungsi pusaka kota. Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka
Pengelolaan kawasan pusaka merupakan upaya (P3KP) merupakan upaya Ditjen Penataan
pelestarian pusaka kota yang terpadu dengan Ruang bekerjasama dengan Badan Pelestarian
pembangunan kota (Ashworth, 1991). Pusaka Indonesia (BPPI) untuk mengawal
implementasi Undang-undang nomor 26 tahun
Masalah yang diteliti bertitik tolak dari kondisi 2007 tentang Penataan Ruang dalam melindungi
kawasan pusaka kita yang semakin menurun Kota Pusaka yang tersebar di Indonesia. Inisiasi

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | 1


Penataan dan Pelestarian Kawasan Bersejarah Kota Palopo sebagai Kota Pusaka Indonesia

kerjasama dalam Jaringan Kota Pusaka terkait. Metode analisis data menggunakan
Indonesia (JKPI) terdapat 47 kab/kota yang analisis kualitatif yang dilakukan saling menjalin
ditetapkan sebagai anggota Kota Pusaka. dengan proses pengumpulan data. Tujuan
Sejumlah anggota JKPI tersebut akan mendapat pertama dan kedua dianalisis secara deskriptif-
perhatian besar dengan upaya strategis melalui kualitatif sedangkan tujuan kedua dianalisis
pendekatan entitas sosio-spasial kota untuk dengan menggunakan teknik analisis SWOT
membantu penataan ruang kota berbasis untuk memperoleh strategi pelestarian Kota
pengelolaan keragaman pusaka. Pusaka Palopo.

Kota Palopo Propinsi Sul-sel merupakan salah Pembahasan


satu anggota JKPI tersebut dan telah diarahkan
oleh pemerintah sebagai Kota Pusaka (Ditjen 1. Sejarah Perkembangan Kota Palopo
PU:2012). Perjalanan sejarah Kota Palopo
sangat terkait dengan perkembangan Islam di Kota Palopo secara geografis terletak antara
Tanah Luwu. Konsep awal tata ruang Kota 2o53’15’’-3o04’08’’ Lintang Selatan dan
Palopo merupakan akulturasi tradisi Bugis Luwu 120o03’10’’-120o14’34’’ Bujur Timur. Kota Palopo
dengan identitas Islam. Setelah kedatangan yang merupakan daerah otonom kedua terakhir
Belanda, Kota Palopo kembali mengalami dari empat daerah otonom di Tanah Luwu. Pada
harmonisasi dengan kekayaan arsitektur klasik awal berdirinya sebagai Kota Otonom, Palopo
yang ditemukan pada sejumlah bangunan. terdiri dari 4 kecamatan dan 20 kelurahan.
Selain keunikan dalam tata ruang, kekayaan Kemudian pada tanggal 28 April 2005,
budaya juga terlihat beragam pada tradisi lokal berdasarkan Perda Kota Palopo nomor 03 tahun
seperti tarian tradisional, kisah Lagaligo hingga 2005, dilaksanakan pemekaran Wilayah
kekayaan kuliner khas Kota Palopo. Keragaman kecamatan dan kelurahan menjadi 9 kecamatan
tipologi budaya Kota Palopo membuktikan dan 48 kelurahan. Kota Palopo memiliki luas
bahwa potensi kearifan lokal dapat menjadi wilayah 155,19 km² dan penduduk sebanyak
dasar terwujudnya Kota Pusaka Palopo, 149.419 jiwa pada tahun 2012. Kota Palopo
sekaligus sebagai cikal bakal menuju Kota awalnya bernama Ware yang dikenal dalam Epik
Pusaka Dunia (World Heritage City) dalam La Galigo. Nama Palopo ini diperkirakan mulai
mendukung pembangunan kota berkelanjutan. digunakan sejak tahun 1604, bersamaan dengan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk pembangunan Masjid Jami'. Kata Palopo diambil
mengidentifikasi ragam pusaka dan dari dua kata bahasa Bugis-Luwu. Artinya yang
persebarannya di Kota Palopo, mengetahui pertama adalah penganan ketan dan air gula
aspek normatif dalam pelestarian Kota Pusaka merah dicampur. Arti yang kedua dari kata
Palopo dan selanjutnya menetapkan strategi Palo'po adalah memasukkan pasak ke dalam
pelestarian kawasan bersejarah Kota Palopo tiang bangunan. Dua kata ini ada hubungannya
sebagai Kota Pusaka Indonesia. dengan pembangunan dan penggunaan resmi
Masjid Jami'.
Metode
2. Aset Pusaka Kota Palopo
Metode yang digunakan adalah deskriptif dan
eksploratif, dengan memusatkan pada kajian Beragam bangunan baik dari fungsi bangunan
sejarah, budaya dan konteks kebijakannya. maupun dari gaya arsitektur bangunan yang ada
Studi kasus akan dibatasi pada kawasan kota di Kota Palopo menjadikan kawasan bersejarah
pusaka di Kec. Wara, Kec. Wara Utara, Kec. ini sangat penting untuk dilestarikan sebagai
Wara Timur dan Kec. Mungkajang. Metode kota pusaka. Peninggalan arsitektur akan
pengumpulan data yang digunakan adalah memberikan setting dari kisah masa lalu yang
survey lapangan, wawancara dengan akan mudah diingat oleh generasi masa kini dan
narasumber di lokasi, studi pustaka dan telaah generasi yang akan datang. Kota Pusaka adalah
peraturan atau dokumen perencanaan yang kota yang memiliki kekentalan sejarah yang
bernilai dan memiliki pusaka alam, budaya baik
2 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
Fadhil Surur
ragawi dan tak-ragawi serta rajutan berbagai Tabel 1. Jenis Bangunan Cagar Budaya
pusaka tersebut secara utuh sebagai aset
pusaka dalam wilayah/kota atau bagian dari No Bangunan Letak
wilayah/kota, yang hidup, berkembang, dan 1 Kantor Pos dan Giro Kec. Wara Utara
dikelola secara efektif. Berdasarkan survei 2 Rujab Wakil Walikota Kec. Wara
lapangan dapat diidentifikasi ragam pusaka di 3 Rujab Kodim Kec. Wara
Kota Palopo sebagai identitas kota pusaka 4 Kantor Polisi Militer Kec. Wara Utara
antara lain : 5 Kantor KODIM Kec. Wara
6 Kantor Bea Cukai Kec. Wara Timur
a. Pusaka Alam yaitu bentukan alam yang 7 RSU Sawerigading Kec. Wara
istimewa antara lain; Bukit Sampoddo’, 8 RSU Tentara Kec. Wara
Pantai Labombo, Taman Wisata Latuppa, 9 Kantor Veteran RI Kec. Wara
Pulau Libukang dan Taman Wisata Bambalu 10 Makam TallettuE Kec. Wara Timur
11 Makam JarraE Kec. Wara Timur
12 Gereja Pniel Kec. Wara
13 Kampus STISIPOL Kec. Wara Utara
14 Mess Belanda Kec. Wara Barat
15 Benteng Portugis Kec. Wara Timur
16 Kantor Distarkim Kec. Wara

Gambar 1. Pusaka alam Kota Palopo

b. Pusaka Ragawi adalah hasil cipta, rasa,


karsa, dan karya yang berwujud istimewa Gambar 4 dan 5. Gereja Pniel dan RSU Sawerigading
antara lain; lingkungan cagar budaya terdiri
c. Pusaka Budaya Non-ragawi adalah hasil
dari lingkungan cagar budaya Masjid Jami’
cipta, rasa, dan karsa yang tak berwujud
Palopo, Lingkungan Istana Datu Luwu, serta
meliputi upacara adat maccera tasi’ atau
Lingkungan Adat Petta, Latuppa,
pesta laut di Kec. Wara dan Kec. Wara
Mungkajang dan Benteng.
Timur, Tari Paduppa, pesta perkawinan,
tradisi bunga male’ serta ragam kuliner khas
Luwu, seperti kapurung, dange, bagea dan
sebagainya.

d.
Gambar 2 dan 3. Masjid Jami dan Istana Datu Luwu
e.
Sedangkan bangunan cagar budaya yang
tersebar di wilayah Kota Palopo umumnya
merupakan bangunan pemerintah dan telah
Gambar 6 dan 7. Tari Paduppa dan Camilan Bagea
ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya
berdasarkan Undang-undang nomor 11 Ebbe et.al (1999) menginterpretasikan bahwa
tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Dari hasil elemen kota seperti pola jalan, gaya arsitektur
pengamatan di lapangan maka dapat dan aktivitas dapat menciptakan spirit of place
diidentifikasi bangunan cagar budaya di Kota serta identitas untuk orang yang tinggal di
Palopo sebagai berikut: dalamnya. Menurut Pendlebury (2009) bahwa

Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | 3


Penataan dan Pelestarian Kawasan Bersejarah Kota Palopo sebagai Kota Pusaka Indonesia

elemen kota tersebut merupakan signifikansi tempat penyelenggaraan pesta rakyat atau
kultural dari kawasan pusaka yang terkait kegiatan kerajaan lainnya, selanjutnya marowa
dengan memori serta asosiasi warga kotanya. juga memiliki makna bahwa terjalinnya
Dari struktur ruang Kota Pusaka Polopo terlihat kebersamaan dalam beribadah, hal ini ditandai
inti kota berada di sekitar Masjid Jami’ dan dengan keberadaan Masjid Jami’ Palopo yang
Istana Datu Luwu, hal ini menandakan bahwa tidak jauh dari alun-alun dan Istana Datu Luwu
Kerajaan Luwu berbasis kerajaan Islam. Masjid sekaligus Masjid Jami’ merupakan possi’ tana,
Jami’ Palopo dan Istana Luwu dihubungkan yaitu inti/pusat kerajaan Luwu sedangkan Istana
dengan jalan utama dengan akses yang cepat. Luwu sebagai ware’ atau pusat pemerintahan.
Masjid Jami Palopo didirikan oleh Raja Luwu
yang bernama Datu Payung Luwu XVI Pati Sejak kedatangan Belanda pada tahun 1905
Pasaung Toampanangi Sultan Abdullah Matinroe yang awalnya sempat ditentang oleh pihak
pada tahun 1604 M. Perpaduan empat gaya kerajaan, pada akhirnya Kota Pusaka Palopo
arsitektur berbeda yaitu Bugis, Jawa, Hindu dan mengalami transformasi, khususnya pada
Timur Tengah menjadikan Masjid Jami Tua keragaman arsitekturnya. Belanda membangun
Palopo berdiri megah dan memiliki nilai sarana dan prasarana untuk memenuhi
arsitektur yang khas. keperluan pemerintah penjajah di wilayah
kerajaan Luwu, antara lain perkantoran, rumah
Istana Datu Luwu didirikan pada tahun 1922- sakit, benteng dan rumah pejabat. Bangunan
1924 oleh seorang arsitek Belanda bernama bersejarah tersebut telah ditetapkan oleh
Obsenter Noble pada masa penjajahan Belanda Pemkot Palopo sebagai bangunan cagar budaya.
di Luwu dengan bangunan bergaya Eropa. Dari pemantauan di lapangan menunjukkan
Awalnya Istana Datu Luwu merupakan rumah sejumlah bangunan cagar budaya dimanfaatkan
panggung dengan arsitektur lokal khas Bugis, sebagai sarana perkantoran yang dikelola oleh
yang dijadikan kediaman datu atau raja dan pemerintah.
para kerabatnya, tetapi kemudian Belanda
menghancurkan bangunan tersebut dan Berdasarkan ragam pusaka baik alam, maupun
menggantikannya dengan membangun istana ragawi dan non-ragawi yang terdapat di Kota
dengan desain yang berbeda. Kawasan Istana Palopo menjadi unsur utama pembentuk kota
Datu Luwu menjadi pusat pemerintahan atau pusaka, maka dapat dinilai sebagai keunggulan
dikenal sebagai Ware di Kerajaan Luwu. nilai nasional Kota Polopo, dimana pertama,
Sedangkan permukiman tradisional tersebar di mampu menunjukkan evolusi panjang
beberapa wilayah, antara lain kawasan kesejarahan tumbuh kembang kota yang terlihat
permukiman tradisional di Kelurahan dari peninggalan berbentuk struktur kota
Mungkajang, Kelurahan Latuppa dan Kelurahan (kawasan ware’), bentang alam, wajah jalan,
Petta. Umumnya permukiman tradisional ini monumen, arsitektur, teknologi serta seni
ditandai dengan bangunan rumah panggung budaya yang istimewa. Kedua menampilkan dan
khas Bugis dan merupakan permukiman menjadi contoh ciri khas lokal maupun
komunitas adat Luwu yang hingga saat ini tetap percampuran antar budaya daerah/bangsa,
dipertahankan. dilihat bahwa kekayaan arsitektur bangunan di
Kota Palopo menampilkan perpaduan arsitektur
Konsep utama tata ruang Kota Pusaka Palopo Bugis, Jawa, Islam, dan Eropa yang menyatu
diindentikkan dengan filosofi pembangunan kota dengan harmonisasi yang kuat. Ketiga Kota
yang berbasis kearifan lokal setempat yaitu Palopo memiliki peran sebagai wadah
filosofi marowa’ atau ramai dalam artian bahwa perkembangan peradaban, tradisi, gerakan
perancangan kota harus mampu menciptakan perjuangan bangsa, atau kejadian yang
kebersamaan. Konsep marowa ini memiliki istimewa bagi negara. Dalam kilasan sejarah
makna sebagai penghubung antara datu/raja Datu Kerajaan Luwu Andi Patiware atau Andi
dengan rakyat, yang ditandai dengan adanya Djemma memegang peran penting dalam upaya
alun-alun sekitar Istana Datu Luwu sebagai kemerdekaan Indonesia lewat perannya

4 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013


Fadhil Surur
melawan Belanda dan menyerahkan wilayah upaya mempertahankan dan merevitalisasi
Kerajaan Luwu sesaat setelah kemerdekaan kawasan cagar budaya kedatuan/kerajaan
Indonesia. Luwu untuk mendukung pembangunan kota
berkelanjutan.
3. Dukungan Aspek Normatif Kota Pusaka
Palopo Konsep P3KP merupakan upaya untuk
mendekatkan pelestarian pusaka dan
Kegiatan pelestarian pada dasarnya bertujuan perencanaan tata ruang. Khususnya Kota
untuk meningkatkan kualitas ruang, hidup dan Palopo, pusaka dapat menjadi identitas
ekonomi. Dalam mewujudkan Kota Pusaka sekaligus memberi manfaat bagi pembangunan
Palopo maka dalam implementasinya didukung kota. Pemahaman ini menjadi dasar dalam
dengan aspek normatif antara lain : menentukan instrumen-instrumen yang menjadi
komponen perencanaan dan pengelolaan
a. Undang-undang nomor 32 tahun 2009 pelestarian Kota Pusaka Palopo. Dukungan
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Perda RTRW Kota Palopo 2012-2032 pasal 67
Lingkungan Hidup, menyebutkan bahwa juga memberikan arahan pengelolaan kawasan
penetapan kebijakan tentang pengelolaan bersejarah Kerajaan Luwu sebagai Kawasan
lingkungan hidup dan penataan ruang harus Strategis Kota (KSK) untuk kepentingan sosial-
tetap memperhatikan nilai-nilai agama, adat budaya yang meliputi Kawasan Bersejarah
istiadat dan nilai-nilai yang hidup dalam Istana Datu Luwu dan Masjid Jami’ serta
masyarakat. Kawasan Komunitas Adat Peta, Latuppa,
Mungkajang dan Benteng. Inventarisasi
b. Undang-undang nomor 26 tahun 2007
kawasan dan benda cagar budaya Kota Palopo
tentang Penataan Ruang, mengatur tentang
mengawali pelestarian kota pusaka, selanjutnya
penetapan kawasan cagar budaya dan
dengan dukungan aspek normatif baik dari
kawasan strategis dari sudut kepentingan
pusat maupun daerah akan semakin mendorong
sosial budaya, baik pada tingkatan
implementasi Program Penataan dan Pelestarian
nasional/provinsi sampai dengan
Kota Pusaka di Kota Palopo.
kabupaten/kota.
4. Strategi Pelestarian Kota Pusaka Palopo
c. Undang-undang nomor 11 tahun 2010
tentang Cagar Budaya, mengatur bahwa Untuk merumuskan strategi pelestarian dalam
perlindungan dan pelestarian benda cagar mewujudkan Kota Pusaka Palopo maka analisis
budaya harus dilakukan secara optimal yang digunakan adalah Analisis SWOT
melalui perlindungan terhadap nilai-nilai (strength, weakness, threaths dan
budaya tradisional yang sarat dengan opportunities) berdasarkan analisis tersebut
kearifan lokal. maka diperoleh strategi pelestarian Kota Pusaka
Palopo dengan proses manajemen konservasi
d. Undang-undang nomor 28 tahun 2002
dengan langkah strategi sebagai berikut :
tentang Bangunan Gedung, mengatur
tentang perlunya perlindungan terhadap a. Strategi memberdayakan urban heritage,
bangunan yang memiliki nilai sejarah dan meliputi: pertama, penetapan zonasi sebagai
persyaratan untuk mengakomodasi dan kawasan cagar budaya Kerajaan Luwu
mempertimbangkan nilai-nilai sosial-budaya berbentuk living heritage dengan produk
setempat dalam pengembangan dan hukum. Meskipun saat ini telah ada
pemeliharaan arsitektur gedung dan Peraturan Perda nomor 9 tentang RTRW
bangunan bersejarah. Kota Palopo, yang mewadahi pelestarian
kota pusaka Kedatuan Luwu, namun
e. Peraturan Daerah Kota Palopo nomor 9
diperlukan sebuah produk hukum yang
tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
khusus yang lebih detail dalam setiap zonasi
Wilayah Kota Palopo 2012-2032, mengatur
Kota Pusaka Palopo yang akan
tentang penetapan kawasan lindung dalam
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | 5
Penataan dan Pelestarian Kawasan Bersejarah Kota Palopo sebagai Kota Pusaka Indonesia

direncanakan. Kedua, mempertahankan dan bagian dari peradaban Kerajaan Luwu pada
memelihara pola bangunan kuno baik di masa lalu. Kekayaan pusaka yang menjadi daya
Kawasan Masjid Jami’ maupun bangunan- tarik merupakan bentuk harmonisasi tradisi dan
bangunan cagar budaya yang tersebar, agar arsitektur Bugis, Jawa, Islam dan Eropa. Secara
keindahan dan arsitektur kawasan tetap normatif dalam implementasi Kota Pusaka
terjaga. Ketiga, penentuan fungsi urban Palopo, didukung dengan beberapa peraturan
heritage menjadi multi fungsi untuk menjaga yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dan
vitalitas kawasan, terutama bangunan cagar Perda nomor 9 tahun 2012 tentang RTRW Kota
budaya yang dimanfaatkan sebagai gedung Palopo yang mengarahkan pelestarian kota
perkantoran. Keempat, mengharmonisasikan pusaka. Sebagai hasil kajian, dapat dirumuskan
arsitektur tradisional untuk pembangunan strategi pelestraian Kota Pusaka Palopo, yaitu
gedung baru. dengan proses manajemen konservasi dengan
langkah strategis yang meliputi pemberdayaan
b. Strategi partisipasi masyarakat, meliputi: urban heritage, pemberdayaan masyarakat,
pertama, melibatkan masyarakat dalam aspek ekonomi dan aspek sosial budaya.
pemeliharaan dan revitalisasi Kota Pusaka Program P3KP di Kota Palopo kedepan harus
Palopo. Kedua, meningkatkan kesadaran dan memberikan gaung positif atau multiplier effect
rasa kepemilikan (sense of belonging) yang baik untuk masyarakat setempat dan
masyarakat terhadap ragam aset Kota sebagai cikal bakal World City Heritage di
Pusaka Palopo. Indonesia.

c. Strategi aspek ekonomi, meliputi: pertama, Daftar Pustaka


pengembangan ekonomi lokal dengan
komoditas khas Kota Palopo terutama yang Ashworth, G.J. (1991). Heritage Planning. Groningen:
berkaitan dengan kerajinan dan kuliner Geo Pers.
setempat. Kedua, memberi vitalitas baru Ditjen Penataan Ruang (2012). Kota Pusaka Langkah
Indonesia Membuka Mata Dunia. Jakarta:
pada kawasan Kota Pusaka dengan
Sekretariat P3KP.
perbaikan dan peningkatan kualitas kawasan Ebbe, Katrinka dan D. Hankey. (1999). Case study of
perdagangan melalui penataan PKL. Ningbo, China; Cultural heritage conservation in
urban upgrading. Washington, D.C: The World Bank.
d. Strategi aspek sosial budaya, meliputi: Kompas. (2008). Kota Pusaka Menuju Kehancuran
pertama, mewadahi aktivitas budaya serta Sistematis. Jakarta: Koran Kompas.
festival budaya seperti Maccera tasi’, Mahmud, M. Irfan (2003). Kota Kuno Palopo; Dimensi
Fesetival Bunga Male’ maupun pementasan Fisik, Sosial dan Kosmologi. Makassar: Masagena
Tari Pajoge/Paduppa. Kedua, proses re- Press.
Martokusumo, W. (2010). The Old Town Jakarta:
imagining kota yang kontekstual dengan
Perspectives on Revitalization, Conservation and
tema kawasan, mendukung fungsi lama
Urban Development. Jakarta: The Architectural
dengan melibatkan ketua Adat dari Kedatuan Design Symposium.
Luwu, masyarakat, pemerintah maupun dari Pemkot Palopo (2012). Perda Nomor 9 Tahun 2012
institusi pendidikan. tentang RTRW Kota Palopo. Palopo: Dinas Tata
Ruang dan Permukiman.
Kesimpulan Pendlebury, John. (2009). Conservation in the Age of
Consensus. Oxon: Routledge.
Kota Palopo di Propinsi Sulawesi Selatan Wijayanto, Punto. (2012). Pengelolaan Pusaka dalam
merupakan salah satu kota yang dikembangkan Penataan Ruang Indonesia. Denpasar: Prosidiing
sebagai urban heritage atau kota pusaka oleh Seminar Penataan Ruang Berkearifan Lokal
Universitas Hindu Bali.
Ditjen Penataan Ruang berdasarkan program
P3KP. Kekayaan pusaka Kota Palopo
dikelompokkan menjadi pusaka alam, pusaka
ragawi dan pusaka non-ragawi, sehingga
menjadi nilai keunggulan nasional sebagai
6 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013

Anda mungkin juga menyukai