Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Spasial Vol 8. No.

1, 2021
ISSN 2442-3262
ANALISIS KAWASAN STRATEGIS SOSIAL BUDAYA DI KOTA MANADO
Alifa A.S Monoarfa¹, Pingkan P. Egam ² & Aristotulus E. Tungka ³
¹ Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sam Ratulangi
² & ³ Staf Pengajar Prodi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi
Contact person: epingkan@unsrat.ac.id

Abstrak
Kawasan strategis sosial budaya merupakan kawasan dengan ciri khas dalam bidang sosial
budaya yang mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan kota. Di Kota Manado, beberapa
daerah masih mempertahankan budaya leluhurnya yaitu Suku Bantik. Suku Bantik terletak di
kecamatan Malalayang. Masyarakat Suku Bantik memiliki ciri khas tersendiri dalam interaksi sosial.
Tujuan dari penelitian ini ialah, untuk mendeskripsikan kondisi sosial budaya pada permukiman suku
Bantik di Kecamatan Malalayang Kota Manado, dan untuk mengidentifikasi potensi permukiman
Bantik di Kecamatan Malalayang sebagai kawasan strategis sosial budaya. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini ialah metode analisis deskriptif kualitatif dan ArcGIS dalam pemetaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Suku Bantik masih memegang teguh adat istiadat dalam berinteraksi
satu sama lain. Suku Bantik masih melestarikan beberapa peninggalan leluhur mereka. Warisan
budaya Suku Bantik memiliki jejak fisik yang berpotensi di kawasan tersebut. Permukiman suku
Bantik terdapat potensi alam berupa pemandangan pantai, yang jarang ditemukan di perkotaan. Oleh
karena itu, potensi permukiman Suku Bantik tidak hanya potensi budaya, tetapi juga potensi alam
yang perlu dikembangkan.

Kata Kunci: Kawasan Strategis, Sosial Budaya, Suku Bantik, Malalayang

PENDAHULUAN sehingga membuat permukiman di Kota


Kawasan strategis merupakan daerah yang Manado memiliki ciri khas yang berbeda-beda.
memiliki ciri khas tertentu yang berpengaruh Di Kota Manado terdapat Suku yang masih
penting bagi suatu kota. Dalam RTRW Kota melestarikan kebudayaan mereka yaitu Suku
Manado tahun 2014 – 2034 terdapat indikasi Bantik. Suku Bantik memiliki budaya yang
program untuk perwujudan kawasan yang mengharuskan masyarakat Suku Bantik hidup
memiliki nilai strategis dari sudut pandang secara bersama-sama dalam satu kelompok,
sosial budaya. Daerah yang sudah hal ini merupakan ungkapan jiwa kebersamaan
teridentifikasi sebagai kawasan strategis kota Suku Bantik sehingga, Suku Bantik
sudut kepentingan sosial budaya di Kota membentuk suatu permukiman yang ditempati
Manado yaitu di kawasan pecinan dan bersama-sama. Tujuan dan manfaat penelitian
kawasan kampung arab yang dimana kawasan ini yaitu, untuk : 1. Mendeskripsikan kondisi
tersebut memiliki ciri khas masing-masing. sosial budaya pada permukiman Bantik di
Kawasan pecinan yang menjadi pusat wisata Kecamatan Malalayang Kota Manado. 2.
budaya yaitu Kelenteng Ban Hin Kiong yang Mengidentifikasi potensi permukiman Bantik
dibangun pada awal abad ke-19, sedangkan di Kecamatan Malalayang sebagai kawasan
Kampung Arab merupakan tujuan wisata strategis sosial budaya.
agama karena banyaknya komunitas peranakan
arab. Dilakukan penelitian ini untuk TINJAUAN PUSTAKA
mengetahui kantong-kantong baru yang Kawasan Strategis Sosial Budaya
memiliki potensi sebagai kawasan strategis Berdasarkan Peraturan Mentri Agraria
dari sudut kepentingan sosial budaya di Kota dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertahanan
Manado karena didalam sejarah Kota Manado
Nasional No. 37 Tahun 2016 Tentang
penduduk berasal dari suku yang berbeda-beda
yang biasanya membentuk suatu permukiman penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
berdasarkan suku mereka masing-masing Strategis Provinsi dan Rencana Tata Ruang

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 1


Jurnal Spasial Vol 8. No. 1, 2021
ISSN 2442-3262
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, Kawasan
strategis sudut kepentingan sosial budaya
ditetapkan dengan beberapa kriteria yaitu METODE PENELITIAN
Metode peneitian yang digunakan adalah
sebagai berikut : 1) Merupakan tempat
penelitian deskriptif kualitatif, dengan
pelestarian dan pengembangan adat istiadat melakukan survey lapangan, teknik
atau cagar budaya baik yang terletak di daratan pengumpulan data lapangan terdiri dari 2 yaitu
dan/atau di perairan., 2) Memiliki pusat : 1) Teknik pengumpulan data primer, yang
kegiatan warisan budaya yang bersifat terdiri dari dokumentasi, observasi,
kebendaan berupa benda, bangunan, struktur, wawancara., dan 2) Teknik pengumpulan data
dan situs cagar budaya., 3) Merupakan sekunder, data yang didapatkan dari buku,
skripsi, jurnal, dan instansi terkait. Dilakukan
priorotas peningjatan kualitas sosial dan
analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui
budaya., 4) Merupakan aset yang harus karakteristik sosial budaya di lokasi penelitian,
dilindungi dan dilestarikan., dan 6) Setelah itu dilakukan perpetaan wilayah
Memberikan perlindungan terhadap rekomendasi kawasan strategis sosial budaya,
keanekaragaman budaya peta dibuat dengan menggunakan aplikasi
ArcGIS.
Kebudayaan
GAMBARAN UMUM
Terdapat 7 unsur pembentuk budaya
Delineasi lokasi survey di kecamatan
secara keselurihan yaitu : 1) Sistem religi dan
Malalayang tersebar di kelurahan Malalayang
upacara keagamaan., 2) Organisasi
Satu, Malalayang Satu Timur, Malalayang
Kemasyarakatan., 3) Pengetahuan., 4) Bahasa.,
Satu Barat dan Malalayang Dua. Kecamatan
5) Mata Pecaharian., 6) Kesenian., 7)
Malalayang berbatasan dengan sebelah utara
Teknologi dan peralatan hidup manusia.
dengan kecamatan Sario, dan teluk Manado,
Menurut Koentjaraningrat (1982).
sebelah timur dengan kecamatan Wanea,
sebelah selatan dengan kecamatan Pineleng,
Aktivitas Sosial Budaya Pada Permukiman sebelah barat dengan kecamatan Mandolang.
Menurut Rapoport tahun 1969 ada Seperti pada gambar 1.
beberapa faktor pembentuk permukiman yang
diantaran faktor kekuatan sosial budaya, yang
memiliki indikator sebagai berikut : 1)
Kepercayaan/Religi., 2) Struktur keluarga., 3)
Organisasi sosial., 4) Mata pencaharian.

Sejarah Permukiman Bantik


Konon ada seorang pahlawan bernama
Bantik, ia memanggil beberapa orang dan
mereka berperahu ke Pulau Panimbulrang,
kemudian menetap dan mendirikan
perkampungan dan membentuk suku baru,
yaitu Bantik. menurut masyarakat pulau ini Gambar 1. Peta Delineasi Lokasi Survey
terletak diantara kepulauan Sangihe dan Kecamatan Malalayang
Talaud. kemudian, Panimbulrang tenggelam Sumber : Peneliti
akibat sebuah pelanggaran yang dilakukan
oleh salah seorang dari mereka. Kemudian dari Kawasan Strategis Sosial Budaya di Kota
tenggelamnya pulau Panimbulrang mereka Manado
menyelamatkan diri dan terdampar di kawasan Kawasan yang sudah teridentifikasi
pesisir. Masyarakat suku Bantik terbagi dalam sebagai kawasan strategis sosial budaya di
7 kelompok, salah satunya mendaki gunung Kota Manado terdapat 2 kawasan yaitu 1)
Bantik, dari gunung tersebut mereka turun ke kawasan pecinan dan 2) kawasan kampung
daerah Bahu dan hingga kini menempati arab atau kelurahan Istiqlal. Seperti pada
kawasan pesisir dan jalan utama Malalayang. gambar 2.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 2


Jurnal Spasial Vol 8. No. 1, 2021
ISSN 2442-3262

Gambar 4. Peta Sebaran Permukiman Bantik


di Kota Manado
Sumber : Peneliti
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 2. Peta Kawasan Strategis Sosial Kebiasaan Turun-temurun (Tradisi)
Budaya di Kota Manado Terdapat kegiatan budaya yang
Sumber : Peneliti dilakukan setahun sekali setiap tanggal 5
September untuk memperigati wafatnya
Permukiman Bantik di Sulawesi Utara pahlawan R.W Mongisidi. Atraksi yang biasa
Permukiman masyarakat Bantik yang ditampilkan dalam acara ini yaitu : 1) Tarian
tersebar di Sulawesi Utara terdapat 11 lokasi Kabesaran (Upasa)., 2) Tarian Mahamba., dan
yaitu terletak di Talawaan Bantik, Bengkol, 3) Nyanyian lagu-lagu adat Bantik. Aktifitas
Buha, Singkil, Bailang, Molas, Meras, masyarakat Bantik berbasis budaya dapat
Malalayang, Kalasey, Tanamon, dan Sumoit. dilihat dari gambar berikut.
Peta sebaran permukiman Bantik di Sulawesi
Utara dan di Manado dapat dilihat pada
gambar 3 dan 4.

Gambar 5. Aktivitas Masyarakat Bantik


Berbasis Budaya
Gambar 3. Peta Sebaran Permukiman
Sumber: Egam, 2014
Masyarakat Bantik di Sulawesi Utara
Sumber : Peneliti Norma/Aturan
Terdapat beberapa aturan atau
kebiasaan yang dilakukan didalam masyarakat
Bantik. Beberapa aturan tersebut sebagai
berikut : 1) Mabenu, Mabenu merupakan acara
adat ketika salah seorang suku Bantik
meninggal dunia., 2) Angkumang,
Angkumang merupakan tradisi dalam
kehidupan perkawinan., 3) Poposadeng,
Poposadeng adalah budaya bekerja bersama-
sama.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 3


Jurnal Spasial Vol 8. No. 1, 2021
ISSN 2442-3262
tidak nyata. Masyarakat juga meyakini bahwa
Organisasi Kemasyarakatan Suku Bantik jika terjadi suatu bencana (ampoi) hal tersebut
Di kecamatan Malalayang terdapat 3 menandakan bahwa telah terjadi suatu
komunitas resmi dan 1 ikatan keluarga yaitu : pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat
1) Lembaga Masyarakat Adat Bantik Minanga sehingga berakibat dikehidupan mereka baik
– Malalayang, Lembaga ini beranggotakan didalam kehidupan pribadi maupun keluarga.
masyarakat Bantik yang bertempat tinggal di Kepercayaan animisme ini juga meyakini
Kecamatan Malalayang., 2) Aliansi bahwa manusia dapat memiliki kekuatan yang
Masyarakat Adat Bantik, Aliansi ini lebih dari pada manusia normal pada
merupakan organisasi induk yang merangkul umumnya, Namun seiring berjalannya waktu
seluruh masyarakat Bantik yang ada di setelah mereka meyakini ajaran alkitab
Provinsi Sulawesi Utara., 3) Generasi Muda sebagian dari mereka hidup didalam
Anak Suku Bantik, komunitas ini kepercayaan kristen.
beranggotakan masyarakat yang merupakan
generasi muda yang berusia sekitar 20 – 40
tahun., dan 4) Rukun Keluarga. Keanekaragaman Budaya
Budaya yang terletak dipermukiman
Interaksi Sosial Bantik sudah bercampur dengan budaya lain,
Didalam budaya masyarakat suku masayarakat yang menempati permukiman
Bantik mereka hasus hidup bersama dalm satu Bantik juga sudah bercampur etnis Minahasa
kelompok. Masyarakat suku bantik dan Sanger, hal inilah yang menyebabkan
menjunjung tinggi semboyang yang selalu budaya didalam kecamatan Malalayang sudah
menjadi pandangan dalam bersosial mereka, lebih dari 1 budaya.
semboyan ini dikenal dengan 3H yaitu
Hintakinang yaitu saling menghormati atau Permukiman Masyarakat Bantik
satu perasaan, Hintalunang yaitu saling Kecamatan Malalayang
tolong-menolong, dan Hinggirondang yaitu Setelah terjadi bencana di pulau
saling sayang menyayangi. Budaya bekerja Panimbulrang yang masyarakat Bantik
bersama-sama yang sering disebut poposadeng tempati, masyarakat suku Bantik terbagi dalam
merupakan ungkapan rasa kekeluargaan bagi 7 kelompok, salah satunya mendaki gunung
suku Bantik. Mereka masih sangat menjunjung Bantik, dari gunung tersebut mereka turun ke
tinggi rasa tolong-menolong baik didalam daerah Bahu dan hingga kini menempati
keadaan suka maupun duka. kawasan pesisir dan jalan utama Malalayang.
Menurut sejarah Malalayang dikenal dulu
dengan nama Minanga yang didirikan oleh
Bahasa Suku Bantik anak suku Bantik yang dulunya tinggal di
Bahasa bantik sangat bermakna bagi Gunung Bantik yang sekarang disebut
masyarakat Bantik, mereka menyakini bahwa Warembungan. Delineasi permukiman
bahasa Bantik merupakan bahasa pemersatu masyarakat bantik dapat dilihat pada gambar
yang artinya walaupun mereka hidup 6, dan sebaran bangunan masyarakat etnis
berjauhan tetapi pada saat bertemu mereka Bantik dapat dilihat pada gambar 7.
berbicara menggunakan bahasa Bantik dan
mereka akan merasa saling mengerti satu sama
lain sehingga terasa lagi kedekatan diantara
mereka. Masyarakat juga masih sering
menggunakan bahasa Bantik disela-sela
perbincangan mereka.

Sistem Religi dan Kepercayaan


Pada dasarnya masyarakat adat Bantik
memiliki kepercayaan animisme yang dimana
mereka mempercayai adanya kekuatan-
kekuatan gaib, mereka juga mempercayai
adanya 2 kehidupan yaitu kehidupan nyata dan Gambar 6. Peta Delineasi Permukiman

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 4


Jurnal Spasial Vol 8. No. 1, 2021
ISSN 2442-3262
Masyarakat Bantik Kecamatan Malalayang
Sumber: Peneliti Estimasi Jumlah Penduduk Masyarakat
Bantik
Jumlah penduduk suku Bantik tidak
bisa didapatkan hasil dengan jumlah yang pasti
karena penduduk suku Bantik sudah menyebar
dan berpindah-pindah tempat dari permukiman
awal ke tempat lainnya. Diagram jumlah
penduduk berdasarkan etnis dapat dilihat pada
gambar 11, dan Jumlah penduduk berdasarkan
etnis dapat dilihat pada tabel 1.

1,639 Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis


Minahasa
Gambar 7. Peta Sebaran Bangunan
Masyarakat Enis Bantik 11,594 Sangihe Talaud
Sumber: Peneliti Bantik
3,654 28,918
Dapat dilihat pada gambar 6 dan 7, 8,809
Lainnya
permukiman masyarakat Bantik yaitu berada Tidak Diketahui
di kawasan pesisir pantai terletak diantara
kuala boki dan ranoasu, dan berada di sekitar
Gambar 11. Jumlah Penduduk Berdasarkan
jalan minanga dan jalan krida. Permukiman
Etnis
masyarakat Bantik di jalan Krida dapat dilihat
pada gambar 8, dan permukiman masyarakat
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis
Bantik di jalan Minanga dapat dilihat pada Jumlah Penduduk
Etnis Presentase (%)
gambar 9. (jiwa)
Etnis Minahasa 52,95% 28.918 jiwa
Etnis Sangihe
16,13% 8.809 jiwa
Talaud
Etnis Bantik 6,69% 3.654 jiwa
Etnis Lain
Gambar 8. Permukiman Masyarakat Bantik di (Gorontalo, Jawa, 21,23% 11.594 jiwa
Batak,dll)
Jalan Krida Tidak Diketahui 3% 1.639 jiwa
Sumber: Survey Lapangan 2020 Jumlah Penduduk 54.614 jiwa
Sumber: Profil umum kecamatan Malalayang
keadaan 2019-2020

Gambar 9. Permukiman Masyarakat Bantik di Kawasan Pesisir Pantai


Jalan Minanga Suku Bantik meyakini bahwa kawasan
Sumber: Survey Lapangan 2020 pesisir pantai merupakan tempat strategis
Masyarakat Bantik mempercayai untuk memantau musuh bajak laut, sehingga
bahwa sungai sebagai simbol adanya orang-orang suku Bantik terdahulu sering
kehidupan, sehingga kuala boki dan kuala duduk di pesisir pantai untuk memantau
ranoasu diyakini sebagai pertanda bahwa musuh. Pesisir pantai merupakan batas dari
permukiman tersebut dapat memberikan permukiman Bantik, yang digunakan sebagai
kehidupan. Sungai ranoasu dan Sungai Boki tempat bersandarnya saat para nelayan yang
dapat dilihat pada gambar 10. tidak melaut, dan tempat berkumpulnya
masyarakat serta tempat bermain anak-anak.
Jika air laut sedang surut, masyarakat setempat
akan mencari bia atau karang untuk dijadikan
bahan makanan. Kawasan pesisir pantai dapat
dilihat pada gambar 12.

Sungai Ranoasu Sungai Boki


Gambar 10. Sungai Ranoasu dan Sungai Boki
Sumber: Survey Lapangan 2020 Gambar 12. Kawasan Pesisir Pantai

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 5


Jurnal Spasial Vol 8. No. 1, 2021
ISSN 2442-3262
Sumber: Survey Lapangan 2020 situs budaya dapat dilihat pada gambar 15 dan
16, dan Jarak anatara permukiman Bantik
Keindahan alam yang menunjukkan dengan situs budaya dapat dilihat pada tabel 2.
view pantai yang indah terdapat di kawasan
pesisir pantai yang berada di belakang
permukiman Bantik dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar dengan membangun hotel.
Dapat dilihat pada gambar 13.

Hotel Wisata Hotel Minanga Hotel Kowloon


Mutiara Beach

Gambar 13. Hotel di kawasan pesisi pantai


Gambar 15. Peta Jarak Situs Keseluruhan
pada permukiman masyarakat Bantik
Dengan Permukiman Bantik
Sumber: Survey Lapangan 2020
Sumber: Peneliti

Situs Budaya Suku Bantik


Terdapat 5 situs, dan 4 lokasi
diantaranya yaitu Lapangan (Pananayangeng),
Pekuburan Bantik (Palaribingang), Batu
Niopo, Batu Lrana, Batu Bihua, Batu
Kuangang, monumen R.W Mongisidi, mata air
(Kakukudang) dan ake minanga. Peta sebaran
situs budaya Bantik dapat dilihat pada gambar
14.
Gambar 16. Peta Jarak Permukiman Dengan
Situs Terdekat
Sumber: Peneliti

Tabel 2. Jarak Antara Perukiman Bantik


Dengan Situs Budaya
Jarak (m)
Nama Situs/Objek (jarak antara permukiman
Bantik dengan situs)
Ake Minanga
Masih berada di dalam
Mata Air (Kakukudang)
kawasan permukiman
Lapangan Bantik
masyarakat Bantik
(Pananayangeng)
Pekuburan Bantik
Gambar 14. Peta Sebaran Situs Budaya (Palralribingang)
Bantik Kecamatan Malalayang 100 – 200 m
Batu Niopo
Sumber: Peneliti Monumen R.W Mongisidi
Batu Buaya
Batu Kuangang >300 m
Jarak Antara Situs Budaya Dengan Batu Lrana’
Permukiman Bantik Situs yang masih berada dalam
Jarak dihitung antara permukiman lingkungan permukiman masih terdapat
masyarakat Bantik dengan lokasi situs budaya, aktivitas sehingga dapat dikatakan masih eksis
hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh dalam kehidupan sehar-hari masyarakat
mana interaksi masyarakat dengan situs Bantik. Jarak 100-200m ini masih tergolong
budaya, dan melihat berapa banyak aktivitas aktif dan masih terdapat beberapa aktivitas dan
yang terdapat di kawasan sekitar situs budaya. masih terdapat wisatawan lokal maupun
Peta jarak antara permukiman Bantik dengan wisatawan asing yang mengunjungi situs-situ

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 6


Jurnal Spasial Vol 8. No. 1, 2021
ISSN 2442-3262
ini. Untuk jarak > 300m dari permukiman
Bantik sudah tidak terdapat aktifitas-aktifitas
yang intens dilakukan.

Analisis Kawasan Strategis Sosial Budaya


Penulis menggunakan analisis
deskriptif kualitatif untuk menganalisis apakah
wilayah atau daerah yang diteliti memenuhi
kriteria dari variabel penelitian dan indikator.
Terdapat juga analisis identifikasi potensi situs
budaya yang terdapat uraian kondisi situs serta
uraian mengenai situs budaya suku Bantik.
Analisis kawasan sosial budaya dapat dilihat
pada tabel 3 dan analisa identifikasi potensi
situs budaya dapat dilihat pada tabel 4.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 7


Jurnal Spasial Vol 8. No. 1, 2021
ISSN 2442-3262
Tabel 3. Analisa Kawasan Sosial Budaya
Indikator dari variabel penelitian
Variabel (Kriteria penetapan kawasan Analisis
strategis sosial budaya)
Aturan adat atau norma-norma sudah tidak lagi dipakai didalam
kehidupan pada jaman sekarang karena seiring berjalannya waktu
Norma/aturan
pengaruh perkembangan jaman masyarakat sudah tidak lagi memakai
atau menjalankan aturan-aturan yang ada
Lapangan Bantik sering digunakan untuk upacara adat setahun sekali
dalam acara mengenang wafatnya R.W Mongisidi yang merupakan anak
Adat Istiadat
suku Bantik. didalam rangkaian acara tersebut terdapat beberapa
kegiatan budaya atau adat istiadat mereka diantaranya yaitu tari-tarian
Kebiasaan turun-temurun (tradisi)
adat bantik, menyanyikan lagu-lagu adat, syair atau puisi dalam bahasa
Bantik. Masyarakat Bantik dalam kehidupan sosial mereka selalu
menjunjung tinggi semboyang mereka yaitu 3 H dan juga Budaya
bekerja bersama-sama (poposadeng).
Tarian Upasa merupakan tarian kabasaran yang melambangkan
peperangan. Mahamba didalam masyarakat Bantik berarti gembira.
Terdapat 5 situs benda cagar budaya dan 4 lokasi diantaranya yaitu
Pananayangeng, Palaribingang, Batu Niopo, Batu Lrana, Batu Bihua,
Batu Kuangang, monumen R.W Mongisidi, Kakukudang dan ake
minanga.

Warisan Budaya
Hasil budaya baik berupa benda
fisik maupun tak berwujud

Batu Niopo Batu Buaya Batu Kuangang Batu Lrana

Peninggalan Budaya Pananayangeng Palralribingang Ake Minanga Monumen


R.W Mongisidi

Rukun keluarga ini dinamakan oleh masyarakat Bantik yaitu


Singkatuhang atau rukun basudara yang dinama didalam rukun ini
Hubungan keluarga terdapat kegiatan saling tolong-menolong dan gotong royong. Anggota
rukun merupakan orang-oarang seketurunan dan semua keturunan dari
leluhurnya.
Terdapat 3 komunitas resmi yaitu :
1. Lembaga Masyarakat Adat Bantik Minanga – Malalayang
Organisasi atau komunitas sosial
2. Aliansi Masyarakat Adat Bantik
3. Generasi Muda Anak Suku Bantik
Masyarakat Bantik dalam kehidupan sosial mereka selalu menjunjung
tinggi semboyang mereka yaitu 3 H yaitu Hintakinang yaitu saling
menghormati atau satu perasaan, Hintalunang yaitu saling tolong-
menolong, dan Hinggirondang yaitu saling sayang menyayangi. Budaya
Interaksi sosial
bekerja bersama-sama yang sering disebut poposadeng merupakan
ungkapan rasa kekeluargaan terhadap masyarakat Bantik. Masyarakat
suku Bantik mereka memiliki tingkat solidaritas dan kekerabatan yang
Sosial Budaya tinggi.
Pada dasarnya masyarakat Suku Bantik bermata pencaharian sebagai
petani dan nelayan namun seiring perkembangan jaman, lahan pertanian
sudah dipergunakan sebagai lahan permukiman sehingga masyarakat
Mata Pencaharian
Bantik yang bermata pencaharian sebagai petani beralih ke non petani,
sedangkan untuk masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan
tetap dijalankan namun hanya dalam konteks hobi.
Masyarakat Bantik masih menggunakan bahasa Bantik disela-sela
perbicangan mereka, bahasa Bantik memiliki makna bagi masyarakat
Bantik sebagai bahasa pemersatu karena walaupun mereka hidup
Bahasa
berjauhan tetapi saat bertemu mereka akan menggunakan bahasa Bantik
mereka akan merasa saling mengerti satu sama lain sehingga terasa lagi
kedekatan diantara mereka
Pada dasarnya masyarakat Bantik memiliki kepercayaan animisme
Namun seiring perkembangan jaman masyarakat telah mengenal alkitab
Sistem Kepercayaan
dan sebagian dari mereka sudah hidup dalam kepercayaan kristen, tetapi
sebagain dari mereka masih berpegang pada kepercayaan animisme.
Masyarakat yang bermukim di permukiman Bantik sudah bercampur
Keanekaragaman antara etnis Bantik dengan etnis yang lainnya, seperti etnis Minahasa dan
Lebih dari satu budaya
Budaya etnis Sangir, sehingga Budaya didalam permukiman Bantik sudah
tercampur dan lebih dari satu budaya

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 8


Jurnal Spasial Vol 8. No. 1, 2021
ISSN 2442-3262
Tabel 4. Analisa Identifikasi Potensi Situs Budaya
Kondisi Situs
No Nama Gambar Uraian
Akses Aktivitas Penunjang Kondisi Fisik
Tempat ini dianggap keramat karena
Batu Niopo sering
lokasi batu ini adalah tempat sang jopo Kondisi Batu Niopo masih
dijadikan tempat ritual
atau sang pencipta secara langsung turun sangat baik, dan kawasan
budaya oleh masyarakat
untuk menemui umatnya yaitu Suku sekitarnya juga sangat
Bantik, untuk memasuki
Bantik ketika mereka mengadakan Memiliki akses bersih, terdapat penjaga
kawasan Batu Niopo harus
upacara spiritual untuk meminta petunjuk berupa : situs yang sering
Batu melepas alas kaki karena
1 dari sang pencipta yang maha kuasa. Batu - Jalan membersihkan kawasan
Niopo tempat ini diyakini tempat
Niopo sering dijadikan tempat ritual setapak Batu Niopo, banyak
yang suci dan juru kunci
masyarakat Bantik, serta dari jaman - Pagar Beton masyarakat yang masih
akan meminta izin kepada
dahulu tempat ini sering dikunjungi oleh memperhatikan keberadaan
Jopo Lramo dengan
banyak wisatawan lokal maupun situs ini sehingga masih
menggunakan bahasa
wisatawan asing untuk melihat ritual terjaga kelestariannya
Bantik
kebudayaan dan wujud dari batu Niopo
Kondisi monumen R.W
Monumen pahlawan RI yaitu R.W Mongisidi sangat baik dan
Mongisidi yang merupakan turunan dari bersih, karena situs ini
Memiliki akses
anak suku Bantik yang berjuang untuk berdekatan dengan situs
berupa :
Monume tanah air dan gugur dalam perang. Batu Niopo sehingga
- Jalan
n R.W Monumen ini masih berada dalam lokasi penjaga Batu Niopo sering
2 setapak -
Mongisid keramat dengan batu Niopo sehingga membersihkan situs
- Pagar Beton
i wisatawan akan sekaligus melihat tersebut, masyarakat
- Lantai dan
monumen dari pahlawan R.W Mongisidi sekitar juga masih
atap
yang berjasa dalam perjuangan membela memperhatikan keberadaan
Indonesia. situs ini sehingga situs ini
masih terjaga

Kawasan sekitar situs Batu


Batu buaya diyakini merupakan mayat
Buaya masih terlihat bersih
barorongan seorang musuh dari suku
dan terawat tetapi akses
tonsawang yang berhasil dikalah oleh
jalan menuju ke tempat
Jopo Mandu yang merupakan salah Memiliki akses
Batu tersebut sangat sulit harus
3 seorang pemimpin suku bantik. berupa : -
Buaya melewati semak-semak dan
Masyarakat suku Tonsawang sesekali - Pagar Beton
perkebunan masyarakat
berziarah ke tempat ini dan membawa
karena situs jalan menuju
sesajen kemudian mereka memasang
Batu Buaya sudah tertutupi
lampu untuk mengenang leluhur mereka.
oleh asrama kedokteran

Batu Kuangang merupakan batu yang Kondisi Batu Kuangang


dilubangi menggunakan siku oleh sang masih sangat baik, akses
ayah ketika anaknya menangis saat Memiliki akses jalan menuju situs ini juga
ditinggalkan ayah dan ibu untuk bekerja, berupa : sangat baik bahkan
Batu dengan memohon kepada jopo lramo - Pagar Beton terdapat penenda yang
4 Kuangan untuk memberikan kekuatan untuknya, - Tangga - menunjukkan arah menuju
g kemudian batu tersebut digunakan Beton situs ini, situs ini juga
anaknya untuk bermain congklak. - Penanda sudah dibawah wewenang
Batu Kuangang telah ditetapkan oleh Situs dinas pariwisata sehingga
dinas pasriwisata dan kebudayaan Kota kelestariannya masih
Manado sebagai objek wisata. sangat terjaga

Batu Lrana’ sudah


ditetapkan sebagai situs
Batu Lrana atau batu tapak kaki adalah
wisata oleh dinas
tempat kaki dua orang dotu (Leluhur)
pariwisata, namun
Suku Bantik yaitu Dotu Tumampasa dan
walaupun demikian batu
Dotu Kaburo diwaktu mereka duduk
ini sering kali tidak
untuk menjaga perbatasan pantai dari Memiliki akses
dikenali oleh masyarakat
Batu serangan musuh bajak laut dan musuh berupa :
5 - dikarenakan batu Lrana’
Lrana’ darat. - Tugu
terdapat dianatara batu-
Batu ini sudah di tetapkan oleh dinas Penanda
batu lainnya yang mirip
pariwisata sebagai situs wisata namun
dan tugu penanda hanya
dikarenakan batu-batu ditepi pantai mirip
berada di dekat jalan dan
satu dengan yan lain sehingga batu ini
sudah rusak, sehingga batu
sering tidak terlihat dan terabaikan
ini sering terabaikan
keberadaannya

Lapangan Bantik merupakan salah satu Dengan tidak adanya yang


Memiliki akses
aset bagi masyarakat adat Bantik, membersihkan lapangan
berupa :
lapangan ini merupakan llinsada atau Lapangan ini dimanfaatkan ini, sehingga rerumputan
- Bangunan
Lapangan tanah adat. untuk berbagai kegiatan yang terdapat dilapangan
- Tempat
Bantik Lapangan ini digunakan masyarakat budaya seperti tari-tarian sudah tinggi, tempat
6 Duduk
(Pananay Bantik untuk berbagai acara baik acara dan tempat untuk perayaan bermain anak-anak sudah
Beton
angeng) sosial maupun kebudayaan, lapangan ini wafatnya R.W Mongisidi ada yang rusak, dan tempat
- Tempat
juga dijadikan tempat berkumpulnya setiap tahunnya duduk yang berada di
Bermain
komunitas Bantik dijadikan tempat rapat sekeliling lapangan sudah
anak-anak
dan sebagainya sangat kotor

Sistem dalam pekuburan


ini yaitu setiap keluarga
Pekuburan Bantik merupakan salah satu Pekuburan Bantik ini yang datang yang akan
aset bagi masyarakat adat Bantik, dijadikan tempat membersihkan lahan
Pekuburan ini merupakan linsada atau peristirahatan terakhir pekuburan keluarga
Pekubura
tanah adat. Memiliki akses khusus untuk masyarakat mereka sehingga terdapt
n Bantik
7 Pekuburan ini dijadikan tempat berupa : Bantik, sedangkan untuk beberap tempat yang bersih
(Palralrib
peristirahatan terakhir khusus bagi - Jalan Beton masyarakat luar Bantik dan beberapa tempat yang
ingang)
masyarakat Bantik yang mendiami yang ingin mengambil terlihat sudah lama tidak
Kecamatan Malalayang atau yang biasa beberapa tanah pekuburan dikunjungi, namun untuk
disebut Bantik Minanga akan dikenakan biaya fasilitas papan penanda dan
jalan pada pekuburan
tersebut masih sangat baik

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 9


Jurnal Spasial Vol 8. No. 1, 2021
ISSN 2442-3262
Ake minanga merupakan daerah pesisir Ake Minanga merupakan
pantai yang dimana pesisir pantai ini kawasan pesisir pantai
Terdapat beberapa kegiatan
merupakan batas dari permukiman Bantik. yang terdapat di belakang
yang sering dilakukan di
Masyarakat Bantik menjadikan pesisir permukiman masyarakat,
ake minanga oleh
pantai sebagai tempat berkumpul dan kawasan pesisir terlihat
Memiliki akses masyarakat sekitar yaitu
Ake bercerita, tempat bermain anak-anak serta dibeberapa tempat masih
8 berupa : tempat berkumpul,
Minanga tempat untuk berbagai aktivitas nelayan. terdapat sampah-sampah
- Jalan Beton bercerita, tempat bermain
Pesisir pantai memiliki keindahan alam yang dibuang oleh
anak-anak, tempat
yang sangat mempesona sehingga masyarakat dan terdapat
bersandarnya perahu,
dimanfaatkan oleh masyarakat dengan juga sampah buangan dari
tempat mencari kerang
membangun hotel yang menyuguhkan sungai menuju ke ake
view pantai. minanga.

Kakukudang merupakan mata air yang


digali dengan tangan kosong oleh orang-
orang terdahulu suku Bantik. Mata air ini sudah tidak
Mata Air Mata air ini dahulu digunakan sebagai terawat lagi dan bahkan
9 (Kakukud sumber air tawar oleh masyarakat Bantik, - - sudah tertutup, mata air ini
ang) namun sekarang sudah tertutup, tapi juga sudah tidak dikenali
menurut masyarakat Bantik jika oleh beberapa masyarakat
kakukudang digali lagi maka akan keluar
air tawar.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
Kondisi sosial budaya pada Amiluhur Soeroso, Y. Sri Susilo. 2008.
masyarakat suku Bantik di Kecamatan Strategi Konservasi Kebudayaan Lokal
Malalayang memiliki nilai kebersamaan, Yogyakarta. Jurnal Manajemen Teori dan
saling tolong menolong dan kekeluargaan Terapan I Tahun I, No.2
yang tinggi. Budaya bekerja bersama-sama Anonimous. 2019. Kota Manado Dalam
(Poposadeng) masih dilestarikan hingga saat Angka 2019
ini. Dalam bersosial masyarakat Bantik juga Drs. As Martadani N. MA. 2011. Teori
masih menggunakan semboyan 3H. Suku Kebudayaan
Bantik masih mempertahankan beberapa Egam, P.P. 2011. Makna Ruang Publik
budaya mereka, contohnya masyarakat Bantik Terhadap Setting Permukiman
masih menggunakan bahasa Bantik disela-sela Masyarakat Bantik Di Malalayang
perbincangan. Sukawesi Utara. Jurnal Sabua Vol.3 No.2
Suku Bantik di Kecamatan : 26-31. ISSN 2085-7020
Malalayang memiliki potensi fisik berupa situs Egam, P.P. 2012. Pengembangan Wisata Kota
batu Niopo, batu Buaya, batu Lrana’, Batu Untuk Memperkuat Citra Kota Wisata
Kuangang, monumen R.W Mongisidi dan Studi kasus : permukiman Bantik di
beberapa lokasi bersejarah yaitu lapangan Malalayang. Media Matrans – Jurnal
Bantik (Pananayangeng), pekuburan Bantik Arsitektur, Sains, Kota Permukiman dan
(Palralribingang), mata air (Kakukudang), dan Lingkungan, 4(1) pp. 159-164. ISSN
ake minanga. Potensi budaya Suku Bantik 1858-1137
berupa tarian Mahamba, dan tarian Kabasaran Egam, P.P. Rengkung, M.M. 2014.
(Upasa). Kawasan pemukiman Bantik Perencanaan Kota : Berkelanjutan Ethnic
memiliki potensi alam berupa pantai yang Community Berbasis Partisipasi
indah di belakang kawasan pemukiman. Masyarakat Lokal. Media Matrasain
Potensi yang ada pada permukiman Suku Vol.11 No.3. ISSN 1858-1137
Bantik merupakan potensi yang perlu Egam, P.P. Mishima,M. 2014. Local Cultural
dikembangkan. Heritage Sites and Spatial Planning for
the Bantik Ethnic Community in
Saran Indonesia. Journal of Engineering, Project
Rekomendasi wilayah Kawasan and Production Management 4(2), 60-73
Strategis Sosial Budaya Kota Manado yaitu Egam, P.P. Mishima, N. Goto, R and
terletak pada kelurahan Malalayang I di Taguchi,R. 2015. Spatial characteristics
kawasan permukiman masyarakat Bantik, of Bantik ethnic community in Indonesia.
rekomendasi wilayah ini mencangkup Lowland Technology Internasional 17(2)
permukiman masyarakat Bantik yang terdapat : 121-128. Internasional Association of
situs Batu Niopo, Monumen R.W Mongisidi, Lowland Technology (IALT) : ISSN
lokasi Pekuburan Bantik, Lapangan Bantik, 1344-9656
Ake Minanga, dan Kakukudang. Egam, P.P, 2019. Permukiman Bantik di

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 10


Jurnal Spasial Vol 8. No. 1, 2021
ISSN 2442-3262
Pesisir Pantai Malalayang. Penerbit :
Unsrat Press. ISBN 978-602-0752-64-8
Fadhil Surur, 2013. Penataan Dan Pelestarian
Kawasan Bersejarah Kota Palopo Sebagai
Kota Pusaka Indonesia. Temu Ilmiah
IPLBI
Jetty E.T Mawara, 2015. Solidaritas
Kekerabatan Suku Bangsa Bantik Di
Kelurahan Malalayang I Manado. e-
Journal Acta Diurna Vol. IV No.2
Lilik Krisnawati, Rima Dewi Suprihardjo.
2014. Arahan Pengembangan Kawasan
Cagar Budaya Singosari Malang sebagai
Heritage Tourism. Jurnal Teknik Pomits
Vol.3 No..3. ISSN 2337-3539
Putri Ariyani,Ichwan Arif, Janthy Trilusianthy
Hidayat. 2016. Potensi Dan Kendala
Pengembangan Kawasan Suryakencana
Sebagai Kawasan Cagar Budaya Kota
Bogor. JOM Bidang Perencanaan
Wilayah dan Kota Vol.1 No.1
Sutrisno, Mudji Putranto, Hendar. 2005. Teori-
Teori Kebudayaan. Penerbit : Kanisius.
ISBN 9792112014
Zairin Zain, 2014. Atrategi Perlindungan
Terhadap Arsitektur Tradisional Untuk
Mnjadi Bagian Pelestarian Cagar Budaya
Dunia. Jurnal Arsitektur Nalars Vol.13
No.1

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 11

Anda mungkin juga menyukai