Anda di halaman 1dari 5

WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No.

1 Bulan 2020

KAJIAN ARSITEKTUR SIMBOLIK PADA KAWASAN


PECINAN DI KABUPATEN SIDOARJO
Gea Ristadyanti1, Ir. Erwin Djuni, MT. 2
1
Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, UPN “Veteran” Jawa Timur.
E-mail : 17051010067@student.upnvjt.ac.id
2
Dosen Program Studi Arsitektur, UPN “Veteran” Jawa Timur.

ABSTRAK

Kawasan pecinan di Kabupaten Sidoarjo memiliki signifikasi sejarah, budaya, dan arsitektural
yang kuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek arsitektur simbolik yang hadir dalam
Kawasan ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan interdisipliner yang mencakup analisis
arsitektur, sejarah, dan budaya. Data di kumpulkan melalui survei lapangan, wawancara dengan
pemangku kebijakan dan masyarakat local serta studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Kawasan pecinan ini di Kabupaten Sidoarjo ini memiliki Arsitektur Simbolik yang
menggambarkan perpaduan antara budaya tionghoa dan juga jawa. Bangunan-bangunan, ornament dan
tata letak Kawasan ini membawa pesan simbolik tentang harmoni keberuntungan dan identitas
kultural. Selain itu, temuan ini juga mengindikasi bahwa arsitektur simbolik berperan dalam
mempertahankan dan merawat warisan budaya. Penelitian ini memberikan wawasan yang berharga
tentang pentingnya Arsitektur Simbolik dalam menjaga identitas budaya dan sejarah suatu Kawasan.
Implikasi dari temuan ini dapat digunakan sebagai panduan dalam pelestarian dan pengembangan
Kawasan pecinan di Kabupaten Sidoarjo serta menjadi kontribusi penting dalam pemahaman tentang
hubungan antara arsitektur dan simbolisme budaya dalam konteks lokal.
Kata-kunci: 1; arsitektur simbolik 2; Interdisipliner 3; Budaya Tionghoa 4; Identitas
Kultural

STUDY OF SYMBOLIC ARCHITECTURE IN THE CHINATOWN AREA OF


SIDOARJO REGENCY

ABSTRACT

The Chinatown area in Sidoarjo Regency holds significant historical, cultural, and
architectural importance. This research aims to examine the aspects of symbolic architecture present
in this area. The study adopts an interdisciplinary approach, encompassing architectural, historical,
and cultural analyses. Data are gathered through field surveys, interviews with policy stakeholders
and local communities, as well as literature reviews. The research findings indicate that the Chinatown
area in Sidoarjo Regency possesses Symbolic Architecture that reflects the fusion of both Chinese and
Javanese cultures. The buildings, ornaments, and layout of this area convey symbolic messages of
harmony, prosperity, and cultural identity. Furthermore, these findings suggest that symbolic
architecture plays a role in preserving and safeguarding cultural heritage. This research provides
valuable insights into the significance of Symbolic Architecture in preserving the cultural identity and
history of a region. The implications of these findings can serve as a guide for the conservation and
development of the Chinatown area in Sidoarjo Regency, making a significant contribution to
understanding the relationship between architecture and cultural symbolism in a local context.
Keywords: 1; Symbolic Architecture 2; Interdisciplinary 3; Chinese Culture 4; Cultural
Identity

PENDAHULUAN
Indonesia erat kaitannya dengan budaya yang beragam. Banyak sekali budaya,
bahasa, etnis serta agama yang lahir dan di yakini di tanah ini. Hal ini tentunya
menjadi kebanggan tersendiri bagi masyarakat Indonesia yang ikut merasakan
keberagaman budayanya. Namun hal ini tidak lepas pula dari peran masyarakat
Indonesia untuk melestarikan keberagaman budaya ini agar dapat terus berlanjut.

1
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Bulan 2020

Salah satu dari banyaknya etnis yang menetap di Indonesia, etnis tionghoa
menjadi salah satu etnis yang cukup banyak di Indonesia. Menurut data sensus
penduduk tahun 2010 kurang lebih 2,8 juta jiwa atau setara dengan 1.20% penduduk
Indonesia adalah etnis tionghoa yang tersebar diberbagai wilayah seperti DKI Jakarta,
Kalimantan Barat, pulau Jawa dan Sumatera
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_etnis_di_Indonesia). Terhitung dari
kehadiran etnis tionghoa ke Indonesia pada abad ke sebelas dengan tujuan melakukan
perdagangan dan juga di karenakan faktor internal politik yang menjadikan mereka
para bangsa tionghoa bermutasi ke Indonesia, dapat dilihat bahwa perjalanan sejarah
etnis Tionghoa di Indonesia sangat terkait erat dengan dinamika sosial, ekonomi, dan
politik pada saat itu.
Adapun teori lain yang menambahkan bahwa masyarakat etnis Tionghoa memiliki
rasa ethnosentrisme yakni kebanggan terhadap suku dan etnisnya yang sangat tinggi.
Hal itulah yang menjadikan kelompok etnis Tionghoa ini kental akan adat dan
budaya. Umumnya Kawasan Pecinan di Indonesia merupakan pusat kegiatan
perdagangan. Ke khasan yang dimiliki oleh Kawasan Pecinan melahirkan sebuah arti
dan simbol pengenal tertentu.
Pandangan antropologi arsitektur terhadap kawasan Pencinan memiliki dampak
yang signifikan pada perilaku sehari-hari etnis Tionghoa yang menghuni wilayah
tersebut. Perilaku yang timbul tentu menjadi faktor utama individu mengenai
bagaimana kebutuhan ruang terbentuk untuk dapat memenuhi aktivitas kelompok
mereka. Maka timbulah simbol atau ornamen pada elemen-elemen secara arsitektural
yang di masukkan pada fasad, material dan lain-lain.
Simbol umumnya di definisikan sebagai tanda yang sudah di sepakati dan di
pahami terhadap suatu aturan yang berlaku. Sistem simbol sendiri berfungsi sebagai
objek yang bersifat reprenstatif dan maknanya tergantung dari setiap orang yang
merepresntasikannya. Maka dari itu, makna sederhana dari simbol adalah sesuatu hal
yang tidak mutlak namun secara umum sudah dipahami dan disepakati untuk
merepresentasikan sebuah pemahaman melalui objek tertentu.
Penyampaian penggabungan makna antara arsitektur dan simbol biasa disebut
dengan arsitektur simbolik. Arsitektur simbolik sendiri adalah penggunaan symbol
atau lambing secara arsitektural yang memiliki makna dan nilai-nilai simbolik yang
dapat di hasilkan melaui bentuk, struktur dan langgam (Ichsan Hafidzh, 2020). Pada
umumnya simbol secara arsitektural banyak digunakan pada bangunan peribadatan,
namun rumah dengan identitas budaya tertentu juga dapat di identifikasi melalui
penggunaan simbol tertentu.

METODE
Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode
interdisipliner dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Penggunaan metode ini di
harapkan menghasilkan analisa simbolisasi rumah tinggal etnis Tionghoa atau
pertokoan di Kawasan Pecinan Kabupaten Sidoarjo dan memahami simbolisasi
tersebut dengan mengumpulkan studi pustaka, wawancara dan dokumentasi.
Untuk mengkaji simbolisasi dari karakteristik Kawasan Pecinan di kabupaten
sidoarjo ini, maka berikut adalah komponen-komponen yang akan di teliti :
1. Komponen utama yang berupa elemen rumah tinggal atau pertokoan di
Kawasan Pecinan Kabupaten Sidoarjo. Elemen-elemen inilah yang
membentuk simbolisasi yang memunculkan karakteristik suatu budaya
tertentu. Misalnya : atap, jendela dan elemen fasad lainnya.

2
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Bulan 2020

2. Komponen penunjang yang berupa analisis budaya dan kehidupan


sosial Kawasan Pecinan di kabupaten sidoarjo. Menganalisa hal-hal
mengenai karakteristik sosial budaya yang memengaruhi bentuk bangunan
dan pola tatanan kawasan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Arsitektur dalam suatu kawasan cenderung menggambarkan adaptasi terhadap
lingkungan lokal dengan pemanfaatan material setempat, sering kali tanpa penjelasan
yang rinci tentang alasan di balik pilihan desain bangunan tersebut. Menurut
Rapoport (1969) menjelaskan bahwa ciri fisik suatu lingkungan berasal dari
pengaruh kehidupan sosial dan budaya masyarakat, dengan salah satu variabel kunci
dari kehidupan sosial dan budaya tersebut adalah unsur budaya itu sendiri. Kondisi
suatu kota sangat terkait dengan aspek psikologis yang dipengaruhi oleh tampilan
fisiknya, yang mampu memicu reaksi emosional tertentu. Hal ini juga terkait dengan
organisasi dan pengaturan lingkungan serta interaksi visual antara elemen-elemen
dalam kota. Pendekatan ini sejalan dengan pandangan Shirvani (1985), yang fokus
pada struktur dan tata letak bangunan dalam menciptakan penampilan keseluruhan
kota.

Kawasan Pecinan di Kabupaten Sidoarjo, yang sering disebut sebagai daerah


Slautan dan terletak sepanjang Jalan Gajah Mada, merupakan pusat kehidupan yang
kaya akan sejarah dan keanekaragaman budaya. Selain menjadi pusat perdagangan
yang menawarkan berbagai produk dan jasa, kawasan ini juga dikenal karena
hubungannya yang erat dengan sejumlah tempat penting lainnya. Kawasan Pecinan
berbatasan langsung dengan Pasar Jetis, yang merupakan pusat kelahiran batik khas
Sidoarjo, serta Kampung Arab.

Penting juga untuk mencatat bahwa perjalanan melalui Kawasan Pecinan


Sidoarjo dibatasi oleh bundaran atau pertigaan simpang jalan yang biasa disebut
sebagai Babalayar. Di ujung Jalan Gajah Mada, menuju Jalan Majapahit, menandai
akhir dari perjalanan budaya Pecinan dan pusat perdagangan. Ini menunjukkan
bagaimana kawasan ini memegang peran penting dalam memengaruhi dinamika
budaya dan perdagangan di Kabupaten Sidoarjo serta betapa pentingnya dalam
melestarikan warisan budaya dan keagamaan untuk generasi selanjutnya.

Gambar 1. Jl. Gajah Mada (Slautan) dan bundaran monumen babalayar


(Sumber: penulis).

3
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Bulan 2020

Tipologi Bangunan
Kawasan Pecinan di Sidoarjo memiliki tipologi bangunan yang unik yang
mencerminkan sejarah dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Secara
arsitektural, bangunan-bangunan yang berjejer di sepanjang pinggiran Jalan Gajah
Mada, atau Slautan, cenderung memiliki bentuk yang mengingatkan pada gaya
bangunan jengki. Hal ini terjadi karena sebagian besar bangunan ini telah lama
digunakan untuk berbagai aktivitas perdagangan, seperti toko-toko tradisional,
restoran, dan tempat usaha lainnya. Kehadiran bangunan jengki ini menciptakan citra
unik bagi kawasan ini, mencerminkan sejarah dan kehidupan sehari-hari
masyarakatnya.

Dalam konteks ini, kita dapat merujuk pada pemikiran Cullen (1961) yang
menyatakan, "Kondisi suatu kota sangat erat berkaitan dengan fenomena
psikologinya yang berkaitan dengan tampilan fisik yang dapat menimbulkan suatu
rasa tertentu yang bersifat emosi, serta fenomena fisik yang berkaitan dengan
penataan dan pengaturan bangunan serta korelasi visual." Dalam hal ini, tampilan
fisik bangunan-bangunan berbentuk jengki di Kawasan Pecinan Sidoarjo memainkan
peran penting dalam menciptakan pengalaman emosional dan visual bagi warga dan
pengunjung, serta menjadi salah satu unsur yang membedakan kawasan ini dari
lingkungan sekitarnya.

Gambar 2. Contoh Tipologi Bangunan Pertokoan di sepanjang Jl. Gajah


Mada.
(Sumber: penulis).

KESIMPULAN
Pada bagian ini tuliskan temuan penelitian secara ringkas. Dapat juga ditulis
kebaruan temuan serta rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
[kosong, 12pt, spasi 1]
UCAPAN TERIMA KASIH (bila ada)
Pada bagian ini dapat dituliskan ucapan terima kasih kepada pihak yang mendukung,
maupun yang mendanai penelitian Anda.
[kosong, 12pt, spasi 1]
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J.W. and Creswell, J.D., 2017. Research design: Qualitative, quantitative,
and mixed methods approaches. Sage publications.

Groat, L. and Wang, D., 2002. Qualitative research. Architectural research methods,
pp.173-202.
Penulisan daftar pustaka mengikuti gaya Harvard, dengan urutan sesuai dengan
huruf abjad.

4
WIDYASTANA, Jurnal Mahasiswa Arsitektur. Vol. 1 No. 1 Bulan 2020

Tulisan berwarna merah merupakan keterangan dan mohon untuk tidak dituliskan
di artikel Saudara/i.

Tabel 1. Tuliskan keterangan mengenai tabel yang dicantumkan

(Sumber: penulis)

Anda mungkin juga menyukai